DISUSUN
HENDRA PURNAMA
1562201017
DOSEN PENGAMPU :
Neo Agustina, S.E., M.Si
Assalamualaikum Wr.Wb..
Puji dan Syukur kami panjatkan atas kehadiran Allah SWT, Karena berkat
rahmat dan hidayah dari Allah SWT, Saya dapat menyelesaikan Makalah Sistem
Pengendalian Manajemen yang berjudul “Pusat Tanggung Jawab: Pusat Laba”
ini dengan tepat waktu.
Kami Ucapkan Terima kasih kepada dosen pengampu Mata kuliah Sistem
pengendalian manajemen yang telah memberikan ilmu dan membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini membahas mengenai pusat tanggung jawaban : Pusat Laba.
Tujuan makalah ini dibuat adalah untuk mendiskripsikan pusat pertanggung
jawaban yang ada di satu perusahaan, terutama pusat laba.
Harapan kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi orang lain, dan
dapat digunakan sebagai sumber refrensi yang sekiranya bisa menjadi ilmu yang
bermanfaat.
Tentunya dalam penulisan ini, kami memiliki banyak kekurangan. Oleh karena
itu, kami terbuka untuk semua kritik dan saran yang tentunya bersifat
membangun, agar dapat dijadikan perbaikan pada masa yang akan datang.
Wassalamualaikum Wr. Wb..
Lhokseumawe,
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
3. mengetahui manfaat dari penerapan pusat laba.
4. Mengetahui kelemahan atau kekurangan dari penerapan pusat laba.
5. mengetahui batasan atas unit bisnis.
6. Mengetahui indicator pengukur kinerja pusat laba.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
manfaat perpecahan, membuat entitas gabungan lebih menguntungkan daripada
jika masing-masing divisi dioperasikan sebagai usaha mandiri (Garber, 2011).
Sementara skala ekonomi memotivasi pembentukan mereka, sentralisasi
fungsi biaya overhead bahwa layanan beberapa pusat laba menciptakan rebusan
negosiasi, subjektivitas, dan konflik (Garber, 2011). Tanpa gagah dan teori
keuangan seragam untuk mengatur tindakan-tindakan ini, penentuan laba berlaku
untuk masing-masing pusat - dan, dengan demikian, keputusan valid
keberhasilannya - tidak hanya dari validitas dipertanyakan, tetapi juga dapat
memungkinkan mereka yang bertanggung jawab atas divisi untuk menempatkan
sendiri di depan kepentingan mereka yang dari organisasi yang lebih besar
(Garber, 2011).
4
mempertimbangkan apakah keuntungan atas pendelegasian tersebut dapat
menutup kerugian atas pendelegasian tersebut.
5
5. Pusat laba yang serupa dengan perusahaan independen, pusat laba
memberikan tempat pelatihan bagi manajemen umum. Manajer dapat
mendapatkan pengalaman dalam mengelola seluruh area fungsional, serta
manajemen lebih tinggi mendapat kesempatan untuk dapat mengevaluasi
potensi pekerjaan yang tingkatnya lebih tinggi
6. Kesadaran akan laba dapat ditingkatkan karena manajer bertanggung
jawab akan laba, akan mencari cara untuk meningkatkan labanya.
7. Pusat laba memberikan informasi yang siap pakai bagi manajemen
puncak yang berhubungan dengan profitabilitas dari komponen-komponen
individual.
8. Pusat laba sangat responsive terhadap tekanan untuk meningkatkan kinerja
kompetitifnya, hal ini karena informasi yang dihasilkan pusat laba telah
siap pakai.
2.1.4 Permasalahan dalam Pusat Laba
Kesulitan-kesulitan adanya pusat laba antara lain:
1. Hilangnya pengendalian atas suatu operasi karena manajemen puncak
terpaksa mengandalkan laporan manajemen bukan atas wawasan
pribadinya untuk pengambilan keputusan manajemen yang
terdesentralisasi. Morris dan Old (1993) menyatakan bahwa , proses
desentralisasi membutuhkan perawatan dari pihak manajemen, dan
"pendidikan" dari staf organisasi seperti apa yang diusulkan, dan
manfaatnya untuk semua terkait-- tidak sedikit sendiri.
2. Kualitas keputusan tingkat unit akan berkurang jika manajemen kantor
pusat lebih mampu dan memiliki informasi yang lebih baik dari pusat
laba.
3. Meningkatnya perselisihan karena argumen-argumen mengenai
kesesuaian harga transfer, alokasi biaya umum, kredit untuk pendapatan
yang sebelumnya dihasilkan secara bersama oleh dua unit bisnis atau
lebih.
4. Adanya kompetisi antar satu unit dengan yang lain yang sebelumnya
pernah berkerjasama sebagai unit fungsional. Jika ada peningkatan laba
6
untuk satu manajer, maka hal tersebut mengurangi laba untuk manajer
lain.
5. Munculnya biaya tambahan akibat divisionalisasi, biaya ini karena adanya
tambahan manajemen, pergawai serta pembukuan, mungkin
mengakibatkan adanya duplikasi tugas di setiap unit.
6. Tidak adanya kesempatan untuk mengembangkan kompetensi manajemen
sehingga manajer umum yang kompeten mungkin tidak ada di dalam
organisasi.
7. Banyaknya tekanan yang mungkin untuk profitabilitas jangka pendek
dengan mengorbankan profitabilitas jangka panjang . Keinginan untuk
melaporkan laba yang tinggi, manajer dapat saja lalai untuk melakukan
penelitian dan pengembangan, program pelatihan. Hal ini cenderung
terjadi saat pergantian manajer pusat laba relative tinggi.
8. Tidak adanya system yang dapat memastikan jika optimalisasi laba dari
masing-masing pusat akan dapat mengoptimalkan laba perusahaan secara
keseluruhan.
7
Sebagai akibatnya, struktur unit bisnis mencerminkan trade-off antara
otonomi unit bisnis dengan batasan perushaan, dan efektivitas suatu organisasi
unit bisnis dapat bergantung pada hal tersebut.
8
memiliki perjanjian dengan manajemen senior dimana unit bisnis harus berjalan
sesuai dengan perjanjian tersebut, serta melakukan aktivitas yang tidak melanggar
atau berada diluar batasan perjanjian meskipun manajer unit bisnis melihat
peluang laba yang dapat diambil dengan melaksanakan aktivitas yang berada
diluar batasan aktivitas tersebut. Pemeliharaan citra korporat juga memerlukan
batasan yaitu atas kualitas produk atau atas aktivitas yang memiliki hubungan
masyarakat.
Perusahaan mengenakan batasan pada unit-unit bisnisnya kerena kebutuhan
akan keseragaman, salah satu jenis batasan adalah unit bisnis herus menyesuaikan
diri terhadap system pengendalian manajemen dan akuntansi perusahaan. Hal ini
dapat menjadi masalah bagi unit-unit baru hasil akuisisi perusahaan lain yang
mana telah dirancang dengan system yang berbeda. Morris dan Old (1993)
menyatakan bahwa ketidakmampuan unit operasi untuk menyerap kegiatan
manajerial baru dalam skala waktu singkat.
Secara umum, batasan korporat ini tidak menimbulkan masalah yang fatal
dalam struktur terdesentralisasi, selama dikemukakan secara eksplisit. Masalah
utama cenderung dilakukan oleh korporat. Unit bisnis terkadang benar bahwa jasa
sama dapat diperoleh dari luar perusahaan dan dengan biaya lebih rendah
9
secara fungsional. Tidak ada suatu prinsip tertentu yang menyatakan bahwa jenis
unit tertentu merupakan pusat laba sedangkan unit bisnis yang lain bukan.
Keputusan pihak manajemen untuk pusat laba haruslah berdasarkan dengan
besarnya pengaruh yang dilaksanakan oleh manajer unit terhadap aktivitas yang
dapat mempengaruhi laba bersih.
1. Pemasaran
Aktivitas dalam pemasaran dapat dijadikan sebagai pusat laba yaitu
dengan membebankan biaya dari produk yang terjual. Herga ransfer ini
memberikan informasi yang relevan bagi manajer pemasaran untuk membuat
trade off pendapatan/pengeluaran yang optimal, serta praktik standard yang
digunakan untuk mengukur manajemen pusat laba menurut profitabilitasnya akan
memberikan evaluasi atas trade off yang dibuat.
Harga transfer yang di bebankan ke pusat bukanlah harga actual produk
yang terjual akan tetapi merupakan biaya standard. Menggunakan biaya standard
untuk memisahkan kinerja biaya pemasaran dan kinerja biaya manufaktur, hal ini
berpengaruh pada tingkat efisiensi yang mana berada diluar kendali manajemen.
“Dalam situasi lain tindakan manajemen mungkin bisa mempengaruhi biaya
pemanasan langsung...” (Morris and Old, 1993).
2. Manufaktur
Aktivitas manufaktur pada umumnya merupakan pusat beban, manajemen
dinilai atas dasar kinerja versus biaya standard dan anggaran overhead. Tetapi
ukuran ini tidak mengindikasikan sejauh manakah kinerja manajemen atas seluruh
aspek dari pekerjaannya.
Kinerja manufaktur yang diukur dengan biaya standard, maka dianjurkan
membuat evaluasi secara terpisah atas aktivitas-aktivitas seperti pengendalian
mutu, keputusan buat atau beli serta penjadwalan ptoduk.
Menjadikan suatu organisasi manufaktur sebagai pusat laba dan
memberikan nilai harga jual produk dikurangi dengan estimasi biaya pemasaran,
merupakan salah satu cara mementukan atau mengukur aktivitas organisasi
manufaktur secara keseluruhan.
3. Unit Pendukung dan Pelayanan
10
Unit-unit seperti pemeliharaan, teknologi informasi, konsultan, teknik,
transportasi, layanan konsumen serta aktivitas pendukung sejenis dapat dijeikan
sebagai pusat laba. Untuk menghasilkan bisnis yang mencukupi sehingga
pendapatan setara pengeluaran unit bisnis dapat membebankan biaya pelayanan
yang diberikan.
Pada umumnya unit penerima jasa memiliki pilihan untuk mendapatkan
jasa yang sama dari pemasok luar, asalkan pemasok luar tersebut menawarkan
jasanya dengan memberikan kualitas yang sama namun dengan harga yang
cenderung lebih murah.
Unit jasa yang dikelola sebagai pusat laba, maka manajer akan termotivasi
untuk dapat mengendalikan biaya, hal ini dimaksudkan agar para konsumen tidak
berpindah ke perusahaan lain. Sementara itu manajer unit penerima mendapat
motivasi untuk dapat membuat keputusan yang berkaitan dengan harga yang
ditawarkan sesuai dengan jasa yang diterima oleh konsumen.
11
2. Ukuran kinerja ekonomis, berfokus pada bagaimana kinerja pusat laba
sebagai entitas ekonomi.
Laporan manajemen memiliki frekuensi tinggi sedangkan laporan ekonomi
dibuat pada waktu-waktu tertentu saja ketika keputusan ekonomi harus dibuat.
Pengukuran kinerja manajemen merupakan focus utama dalam desain system,
misalnya pengukuran kinerja manajemen secara rutin.
Shillinglaw dalam Garber (2011) menawarkan tiga prinsip
yang pelaporan profit center harus mematuhi:
1. Konflik: Divisi keuntungan tidak harus ditingkatkan oleh tindakan yang
mengurangi total laba perusahaan.
2. Kemerdekaan: laba Setiap divisi harus sebagai independen mungkin
kinerja, efisiensi, dan keputusan manajerial di tempat lain di perusahaan.
3. Kontrol: laba Setiap divisi harus mencerminkan semua item yang
dikenakan ke tingkat substansial kontrol oleh manajer divisi atau
bawahannya
Dalam Garber (2011) Solomon Model dalam pendekatannya hanya
pendapatan, biaya, dan modal dikendalikan oleh masing-masing pusat
laba dimasukkan. Tidak ada setara otoritatif makalah, artikel, atau buku yang
dibuat publik yang mengatasi cara terbaik untuk mengukur keberhasilan atau
kegagalan profit center (Garber, 2011).
Menurut Garber (2011) Ada beberapa pertimbangan dalam mendirikan
sebuah sistem akuntansi divisi modern dan akurat, tapi pertama-tama adalah
kepatuhan terhadap prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, serta aturan
Shillinglaw 's. Sistem ini tidak hanya harus mengukur kinerja pusat laba, tetapi
juga harus cukup fleksibel untuk mengevaluasi kinerja pusat biaya (Garber, 2011).
Dalam Garber (2011) Sebagai Shillinglaw dan Solomon - dan Kaplan -
menunjukkan, Divisionalisasi menciptakan konflik alam, dan kecuali sistem
akuntansi alamat kondisi itu - terlepas dari apakah konflik timbul dari
keuntungan atau pusat biaya (departemen dukungan) - hasil dari sistem akan
ditantang atau, lebih buruk lagi, sistem itu sendiri akan rentan terhadap
manipulasi. Menurut Garber (2011) pusat laba akuntansi hanya belum muncul
12
sebagai disiplin mengajar terpisah, meskipun kecenderungan dimengerti usaha
untuk mengorganisir diri di sekitar struktur divisi. Fakta ini tidak bisa dijelaskan.
13
4. Laba Sebelum Pajak
Semua biaya overhead korporat dialokasikan ke pusat laba berdasarkan
jumlah yang relative dari beban yang dikeluarkan oleh pusat laba.
Argument yang menentang alokasi ini:
a. Karena biaya-biaya yang dikeluarkan oleh staf didepatemen korporat
tidak dapat dikendalikan langsung oleh manajer pusat laba, manajer
tersebut sebaiknya tidak dianggap bertanggung jawab.
b. Sulit untuk mengalokasikan jasa staf korporat yang secara wajar
mencerminkan jumlah biaya yang dikeluarkan oleh setiap pusat laba
yang ada.
Argumen yang mendukung:
a. Unit jasa korporat yang memiliki kecenderungan meningkatkan dasar
kekuatan serta untuk memperluas keunggulan tanpa
mempertimbangkan dampak terhadap perusahaan secara keseluruhan.
b. Kinerja untuk setiap pusat laba akan lebih realistis serta akan lebih
dapat diperbandingkan dengan kinerja para pesaing yang mana
memberikan jasa yang sama.
c. Ketika para menejer mengetahui jika pusat laba mereka akan
menujukkan laba kecuali untuk semua biaya, maka mereka akan
temotivasi membuat keputusan keputusan yang bermanfaat jangka
panjeng bagi perusahaan secara keseluruhan.
5. Laba Bersih
Perusahaan mengukur kinerja menggunakan laba bersih setelah pajak.
Argument yang menentang:
a. Laba setelah pajak seringkali adalah persentase yang konstan atas laba
sebelum pajak, yang mana tidak terdapat manfaat dengan memasukkan
pajak penghasilan.
b. Dikarenakan banyaknya keputusan yang mempengaruhi pajak
penghasilan yang dibuat di kantor pusat, tidak tepat jika manajer laba
menanggung konsekuensi keputusan tersebut. Pajak omset dalam
14
sebuah organisasi yang gagal hanya akan menyebabkan tarif pajak
yang lebih tinggi dan menambah masalah (Morris and Old, 1993)
Pusat laba dapat mempengaruhi besar pajak penghasilan, maka
mengalokasikan beban pajak ke pusat laba merupakan hal yang mudah,
tidak hanya mengukur laba ekonomis tetapi juda dapat memotivasi para
manajer umtuk memperkecil beban pajak.
2.4.2 Pendapatan
Pemilihan metode pengekuan pendapatan yang tepat merupakan hal yang
sangat penting, selain metode pengakuan hal-hal lain yang berkaitan dengan
pendapatan memerlukan pertimbangan. Idealnya untuk setiap pusat laba harus
diberi nilai yang sesuai dengan bagiannya dalam transaksi penjualan. Masalah
yang dapat terjadi kaitannya dengan pemberian nilai untuk pendapatan, misalnya
unit bisnis A yang mendapatkan pesanan tetapi barang yang di pesan merupakan
produksi di unit bisnis B, unit bisnis A kurang termotivasi menerima pesanan ini
karena pendapatan yang dihasilkan merupakan nilai bagi unit B.
Masalah ini belum mendapat perhatian khusus untuk penyelesaiannya. Hal
ini dikarenakan perusahaan memposisikan bahwa identifikasi tanggungjawab
penciptaan pendapatan merupakan suatu hal yang sulit dilakukan. Akan tetapi
beberapa perusahaan lain telah mencoba untuk menyelesaikan masalah ini dengan
memberikan nilai pada unit bisnis yang menerima pesanan produk yang
dihasilkan oleh unit bisnis yang lain dengan cara yaitu memberikan imbalan
seperti komisi untuk pialang atau fee, misalanya dalam kasus perbankan yaitu
dengan memberikan nilai eksplisit pada bank yang memberikan pelayanan bagi
nasabah meskipun rekening nasabah tersebut ada di bank lain.
15
Apabila seseorang hanya mempertimabangkan pengukuran kinerja pada
manajer jasa, solusi yang sering tampak nyata yaitu para manajer harus diukur
atas dasar pos-pos yang dapat mereka kendalikan, atau bahkan jika mereka tidak
memiliki pengendalian secara penuh terhadap pos-pos tersebut.
Apabila manajer dapat mempengaruhi tingkat pajak yang akan unitnya
bayarkan, maka harus dinilai berdasarkan penghasilan unit setelah pajak, serta
pos-pos yang tidak mempengaruhi harus dieliminasi.
Tingkat pengaruh sangat bervariasi, dan selalu ada pos-pos yang
dipengaruhi oleh manajer meskipun sedikit kendalinya. Sebuah varian yang lebih
halus adalah untuk menempatkan tanggung jawab untuk kegiatan baru pada unit
didelegasikan tanpa memadai menghitung biaya (Morris and Old, 1993).
Analisis varian merupakan hal penting dalam mengevaluasi kinerja
manajemen. Untuk membuat penilaian ini dapat diandalkan adalah dengan
mengeliminasi pos-pos yang manajer tidak memberikan pengaruh.
16
Permasalahan yang muncul dalam Amax Automobile adalah bagaimana
sebaiknya AMAX diorganisasikan dan dikendalikan? Dengan adanya suatu
divisionalisasi, yang merupakan proses pemberian wewenang dalam bidang
produksi dan pemasaran produk tertentu kepada suatu pusat pertanggungjawaban
atau proses pembentukan pusat-pusat laba atau melimpahkan kewenangan yang
lebih luas kepada manajer-manajer yang beroperasi, yaitu memiliki kendali atas
pengembangan produk, proses produksi, dan pemasaran.
Berfokus pada pusat laba (profit center) yang memberikan informasi siap
pakai bagi manajemen atas (top management) mengenai profitabilitas. Berfokus
pada margin laba yang memacu para manajer untuk memperkenalkan produk-
produk baru. Berfokus pada bottom line (laba/rugi akhir) yang memacu para
manajer untuk menghasilkan keuntungan yang maksimum dari produk yang
sekarang.
Mengukur kinerja proses manufaktur seperti pengendalian kualitas,
penjadwalan produk, dan keputusan membuat atau membeli. Mengukur
profitabilitas dengan cara mengukur kinerja manajemen yang digunakan untuk
perencanaan, koordinasi, dan mengontrol kegiatan sehari-hari dari pusat laba dan
sebagai alat untuk memberikan motivasi yang tepat bagi manajer.
Solusi untuk AMAX Automobile adalah Sebaiknya Amax Automobile
diorganisasikan dan dikendalikan dengan cara menerapkan sistem divisionalisasi
namun harus ada batasan wewenang pada unit bisnis. Selain itu, Amax sebaiknya
mengukur kinerja mnajemen dan kinerja ekonomis. Yang terakhir berfokus pada
margin kontribusi.
17
Kasus A: konsumen pada umumnya lebih sensitif terhadap kinerja dibandingkan
terhadap harga. Selain itu juga, terdapat juga sedikit sinergi produksi di
antara berbagi lini produk yang ada.
Kasus B: konsumen pada umumnya lebih sensitif terhadap kinerja dibandingkan
terhadap harga. Meskipun demikian, terdapat sinergi produksi yang
signifikan diantara berbagai lini produk yang ada.
Kasus C: konsumen sama-sama sensitif terhadap kinerja dan harga produk.
Meskipun demikian hanya sedikit sinergi yang ada di antara lini-lini
produk tersebut.
Kasus D: konsumen sama-sama sensitif terhadap kinerja dan harga produk.
Meskipun demikian, terdapat sinergi produksi yang signifikan di antara
berbagai lini produk yang ada.
Untuk setiap kasus, bagaimana organisasi dan pengendalian dalam Indus ?
Kasus A : Menurut pendapat kami, organisasi harus meningkatkan kinerja
karyawan dengan cara memotivasi karyawannya supaya menghasilkan
produk yang berkualitas sesuai yang dinginkan konsumen, sehingga
dapat mengurangi tingkat pengerjaan ulang barang-barang yang cacat.
Organisasi dapat meningkatkan inovasi karyawan untuk
menumbuhkan sinergi produksi di seluruh lini produk yang ada dan
menerapkan sistem manajemen yang lintas batas bukan yang berbasis
fungsional, agar sinergi produksi dapat terjalin dengan baik.
Kasus B : Menurut pendapat kami, organisasi harus meningkatkan kinerja
karyawan dengan cara memotivasi karyawannya supaya menghasilkan
produk yang berkualitas sesuai yang dinginkan konsumen, sehingga
dapat mengurangi tingkat pengerjaan ulang barang-barang yang cacat.
Dalam kasus ini, ada sinergi produksi yang cukup besar di seluruh lini
produk yang ada.
Kasus C : Menurut pendapat kami. organisasi harus meningkatkan kinerja
karyawan dengan cara memotivasi karyawannya. sehingga karyawan
dapat mempertahankan dan meningkatkan lagi inovasi mereka.
18
Kasus D : Menurut pendapat kami. ada sinergi produksi yang cukup besar di
seluruh lini produk yang ada. Ini berarti bahwa informasi yang
berubah dalam organisasi baik. organisasi harus menekan biaya
produknya untuk mengurangi harga produk. Dalam hal ini. sehingga
karyawan dapat meningkatkan inovasi mereka . organisasi harus
menekan biaya produknya sehingga organisasi dapat menurunkan
harga produk.
19
adalah kegiatan supervisi yang dilakukan langsung oleh atasan kepada bawahan
atau pengawasan oleh mandor terhadap aktivitas pekerja.
Dalam Indux Corporation, sistem pengendalian manajemen yang digunakan
adalah pengendalian deteksi dan pengendalian koreksi. Pengendalian deteksi
dimaksudkan untuk mendeteksi suatu kesalahan yang telah terjadi, yaitu
mendeteksi sebab-sebab konsumen lebih sensitif terhadap kinerja dan tehadap
harga dan juga mendeteksi adanya sinergi produksi di antara lini-lini produk yang
ada. Pengendalian koreksi melakukan koreksi masalah-masalah yang
teridentifikasi oleh pengendalian deteksi. Dan tujuannya adalah agar supaya
kesalahan yang telah terjadi tidak terulang kembali.
20
BAB III
KESIMPULAN
21
DAFTAR PUSTAKA
Garber, M. (, 2011). "Profit Center Accounting: Theory and Practice " The CPA
Journal: 8-12.
Morris, D. and J. Old (, 1993). "Profit Centres, Cost Centres : Part 2." The
International Journal Of Educational Management.
http://anakrubin.blogspot.com/2015/10/makalah-sistem-pengendalian-
manajemen.html
22