Anda di halaman 1dari 8

BAB 4

PUSAT PERTANGGUNGJAWABAN:

REVENUE CENTRE DAN

EXPENSE CENTRE

A. Deskripsi Singkat:
Hakikat pusat pertanggungjawaban pada umumnya dan kriteria efisisensi dan
eketivitas yang relevan dalam mengukur kinerja para manajernya. Salah satu
lingkungan dalam sistem pengendalian manajemen adalah adanya pusat-pusat
pertanggungjawaban. Terdapat beberapa pusat pertanggungjawaban, yakni pusat
pendapatan (revenue centre), pusat beban (expense centre), pusat laba (profit centre),
dan pusat investasi (investment centre).

B. Relevansi:
Mahasiswa diharapkan sudah memahami apa yang dimaksud dengan sistem
pengendalian manajemen, ruang lingkup sistem pengendalian manajemen dan
elemen yang membentuknya.

C. Standar kompetensi/tujuan pembelajaran:


Setelah mengikuti perkuliahan ini diharapkan Mahasiswa mampu menjelaskan
definisi pusat pertanggungjawaban, deskripsi umum mengenai berbagai pusat
pertanggungjawaban, deskripsi pusat pertanggungjawaban pendapatan dan pusat
pertanggungjawaban beban serta beberapa aktivitas di dalam pusat
pertanggungjawaban beban.

PENDAHULUAN
Pada bab ini mendeskripsikan hakikat pusat pertanggungjawaban pada umumnya dan
kriteria efisisensi dan eketivitas yang relevan dalam mengukur kinerja para manajernya.
Bab ini menjelaskan definisi definisi pusat pertanggungjawaban pendapatan dan pusat
biaya. Pusat biaya dapat dibagi menjadi due kategoro: pusat engineered expense centre dan
dicreetionary centre.

PUSAT PERTANGGUNGJAWABAN
Pusat pertanggungjawaban ialah suatu unit organisasi yang dipimpin seorang manajer yang
bertanggungjawab terhadap semua aktivitas yang ada di unit tersebut. Agar manajer dapat
mengendalikan unit kerja dan dapat memberi perintah maka pemberian wewenang akan
memberikan hak ini kepadanya. Tetapi wewenang berjalan seiring dengan tanggungjawab.
Jika wewenang digunakan timbuillah tanggungjawab.
Pengendalian manajemen dapat dilihat dari segi proses dan strukturnya. Struktur
pengendalian manajemen adalah bagian dari sistem pengendalian manajemen yaitu
pengendalian manajemen yang dilakukan perusahaan dengan jalan mendisain struktur
organisasi perusahaan yang memadai, sesuai dengan strategi perusahaan. Di dalam struktur
organisasi terdapat pusat-pusat pertanggungjawaban. Di dalam buku ini pembahasan pusat
pertanggungjawaban meliputi; pusat beban teknik, pusat beban kebijakan, pusat
pendapatan, pusat laba, penetapan harga transfer dan pusat investasi, yang kesemuanya itu
masih bagian dari lingkungan pengendalian manajemen. Lingkungan pengendalian
manajemen tidak sama dengan pengertian lingkungan bisnis. Lingkungan bisnis adalah
keadaan atau kondisi yang ada di luar organisasi atau bisnis. Sedangkan lingkungan
pengendalian manajemen adalah hal-hal yang terdapat dalam sistem pengendalian
manajemen namun di luar proses pengendalian manajemen.

SIFAT PUSAT PERTANGGUNGJAWABAN


Pusat pertanggungjawaban muncul guna mewujudkan satu atau lebih maksud yang
harus dicapai. Fungsi pusat pertanggungjawaban dalam perusahaan adalah
untuk mengimplementasikan strategi perusahaan. Sebagai suatu organisasi, perusahaan
memiliki tujuan jangka panjang (goal) yang membutuhkan strategi untuk
mewujudkannya. Pusat pertanggungjawaban dibentuk untuk mewujudkan satu atau lebih
tujuan (goal) tersebut, yakni yang diistilahkan dengan objective (tujuan jangka pendek).
Artinya jika setiap pusat pertanggungjawaban berhasil mewujudkan objective masingmasing,
maka hal tersebut berarti goal perusahaan juga tercapai. Penggambarannya dapat disajikan
dalam Gambar 4.1.
Gambar 4.1. Pusat Pertanggungjawaban

Input output

pekerjaan
Sumber daya yang Barang atau jasa
Digunakan, diukur dan biayanya

Hubungan Input dan Output


Suatu manajemen bertanggung jawab untuk memastikan hubungan yang optimal antara
input dan output. Pada beberapa pusat tanggung jawab, hubungan itu bersifat timbal balik
dan langsung. Pusat pertanggungjawaban menerima masukan (input) dalam bentuk
berbagai material, kerja, jasa. Dengan menggunakan modal/capital (seperti inventaris),
perlengkapan dan asset lainnya, pusat pertanggungjawaban bekerja dengan fungsi-fungsi
tertentu dengan objective-nya adalah untuk mentransformasikan input menjadi output, baik
yang bersifat nyata (misalnya barang) maupun yang tidak nyata (misalnya jasa).
Manajemen bertanggung jawab untuk memastikan hubungan-hubungan yang
optimum antara input dan output.

Di sejumlah situasi, ternyata input tidak secara langsung berkaitan dengan ouput yang
dihasilkan. Pada beberapa pusat pertanggungjawaban, hubungan itu bersifat timbal balik
langsung, misalnya di departemen produksi, dimana input bahan mentah menjadi bagian
secara fisik dari barang jadi. Namun pada situasi lain, input tidak secara langsung berkaitan
dengan output yang dihasilkan. Contohnya beban iklan merupakan input dengan tujuan
meningkatkan penjualan, namun karena penjualan dipengaruhi oleh berbagai factor lainnya,
maka kaitan antara beban iklan dengan jumlah penjualan tidak secara langsung kelihatan.
Untuk mengukur input yang digunakan oleh pusat pertanggungjawaban, dapat
dinyatakan dengan berbagai ukuran fisik, ukuran itu mencakup jumlah jam kerja, jumlah liter
minyak, berapa rim kertas, berapa kwh listrik dan sebagainya. Satuan-satuan tersebut dalam
sistem pengendalian manajemen kemudian diterjemahkan ke dalam satuan moneter atau
uang. Nilai uang dari input yang dimasukkan biasanya dihitung melalui kuantitas fisik
dengan harga per unit, jumlah yang dihasilkan perhitungan tersebut disebutsebagai expense.
Dengan cara tersebut input yang dimasukkan ke pusat pertanggungjawaban diwujudkan.
Expense adalah suatu ukuran dalam bentuk uang bagi sejumlah sumber daya yang digunakan
oleh suatu pusat pertanggungjawaban.
Lebih mudah mengukur nilai input dibandingkan dengan menghitung nilai output.
Sebagai contoh, pendapatan per tahun mungkin merupakan alat ukur yang penting bagi
output di suatu organisasi yang profit oriented, namun tetap tidak mengekspresikan
kinerja organisasi secara keseluruhan pada periode tertentu. Apabila pada organisasi
nirlaba, barangkali juga tidak ada tolok ukur output secara kuantitatif, bahkan mungkin tidak
berupaya untuk mengukur output dari masing-masing pusat pertanggungjawaban. Ada pula
yang menggunakan cara estimasi atau menggunakan angka simulasi, meskipun harus disadari
keterbatasn-keterbatasannya.

Efisiensi, Efektivitas dan Peranan Laba


Konsep input, output, dan expense dapat digunakan untuk menjelaskan makna
efisiensi dan efektivitas. Efisiensi dan efektivitas, merupakan dua
kriteria untuk menilai kinerja suatu pusat pertanggungjawaban. Kedua istilah tersebut
umumnya digunakan dengan angka perbandingan dan bukan dengan angka absolut.
Contohnya kita menilai pertanggungjawaban A bukan dengan mengatakan 80% lebih
efisien, tetapi dengan cara membandingkan dengan tolok ukur lain, misalnya kantor A
lebih efisien dibandingkan para pesaingnya, atau dibandingkan periode sebelumnya, atau
lebih efesien dibandingkan dengan pusat pertanggungjawaban B.
Efisiensi adalah perbandingan output terhadap input, atau jumlah output per unit
input. Sebagai contoh, jika membandingkan dua unit bisnis maka efisien dapat
diartikan sebagai berikut:
1) dengan menggunakan input yang sama, salah satu unit bisnis mampu menghasilkan output
yang lebih tinggi; atau
2) dengan output yang sudah ditetapkan, salah satu unit bisnis mampu menggunakan
sumber daya lebih sedikit.

Kondisi (1) biasanya diterapkan untuk menilai organisasi yang profit


oriented,sedangkan kondisi (2) lebih tepat diterapkan untuk menilai organisasi non-profit
oriented.
Banyak pusat pertanggungjawaban, efisiensi diukur dengan cara
membandingkan beban actual dengan standar. Dimana beban tersebut harus diukur
dengan output yang terukur juga. Namun metode ini memiliki kelemahan, yakni:
1. Beban yang tercatat bukanlah tolok ukur atas sumber daya yang sesungguhnya
digunakan,
2. Standar pada dasarnya merupakan perkiraan tentang apa yang idealnya harus tercapai
dalam kondisi tertentu.

Jika efisiensi merupakan hubungan input dan output, maka efektivitas ditentukan antar
output yang dihasilkan pusat pertanggungjawaban pada tujuan jangka pendek (objective).
Makin besar output yang disumbangkan terhadap objective tersebut, semakin efektif unit
tersebut.
Suatu pusat pertanggungjawaban dikatakan efisien jika mengkonsumsi sumber
daya serendah mungkin, namun jika output yang dihasilkan ternyata tidak memadai atau
tidak sesuai yang diharapkan maka tidak efektif. Dengan demikian efisien harus selalu
memperhatikan efektivitas. Jika kita berbicara mengenai profit oriented organization,
maka tujuan organisasi adalah memperoleh laba yang optimum. dengan demikian laba
merupakan tolok ukur penting dalam efektifitas. Lebih jauh lagi, karena laba adalah
selisih pendapatan dengan beban (tolok ukur input), maka laba juga merupakan tolok
ukur efisiensi.
Pusat pertanggungjawaban disebut efisien jika proses yang dilakukan tepat, dan
disebut efektif jika mencapai sasaran yang tepat.

Jenis Pusat Pertanggungjawaban


Pusat pertanggungjawaban terdiri dari 4 jenis pusat pertanggungjawaban, yakni:
a. Pusat pendapatan (Revenue Centre)
b. Pusat beban (Expense Centre)
c. Pusat laba (Profit Centre )
d. Pusat Investasi (Investment Centre).

Untuk memudahkan proses pengendalian maka pusat pertanggungjawaban harus


dikelompokkan sesuai dengan karakteristiknya.Keempat jenis pusat pertanggungjawaban
tersebut digolongkan menurut sifat input dalam bentuk uang dan/atau output yang diukur
dengan tujuan:
Di Pusat pendapatan, output diukur dalam bentuk uang
Di Pusat beban, input yang diukur
Di Pusat laba, baik input (expense) maupun output (revenue) diukur
Di Pusat Investasi, yang diukur adalah kaitan laba dan investasi
PUSAT PENDAPATAN
Pada pusat pendapatan yang diukur adalah suatu output dalam bentuk uang, tetapi tidak
ada kaitan dengan inputnya (beban). Jadi revenue centre adalah unit pemasaran yang
tidak memiliki wewenang untuk menetapkan harga jual, juga tidak bertanggung jawab
atas harga pokok barang yang dijual. Penjualan atau pesanan yang terjadi
dibandingkan terhadap anggaran dan kuota yang ada dimana tolok ukurnya adalah
pendapatan. Perlu diperhatikan bahwa tetap terdapat input yang masuk, yang merupakan
beban-beban yang secara langsung terjadi. Revenue Centre dapat digambarkan sebagai
berikut:

Input tidak berhubungan dengan

Input output
pekerjaan
(Rp hanya untuk biaya langsung) (Rp pendapatan)

Gambar 4.2 Pusat Pertanggungjawaban Pendapatan

Contoh pusat pertanggungjawaban pendapatan adalah Fungsi Pemasaran. Revenue Centre,


sebagaimana fungsi pemasaran, umumnya dibentuk dengan tujuan untuk memperbaiki
pangsa pasar secara signifikan.

PUSAT BEBAN
Pusat bebab adalah pusat pertanggungjawaban yang mana semua input diukur dalam
jumlah unit moneter, tetapi output tidak diukur dengan cara yang sama. Pada umumnya
terdapat 2 jenis pusat biaya, yakni:

1) Engineered expense centre


2) Dicreetionary expense centre
Kedua istilah tersebut berkaitan dengan dua jenis atau sifat beban. Engineered expense
merupakan beban yang jumlahnya dapat diperkirakan secara tepat atau memadai, dapat
diperkirakan dengan keandalan yang rasional. Contohnya adalah manufacture expense yang
dikeluaran untuk tenaga kerja langsung (direct labor), bahan baku langsung (direct material),
serta berbagai komponen, pasokan, atau kebutuhan yang dapat ditetapkan dengan cukup
baku atau distandarisasi, atau terstruktur. Sedangkan istilah discreetionay expense berkaitan
dengan beban-beban yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya pada waktu perencanaan.
Dalam suatu discreetionary centre, beban yang dikeluarkan tergantung pada penilaian pihak
manajemen berapa jumlah yang dianggap/dipertimbangkan sebagai jumlah yang memadai
berdasarkan kondisi tertentu.

Engineered Expense Centre


Di suatu engineered expense centre, terdapat ciri-ciri sebagai berikut:
1) Inputinputnya dapat diukur secara moneter
2) Input-inputnya dapat diukur secara fisik
3) Jumlah optimum input dalam bentuk satuan moneter yang dibutuhkan untuk
memperoduksi satu unit output dapat ditentukan.

Engineered Expense Centre umumnya terdapat dalam kegiatan operasi manufaktur.


Misalnya aktivitas pergudangan, aktivitas distribusi, aktivitas pengiriman dengan truk.
Selain itu, beberapa aktivitas terkait administrasi dan pendukung dalam unit bisnis
lainnya juga dapat digolongkan ke dalam Engineered Expense Centre, contohnya
bagian utang-piutang, bagian pembayaran gaji, catatan mengenai personel di bagian
sumber daya manusia, catatan mengenai pemegang saham di sekretariat perusahaan,
dan pangkalan kendaraan milik perusahaan. Unit-unit tersebut menjalankan tugas
yang berulang-ulang, dimana bisa dikembangkan biaya standar.
Engineered Expense Centre memiliki beberapa tugas penting lain yang tidak
diukur hanya dengan beban, misalnya para supervisor bertanggung jawab atas kualitas
produk dan volume produksi serta efisiensi. Artinya tidak semua pusat
pertanggungjawaban seluruhnya merupakan engineered expense. Dengan demikian
istilah engineered expense centre mengacu pada pusat pertanggungjawaban dimana
beban-beban terstruktur (engineered expense) paling banyak ditemukan, namun itu tidak
berarti bahwa estimasi beban-beban terstruktur (engineered expense) yang valid pasti bisa
dibuat untuk setiap hal.
Discretionary Expense Centre
Discretionary expense centre meliputi unit-unit administratif dan pendukung
(contohnya bagian akuntansi, hukum, hubungan masyarakat, hubungan industrial,
sumber daya manusia), kegiatan operasi penelitian dan pengembangan, serta hampir semua
aktivitas pemasaran. Output dari pusat ini tidak bisa diukur dalam satuan moneter. Pada
dasarnya discretionary expense centre merefleksikan keputusan manajemen yang berkaitan
dengan kebijakan tertentu, namun bukan berarti merupakan sesuatu yang bersifat
mendadak dan sembarangan.
Kegiatan yang dilakukan manajemen pada discretionary expense centre
diantaranya kebijakan terkait dengan pemasaran dalam upaya melampau pesaing, tingkat
pelayanan perusahaan kepada konsumen, jumlah uang yang digunakan pada aktivitas
penelitian dan pengembangan, perencanaan keuangan, hubungan masyarakat, dsb. Dalam
pusat ini, tidak dapat ditemukan hubungan antara input unit moneter dengan output
secara fisik.
Pada suatu discretionary expense centre, selisih antara anggaran dan beban yang
sesungguhnya terjadi bukan tolok ukur efisiensi, jadi semata-mata hanya merupakan
selisih antara input yang dianggarkan dengan input yang sesunguhnya, dan tidak
mencakup nilai output. Maksudnya, manajer dikatakan sudah sesuai dengan anggara jika
beban sesungguhnya tidak melebihi jumlah yang dianggarkan. Hal tersebut tidak
termasuk kriteria efisien, karea anggaran tidak dimaksudkan untuk meramalkan jumlah
pengeluaran optimum, jadi menjalankan usaha dalam batas-batas anggaran tidak selalu
berarti kinerja yang efisien.

_________

Sumber:
Management Control Systems, Robert N. Anthony & Vijay Govindarajan, 11 th Edition, Mc
Graw Hill - 2007.

Anda mungkin juga menyukai