Anda di halaman 1dari 2

13.

4 Pelaporan Kinerja Sosial


Kerangka kerja akuntansi sosial belum secara penuh dikembangkan dan terdapat
masalah pengukuran yang serius mengenai biaya dan manfaat. Meskipun demikian,
sejumlah penulis telah menyarankan agar perusahaan melaporkan kinerja akuntansi
sosialnya baik secara internal maupun secara eksternal. Pendekatan-pendekatan
tersebut meliputi :
1. Audit Sosial
Audit sosial yaitu mengukur dan melaporkan dampak ekonomi, sosial, dan
lingkungan dari program-program yang berorientasi sosial dan operasi
perusahaan yang mengikuti peraturan. Mulanya, manajer perusahaan diminta
membuat daftar aktivitas dengan konsekuensi sosial. Setelah daftar tersebut
dihasilkan, auditor sosial kemudian menilai dan mengukur dampak-dampak
dari kegiatan sosial perusahaan. Audit sosial dilaksanakan secara rutin oleh
kelompok konsultan internal maupun eksternal, sebagai bagian dari
pemeriksaan internal biasa, sehingga manajer mengetahui konsekuensi sosial
dari tindakan mereka.
2. Laporan-Laporan Sosial
Laporan eksternal terpisah yang menggambarkan hubungan perusahaan
dengan komunitasnya, dikembangkan salah satunya oleh David Linowes. Ia
membagi laporannya dalam tiga kategori: hubungan dengan manusia,
hubungan dengan lingkungan, dan hubungan dengan produk. Pada setiap
kategori, ia membuat daftar mengenai konstribusi sukarela perusahaan dan
kemudian mengurangkannya dengan kerugian yang disebabkan oleh aktivitas
perusahaan itu. Linowes memoneterisasi segala sesuatunya dalam laporan
tersebut, sampai pada saldo akhir, yang disebutnya sebagai tindakan sosio-
ekonomi netto untuk tahun tersebut. Dalam laporan Linowes, seluruh kontribusi
dan kerugian harus dihitung secara moneter.
3. Pengungkapan dalam Laporan Tahunan
Beberapa perusahaan menerbitkan laporan tahunan kepada pemegang saham
disertai beberapa informasi sosial yang dilakukan. Namun, melalui informasi
yang dicantumkan dalam laporan tahunan tersebut, belum dapat dinilai kinerja
sosial perusahaan secara komprehensif, karena kebanyakan informasi yang
diungkapkan dalam laporan tahunan bersifat sukarela dan selektif. Dalam
artian, bisa jadi perusahaan hanya menyoroti kontribusi positifnya dan
mengabaikan dampak negatif yang ditimbulkan dari aktivitas usahanya.

13.5 Dilema Perusahaan


Selama ini perusahaan dianggap sebagai lembaga yang dapat memberikan banyak
keuntungan bagi masyarakat. Menurut pendekatan toeri akuntansi tradisional, perusahaan
harus memaksimalkan labanya agar dapat memberikan sumbangan yang maksimum
kepada masyarakat. Model-model akuntansi dan ekonomi tradisional focus pada produksi
dan distribusi barang dan jasa kepada masyarakat. Akuntansi sosial memperluas model ini
dengan memasukkan dampak-dampak dari aktivitas perusahaan terhadap masyarakat .
Seiring dengan berjalannya waktu masyarakat semakin menyadari adanya dampak-
dampak sosial yang ditimbulkan oleh perusahaan dalam menjalankan operasinya untuk
mencapai laba yang maksimal yang semakin lama semakin besar dan semakin sulit untuk
dikendalikan. Oleh karena itu masyarakatpun menuntut agar perusahaan senantiasa
memperhatikan dampak-dampak sosial yang ditimbulkannya dan berupaya mengatasinya.
Aksi protes terhadap perusahaan sering dilakukan oleh para karyawan dan buruh dalam
rangka menuntut kebujakan upah dan pemberian fasilitas dan kesejahteraan karena yang
berlaku sekarang dirasa kurang mencerminkan keadilan. Aksi yang serupa juga tidak
jarang dilakukan oleh pihak masyarakat, baik masyarakat sebagai konsumen maupun
masyarakat disekitar lingkuangan pabrik. Masyarakat sebagai konsumen seringkali
melakukan protes terhadap hal-hal yang berkaitan dengan mutu produk sehubungan
dengan kesehatan, keselamatan, dan kehalalan suatu produk bagi konsumennya, sedangkan
protes yang dilakukan masyarakat disekitar pabrik adalah berkaitan dengan pencemaran
lingkungan yang disebabkan limbah pabrik.

Daftar pustaka
Arfan Ikhsan dan Muhammad Ishak.2005.”Akuntansi Keperilakuan”.Jakarta:Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai