DISUSUN OLEH:
AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2021
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan atas ke hadirat Allah SWT karena
atas rahmat dan ridho-Nya telah senantiasa memberikan petunjuk dan kemudahan bagi
penulis untuk dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik, sehingga tugas makalah
yang berjudul “Materialitas dan Risiko Audit” ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat kekurangan baik dari
segi materi maupun teknik penulisan. Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya masukan
dan kritik serta saran yang membangun untuk kekurangan yang ada. Tugas makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Auditing I yang diajar oleh Pak Yunus Tete
Konde, S.E.,M.Si.,Ak.,CA.,ACPA.,CPA
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Materialitas
2.1.1 Pengertian Materialitas
2.1.2 Konsep Umum Materialitas
2.1.3 Prosedur Penentuan Materialitas
2.1.4 Materialitas Dalam Proses Audit
2.1.5 Materialitas Pada Dua Tingkat
2.1.6 Empat Konsep Materialitas
2.2 Risiko Audit
2.2.1 Pengertian Risiko Audit
2.2.2 Model Risiko Audit
2.2.3 Unsur Risiko Audit
2.2.4 Merancang Sifat & Luasnya Prosedur Penilaian Risiko Audit
2.2.5 Peran Bukti Audit Dalam Penilaian Risiko Audit
2.2.6 Prosedur penilaian Risiko
Sedangkan konsep risiko merupakan risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa
disadari, tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan
keuangan yang mengandung salah saji material.
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengidentifikasi secara menyeluruh mengenai Materialitas.
1.3.2 Mengidentifikasi secara lengkap mengenai Risiko Audit.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Materialitas
Pengertian Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji
informasi akuntansi yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat
mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang
meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan
atau salah saji itu.
“Besarnya suatu penghapusan atau salah saji informasi keuangan yang, dengan
memperhitungkan situasinya, menyebabkan pertimbangan yang dilakukan oleh
orang yang mengandalkan pada informasi tersebut akan berubah atau
terpengaruh oleh penghapusan atau salah saji tersebut.”
Konsep materialitas mengakui bahwa beberapa hal, baik secara individual atau
keseluruhan, adalah penting bagi kewajaran penyajian laporan keuangan sesuai
dengan prinsip prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Sedangkan
beberapa hal lainnya adalah tidak penting. Auditor mengikuti lima langkah yang
saling terkait erat dalam menerapkan materialitas.
Dalam audit atas laporan keuangan, auditor tidak dapat memberikan jaminan
bagi klien atau pemakai laporan keuangan yang lain, bahwa laporan keuangan
auditan adalah akurat karena auditor yang bersangkutan tidak memeriksa setiap
transaksi yang terjadi dalam tahun yang diaudit dan tidak dapat menentukan
apakah semua transaksi yang terjadi telah dicatat, diringkas, digolongkan, dan
dikompilasi secara semestinya ke dalam laporan keuangan. Oleh karena itu, dalam
audit atas laporan keuangan, auditor memberikan keyakinan (assurance) sebagai
berikut:
Dengan demikian ada dua konsep yang mendasari keyakinan yang diberikan
oleh auditor yaitu konsep materialitas yang menunjukkan seberapa besar salah
sajinya dan konsep risiko audit yang menunjukkan tingkat risiko kegagalan auditor
untuk mengubah pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah
saji material.
Proses penentuan materialitas adalah proses berpikir kritis dalam auditing, dimana
terdapat 3 langkah didalamnya yaitu:
● Langkah Pertama
Dalam langkah pertama ini, auditor sepeti membaca peta bencana, dan
berusaha melokalisasi wilayah bencana. Auditor mempelajari informasi-
informasi berkenaan dengan laporan keuangan yang akan diauditnya,
Biasanya disebut sebagai informasi penugasan audit atau disingkat informasi
pokok audit (subject matter information).
Auditor mengidentifikasi risiko salah saji: pada akun mana, atau tentang
pengungkapan apa, dalam laporan keuangan yang mana (laporan posisi
keuangan, laporan laba rugi, dan seterusnya).
● Langkah Kedua
Di langkah kedua dalam proses menetapkan besarnya materialitas bersifat
konseptual. Auditor tidak betul-betul bertemu dengan investor dan
mengajukan pertanyaan, tetapi dilakukan dengan membaca analisis yang
dibuat para analis pasar modal tentang prospek sebuah perusahaan dan
masalah yang dihadapi. Proses konseptual imajinatif ini dalam Bahasa
Belanda disebut fictie.
Auditor menggeser titik pandangnya kepada pengguna laporan keuangan,
biasanya disebut dengan Reasonable User atau Pengguna (laporan keuangan)
berakal sehat.
Reasonable User menggunakan keuangan untuk membuat bermacam-macam
keputusan ekonomis seperti menanam modal dalam perusahaan tersebut serta
membuat keputusan investor pasar modal.
● Langkah Ketiga
Dalam langkah terakhir ini, terdapat Mistar atau penggaris yang akan
digunakan untuk menentukan besarnya materialitas. biasanya disebut dengan
Luasnya Salah Saji (baik secara kuantitatif maupun kualitatif) atau Extent of
Misstatement (quantitative and qualitative).
Di tengah-tengah mistar terdapat “ambang batas materialitas” atau disingkat
“overall materiality (materialitas menyeluruh) dimana hal tersebut tidak
didasarkan penilaian risiko audit. Materialitas menyeluruh ditentukan
sepenuhnya oleh pemahaman auditor mengenai Reasonable User. Secara
konseptual, materialitas menyeluruh sama dengan materialitas yang digunakan
pengguna laporan keuangan.
Materialitas berkaitan erat dengan risiko audit (Audit risk), keduanya menjadi
bahan pertimbangan penting dalam proses audit. Risiko audit adalah kemungkinan
auditor memberikan pendapat yang keliru atas laporan keuangan yang mengandung
salah saji yang material.
Materialitas dan risiko audit terus diperhatikan sepanjang audit, dengan:
● Mengidentifikasi dan menilai RMM (Risk of Material Misstatements);
● Menentukan sifat, waktu dan luasnya prosedur audit lanjutan;
● Menentukan revisi atas materialitas (Overall materiality maupun Performance
materiality dengan informasi baru yang diperoleh selama audit. Ini berarti,
informasi baru itu membuat auditor menetapkan angka materialitas yang
berbeda dari apa yang ditetapkannya pada awal audit; dan
● Mengevaluasi dampak salah saji yang tidak dikoreksi (uncorrected
misstatements), terhadap laporan keuangan dan merumuskan pendapat auditor.
Materialitas Keseluruhan didasarkan atas apa yang layaknya diharapkan berdampak terhadap
terhadap keputusan yang dibuat pengguna laporan keuangan. Jika auditor memperoleh
informasi yang menyebabkan ia menentukan angka materialitas yang berbeda dari yang
ditetapkannya semula, angka materialitas semula seharusnya direvisi.
Specific Materiality
Specific materiality untuk jenis transaksi, saldo akun atau disclosures tertentu dimana jumlah
salah sajinya akan lebih rendah dari overall materiality.
Specific performance materiality ditetapkan lebih rendah dari specific materiality. Hal ini
memungkinkan auditor menanggapi penilaian risiko tertentu dan memperhitungkan
kemungkinan adanya salah saji yang tidak terdeteksi dan salah saji yang tidak material, yang
secara agregat dapat berjumlah material.
Menurut SA 320, par 10, pada saat menetapkan strategi audit secara keseluruhan, auditor
harus menentukan materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan. Adapun beberapa
contoh overall materiality yaitu:
Misalkan, jumlah aset PT. Sumber Rezeki, Tbk IDR 907 miliar
Opsi 1
Materialitas pada tingkat laporan keuangan = 2% x IDR 907 miliar = IDR 18,14 miliar
Opsi 2
Jenjang 1 = IDR 200 miliar x 1% = IDR 2 miliar; ditambah
Jenjang 2 = IDR 300 miliar x 0,6% = IDR 1,8 miliar; ditambah
Jenjang 3 = IDR 407 [907 – 500] miliar x 0,4% = IDR 1,63 miliar.
Opsi 3
Materialitas pada tingkat laporan keuangan:
Jenjang 2 = IDR 300 miliar x 1,5% = IDR 4,5 miliar; ditambah
Performance Materiality
Menurut SA 320, par A.12, penentuan materialitas pelaksanaan bukan merupakan suatu
perhitungan mekanis yang sederhana dan membutuhkan adanya pertimbangan (kearifan)
professional. Penentuan ini dipengaruhi oleh:
Menurut SA 320, par 11, materialitas pelaksanaan digunakan untuk sebagai berikut:
Asumsi materialitas pada tingkat laporan keuangan secara keseluruhan pada PT. Sumber
Rezeki, Tbk yang digunakan adalah IDR 18,14 miliar.
Ketiga performance materiality ini akan diterapkan pada setiap area audit, tergantung pada
hasil penilaian risiko kesalahan penyajian material.
Ada beberapa hal dimana salah saji yang lebih kecil dari angka materialitas untuk laporan
keuangan secara keseluruhan dapat diperkirakan secara layak, akan mempengaruhi
pengambil keputusan oleh pemakai laporan keuangan, diantaranya:
Tahap perencanaan, ketika keputusan dibuat mengenai luasnya pekerjaan audit yang
harus dilaksanakan
Audit, jika berdasarkan temuan audit, diperlukan revisi atas overall
materiality atau performance materiality untuk jenis transaksi, saldo akun
atau disclosures tertent
Auditor merumuskan suatu pendapat atas laporan keuangan sebagai keseluruhan atas dasar
bukti yang diperoleh dari verivikasi asersi yang berkaitan dengan saldo akun secara
individual atau golongan transaksi. Tujuannya adalah untuk membatasi risiko audit pada
tingkat saldo akun sedemikian rupa sehingga pada akhir proses audit, risiko audit dalam
menyatakan pendapat atas laporan keuangan sebagai keseluruhan akan berada pada tingkat
yang rendah
Tinggi Periksa secara selintas (scan) rekonsiliasi bank yang dibuat oleh klien mengenai
keakuratan matematis yang terdapat di dalamnya
Moderat Lakukan review terhadap rekonsiliasi bank yang dibuat oleh klien dan lakukan
verifikasi terhadap pos – pos yang direkonsiliasi serta keakuratan matematis
Rendah Buatlah rekonsiliasi bank dengan menggunakan rekening koran yang diperoleh
dari klien dan lakukan verifikasi terhadap pos – pos yang direkonsiliasi serta
keakuratan matematis
Sangat rendah Mintalah rekening koran bank secara langsung dari bank, buatlah rekonsiliasi
bank, lakukan verifikasi terhadap pos – pos yang direkonsiliasi serta keakuratan
matematis
3.1 Kesimpulan
Berbagai kemungkinan hubungan antara materialitas, bukti audit, dan risiko audit
digambarkan sebagai berikut:
1. a) Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat materialitas
dikurangi, auditor harus menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan.
2. b) Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan mengurangi
jumlah bukti audit yang dikumpulkan, risiko audit menjadi meningkat.
3. c) Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit.
DAFTAR PUSTAKA
SPAP SA 320. Materialitas dalam tahap perencanaan dan pelaksanaan audit. Ikatan
Akuntan Publik Indonesia. 2013.