Tujuan akhir audit, adalah memberikan opini auditor mengenai kewajaran penyajian laporan
keuangan yang diauditnya. Tujuan akhir ini tidak berubah sepanjang masa, meskipun istilah yang
digunakan dan perumusan opininya berubah.
Yang juga berubah ialah pendekatannya. Perubahan ini terlihat dalam istilah Auditing: An
Integrated Approach yang digunakan sebagai judul buku karya Alvin Arens dan James
Loebbecke tahun 1997 (edisi pertama). Istilah Integrated Approach masih digunakan dalam edisi
terakhir (edisi ke 15).
Sebelum pendekatan terpadu yang dikenalkan Arens dan rekan-rekannya, audit dilakukan
akun demi akun, mulai dengan seluruh akun laporan posisi keuangan sampai seluruh akun
laporan laba rugi.
Buku-buku teks tidak memberi nama untuk pendekatan ini. Pendekatan ini kami sebut
“Pendekatan Neraca Saldo” atau trial-balance approach.
Pendekatan Neraca Saldo ketika itu terasa alamiah, karena dokumen pertaman yang
diterima auditor adalah neraca saldo, berisi seluruh akun laporan posisi keuangan dan laporan
laba rugi.
Para auditor Belanda sebelum Perang Dunia II, menerapkan versi lain dari pendektan
Neraca Saldo. Mereka menyebutnya vastleggen. Praktik ini dilanjutkan oleh auditor Indonesia
sampai sekitar akhir 1960-an.
Vastlenggen pada dasarnya adalah rekapitulasi data accounting ke spread sheet (seperti
Excel, tapi masih dikerjakan secara manual). Spread sheet ini diisi dengan angka-angka (debit
dan kredit) dari neraca saldo akhir tahun yang lalu (misalnya 31 Desember 2015), dan
rekapitulasi semua buku harian (journals) berupa perubahan angka yang memengaruhi setiap
akun (juga dalam debit dan kredit), dan dari proses penjumlahan angka awal dan transaksi (dari
bukuharian) akan diperoleh neraca saldo akhir tahun berjalan (31 Desember 2016). Proses ini
disebut vastleggen yang berarti menuangkan angka-angka ke dalam spread sheet.
Neraca saldo akhir tahun berjalan yang dibuat auditor, kemudian dibandingkan dengan
saldo akun dalam buku besar untuk pos – pos laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi. Jika
keduanya sesuai, auditor menganggap proses akuntansinya memadai, dan audit dilanjutkan
dengan beberapa pengujian. Sebaliknya jika terdapat perbedaan, auditor (dengan bantuan
pemegang buku) berupaya menemukan perbedaannya. Jika tidak ditemukan auditor mencatatnya
dalam opini auditnya bahwa ada selisih pembukuan yang tidak dengan dijelaskan.
Dalam bahasa audit (GAAS maupun ISA), vastleggen tidak lain dari reperformance.
Pendekatan pra Perang Dunia II ini tentunya tidak tepat lagi diterapkan sekarang. Jumlah
transaksi per hari semakin banyak, dan mungkin berkaitan dengan lebih dari satu mata uang.
Juga kemajuan yang pesat dalam teknologi informasi untuk pengolahan data accounting,
membuat audit dengan pendekatan neraca saldo, diganti dengan pendekatan baru.
Pendekatan Terpadu
Semua transaksi dalam siklus tersebut di atas, pada akhirnya bermuara di akun kas dan bank.
Oleh karena itu, di samping audit melalui pendekatan kelima siklus tersebut, audit atas kas dan
bank merupakan bagian dari audit dengan pendekatan terpadu.
Mengapa penggajian tidak masuk siklus pengadaan dan pembayaran ? Ini tentunya
tergantung pada jenis usaha. Ada jenis usaha yang menggunakan banyak tenaga kerja terdidik,
dengan kompensasi gaji dan tunjangan yang tinggi, sehingga beban biaya ini merupakan unsur
yang signifikan atau sangat signifikan dalam laporan laba rugi. Contoh, jenis usaha perbankan,
jasa komputer, jasa audit dan konsultasi, dan lain-lain.
Juga, di negara-negara maju, secara umum, biaya SDM merupakan unsur yang signifikan.
Oleh karena itu, buku-buku teks mereka memisahkan siklus penggajian dari siklus pengadaan
dan pembayaran.
Dengan penegasan bahwa siklus-siklus di atas berkenaan dengan industri perdagangan atau
pabrikase, maka auditor harus melihat siklus – siklus yang khas untuk entitas yang auditnya,
misal perbankan, penerbangan, dan lain-lain.
ISA menggunakan pendekatan audit berbasis risiko, yang dilaksanakan dalam tiga tahap : tahap
menilai risiko, tahan menanggapi risiko yang dinilai, dan tahap merumuskan opini audit.
Seperti dijelaskan dalam bab mengenai audit berbasis risiko, seluruh tahap (bahkan
sebelum penugasan diterima), fokus perhatian auditor adalah pada potensi risiko salah saji
material dalam laporan keuangan, baik yang disebabkan oleh error maupun fraud.
Bagaimana keterkaitan antara pendekatan audit terpadu dengan audit berbasis ISA?
Dalam pendekatan audit terpadu berbasis ISA.
Akhirnya, dengan bukti-bukti audit yang diperoleh, auditor menarik kesimpul yang menjadi
dasar untuk merumuskan opini auditnya pada tingkat laporan keuangan.
Catatan Akhir