Anda di halaman 1dari 42

Kelompok 13

Akuntansi Multinasional:
Penjabaran Laporan
Keuangan Entitas Asing
Baiq Intan Pujiati (1901036025)
Salsabila Orviana (1901036070)
Ratna Savitri (1901036087)
Multinational Accounting
● Pada saat perusahaan Multinasional Indonesia menyusun Laporan Keuangan untuk
pelaporan kepada pemegang sahamnya, perusahaan harus memasukkan operasi yang
berbasis di luar negeri yang dinyatakan dalam mata uang Rupiah dan dilaporkan dengan
menggunakan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

● Operasi di luar negeri tersebut termasuk anak perusahaan, cabang atau investasi dari
perusahaan Indonesia.
Perbedaan dalam Prinsip Akuntansi
● Beberapa negara mengembangkan prinsip akuntansinya berdasarkan kebutuhan informasi
dari otoritas pajak.

● Negara lain mempunyai prinsip akuntansi yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan dari
pemerintah pusat sebagai perencana ekonomi.

● Model di Indonesia berfokus pada kebutuhan informasi pemegang saham biasa atau pihak
pemberi kredit melalui penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

● Standar pelaporan keuangan yang utama saat ini sedang dalam proses penyusunan oleh
International Accounting Standards Board (IASB), adalah sebuah badan yang
memperoleh mandat untuk menyusun seperangkat standar laporan keuangan internasional
dan mendorong seluruh pihak untuk mengadopsi standar yang berlaku secara Internasional
tersebut
Differences in Accounting Principles
● IASB mengumumkan sebuah standar pelaporan yang disebut sebagai Standar Pelaporan
Keuangan Internasional (International Financial Reporting Standards-IFRSs). Sebelum
terbentuknya IASB, International Accounting Standards Comittee telah menerbitkan International
Accounting Standards (IASs). IASs diterbitkan dari tahun 1973 hingga tahun 2001. IASB
mengadopsi IASs secara keseluruhan dan sekaligus mengembangkannya yang disebut IFRSs.

● IFRS sekarang relatif banyak digunakan di banyak negara, termasuk telah diadopsi oleh negara
Uni Eropa dan lainnya.
● Banyak pihak yang berpendapat bahwa jika hanya ada satu set standar akuntansi yang berlaku
secara internasional akan meningkatkan kepercayaan diri investor di pasar dan meningkatkan
efisiensi pasar karena memudahkan investor untuk membandingkan berbagai pilihan investasi di
berbagai negara.
Differences in Accounting Principles
● Bentuk pelaporan keuangan yang juga berpengaruh adalah GAAP Amerika Serikat.
● Keberadaan berbagai bentuk standar akuntansi ini memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
perusahaan Indonesia dan juga perusahaan multinasional yang beroperasi di Indonesia. Hal ini
disebabkan karena penyusunan laporan keuangan harus menggunakan standar akuntansi dimana
mereka berlokasi, kemudian mentranslasikan agar sesuai dengan prinsip Akuntansi Berterima
Umum Indonesia untuk memudahkan penyusunan laporan konsolidasi.
 Hal yang sama terjadi jika perusahaan Indonesia memilih untuk mendaftarkan sahamnya di bursa
efek di luar Indonesia atau dual listing (di Indonesia dan di luar negeri), maka perusahaannya itu
harus menyesuaikan dengan standar negara di mana mereka mendaftarkan sahamnya.
● Oleh karena itulah, maka meminimalkan perbedaan di antar berbagai standar di dunia ini khususnya
GAAP AS dan IFRS, menjadi perhatian utama.
Differences in Accounting Principles
● Konvergensi akan mengurangi biaya bagi penerbit laporan keuangan, karena mereka tidak perlu
mengeluarkan biaya untuk menyiapkan laporan keuangan dalam berbagai standar.

● FASB terus bekerja sama dengan IASB untuk meningkatkan kualitas standar pelaporan internasional
dan mengkonversikan kedua set standar tersebut.

● Pada bulan September 2001, FASB menerbitkan “The Norwalk Agreement” di mana baik FASB dan
IASB sepakat bekerja sama untuk meningkatkan kualitas standar pelaporan keuangan dengan
meminimalisasi perbedaan diantara mereka.
● Usaha konvergensi ini berfokus pada evaluasi standar yang telah ada dan mengawasi implementasi
standar tersebut saat ini serta standar baru yang kedua kelompok tersebut dikembangkan.
Penentuan Mata Uang Fungsional
● PSAK No.11 tentang “Translasi Mata Uang Asing “ memberikan panduan khusus untuk
mentranslasikan laporan keuangan dari mata uang asing menjadi mata uang rupiah .
● Tujuan PSAK 11 adalah menyajikan hasil yang secara langsung memperlihatkan
pengaruh perubahan ekonomi dari pergerakan nilai tukar.
● PSAK 11 juga menjelaskan tentang pencapaian keuangan dan hubungannya dalam
laporan keuangan dengan mata uang asing melalui proses translasi
Determining the Functional Currency
● PSAK mengadopsi konsep mata uang fungsional (Fungtional currency) yang
didefinisikan sebagai “mata uang dari lingkungan ekonomi primer di mana entitas
tersebut beroperasi, umumnya, mata uang tersebut adalah mata uang dari lingkungan
dimana entitas tersebut terutama menghasilkan dan menerima kas”

Penentuan Mata Uang Fungsional


PSAK menyajikan tiga indikator yang harus dinilai untuk menentukan mata uang
fungsional suatu entitas, yaitu :
arus kas,
harga jual
beban
.
Determining the Functional Currency
● Jika afiliasi asing menggunakan mata uang lokal sebagai mata uang fungsional untuk
sebagian besar transaksinya dan jika kas yang dihasilkan tidak secara rutin disetorkan
pada induk perusahaan di Indonesia, maka mata uang negara tempat entitas tersebut
beroperasi umumnya digunakan juga
● Juga, afiliasi asing umumnya mempunyai pasar aktif dinegara sendiri dan memperoleh
pendanaan dari sumber lokal
Determining the Functional Currency
● Faktor-faktor berikut mengindikasikan apakah Rupiah adalah mata uang fungsional dari
anak perusahaan Inggris

○ Sebagian besar transaksi kas dalam Rupiah.

○ Pasar penjualan utama di Indonesia

○ Komponen produksi umumnya diperoleh dari Indonesia.

○ Induk perusahaan di Indonesia yang paling bertanggungjawab dalam pendanaan


anak perusahaan di Inggris tersebut.
Determining the Functional Currency
● Pendekatan mata uang fungsional mengharuskan entitas asing untuk mentranslasikan
seluruh transaksinya ke dalam mata uang fungsional

● Jika suatu entitas mempunyai transaksi yang dinyatakan dalam mata uang selain uang
fungsional, maka transaksi asing harus disesuaikan menjadi nilai setara mata uang
fungsional sebelum perusahaan menyusun laporan keuangan konsolidasi.
Penentuan Mata Uang Fungsional di Lingkungan
denag Tingkat Inflasi Tinggi

● Pengecualian atas kriteria pemilihan mata uang asing dikhususkan jika entitas asing
berlokasi di negara seperti, Argentina dan Peru yang mengalami inflasi yang sangat
tinggi.

● Inflasi yang sangat tinggi didefinisikan sebagai inflasi yang melebihi 100% selama
periode 3 tahun.
Ekonomi dengan inflasi sangat tinggi
● PSAK memutuskan bahwa volatilitas dalam mata uang asing dengan hiperinflasi
mendistorsi laporan keuangan jika mata uang lokal dipergunakan sebagai mata uang
fungsional entitas asing.
● Oleh karena itu, dalam kasus operasi entitas asing yang berada dalam perekonomian
dengan tingkat inflasi yang sangat tinggi, mata uang pelaporan dari induk perusahaan
Indonesia-Rupiah-harus sebagai mata uang fungsional entitas asing.
● Contoh : Asumsikan bahwa anak perusahaan di luar negeri membangun gedung dengan
biaya 1.000.000 peso pada saat nilai tukar adalah Rp.500 = 1 peso. Kemudian diasumsikan
bahwa karena adanya hiperinflasi di negara anak perusahaan luar negeri tersebut, maka nilai
tukar menjadi Rp.0,05 = 1 peso. Nilai gedung hasil translasi pada saat dibangun dan setelah
hiperinflasi adalah sebagai berikut :

Jumlah Tanggal Pembangunan Setelah hiperinflasi


(peso) Nilai Tukar Jumlah hasil Nilai Tukar Jumlah Hasil
Translasi Translasi
1.000.000 Rp.500 Rp.500 juta Rp.0,05 Ro.50.000
Perekonomian dengan inflasi tinggi
● Setelah penentuan mata uang asing dari afiliasi asing, mata uang tersebut harus digunakan
secara konsisten.
● Akan tetapi, jika perubahan dalam kondisi perekonomian mengharuskan perubahan dalam
penentuan mata uang fungsional afiliasi asing, maka perubahan akuntansi tersebut harus
diperlakukan sebagai perubahan dalam estimasi hanya perlakuan saat itu dan perspektif saja,
tidak diperlukan penyajian kembali laporan dari periode sebelumnya
Translasi versus Pengukuran Kembali
Laporan Keuangan Asing
● Terdapat dua metode yang berbeda untuk menyajikan kembali laporan keuangan entitas
asing ke dalam rupiah

○ Translasi laporan keuangan entitas asing ke Rupiah

○ Pengukuran kembali laporan keuangan entitas asing ke mata uang fungsional


entitas tersebut
Translation versus Remeasurement
● Translasi adalah metode yang umum digunakan dan diterapkan jika mata uang lokal adalah
mata uang fungsional entitas asing.
● Ini merupakan kasus normal dimana, sebagai contoh, anak perusahaan Indonesia di Perancis
menggunakan euro untuk pencatatan dan mata uang fungsional.
● Laporan keuangan anak perusahaan harus ditranslasikan dari euro ke Rupiah.
● Setiap selisih translasi yang terjadi akan dimasukkan sebagai komponen laba komprehensif
Translation versus Remeasurement
● Pengukuran kembali adalah pengukuran kembali laporan keuangan entitas asing dari mata uang
lokal yang digunakan entitas ke mata uang fungsional asing
● Pengukuran kembali hanya diharuskan jika mata uang fungsional berbeda dengan mata uang yang
digunakan untuk pembukuan dan pencatatan entitas asing
● Setelah pengukuran kembali, laporan keuangan harus di translasi jika mata uang fungsional tidak
dalam rupiah. Jika entitas asing menggunakan Rupiah untuk mata uang pencatatan dan pelaporan
maka translasi atau pengukuran kembali tidak diperlukan; laporan keuangannya sudah dinyatakan
dalam Rupiah dan siap untuk digabungkan dengan laporan keuangan kantor pusat Indonesia.
Translation versus Remeasurement
● Contoh, perusahaan Indonesia mempunyai cabang penjualan di Singapura yang relatif independen dapat
menggunakan rupiah sebagai mata uang fungsional tetapi memilih menggunakan dolar singapura
sebagai mata uang pencatatan dan pelaporan
● Tentu saja, jika cabang Singapura tersebut menggunakan Rupiah untuk mata uang fungsional dan
pelaporan maka translasi atau pengukuran kembali tidak diperlukan.
● Penerapan yang paling sering dilakukan dan pengukuran kembali adalah untuk afiliasi yang berlokasi di
negara yang mengalami hiperinflasi.
● Sebagai contoh, anak perusahaan di Argentina dari induk perusahaan Indonesia mencatat dan
melaporkan laporan keuangan dalam mata uang lokal yaitu peso Argentina.
● Akan tetapi, karena perekonomian Argentina mengalami inflasi yang lebih tinggi dari 100% selama
periode tiga tahun, rupiah ditetapkan sebagai mata uang fungsional untuk tujuan pelaporan sehingga
laporan keuangan anak perusahaan harus diukur kembali dari peso Argentina ke rupiah
Translation
● Sebagian besar entitas bisnis transaksi dan mencatat aktivitas bisnisnya dalam mata
uang lokal.

● Oleh karena itu, mata uang lokal dari entitas asing adalah mata uang fungsional.

● Translasi laporan keuangan entitas asing kedalam rupiah merupakan proses yang relatif
sederhana
Translation Exchange Rates
ACCOUNTS EXCHANGE RATES_______

Revenue & Expense Umumnya nilai tukar rata-rata tertimbang untuk periode
laporan

Assets & Liabilities Nilai tukar sekarang pada tanggal neraca

Stockholders’ Equity Nilai tukar historis


Translation Adjustment
● Oleh karena untuk translasi masing-masing akun entitas asing digunakan kurs yang
berbeda-beda, maka umumnya debit dan kredit dalam neraca percobaan setelah translasi
tidak sama

● Pos penyeimbang debit neraca percobaan translasi dengan kreditnya disebut Selisih
Translasi
Contoh
● Pada tgl. 1 Januari 2011 PT Induk perusahaan Indonesia membeli 100% saham German
Comp. seharga Rp.860.000.000. Harga tersebut Rp.60.000.000 lebih tinggi dari nilai buku.
Selisih tersebut dialokasikan ke paten dan diamortisasi selama 10 tahun
● Mata uang lokal German Company adalah euro merupakan mata uang fungsional
● Pada tanggal 1 Oktober 2011 anak perusahaan umumkan dan membayar dividen 6.250 euro
● Anak perusahaan menerima Rp.72.000.000 kurs 1 euro = Rp.16.000
Neraca percobaan Kurs Neraca Percobaan (Rp)
(euro)
Kas 2.500 16.000 40.000.000
Piutang 10.000 16.000 160.000.000
Persediaan 7.500 16.000 120.000.000
Aset Tetap 50.000 16.000 800.000.000
Total debit 70.000 1.120.000.000
Akm depresiasi 5.000 16.000 80.000.000
Utang usaha 2.500 16.000 40.000.000
Utang Obligasi 12.500 16.000 200.000.000
Saham Biasa 40.000 16.000 640.000.000
Saldo laba 10.000 16.000 160.000.000
Total kredit 70.000 1.120.000.000
Ayat jurnal pada saat akuisisi (1 jan 2011)
Investasi pada saham German Comp 860.000.000
Kas 860.000.000
(mencatat pembelian
● Jurnal German Comp)
eliminasi

Saham biasa-German Comp 640.000.000


Saldo laba 160.000.000
Diferensial 60.000.000
Investasi pada saham German Comp 860.000.000
(mencatat eliminasi saldo investasi)

Paten 60.000.000
Diferensial 60.000.000
(mencatat alokasi diferensial ke Paten)
Pada saat anak perusahaan menerima rupiah

Unit Mata uang asing (rp) 4.500


Penjualan 4.500
(mencatat penjualan dan penerimaan Rp.72.000.000 pada kurs
tunai pada tgl. Penerimaan
Rp.72.000.000/kurs Rp.16.000 = 4.500

Kerugian transaksi mata uang asing 500


Unit mata uang asing (Rp) 500
(menyesuailkan akun yang didenominasi dalam unit mata uang asing menjadi
kurs sekarang
Rp.72.000.000/Rp.18.000 = 4.000
Saldo sebelum disesuaikan = (4.500)
Kerugian transaksi mata uang asing 500
1 Okt 20x1
Kas 110.000.000
Investasi pada saham German comp 110.000.000
31 Des 2011
Investasi pada saham German Comp 212.500.000
Pendapatan dari anak Perusahaan 212.500.000

Investasi pada saham German comp 110.000.000


pendapatan komprehensif lainnya- selisih 110.000.000
translasi
Translation Adjustment
● Selisih kurs yang terjadi dari proses translasi adalah bagian dari pendapatan
komprehensif entitas untuk periode tersebut.

FASB 130 membutuhkan pelaporan laba rugi komprehensif sebagai bagian dari laporan
keuangan utama perusahaan.
Remeasurement
● Metode kedua, laporan keuangan afiliasi asing dalam Rupiah adalah pengukuran kembali.

Meskipun pengukuran kembali tidak seperti yang biasa digunakan sebagai translasi, beberapa situasi
yang ada di mana mata uang fungsional dari afiliasi asing tidak mata uang lokal.
● Pengukuran ini mirip dengan translasi dalam bahwa tujuannya adalah untuk mendapatkan nilai Rupiah
yang setara untuk akun afiliasi asing sehingga mereka dapat dikombinasikan atau dikonsolidasikan
dengan laporan perseroan.
Kurs yang digunakan untuk pengukuran kembali, bagaimanapun, adalah berbeda dari yang digunakan
untuk translasi, sehingga nilai Rupiah yang berbeda untuk akun afiliasi asing
Remeasurement
● Proses pengukuran kembali membagi neraca ke rekening moneter dan nonmoneter. aktiva dan
kewajiban moneter, seperti uang tunai, jangka pendek atau piutang jangka panjang, dan jangka pendek
atau hutang jangka panjang, memiliki jumlah mereka tetap dalam hal unit mata uang. aset nonmoneter
adalah akun seperti persediaan, dan peralatan pabrik, yang tidak tetap dalam kaitannya dengan satuan
moneter

● Akun-akun moneter diukur kembali dengan menggunakan kurs saat ini.


Akun ini tunduk pada keuntungan atau kerugian dari perubahan nilai tukar.
Kurs historis yang tepat digunakan untuk mengukur saldo non neraca moneter akun dan pendapatan
terkait, beban, keuntungan, dan saldo rekening rugi
Remeasurement Gain or Loss
● Karena berbagai tarif yang digunakan untuk mengukur keseimbangan jejak mata uang
asing, debit dan kredit dari neraca saldo setara Rupiah mungkin tidak akan sama.
Dalam hal ini, item balancing adalah keuntungan pengukuran kembali atau kerugian,
yang dimasukkan dalam laporan laba rugi periodik.

● Laba atau rugi selisih kurs dari proses pengukuran kembali termasuk dalam laporan laba
rugi periode berjalan, biasanya di bawah "Penghasilan."

Berbagai judul akun yang digunakan, seperti Devisa Laba (Rugi), Mata Laba (Rugi),
Exchange Laba (Rugi), atau Pengukuran Laba (rugi).
Pos Saldo € Kurs Saldo Rp
Kas 10.750 1,40 15.050
Unit mata uang asing 3.000 1,40 4.200
Piutang 10.500 1,40 14.700
Persediaan 5.000 1,40 6.900
Aktiva tetap 50.000 1,40 60.000
Harga pokok penjualan 22.500 1,30 28.100
Beban operasi 14.500 1,30 18.600
Kerugian transaksi mata uang asing 500 1,30 650
Dividen dibayarkan 6.250 1,36 8.500
Total debit 123.000 156.700

Akumulasi depresiasi 7.500 1,40 9.000


Utang usaha 3.000 1,40 4.200
Utang obligasi 12.500 1,40 17.500
Saham biasa 40.000 1,20 48.000
Laba ditahan 10.000 (a) 12.000
Penjualan 50.000 1,30 65.000
Total kredit 155.700
Keuntungan pengukuran kembali 1.000
156.700
Pos Dalam euro Kurs Dalam Rupiah
(a) Harga Pokok penjualan
Persediaan awal 7.500 1,20 9.000
Pembelian 20.000 1,30 26.000
Barang tersedia 27.500 35.000
dikurangi: persediaan akhir (5.000) (6.900)
Harga pokok penjualan 22.500 28.100
(b) Beban operasi
Beban tunai 12.000 15.600
Beban depresiasi 2.500 3.000
14,500 18.600
(c) Dibawa dari kertas kerja tanggal 1 januari 2011
Contoh:
● Pada tanggal 1 Januari 2011, Peerless memutuskan untuk lindung nilai bagian investasinya yang
baru saja dilakukan di German Company yang terkait dengan nilai buku aktiva bersih German
Company. Peerless tidak yakin apakah kurs langsung euro akan meningkat atau menurun untuk tahun
tersebut dan ingin melindungi nilai investasi aktiva bersihnya. Pada tanggal 1 Januari 2011,
kepemilikan 100 persen. Peerless atas aktiva bersih German Company dengan €50.000 (€40.000
sahammodal ditambah €10.000 laba ditahan). Peerles meminjam €50.000 pada tingkat bunga 5%
untuk lindung nilai investasinya di German Company serta pokok dan bunga jatuh tempo dan
terutang pada tanggal 1 Januari 2012
1 Januari 2011
Kas 60.000
Utang pinjaman (€) 60.000
Meminjam utang yang didenominasi dalam euro untuk lindung nilai investasi bersih di anak
perusahaan German, Rp.60.000 = €50.000 x Rp.1,20 kurs tunai

31 Desember 2011
Pendapatan komprehensif lainnya 10.000
Utang pinjaman (€) 10.000
Menilai kembali utang yang didenominasi dalam mata uang asing berdasarkan kurs tunai akhir
periode, Rp.60.000 = €50.000 x (Rp.1,40 - Rp.1,20)

Beban bunga 3.250


Kerugian transaksi mata uang asing 250
Utang bunga (€) 3.500
Akru beban dan utang bunga atas utang euro
Rp.3.250 = €50.000 x 0,05 bunga x Rp.1,30 kurs rata-rata
Rp.3.500 = €50.000 x 0,05 bunga x Rp.1,40 kurs tunai akhir periode
31 Desember 2011
Akumulasi pendapatan komprehensif lainnya-selisih translasi
Ikhtisar laba rugi (atau laba ditahan) 10.000
Kerugian transaksi mata uang asing 250
Pendapatan komprehensif lainnya 250
Menutup akun nominal terkait dengan lindung nilai investasi bersih 10.000
di anak perusahaan luar negeri

1 Januari 2012
Utang bunga (€) 3.500
Utang pinjaman (€) 70.000
Kas 73.500
Membayar pokok dan bunga terkait dengan lindung nilai yang
didenominasi dalam euro
Rp.70.000 = Rp.60.000 + Rp.10.000
Additional Disclosure Requirements
● FASB 52 mensyaratkan bahwa keuntungan transaksi asing agregat atau kerugian
termasuk dalam penghasilan harus diungkapkan secara terpisah dalam laporan laba rugi
atau dalam catatan yang menyertainya.
Ini termasuk keuntungan atau kerugian diakui dari transaksi mata uang asing, kontrak
berjangka, dan keuntungan pengukuran atau rugi.
● Jika tidak diungkapkan sebagai item satu baris pada laporan laba rugi, pengungkapan
ini biasanya catatan kaki satu kalimat yang meringkas operasi asing perusahaan
Peerless Products dan anak perusahaan
Laporan laba rugi konsolidasi
Untuk tahun berakhir 31 Desember 2011
. Penjualan Rp.465.000
Harga Pokok penjualan (199.250)
Laba kotor 266.750
Beban operasi (109.500)
Kerugian transaksi mata uang asing (650)
Laba bersih konsolidasi untuk hak pengendali Rp.155.600

Peerless Products dan anak perusahaan


Laporan pendapatan komprehensif konsolidasi
Untuk tahun berakhir 31 Desember 2011
Laba bersih konsolidasi untuk hak pengendali Rp.155.600
Pendapatan komprehensif lainnya:
selisih translasi mata uang asing Rp. 11.950
Pendapatan komprehensif untukhak pengendali Rp.167.550
Peerless Products dan anak perusahaan
Laporan perubahan ekuitas konsolidasi
Untuk tahun berakhir 31 Desember 2011

total Pendapatan Laba Akm Saham


komprehensi ditahan pendapat modal
f an
komprehe
nsif
lainnya
Saldo awal 800.000 300.000 0 500.000
Pendapatan komprehensif:
Laba bersih 155.600 155.600 155.600
Pendapatan komprehensif lainnya
selisih translasi mata uang asing 11.950 11.950 11.950
Pendapatan komprehensif 167.550
Dividen diumumkan atas saham biasa
Saldo akhir (60.000) (60.000)
907.550 395.600 11.950 500.000
Pendapatan dari anak perusahaan
Bagian induk perusahaan atas
laba anak perusahaan
Amortisasi paten (Rp.18.650 x 1)
(Rp.6.000/10 tahun) 600 Saldo 31 desember 2011 18.650
18.650

Pendapatan dari anak perusahaan 18.050


Dividen diumumkan 8.500
Investasi pada saham German Company 9.550
Mengeliminasi pendapatan dari anak perusahaan
Saham biasa-German Co 48.000
Laba ditahan, 1 januari 2011 12.000
Diferensial 6.000
Investasi pada saham German Company 66.000
Paten 6.000
Diferensial 6.000
Mengaolaksikan diferensial ke paten
Beban operasi-amortisasi paten 600
Paten 600
Amortisasi paten
Pembuktian pengukuran kembali
Pengukuran kembali German Company
Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011
Skedul 1
Laporan posisi moneter bersih
Akhir tahun Awal tahun
Aktiva moneter
Kas €10.750 €2.500
Unit mata uang asing 3.000 0
Piutang 10.500 10.000
Total €24.250 €12.500
Dikurangi: ekuitas moneter
Utang usaha €3.000 €2.500
Utang obligasi 12.500 12.500
Total €15.500 €15.000
Kewajiban moneter bersih €(2.500)
Aktiva moneter bersih €8.750
Peningkatan aktiva moneter bersih selama tahun berjalan
€11.250
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai