Akuntansi Multinasional • Pada saat perusahaan Multinasional Indonesia menyusun Laporan Keuangan untuk pelaporan kepada pemegang sahamnya, perusahaan harus memasukkan operasi yang berbasis di luar negeri yang dinyatakan dalam mata uang Rupiah dan dilaporkan dengan menggunakan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. • Operasi di luar negeri tersebut termasuk anak perusahaan, cabang atau investasi dari perusahaan Indonesia • Bab ini membahas tentang translasi (penjabaran) laporan keuangan entitas luar negeri ke Rupiah. Penyajian kembali ini diperlukan sebelum laporan keuangan induk perusahaan Indonesia, yang sudah dinyatakan dalam Rupiah. • Akuntan harus mempertimbangkan perbedaan dalam prinsip- prinsip akuntansi dan perbedaan dalam mata uang yang digunakan untuk mengukur operasi entitas luar negeri. Contoh, anak perusahaan Indonesia di Inggris memberikan laporan keuangan ke induk perusahaan yang dinyatakan dalam poundsterling, menggunakan sistem akuntansi Inggris yang berbeda dengan metode akuntansi dan pengukuran di Indonesia. • Induk Perusahaan di Indonesia secara umum harus melakukan langkah-langkah berikut dalam proses translasi dan konsolidasi anak perusahaan di Inggris tersebut Menerima laporan keuangan anak perusahaan Inggris yang dilaporkan dalam poundsterling. • Menyajikan kembali laporan keuangan tersebut agar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. • Mentranslasikan laporan keuangan yang diukur dalam poundsterling menjadi nilai setara dalam Rupiah. • Mengkonsolidasi akun-akun anak perusahaan yang telah ditranslasikan yang sudah diukur dalam Rupiah, dengan akun- akun induk perusahaan. Perbedaan Dalam Prinsip Akuntansi • Beberapa negara mengembangkan prinsip akuntansinya berdasarkan kebutuhan informasi dari otoritas pajak. • Negara lain mempunyai prinsip akuntansi yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan dari pemerintah pusat sebagai perencana ekonomi. • Model di Indonesia berfokus pada kebutuhan informasi pemegang saham biasa atau pihak pemberi kredit melalui penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum • Standar pelaporan keuangan yang utama saat ini sedang dalam proses penyusunan oleh International Accounting Standards Board (IASB), adalah sebuah badan yang memperoleh mandat untuk menyusun seperangkat standar laporan keuangan internasional dan mendorong seluruh pihak untuk mengadopsi standar yang berlaku secara Internasional tersebut • IASB mengumumkan sebuah standar pelaporan yang disebut sebagai Standar Pelaporan Keuangan Internasional (International Financial Reporting Standards-IFRSs). Sebelum terbentuknya IASB, International Accounting Standards Comittee telah menerbitkan International Accounting Standards (IASs). IASs diterbitkan dari tahun 1973 hingga tahun IASB mengadopsi IASs secara keseluruhan dan sekaligus mengembangkannya yang disebut IFRSs • IFRS sekarang relatif banyak digunakan di banyak negara, termasuk telah diadopsi oleh negara Uni Eropa dan lainnya. Banyak pihak yang berpendapat bahwa jika hanya ada satu set standar akuntansi yang berlaku secara internasional akan meningkatkan kepercayaan diri investor di pasar dan meningkatkan efisiensi pasar karena memudahkan investor untuk membandingkan berbagai pilihan investasi di berbagai negara • Bentuk pelaporan keuangan yang juga berpengaruh adalah GAAP Amerika Serikat. Keberadaan berbagai bentuk standar akuntansi ini memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perusahaan Indonesia dan juga perusahaan multinasional yang beroperasi di Indonesia. • Hal ini disebabkan karena penyusunan laporan keuangan harus menggunakan standar akuntansi dimana mereka berlokasi, kemudian mentranslasikan agar sesuai dengan prinsip Akuntansi Berterima Umum Indonesia untuk memudahkan penyusunan laporan konsolidasi • Hal yang sama terjadi jika perusahaan Indonesia memilih untuk mendaftarkan sahamnya di bursa efek di luar Indonesia atau dual listing (di Indonesia dan di luar negeri), maka perusahaannya itu harus menyesuaikan dengan standar negara di mana mereka mendaftarkan sahamnya. • Oleh karena itulah, maka meminimalkan perbedaan di antar berbagai standar di dunia ini khususnya GAAP AS dan IFRS, menjadi perhatian utama. • Konvergensi akan mengurangi biaya bagi penerbit laporan keuangan, karena mereka tidak perlu mengeluarkan biaya untuk menyiapkan laporan keuangan dalam berbagai standar. FASB terus bekerja sama dengan IASB untuk meningkatkan kualitas standar pelaporan internasional dan mengkonversikan kedua set standar tersebut • Pada bulan September 2001, FASB menerbitkan “The Norwalk Agreement” di mana baik FASB dan IASB sepakat bekerja sama untuk meningkatkan kualitas standar pelaporan keuangan dengan meminimalisasi perbedaan diantara mereka. Usaha konvergensi ini berfokus pada evaluasi standar yang telah ada dan mengawasi implementasi standar tersebut saat ini serta standar baru yang kedua kelompok tersebut dikembangkan. Penentuan Mata Uang Fungsional • PSAK No.11 tentang “Translasi Mata Uang Asing “ memberikan panduan khusus untuk mentranslasikan laporan keuangan dari mata uang asing menjadi mata uang rupiah . Tujuan PSAK 11 adalah menyajikan hasil yang secara langsung memperlihatkan pengaruh perubahan ekonomi dari pergerakan nilai tukar. PSAK 11 juga menjelaskan tentang pencapaian keuangan dan hubungannya dalam laporan keuangan dengan mata uang asing melalui proses translas • PSAK mengadopsi konsep mata uang fungsional (Fungtional currency) yang didefinisikan sebagai “mata uang dari lingkungan ekonomi primer di mana entitas tersebut beroperasi, umumnya, mata uang tersebut adalah mata uang dari lingkungan dimana entitas tersebut terutama menghasilkan dan menerima kas” • PSAK menyajikan tiga indikator yang harus dinilai untuk menentukan mata uang fungsional suatu entitas, yaitu : arus kas, harga jual beban • Beberapa entitas asing menggunakan mata uang fungsional yang berbeda dengan mata uang lokalnya. Contoh, sebuah anak perusahaan dari induk perusahan Indonesia yang berlokasi di Venezuela dapat melakukan hampir semua bisnisnya di Brasil atau sebuah cabang atau anak perusahaan dari induk perusahaan Indonesia yang beroperasi di Inggris dapat menggunakan rupiah sebagai mata uang utamanya walaupun ia menggunakan poundsterling untuk pencatatan akuntansinya. • Faktor-faktor berikut mengindikasikan apakah Rupiah adalah mata uang fungsional dari anak perusahaan Inggris Sebagian besar transaksi kas dalam Rupiah. Pasar penjualan utama di Indonesia Komponen produksi umumnya diperoleh dari Indonesia. Induk perusahaan di Indonesia yang paling bertanggungjawab dalam pendanaan anak perusahaan di Inggris tersebut Penentuan Mata Uang Fungsional di Lingkungan denag Tingkat Inflasi Tinggi • Pengecualian atas kriteria pemilihan mata uang asing dikhususkan jika entitas asing berlokasi di negara seperti, Argentina dan Peru yang mengalami inflasi yang sangat tinggi. Inflasi yang sangat tinggi didefinisikan sebagai inflasi yang melebihi 100% selama periode 3 tahun Ekonomi dengan inflasi sangat tinggi • PSAK memutuskan bahwa volatilitas dalam mata uang asing dengan hiperinflasi mendistorsi laporan keuangan jika mata uang lokal dipergunakan sebagai mata uang fungsional entitas asing. • Oleh karena itu, dalam kasus operasi entitas asing yang berada dalam perekonomian dengan tingkat inflasi yang sangat tinggi, mata uang pelaporan dari induk perusahaan Indonesia-Rupiah-harus sebagai mata uang fungsional entitas asing. Perekonomian dengan Inflasi Tinggi • Setelah penentuan mata uang asing dari afiliasi asing, mata uang tersebut harus digunakan secara konsisten. Akan tetapi, jika perubahan dalam kondisi perekonomian mengharuskan perubahan dalam penentuan mata uang fungsional afiliasi asing, maka perubahan akuntansi tersebut harus diperlakukan sebagai perubahan dalam estimasi hanya perlakuan saat itu dan perspektif saja, tidak diperlukan penyajian kembali laporan dari periode sebelumnya Translasi versus Pengukuran Kembali Laporan Keuangan Asing • Terdapat dua metode yang berbeda untuk menyajikan kembali laporan keuangan entitas asing ke dalam rupiah Translasi laporan keuangan entitas asing ke Rupiah Pengukuran kembali laporan keuangan entitas asing ke mata uang fungsional entitas tersebut • Translasi adalah metode yang umum digunakan dan diterapkan jika mata uang lokal adalah mata uang fungsional entitas asing. Ini merupakan kasus normal dimana, sebagai contoh, anak perusahaan Indonesia di Perancis menggunakan euro untuk pencatatan dan mata uang fungsional. Laporan keuangan anak perusahaan harus ditranslasikan dari euro ke Rupiah. Setiap selisih translasi yang terjadi akan dimasukkan sebagai komponen laba komprehensif • Pengukuran kembali adalah pengukuran kembali laporan keuangan entitas asing dari mata uang lokal yang digunakan entitas ke mata uang fungsional asing Pengukuran kembali hanya diharuskan jika mata uang fungsional berbeda dengan mata uang yang digunakan untuk pembukuan dan pencatatan entitas asing • Setelah pengukuran kembali, laporan keuangan harus di translasi jika mata uang fungsional tidak dalam rupiah. Jika entitas asing menggunakan Rupiah untuk mata uang pencatatan dan pelaporan maka translasi atau pengukuran kembali tidak diperlukan; laporan keuangannya sudah dinyatakan dalam Rupiah dan siap untuk digabungkan dengan laporan keuangan kantor pusat Indonesia. • Contoh, perusahaan Indonesia mempunyai cabang penjualan di Singapura yang relatif independen dapat menggunakan rupiah sebagai mata uang fungsional tetapi memilih menggunakan dolar singapura sebagai mata uang pencatatan dan pelaporan Tentu saja, jika cabang Singapura tersebut menggunakan Rupiah untuk mata uang fungsional dan pelaporan maka translasi atau pengukuran kembali tidak diperlukan. Translation Adjustment • Oleh karena untuk translasi masing-masing akun entitas asing digunakan kurs yang berbeda-beda, maka umumnya debit dan kredit dalam neraca percobaan setelah translasi tidak sama Pos penyeimbang debit neraca percobaan translasi dengan kreditnya disebut Selisih Translas • Contoh: Pada tgl. 1 Januari 2011 PT Induk perusahaan Indonesia membeli 100% saham German Comp. seharga Rp Harga tersebut Rp lebih tinggi dari nilai buku. • Selisih tersebut dialokasikan ke paten dan diamortisasi selama 10 tahun • Mata uang lokal German Company adalah euro merupakan mata uang fungsional • Pada tanggal 1 Oktober 2011 anak perusahaan umumkan dan membayar dividen 6250 euro • Anak perusahaan menerima Rp 72.000.000 kurs 1 euro = Rp 16.000 Translation Adjustment • Selisih kurs yang terjadi dari proses translasi adalah bagian dari pendapatan komprehensif entitas untuk periode tersebut. FASB 130 membutuhkan pelaporan laba rugi komprehensif sebagai bagian dari laporan keuangan utama perusahaan. Pengukuran Kembali • Metode kedua, laporan keuangan afiliasi asing dalam Rupiah adalah pengukuran kembali. Meskipun pengukuran kembali tidak seperti yang biasa digunakan sebagai translasi, beberapa situasi yang ada di mana mata uang fungsional dari afiliasi asing tidak mata uang lokal. • Pengukuran ini mirip dengan translasi dalam bahwa tujuannya adalah untuk mendapatkan nilai Rupiah yang setara untuk akun afiliasi asing sehingga mereka dapat dikombinasikan atau dikonsolidasikan dengan laporan perseroan. Kurs yang digunakan untuk pengukuran kembali, bagaimanapun, adalah berbeda dari yang digunakan untuk translasi, sehingga nilai Rupiah yang berbeda untuk akun afiliasi asin • Proses pengukuran kembali membagi neraca ke rekening moneter dan nonmoneter. aktiva dan kewajiban moneter, seperti uang tunai, jangka pendek atau piutang jangka panjang, dan jangka pendek atau hutang jangka panjang, memiliki jumlah mereka tetap dalam hal unit mata uang. aset nonmoneter adalah akun seperti persediaan, dan peralatan pabrik, yang tidak tetap dalam kaitannya dengan satuan moneter • Akun-akun moneter diukur kembali dengan menggunakan kurs saat ini. Akun ini tunduk pada keuntungan atau kerugian dari perubahan nilai tukar. Kurs historis yang tepat digunakan untuk mengukur saldo non neraca moneter akun dan pendapatan terkait, beban, keuntungan, dan saldo rekening rugi Pengukuran Kembali Gain or Loss • Karena berbagai tarif yang digunakan untuk mengukur keseimbangan jejak mata uang asing, debit dan kredit dari neraca saldo setara Rupiah mungkin tidak akan sama. Dalam hal ini, item balancing adalah keuntungan pengukuran kembali atau kerugian, yang dimasukkan dalam laporan laba rugi periodik • Laba atau rugi selisih kurs dari proses pengukuran kembali termasuk dalam laporan laba rugi periode berjalan, biasanya di bawah "Penghasilan." • Berbagai judul akun yang digunakan, seperti Devisa Laba (Rugi), Mata Laba (Rugi), Exchange Laba (Rugi), atau Pengukuran Laba (rugi) Lindung Nilai Atas Investasi Neto • FASB 133 menyatakan bahwa keuntungan atau kerugian atas bagian efektif dari lindung nilai dari investasi bersih diambil untuk pendapatan komprehensif lainnya sebagai bagian dari penyesuaian penjabaran. Namun, jumlah offset laba rugi komprehensif terbatas pada penjabaran untuk investasi bersih. • Contoh: Pada tanggal 1 Januari 2011, Peerless memutuskan untuk lindung nilai bagian investasinya yang baru saja dilakukan di German Company yang terkait dengan nilai buku aktiva bersih German Company. • Peerless tidak yakin apakah kurs langsung euro akan meningkat atau menurun untuk tahun tersebut dan ingin melindungi nilai investasi aktiva bersihnya. • Pada tanggal 1 Januari 2011, kepemilikan 100 persen. Peerless atas aktiva bersih German Company dengan € (€ sahammodal ditambah € laba ditahan). • Peerles meminjam € pada tingkat bunga 5% untuk lindung nilai investasinya di German Company serta pokok dan bunga jatuh tempo dan terutang pada tanggal 1 Januari 2012