Anda di halaman 1dari 45

BAB 12 Akuntansi Multinasional:

Penjabaraan Laporan Keuangan Entitas


Asing

Dosen: Tirza O. Lenggono, SE, M.Ak

Akuntansi Keuangan Lanjutan II


Akuntansi Multinasional
• Pada saat perusahaan Multinasional Indonesia
menyusun Laporan Keuangan untuk pelaporan
kepada pemegang sahamnya, perusahaan harus
memasukkan operasi yang berbasis di luar negeri
yang dinyatakan dalam mata uang Rupiah dan
dilaporkan dengan menggunakan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia.
• Operasi di luar negeri tersebut termasuk anak
perusahaan, cabang atau investasi dari perusahaan
Indonesia
• Bab ini membahas tentang translasi (penjabaran) laporan
keuangan entitas luar negeri ke Rupiah. Penyajian kembali ini
diperlukan sebelum laporan keuangan induk perusahaan
Indonesia, yang sudah dinyatakan dalam Rupiah.
• Akuntan harus mempertimbangkan perbedaan dalam prinsip-
prinsip akuntansi dan perbedaan dalam mata uang yang
digunakan untuk mengukur operasi entitas luar negeri. Contoh,
anak perusahaan Indonesia di Inggris memberikan laporan
keuangan ke induk perusahaan yang dinyatakan dalam
poundsterling, menggunakan sistem akuntansi Inggris yang
berbeda dengan metode akuntansi dan pengukuran di
Indonesia.
• Induk Perusahaan di Indonesia secara umum harus melakukan
langkah-langkah berikut dalam proses translasi dan konsolidasi
anak perusahaan di Inggris tersebut Menerima laporan keuangan
anak perusahaan Inggris yang dilaporkan dalam poundsterling.
• Menyajikan kembali laporan keuangan tersebut agar sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
• Mentranslasikan laporan keuangan yang diukur dalam
poundsterling menjadi nilai setara dalam Rupiah.
• Mengkonsolidasi akun-akun anak perusahaan yang telah
ditranslasikan yang sudah diukur dalam Rupiah, dengan akun-
akun induk perusahaan.
Perbedaan Dalam Prinsip Akuntansi
• Beberapa negara mengembangkan prinsip
akuntansinya berdasarkan kebutuhan informasi dari
otoritas pajak.
• Negara lain mempunyai prinsip akuntansi yang
dirancang untuk memenuhi kebutuhan dari
pemerintah pusat sebagai perencana ekonomi.
• Model di Indonesia berfokus pada kebutuhan
informasi pemegang saham biasa atau pihak
pemberi kredit melalui penerapan prinsip akuntansi
yang berlaku umum
• Standar pelaporan keuangan yang utama saat
ini sedang dalam proses penyusunan oleh
International Accounting Standards Board
(IASB), adalah sebuah badan yang
memperoleh mandat untuk menyusun
seperangkat standar laporan keuangan
internasional dan mendorong seluruh pihak
untuk mengadopsi standar yang berlaku
secara Internasional tersebut
• IASB mengumumkan sebuah standar pelaporan
yang disebut sebagai Standar Pelaporan Keuangan
Internasional (International Financial Reporting
Standards-IFRSs). Sebelum terbentuknya IASB,
International Accounting Standards Comittee telah
menerbitkan International Accounting Standards
(IASs). IASs diterbitkan dari tahun 1973 hingga
tahun IASB mengadopsi IASs secara keseluruhan
dan sekaligus mengembangkannya yang disebut
IFRSs
• IFRS sekarang relatif banyak digunakan di banyak
negara, termasuk telah diadopsi oleh negara Uni
Eropa dan lainnya. Banyak pihak yang berpendapat
bahwa jika hanya ada satu set standar akuntansi
yang berlaku secara internasional akan
meningkatkan kepercayaan diri investor di pasar
dan meningkatkan efisiensi pasar karena
memudahkan investor untuk membandingkan
berbagai pilihan investasi di berbagai negara
• Bentuk pelaporan keuangan yang juga berpengaruh
adalah GAAP Amerika Serikat. Keberadaan berbagai
bentuk standar akuntansi ini memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap perusahaan Indonesia dan juga
perusahaan multinasional yang beroperasi di Indonesia.
• Hal ini disebabkan karena penyusunan laporan keuangan
harus menggunakan standar akuntansi dimana mereka
berlokasi, kemudian mentranslasikan agar sesuai dengan
prinsip Akuntansi Berterima Umum Indonesia untuk
memudahkan penyusunan laporan konsolidasi
• Hal yang sama terjadi jika perusahaan Indonesia
memilih untuk mendaftarkan sahamnya di bursa
efek di luar Indonesia atau dual listing (di Indonesia
dan di luar negeri), maka perusahaannya itu harus
menyesuaikan dengan standar negara di mana
mereka mendaftarkan sahamnya.
• Oleh karena itulah, maka meminimalkan perbedaan
di antar berbagai standar di dunia ini khususnya
GAAP AS dan IFRS, menjadi perhatian utama.
• Konvergensi akan mengurangi biaya bagi
penerbit laporan keuangan, karena mereka
tidak perlu mengeluarkan biaya untuk
menyiapkan laporan keuangan dalam berbagai
standar. FASB terus bekerja sama dengan IASB
untuk meningkatkan kualitas standar
pelaporan internasional dan mengkonversikan
kedua set standar tersebut
• Pada bulan September 2001, FASB menerbitkan
“The Norwalk Agreement” di mana baik FASB dan
IASB sepakat bekerja sama untuk meningkatkan
kualitas standar pelaporan keuangan dengan
meminimalisasi perbedaan diantara mereka. Usaha
konvergensi ini berfokus pada evaluasi standar
yang telah ada dan mengawasi implementasi
standar tersebut saat ini serta standar baru yang
kedua kelompok tersebut dikembangkan.
Penentuan Mata Uang Fungsional
• PSAK No.11 tentang “Translasi Mata Uang Asing “
memberikan panduan khusus untuk
mentranslasikan laporan keuangan dari mata uang
asing menjadi mata uang rupiah . Tujuan PSAK 11
adalah menyajikan hasil yang secara langsung
memperlihatkan pengaruh perubahan ekonomi dari
pergerakan nilai tukar. PSAK 11 juga menjelaskan
tentang pencapaian keuangan dan hubungannya
dalam laporan keuangan dengan mata uang asing
melalui proses translas
• PSAK mengadopsi konsep mata uang
fungsional (Fungtional currency) yang
didefinisikan sebagai “mata uang dari
lingkungan ekonomi primer di mana entitas
tersebut beroperasi, umumnya, mata uang
tersebut adalah mata uang dari lingkungan
dimana entitas tersebut terutama
menghasilkan dan menerima kas”
• PSAK menyajikan tiga indikator yang harus
dinilai untuk menentukan mata uang
fungsional suatu entitas, yaitu : arus kas, harga
jual beban
• Beberapa entitas asing menggunakan mata uang
fungsional yang berbeda dengan mata uang
lokalnya. Contoh, sebuah anak perusahaan dari
induk perusahan Indonesia yang berlokasi di
Venezuela dapat melakukan hampir semua bisnisnya
di Brasil atau sebuah cabang atau anak perusahaan
dari induk perusahaan Indonesia yang beroperasi di
Inggris dapat menggunakan rupiah sebagai mata
uang utamanya walaupun ia menggunakan
poundsterling untuk pencatatan akuntansinya.
• Faktor-faktor berikut mengindikasikan apakah
Rupiah adalah mata uang fungsional dari anak
perusahaan Inggris Sebagian besar transaksi
kas dalam Rupiah. Pasar penjualan utama di
Indonesia Komponen produksi umumnya
diperoleh dari Indonesia. Induk perusahaan di
Indonesia yang paling bertanggungjawab
dalam pendanaan anak perusahaan di Inggris
tersebut
Penentuan Mata Uang Fungsional di
Lingkungan denag Tingkat Inflasi Tinggi
• Pengecualian atas kriteria pemilihan mata
uang asing dikhususkan jika entitas asing
berlokasi di negara seperti, Argentina dan
Peru yang mengalami inflasi yang sangat
tinggi. Inflasi yang sangat tinggi didefinisikan
sebagai inflasi yang melebihi 100% selama
periode 3 tahun
Ekonomi dengan inflasi sangat tinggi
• PSAK memutuskan bahwa volatilitas dalam mata
uang asing dengan hiperinflasi mendistorsi laporan
keuangan jika mata uang lokal dipergunakan
sebagai mata uang fungsional entitas asing.
• Oleh karena itu, dalam kasus operasi entitas asing
yang berada dalam perekonomian dengan tingkat
inflasi yang sangat tinggi, mata uang pelaporan
dari induk perusahaan Indonesia-Rupiah-harus
sebagai mata uang fungsional entitas asing.
Perekonomian dengan Inflasi Tinggi
• Setelah penentuan mata uang asing dari afiliasi
asing, mata uang tersebut harus digunakan secara
konsisten. Akan tetapi, jika perubahan dalam
kondisi perekonomian mengharuskan perubahan
dalam penentuan mata uang fungsional afiliasi
asing, maka perubahan akuntansi tersebut harus
diperlakukan sebagai perubahan dalam estimasi
hanya perlakuan saat itu dan perspektif saja, tidak
diperlukan penyajian kembali laporan dari periode
sebelumnya
Translasi versus Pengukuran Kembali
Laporan Keuangan Asing
• Terdapat dua metode yang berbeda untuk
menyajikan kembali laporan keuangan entitas
asing ke dalam rupiah Translasi laporan
keuangan entitas asing ke Rupiah Pengukuran
kembali laporan keuangan entitas asing ke
mata uang fungsional entitas tersebut
• Translasi adalah metode yang umum digunakan dan
diterapkan jika mata uang lokal adalah mata uang
fungsional entitas asing. Ini merupakan kasus
normal dimana, sebagai contoh, anak perusahaan
Indonesia di Perancis menggunakan euro untuk
pencatatan dan mata uang fungsional. Laporan
keuangan anak perusahaan harus ditranslasikan
dari euro ke Rupiah. Setiap selisih translasi yang
terjadi akan dimasukkan sebagai komponen laba
komprehensif
• Pengukuran kembali adalah pengukuran
kembali laporan keuangan entitas asing dari
mata uang lokal yang digunakan entitas ke
mata uang fungsional asing Pengukuran
kembali hanya diharuskan jika mata uang
fungsional berbeda dengan mata uang yang
digunakan untuk pembukuan dan pencatatan
entitas asing
• Setelah pengukuran kembali, laporan
keuangan harus di translasi jika mata uang
fungsional tidak dalam rupiah. Jika entitas
asing menggunakan Rupiah untuk mata uang
pencatatan dan pelaporan maka translasi atau
pengukuran kembali tidak diperlukan; laporan
keuangannya sudah dinyatakan dalam Rupiah
dan siap untuk digabungkan dengan laporan
keuangan kantor pusat Indonesia.
• Contoh, perusahaan Indonesia mempunyai cabang
penjualan di Singapura yang relatif independen
dapat menggunakan rupiah sebagai mata uang
fungsional tetapi memilih menggunakan dolar
singapura sebagai mata uang pencatatan dan
pelaporan Tentu saja, jika cabang Singapura
tersebut menggunakan Rupiah untuk mata uang
fungsional dan pelaporan maka translasi atau
pengukuran kembali tidak diperlukan.
Translation Adjustment
• Oleh karena untuk translasi masing-masing
akun entitas asing digunakan kurs yang
berbeda-beda, maka umumnya debit dan
kredit dalam neraca percobaan setelah
translasi tidak sama Pos penyeimbang debit
neraca percobaan translasi dengan kreditnya
disebut Selisih Translas
• Contoh: Pada tgl. 1 Januari 2011 PT Induk perusahaan
Indonesia membeli 100% saham German Comp. seharga Rp
Harga tersebut Rp lebih tinggi dari nilai buku.
• Selisih tersebut dialokasikan ke paten dan diamortisasi
selama 10 tahun
• Mata uang lokal German Company adalah euro merupakan
mata uang fungsional
• Pada tanggal 1 Oktober 2011 anak perusahaan umumkan
dan membayar dividen 6250 euro
• Anak perusahaan menerima Rp 72.000.000 kurs 1 euro = Rp
16.000
Translation Adjustment
• Selisih kurs yang terjadi dari proses translasi
adalah bagian dari pendapatan komprehensif
entitas untuk periode tersebut. FASB 130
membutuhkan pelaporan laba rugi
komprehensif sebagai bagian dari laporan
keuangan utama perusahaan.
Pengukuran Kembali
• Metode kedua, laporan keuangan afiliasi asing
dalam Rupiah adalah pengukuran kembali.
Meskipun pengukuran kembali tidak seperti
yang biasa digunakan sebagai translasi,
beberapa situasi yang ada di mana mata uang
fungsional dari afiliasi asing tidak mata uang
lokal.
• Pengukuran ini mirip dengan translasi dalam
bahwa tujuannya adalah untuk mendapatkan
nilai Rupiah yang setara untuk akun afiliasi asing
sehingga mereka dapat dikombinasikan atau
dikonsolidasikan dengan laporan perseroan.
Kurs yang digunakan untuk pengukuran
kembali, bagaimanapun, adalah berbeda dari
yang digunakan untuk translasi, sehingga nilai
Rupiah yang berbeda untuk akun afiliasi asin
• Proses pengukuran kembali membagi neraca ke
rekening moneter dan nonmoneter. aktiva dan
kewajiban moneter, seperti uang tunai, jangka
pendek atau piutang jangka panjang, dan jangka
pendek atau hutang jangka panjang, memiliki
jumlah mereka tetap dalam hal unit mata uang.
aset nonmoneter adalah akun seperti
persediaan, dan peralatan pabrik, yang tidak
tetap dalam kaitannya dengan satuan moneter
• Akun-akun moneter diukur kembali dengan
menggunakan kurs saat ini. Akun ini tunduk
pada keuntungan atau kerugian dari
perubahan nilai tukar. Kurs historis yang tepat
digunakan untuk mengukur saldo non neraca
moneter akun dan pendapatan terkait, beban,
keuntungan, dan saldo rekening rugi
Pengukuran Kembali Gain or Loss
• Karena berbagai tarif yang digunakan untuk
mengukur keseimbangan jejak mata uang
asing, debit dan kredit dari neraca saldo setara
Rupiah mungkin tidak akan sama. Dalam hal
ini, item balancing adalah keuntungan
pengukuran kembali atau kerugian, yang
dimasukkan dalam laporan laba rugi periodik
• Laba atau rugi selisih kurs dari proses
pengukuran kembali termasuk dalam laporan
laba rugi periode berjalan, biasanya di bawah
"Penghasilan."
• Berbagai judul akun yang digunakan, seperti
Devisa Laba (Rugi), Mata Laba (Rugi),
Exchange Laba (Rugi), atau Pengukuran Laba
(rugi)
Lindung Nilai Atas Investasi Neto
• FASB 133 menyatakan bahwa keuntungan atau
kerugian atas bagian efektif dari lindung nilai
dari investasi bersih diambil untuk pendapatan
komprehensif lainnya sebagai bagian dari
penyesuaian penjabaran. Namun, jumlah
offset laba rugi komprehensif terbatas pada
penjabaran untuk investasi bersih.
• Contoh: Pada tanggal 1 Januari 2011, Peerless
memutuskan untuk lindung nilai bagian investasinya yang
baru saja dilakukan di German Company yang terkait
dengan nilai buku aktiva bersih German Company.
• Peerless tidak yakin apakah kurs langsung euro akan
meningkat atau menurun untuk tahun tersebut dan ingin
melindungi nilai investasi aktiva bersihnya.
• Pada tanggal 1 Januari 2011, kepemilikan 100 persen.
Peerless atas aktiva bersih German Company dengan € (€
sahammodal ditambah € laba ditahan).
• Peerles meminjam € pada tingkat bunga 5% untuk
lindung nilai investasinya di German Company serta
pokok dan bunga jatuh tempo dan terutang pada tanggal
1 Januari 2012

Anda mungkin juga menyukai