Dalam PSAK 10 (Revisi 2009) terdapat 2 metode dalam penjabaran laporan keuangan, yaitu
metode translasi dan metode pengukuran kembali
1. Metode Translasi
Metode translasi digunakan jika penjabaran laporan keuangan dilakukan dari mata uang
fungsionalke mata uang lain yang berbeda dengan mata uang fungsionalnya (mata uang asing).
Metode iniditerapkan dengan kondisi sebagai berikut:
1. Entitas tunggal yang mencatat transaksinya ke dalam mata uang fungsional dan
menyajikanlaporan keuangan dalan mata uang asing.
Perlakuan Akuntansi
Metode translasi digunakan jika penjabaran laporan keuangan dilakukan dari mata uang
fungsional ke mata uang asing. Ketika dijabarkan dari mata uang fungsional ke mata uang asing,
kurs yang digunakan tidak sama untuk masing-masing pos sehingga menimbulkan selisih atas
laporan keuangan hasil translasi. Selisih ini diakui sebagai penghasilan komprehensif lain
dilaporan keuangan hasil penjabaran.
Metode pengukuran kembali digunakan jika penjabaran laporan keuangan dilakukan darimata
uang asing ke mata fungsionalnya. Metode ini diterapkan dengan kondisi sebagai berikut:
1. Entitas tunggal yang mencatat transaksinya ke dalam mata uang asing dan menyajikanlaporan
keuangan dalan mata uang fungsionalnya. Misalnya mata uang fungsional perusahaan adalah
dolar AS. Namun, karena alasan tertentu, perusahaan memilih pencatatan transaksi dilakukan
dengan mata uang rupiah sehingga menghasilkan laporanawal dalam rupiah. Sedangkan mata
uang penyajian adalah dolar AS. Dengan demikian,keuangan awal dijabarkan ke dalam dolar AS
menggunakan metode pengukuran kembali.Kondisi seperti ini jarang terjadi karena kecil
kemungkinan perusahaan yang mata uangfungsional dan penyajiannya sama namun memilih
melakukan pencatatan dalam mata uanglain.
Perlakuan Akuntansi
Metode pengukuran kembali digunakan jika penjabaran laporan keuangan dilakukan dari mata
uang asing ke mata uang fungsional. Seperti halnya translasi, ketika dijabarkan dari mata uang
asing ke mata uang fungsional, kurs yang digunakan tidak sama untuk masing-masing poroses
hingga menimbulkan selisih atas laporan keuangan hasil translasi. Selisih ini diakui sebagai
keuntungan dilaporan laba rugi hasil penjabaran
Pada metode pengukuran kembali jenis kurs yang digunakan lebih bervariasi tergantung
seberapa banyak kurs aktual pada tanggal perolehan disamping kurs tanggal akuisisi ekuitas kurs
penutup priode selanjutnya kurs penutup priode berjalan, kurs rata-rata priode berjalan dan kurs
tanggal deviden.
PT Induk mengakuisisi 80% kepemilikan atas saham PT Anak yang beroperasi di Singapura
pada tanggal 2 Januari 2015 senilai S$60.000. Mata uang fungsional dan penyajian PT
Indukadalah rupiah (Rp). Mata uang fungsional PT Anak adalah rupiah (Rp) namun mata uang
penyajian PT Anak adalah dolar Singapura (S$). Berdasarkan Laporan Keuangan PT
Anak,komposisi ekuitas saat akuisisi terdiri dari Saham Biasa dan Saldo Laba masing-
masingsebesar S$50.000 dan S$20.000. Pada saat akuisisi, seluruh nilai tercatat aset dan
liabilitas PTAnak sama dengan nilai wajarnya. Nilai wajar kepentingan nonpengendalian (KNP)
saatakuisis adalah S$15.000. PT Anak mengumumkan laba dan dividen (1 April 2015)
untuktahun 2015 masing-masing senilai S$5.000 dan S$3.000. berikut kurs yang relevan
(Rp/S$):
Tanggal KURS
20 April 2014 9..800
20 Agustus 2014 9.900
2 Januari 2015 10.000
1 April 2015 10.050
1 Juli 2015 10.060
20 Desember 2015 10.120
31 Desember 2015 10.150
Rata-Rata 2015 10.100
Pada contoh diatas, laporan keuangan PT Anak harus dijabarkan ke dalam mata uang
laporankeuangan PT Induk. Penjabaran dilakukan dari mata uang asing ke mata uang fungsional
PTAnak sehingga metode penjabaran adalah pengukuran kembali
Untuk menyajikan kembali laporan keuangan entitas asing ke dalam rupiah, terdapat dua
metode yang berbeda :
2. pengukuran kembali laporaan keuangan entitas asing ke mata uang fungsional entitas
tersebut , selanjutnya ditranslasi jika bukan dalam rupiah.
Translasi adalah metode yang umum digunakan dan diterapkan jika mata uang lokal
adalah mata uang fungsional entitas asing.
contoh, anak perusahaan Indonesia di Prancis menggunakan uero untuk catatan dan mata
uang fungsionalnya.
Laporan keuangan anak perusahaan harus ditranslasi dari uero ke rupiah dan selieih
dimasukkan dalam komponen Laba Komprehensif. Metode translasi sering
disebut metode nilai tukar sekarang (current rate methods).
Pengukuran kembali adalah pengukuran kembali laporan keuangan entitas asing dari
mata uang lokal yang digunakan entitas ke mata uang fungsional entitas asing.
Pengukuran kembali hanya diharuskan jika mata uang fungsional berbeda dengan mata
uang yang digunakan untuk pembukuan dan pencatatan entitas asing.
Contoh, Perusahaan Indonesia mempunyai cabang penjualan di Singapura yang relatif
independen dapat menggunakan mata uang rupiah sebagai mata uang fungsionalnya
tetapi memilih menggunakan dolar Singapura sebagai mata uang pencatatan dan
pelaporan.
Jika menggunakan mata uang rupiah, tentu langsung siap digabung dengan laporan
induknya di Indonesia.
Metode yang digunakan untuk pengukuran kembali laporan keuangan dari mata uang
lokal kepada mata uang fungsional disebut metode temporal (temporal methods).
Aset dan kewajiban moneter menunjukkan adanya hak untuk menerima atau memenuhi
pembayaran dalam sejumlah tertentu mata uang asing dimasa yang akan datang.
Berdasarkan metode temporal, nilai tukar sekarang untuk mentranslasikan jumlah uang
dalam mata uang fungsionalnya pos nonmoneter seperti aset tetap.
investasi jangka panjang dan persediaan , biasanya ditranslasi dengan menggunakan nilai
tukar historis yaitu nilai tukar dimana aset tersebut dibeli atau saat kewajibannya diakui.
Pendapatan dan beban dalam laporan laba rugi ditranslasikan dengan menggunakan nilai
rata-rata sepenjang periode pelaporan. Setiap selisih yang timbul akibat
ketidakseimbangan pada metode temporal akan disajikan sebagai bagian dari laporan laba
rugi.
Penerapan metode temporal mengonversikan sebuah mata uang asing menjadi mata uang
fungsionalnya namun jika mata uang rupiah menjadi mata ang fungsional tidak
diperlukan lagi penyesuaian.
Tabel berikut menyajikan metode yang dapat digunakan oleh perusahaan Indonesia untuk
menyatakan kembali laporan keuangan afiliasi asing menjadi rupiah.
Mata uang lokal Mata uang negara ketiga Pertama, diukur kembali
( bukan mata uang lokal atau dari mata uang lokal ke
rupiah ) mata uang fungsional,
kemudian ditranslasikan
dari mata uang
fungsional ke rupiah
Alasan konseptual dari dua metode yang berbeda tersebut –translasi dan pengukuran kembali-
berasal dari pertimbangan atas tujuan utama dari proses translasi, yaitu : untuk memberikan
informasi yang menunjukkan pengaruh yang diharapkan dari perubahan nilai tukar terhadap arus
kas dan ekuitas perusahaan Indonesia.
1. afiliasi yang menghasilkan dan membelanjakan dalam unit mata ang lokal.
mata uang lokal merpakan mata uang fungsional dari entitas tersebut.
Afiliasi asing ini dapat mereinvestasi mata uang yang mereka hasilkan atau
mendistribusiakan dana ke kantor pusat ata ke induk perusahaan dalam bentuk dividen.
Perubahan nilai tkar tidak secara langsung memengaruhi arus kas induk perusahaan
Indonesia.
Perubahan nilai tukar memengaruhi aset neto (aset dikuurangi kewajiban ) afiliasi asing
dan karena itu , memengaruhi investasi neto induk perusahaan dientitas tersebut.
2. afiliasi asing terdiri dari entitas yang merupakan perpanjangan dari perusahaan Indonesia.
Afiliasi ini beroperasi di negara asing tetspi secara langsung dipengaruhi oleh perubahan
dalam nilai tukar, karena mereka tergantung pada perekonomian Indonesia untuk pasar
penjualan, komponen produksi atau pendanaan.
Untuk kelompok ini rupiah adalah mata uang fungsional.
Diasumsiakan bahwa pangaruh dari nilai tukar terhadap aset neto afiliasi asing
memengaruhi langsung arus kas induk perusahaan Indonesia, sehingga selisih nilai tukar
dilaporkan dalam laba untuk perusahaan Indonesia.