Menurut Choi, Frost, dan Meek (1999) translasi tidak sama dengan konversi.
Konversi merupakan pertukaran fisik antara satu mata uang dengan mata uang yang lain,
sedangkan translasi hanya merupakan perubahan dalam ekspresi moneter, seperti mengubah
penampilan dalam neraca mata uang pounds menjadi US dollar. Tidak ada pertukaran
fisik,tidak ada transaksi akuntansi atas pertukaran tersebut. Saldo-saldo dalam mata uang
asing ditranslasikan menjadi nilai ekuivalen mata uang domestic berdasarkan kurs nilai tukar
valuta asing yaitu harga satu unit suatu mata uang yang dinyatakan dalam mata uang lainnya.
Alasan dilakukannya tranlasi adalah sebagai berikut:
1. Agar para pembaca laporan keuangan mendapatkan pemahaman yang holistic atas
operasi perusahaan baik domestik dan luar negeri.
2. Translasi mata uang asing merupakan tantangan bagi perusahaan multinasional untuk
menyediakan pengungkapan informasi keuangan, karena banyak metode translasi
yang dapat digunakan yang menyebabkan perbedaan perlakuan atas keuntungan da
kerugian translasi.
3. Untuk mencatat transaksi mata uang asing, mengukur resiko suatu perusahaan
terhadap pengaruh perubahan mata uang asing.
4. Untuk mencatat transaksi mata uang asing, mengukur risiko suatu perusahaan
terhadap pengaruh perubahan mata uang dan berkomunikasi dengan para pihak
berkepentingan dari luar negeri.
5. Meluasnya peningkataan kebutuhan untuk menyampaikan informasi akuntansi
mengenai suatu perusahaan yang berdomisili di satu negara kepada pengguna di
negara lain, yang timbul dengan tujuan untuk mencatatkan sahamnya di suatu bursa
efek luar negeri, melakukan akuisis atau usaha patungan dengan pihak asing, atau
ingin mengkomunikasikan hasil operasi dan posisi keuangan kepada para pemegang
saham asingnya.
EFEK LAPORAN KEUANGAN TERHADAP KURS ALTERNATIF TRANSLASI
MATA UANG ASING
Ada 3 Tiga kurs translasi yang digunakan untuk mentranslasikan neraca mata uang asing
terhadap mata uang domestic, yaitu:
Terdapat dua metode yang berbeda untuk menyajikan kembali laporan keuangan
entitas asing kedalam rupiah :
1. Translasi laporan keuangan entitas asing ke rupiah.
2. Pengukuran kembali laporan keuangan entitas asing ke mata uang fungsional
entitas tersebut.
Setelah pengukuran kembali laporan keuangan tersebut harus ditranslasikan jika mata
uang fungsionalnya bukan rupiah. Translasi adalah metode umum digunakan dan diterapkan
jika mata uang lokal adalah mata uang fungsional entitas asing.contoh. anak perusahaan
Indonesia di Prancis menggunakan euro untuk pencatatan dan maa uang fungsionalnya.
Laporan keuangan anak perusahaan harus ditranslasikan dari euro ke rupiah. Setiap selisih
translasi yang terjadi akan dimasukkan sebagai komponen laba komperhensif. Oleh karena itu
pendapatan dan beban diasumsikan terjadi secara seragam sepanjang periode, pendapatan dan
beban yang ada dalam laporan laba rugi ditranslasikan dengan menggunakan nilai tkar rata
rata sepanjang periode pelaporan. metode ini sering disebut dengan metode nilai tukar
sekarang / current rate methode. Pengukuran kembali adalah pengukuran kembali laporan
keuangan entitas asing dari mata uang lokal yang digunakan entitas ke mata uang fungsional
entitas asing. Pengukuran kembali hanya diharuskan jika mata uang fungsional berbeda
dengan mata uang yang digunakan untuk pembukuan dan pencatatan entitas asing.
Contoh anak perusahaan di Argentina dari induk perusahaan Indonesia mencatat dan
melaporkan laporan keuangan dalam mata uang lokal yaiu peso Argentina. Akan tetapi
karena perekonomian Argentina mengalami inflasi yang lebih tinggi dari 100% selama tiga
tahun, rupiah ditetapkan sebagai mata uang fugsional untuk tujuan pelaporan sehingga
laporan keuangan anak perusahaan harus diukur kembali dari peso Argentina ke rupiah.