Anda di halaman 1dari 27

Mahasiswa diharapkan mampu TUJUAN

Menjelaskan konsep-konsep
dalam penyusunan laporan
PEMBELAJARAN
keuangan Mata uang Asing
Kompetensi Khusus

1. Mengidentifikasi indikator-indikator yang harus dipertimbangkan


ketika menentukan mata uang fungsional suatu perusahaan
2. Menjelaskan penetapan mata uang fungsional & menentukan
cara laporan keuangan dalam mata uang asing diubah ke dalam
mata uang pelaporan perusahaan induk
3. Menjelaskan nilai tukar mata uang yang digunakan dalam
penjabaran pos-pos laporan posisi keuangan dan laporan
labarugi
4. Mengetahui bagaimana untung atau rugi atas penjabaran atau
pengukuran kembali dilaporkan
5. Menjelaskan dampak pengubahan mata uang fungsional
terhadap proses penjabaran
6. Menjelaskan kondisi ekonomi kegiatan usaha luar negeri
dianggap hiperinflasi dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi
penjabaran laporan keuangan dalam mata uang asing
Apersepsi
1. Sebutkan dan jelaskan 2 cara agar perusahaan dapat
melakukan usaha di pasar internasional
2. Apakah tujuan dilakukannya penjabaran laporan
keuangan dalam mata uang asing?
3. Pada kondisi apa mata uang fungsional digunakan?
4. Apakah yang dimaskud dengan mata uang asing dan mata
uang fungsional?
5. PSAK no berapa terkait nilai tukar mata uang asing?
6. Apakah yang dimaksud dengan mata uang
pelaporan?

7. Apakah yang dimaksud dengan pos-pos


moneter?

8. Apakah yang dimaksud dengan pos-pos


nonmoneter?
Mengidentifikasi indikator-indikator yang haru
dipertimbangkan ketika menentukan mata uang
fungsional suatu perusahaan

Mata uang fungsional adalah mata uang utama pada


lingkungan utama dimana suatu perusahaan beroperasi.

Pada umumnya, mata uang fungsional dari perusahaan yang


beroperasi di luar negeri adalah mata uang yang perusahaan
tersebut terima dari konsumen dan bayarkan untuk melunasi
kewajibannya.

Penentuan mata uang fungsional suatu perusahaan


ditentukan oleh manajemen perusahaan tersebut
• Indikator Utama (PSAK 10 paragraf. 9; IAS 21 paragraf. 9)
Indikator Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan mata uang fungsioanal

Penjualan dan Mata uang yang paling mempengaruhi harga jual atas barang dan jasa. Biasanya
aliran kas mata uang ini adalah mata uang dimana harga jual atas barang dan jasa didenominasi dan
masuk penjualan barang dan jasa tersebut diselesaikan. Dengan kata lain, ketika terdapat pasar aktif
untuk menjual produk perusahaan yang juga dihargai dengan mata uang lokal dan pendapatan dari
penjualan produk tersebut juga dalam mata uang lokal, maka kemungkinan besar mata uang lokal
adalah mata uang fungsional dari perusahaan tersebut.

Mata uang dari negara yang kekuatan persaingan dan perundang-undangannya sebagian besar
menentukan harga jual barang dan jasa. Ketika harga jual produk perusahaan lebih
ditentukan oleh kompetisi domestik dan peraturan pemerintah domestik dibandingkan
kompetisi dan harga internasional, maka kemungkinan besar mata uang lokal adalah mata uang
fungsional dari perusahaan tersebut.

Biaya dan Mata uang yang paling mempengaruhi biaya tenaga kerja, material dan biaya-
aliran kas biaya lain dari pengadaan barang dan jasa. Mata uang ini seringkali menjadi mata uang dimana
keluar biaya-biaya tersebut didenominasikan dan diselesaikan. Sebagai contoh, ketika mayoritas biaya
tenaga kerja, bahan material, dan biaya operasional lain bersumber dari domestik, maka
kemungkinan besar mata uang lokal adalah mata uang fungsional dari perusahaan tersebut
• Indikator Pendukung (PSAK 10 paragraf. 10; IAS 21 paragraf. 10)

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan


Indikator
mata uang fungsioanal
Aktivitas Mata uang yang mana dana dari aktivitas pendanaan (antara lain
pendanaan penerbitan obligasi atau saham) dihasilkan. Sebagai contoh, ketika pendanaan
dihasilkan dari dana yang mayoritas diperoleh dalam mata uang lokal, maka hal
tersebut merupakan indikasi bahwa mata uang lokal adalah mata uang fungsional.

Retensi Mata uang dalam mana penerimaan dari aktivitas operasipada


pendapatan umumnya ditahan.
operasi
• Indikator Tambahan (PSAK 10 paragraf.11; IAS 21 paragraf. 11)

Jika perusahaan merupakan suatu kegiatan usaha luar negeri, PSAK 10


menentukan empat indikator tambahan yang harus dipertimbangkan

Kondisi yang menunjukan mata uang


fungsional kegiatan usaha luar negeri Kondisi yang menunjukan mata uang
Indikator berbeda dengan mata uang fungsional fungsional kegiatan usaha luar negeri sama
perusahaan pelapor dengan mata uang fungsional perusahaan
pelapor
Tingkat otonomi Aktivitas usaha dilaksanakan dengan Tidak ada tingkat otonomi atas operasi
operasi tingkat otonomi yang signifikan. yang signifikan. Aktivitas usaha yang
Kegiatan usaha luar negeri dilakukan hanya merupakan ekstensi dari
mengakumulasi kas dan pos moneter perusahaan pelapor (perusahaan induk).
lain, mengeluarkan biaya, Sebagai contoh adalah ketika aktivitas dari
memperoleh pendapatan, dan kegiatan usaha luar negeri hanya menjual
mengatur kebutuhan peminjaman. barang impor dari perusahaan induk dan
Semua aktivitas tersebut menggunakan mengirimkan hasil penjualan tersebut
mata uang lokal. kepada perusahaan pelapor

Frekuensi transaksi Hanya sedikit transaksi yang Sering melakukan transaksi dengan
dengan perusahaan dilakukan dengan perusahaan perusahaan pelapor.
pelapor pelapor (induk)
Indikator Kondisi yang menunjukan mata uang Kondisi yang menunjukan mata uang
fungsional kegiatan usaha luar fungsional kegiatan usaha luar negeri
negeri berbeda dengan mata uang sama dengan mata uang fungsional
fungsional perusahaan pelapor perusahaan pelapor

Dampak kegiatan Aktivitas dari kegiatan usaha luar Aktivitas dari kegiatan usaha luar
usaha luar negeri negeri dilakukan dengan mata negeri yang dilakukan memiliki dampak
terhadap aliran uang lokal dan tidak signifikan terhadap aliran kas
kas perusahaan berpengaruh terhadap aliran kas perusahaan pelapor
pelapor perusahaan pelapor .

Pendanaan Pendanaan yang diperoleh Pendanaan yang signifikan diperoleh


didenominasi dengan mata uang dari perusahaan pelapor dan kegiatan
lokal dan diselesaikan dengan usaha luar negeri juga bergantung pada
dana yang diperolah perusahaan
dari aktivitas operasi kegiatan pelapor untuk melunasi liabilitas
usaha luar negeri tanpa (obligasi, utang jangka panjang) yang ada
bergantung pada perusahaan
pelapor
Ilustrasi 1: Penentuan Mata Uang Fungsional

• Sebuah perusahaan real estate yang beroperasi di Indonesia


memiliki beberapa gedung perkantoran di Jakarta dan Surabaya yang disewakan
untuk perusahaan lokal dan asing. Semua kontrak sewa didenominasi dalam
dolar Amerika, tetapi pembayaran dapat dilakukan dalam dolar Amerika atau
Rupiah. Namun, hampir semua pembayaran sewa diselesaikan dalam Rupiah.
Apakah mata uang fungsional perusahaan estat real tersebut?

Jawaban:

Mata uang fungsional perusahaan real estate tersebut adalah Rupiah. Karena
meskipun mata uang yang mempengaruhi harga kontrak sewa adalah dolar
Amerika, aliran masuk kas (dari pendapatan sewa) dan aliran keluar kas (membayar
biaya operasi biaya administrasi, dan pajak) didenominasi dan diselesaikan dalam
Rupiah.
Ilustrasi 2: Penentuan Mata Uang Fungsional
Menjelaskan penetapan mata uang fungsional &
menentukan cara laporan keuangan dalam mata uang
asing diubah ke dalam mata uang pelaporan perusahaan
induk

Pembukuan kegiatan Mata uang fungsional Penjabaran atau Pengukuran-kembali (dengan asumsi
usaha luar negeri kegiatan usaha luar mata uang pelaporan perusahaan induk adalah
dilakukan dalam negeri adalah Rupiah)
Mata uang lokal Mata uang lokal Mata uang fungsional berbeda dengan mata uang
pelaporan.
Pendekatan: Penjabaran laporan keuangan dalam mata
uang asing ke dalam mata uang pelaporan dengan
menggunakan kurs penutup (closing rate method)

Mata uang lokal Mata uang pelaporan Mata uang fungsional berbeda dengan mata uang
lokal dimana pembukuan dicatat. Semua transaksi yang
dicatat dalam mata uang lokal dianggap transaksi
menggunakan mata uang asing.
Pendekatan: pengukuran-kembali semua
transaksi dan saldo yang dicatat dalam mata uang
lokal ke dalam mata uang pelaporan (dalam hal ini
semua mata uang lokal diukur-kembali dalam Rupiah)

Rupiah Rupiah Tidak diperlukan penjabaran atau pengukuran-


kembali; laporan keuangan sudah dinyatakan dalam mata
uang pelaporan (Rupiah)
Mata uang Lokal Mata uang lain Pendekatan: Pertama mengukur-kembali transaksi
dan saldo yang dicatat dalam mata uang lokal ke dalam
mata uang fungsional (dalam hal mata uang lain) kemudian
transaksi dan saldo yang sudah dalam mata uang
fungsional dijabarkan dalam mata
(PSAK 10 paragraf 37)
Prosedur Pengukuran-kembaliLaporan Keuangan dalam
Mata Uang Asing ke Mata Uang Fungsiona
(Temporal Method)
PSAK 10 paragraf 21
• Aset dan laibilitas moneter dijabarkan menggunakan kurs penutup pada tanggal
laporan posisi keuangan.

• Aset dan liabilitas nonmoneter yang diukur dalam kos historis dijabarkan menggunakan
kurs historis. Kurs historis adalah kurs pada tanggal terjadinya transaksi.

• Aset dan liabilitas nonmoneter yang diukur dalam nilai wajar (fair value) dijabarkan
menggunakan kurs pada tanggal ketika nilai wajar ditentukan

• Pendapatan dan biaya untuk setiap laporan laba rugi komprehensif atau laporan laba rugi
terpisah yang disajikan harus dijabarkan menggunakan nilai tukar pada tanggal transaksi (kurs
aktual). Untuk alasan kepraktisan, suatu kurs yang mendekati nilai tukar pada tanggal transaksi,
contohnya suatu kurs rata-rata untuk periode itu, sering digunakan untuk menjabarkan pos-
pos pendapatan dan biaya. Namun, untuk beberapa pos biaya yang terkait dengan pos-pos
nonmoneter (kos barang terjual, depresiasi dan amortisasi pos nonmoneter) dijabarkan
menggunakan kurs historis
• Semua hasil dari selisih nilai tukar harus diakui dalam laporan laba atau rugi dalam periode pada
saat terjadinya, kecuali untuk selisih penjabaran beberapa pos moneter dan nonmoneter yang
diakui dalam pendapatan komprehensif lain. Beberapa pengecualian ini adalah:
(PSAK 10 paragraf
21)
• Prosedur Pengukuran-kembaliLaporan Keuangan dalam Mata Uang Asing ke Mata Uang
:
Fungsional (Temporal Method)
Penjabaran Pengukuran-kembali
Pos laporan posisi keuangan (closing rate method) (temporal method)
Modal saham dan laba ditahan pra-akuisisi Kurs Historis Kurs Historis
Laba ditahan pos-akuisisi Tidak dijabarkan menggunakan kurs mata uang Tidak dijabarkan menggunakan kurs mata uang
tunggal. Pos ini merupakan pos kumulatif yang harus tunggal. Pos ini merupakan pos kumulatif yang
diteruskan dari tahun ke tahun harus diteruskan dari tahun ke tahun

Aset dan liabilitas moneter Kurs penutup Kurs penutup


Aset dan liabilitas nonmoneter yang diukur Kurs penutup Kurs historis.
berdasarkan kos historis Untuk kegiatan usaha luar negeri yang baru diakuisisi oleh
perusahaan induk, kurs pada tanggal akuisisi adalah kurs
historis yang digunakan

Aset dan liabilitas nonmoneter yang diukur Kurs penutup Kurs pada tanggal revaluasi atau penentuan nilai wajar
berdasarkan nilai wajar
Selisih (untung atau rugi) penjabaran Diakui secara kumulatif sebagai komponen terpisah dari Diakui dalam laporan laba rugi sebagai untung dan rugi;
ekuitas yaitu pendapatan komprehensif lain kecuali untuk selisih penjabaran beberapa pos
moneter dan nonmoneter (lihat keterangan di atas)

Penjualan, pembeliaan, biaya dan pendapatan yang Kurs aktual (untuk alasan kepraktisan kurs rata- rata Kurs aktual (untuk alasan kepraktisan kurs rata- rata
mengakibatkan penerimaan dan pengeluaran pos dapat digunakan) dapat digunakan)
moneter

Kos barang terjual Kurs aktual pada saat sediaan terjual atau kurs rata-rata Kurs historis pada saat pembelian sediaan
apabila kos barang terjual terjadi secara
merata

Depresiasi, amortisasi, dan alokasi kos pos-pos Kurs aktual pada saat biaya terjadi atau kurs rata- Kurs historis pada tanggal pemerolehan ( kurs pada
nonmoneter rata apabila biaya terjadi secara merata saat pembelian atau kurs pada saat penilaian untuk pos
nonmoneter yang dinilai pada nilai wajar)

Dividen atau pembagian laba Kurs aktual Kurs aktual


Penjabaran Pengukuran-kembali
Pos laporan posisi keuangan (closing rate method) (temporal method)
Modal saham dan laba ditahan pra- Kurs Historis Kurs Historis
akuisisi
Laba ditahan pos-akuisisi Tidak dijabarkan menggunakan kurs Tidak dijabarkan menggunakan kurs
mata uang tunggal. Pos ini merupakan mata uang tunggal. Pos ini merupakan
pos kumulatif yang harus diteruskan dari pos kumulatif yang harus diteruskan dari
tahun ke tahun tahun ke tahun
Aset dan liabilitas moneter Kurs penutup Kurs penutup
Aset dan liabilitas nonmoneter Kurs penutup Kurs historis.
yang diukur berdasarkan kos Untuk kegiatan usaha luar negeri yang
historis baru diakuisisi oleh perusahaan induk,
kurs pada tanggal akuisisi adalah kurs
historis yang digunakan
Aset dan liabilitas nonmoneter Kurs penutup Kurs pada tanggal revaluasi atau
yang diukur berdasarkan nilai penentuan nilai wajar
wajar
Selisih (untung atau rugi) Diakui secara kumulatif sebagai Diakui dalam laporan laba rugi
penjabaran komponen terpisah dari ekuitas yaitu sebagai untung dan rugi; kecuali untuk
pendapatan komprehensif lain selisih penjabaran beberapa pos
moneter dan nonmoneter (lihat
keterangan di atas)
Penjualan, pembeliaan, biaya dan Kurs aktual (untuk alasan kepraktisan kurs Kurs aktual (untuk alasan kepraktisan kurs
pendapatan yang mengakibatkan rata-rata dapat digunakan) rata-rata dapat digunakan)
penerimaan dan pengeluaran pos
moneter
Kos barang terjual Kurs aktual pada saat sediaan terjual Kurs historis pada saat pembelian
atau kurs rata-rata apabila kos barang sediaan
terjual terjadi secara merata
Depresiasi, amortisasi, dan alokasi Kurs aktual pada saat biaya terjadi atau Kurs historis pada tanggal
kos pos-pos nonmoneter kurs rata-rata apabila biaya pemerolehan ( kurs pada saat
terjadi secara merata pembelian atau kurs pada saat penilaian
untuk pos nonmoneter yang dinilai pada
nilai wajar)
Dividen atau pembagian laba Kurs aktual Kurs aktual
Perubahan Mata Uang Fungsional
Mata uang fungsional berubah
Dari Ke Prosedur Penjabaran
Mata Uang Lokal Mata Uang Pelaporan Prosedur pengukuran-kembali akan
diterapkan karena mata uang fungsional
berubah ke mata uang pelaporan perusahaan
induk. Akumulasi kumulatif dari selisih nilai tukar
tetap diakui sebagai pendapatan komprehensif
lain sebagai komponen terpisah dari ekuitas
sampai pelepasan atau likuidasi kegiatan usaha
luar negeri tersebut.
Pos nonmoneter diukur pada kos historis
dijabarkan menggunakan kurs pada tanggal
pengubahan.

Mata Uang Mata Uang Lokal Semua aset dan liabilitas dalam laporan
Pelaporan keuangan kegiatan usaha luar negeri
dijabarkan menggunakan kurs penutup untuk
tujuan konsolidasi. Selisih penjabaran diakui
pada pos ekuitas (pendapatan komprehensif
lain)
Ilustrasi
PT Afri, perusahaan Indonesia, memiliki kantor cabang di Jepang dengan Rupiah sebagai mata
uang fungsionalnya. PT Afri menyajikan laporan keuangannya dalam Rupiah. Perubahan
signifikan pada operasi bisnis dan kondisi ekonomi terjadi pada kuartal kedua untuk periode
akuntansi yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011. Hal ini berarti penggunaan Rupiah
sudah tidak lagi mencerminkan transaksi, peristiwa, dan kondisi yang
dilakukan operasi di Jepang. Manajemen PT Afri memutuskan bahwa Yen
harus menjadi mata uang fungsional dari kegiatan usaha mereka di Jepang dan
bahwa semua transaksi yang terjadi pada awal periode yang berakhir
pada tanggal 31 Desember 2011 (yaitu 1 Januari 2011) harus dicatat dalam Yen. Pada tanggal 1
Januari 2006, Kantor Cabang Jepang membeli mesin dengan nilai perolehan pada waktu itu
sebesar ¥ 101,553,100 dengan umur manfaat 10 tahun; nilai kurs pada waktu itu adalah ¥1= Rp
83.70. Oleh karena mata uang fungsional pada waktu itu adalah Rupiah, mesin tersebut dicatat dengan
kos ekuivalen Rupiah sebesar Rp 850,000,000. Pada tanggal 1 Januari 2011, mesin tersebut
memiliki nilai sebesar Rp425.000.000. Tentukan berapa kos historis mesin dalam mata uang
fungsional baru (jika kurs pada tanggal 1 Januari 2011 adalah ¥1= Rp100) dan selisih penjabaran
dari mesin yang diakui dalam pendapatan komprehensif lain pada akhir tahun 2011 dalam laporan
konsolidasian (kurs ¥1= Rp120) ?
Jawaban
Kos historis dari mesin yang baru dalam mata uang
fungsional yang baru adalah sebesar ¥ 42,500,000
(425,000,000/100; dengan kos sebesar
¥ 85,000,000 dan akumulasi depresiasi sebesar ¥
42,500,000). Depresiasi pada tahun 2011 adalah sebesar
¥ 8500,000. Kos historis pada akhir
tahun 2011 adalah sebesar ¥ 34,000,000. Selisih
penjabaran dari mesin yang diakui dalam
pendapatan komprehensif lain padaakhir tahun
2011 adalah sebesar Rp 68,000,00 (Rp 408,000,000-
Rp 340,000,000).
Kegiatan Usaha Luar Negeri Di Lingkungan Hiperinflasi Prosedur penjabaran
yang harus dilakukan setelah dilakukan penyajian kembali adalah sebagai
berikut:
• Semua jumlah (aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan, biaya, termasuk jumlah
komparatif) harus dijabarkan menggunakan kurs penutup pada tanggal
laporan posisi keuangan, kecuali:
• Apabila jumlah dijabarkan ke dalam mata uang yang bukan dari
lingkungan hiperinflasi, jumlah komparatif yang harus disajikan adalah ‘jumlah
sekarang’ dari laporan keuangan sebelumnya.
Menjelaskan nilai tukar mata uang yang digunakan dalam
penjabaran pos-pos laporan posisi keuangan dan laporan laba-rugi
Lindung Nilai Atas Investasi Neto Dalam Kegiatan Usaha
Luar Negeri

• Untung atau rugi yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing yang diperuntukan untuk
aktivitas lindung nilai diakui sebagai penyesuaian ekuitas akibat penjabaran. Klasifikasi sebagai
penyesuaian ekuitas akibat penjabaran ini berarti bahwa untung atau rugi penjabaran tersebut
dimasukkan sebagai komponen pendapatan kompehensif lain. Dengan demikian, penyesuaian
ekuitas akibat penjabaran atas transaksi dalam mata uang asing dapat disalinghapuskan dengan
penyesuaian ekuitas akibat penjabaran laporan keuangan dalam mata uang asing
Prosedur lindung nilai atas investasi neto pada kegiatan usaha luar negeri tidak dapat diterapkan

pada kegiatan usaha luar negeri yang mata uang fungsionalnya sama dengan mata uang
fungsional perusahaan induknya. Lindung nilai atas investasi neto semacam ini diperlakukan
seperti perlakuan atas aktivitas spekulasi. Untung atau rugi atas aktivitas lindung nilai seperti ini
diakui dalam laporan laba rugi kegiatan usaha luar negeri dalam periode dilakukannya lindung
nilai.

Anda mungkin juga menyukai