Anda di halaman 1dari 18

RANGKUMAN Bab 12 Akuntansi Multinasional :

Translasi Laporan Keuangan Entitas Asing

DISUSUN OLEH:

ALAN IHTIAR PRATAMA A1C115009

Kelas A

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI


UNIVERSITAS MATARAM 2018/2019
Bab 12 Akuntansi Multinasional : Translasi
Laporan Keuangan Entitas Asing

Pada saat menyusun laporan keuangan, akuntan harus mempertimbangkan perbedaan


dalam prinsip-prinsip akuntansi dan perbedaan dalam mata uang yang digunakan untuk
mengukur operasi entitas luar negeri. Sebagai contoh, anak perusahaan Indonesia di Inggris
memberikan laporan keuangan ke induk perusahaan yang dinyatakan dalam poundsterling,
menggunakan sistem akuntansi Inggris yang berbeda dengan metode akuntansi dan pengukuran
di Indonesia. Induk perusahaan di Indonesia secara umum harus melakukan langkah-langkah
berikut dalam proses translasi dan konsolidasi anak perusahaan di Inggris tersebut :

1. Menerima laporan keuangan anak perusahaan Inggris yang dilaporkan dalam poundsterling
2. Menyajikan kembali laporan keuangan tersebut agar sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia
3. Mentranslasikan laporan keuangan yang diukur dalam poundsterling menjadi nilai setara
dalam rupiah.Tiap saldo akun entitas luar negeri masing-masing harus ditranslasikan menjadi
nilai setara rupiah sebagai berikut :
Akun yang diukur dalam Nilai tukar yang Akun yang diukur dalam nilai
unit mata uang asing x sesuai x setara rupiah
4. Mengonsolidasi akun-akun anak perusahaan yang telah ditranslasikan , yang sudah diukur
dalam rupiah dengan akun-akun induk perusahaan.

PERBEDAAN DALAM PRINSIP AKUNTANSI


Perbedaan dalam prinsip akuntansi karena antara lain :
1.Kondisi Perekonomian suatu negara
2. Masalah Hukum
3. Pendidikan dan Sistem Politik
4. Perkembangan Teknologi
5. Budaya dan Trandisi
5. Faktor Ekonomi lainnya

Standar pelaporan keuangan yang utama saat ini yang sedang dalam penyusunan oleh
International Accounting Standards Board (IASB). IASB adalah sebuah badan ang memperoleh
mandat untuk menyusun seperangkat standar laporan keuangan internasional dan mendorong
seluruh pihak untuk mengadopsi standar yang berlaku secara internasional tersebut. Ada 14
anggota IASB, 12 diantaranya anggota penuh bekerja secara full time untuk IASB. Susunan
keanggotaanna dengan komposisi sebagai berikut :
5 anggota berdasar latar belakang auditor
3 anggota berdasar latar belakang penyusun laporan keuangan ( dari manajemen)
3anggota berlatar belakang pengguna laporan keuangan
1 anggota berlatar belakang akademisi
2 anggota lainnya dapat berlatar belakang dari bidang lainnya.

IASB mengumumkan sebuah standar pelaporan yang disebut Standar Pelaporan Keuangan
Internasional (International Financial Reporting Standards- IFRS). Sebelum terbentknya IASB
adalah International Accounting Standards Committe telah menerbitkan International
Accounting Standards (IASs). IASs diterbitkan dari tahun 1973 hingga 2001. IASB mengadop
IAS secara keseluruhan dan sekaligus mengembangkannya yang disebut standar baru IFRS.IFRS
digunakan dibanyak negara di dunia termasuk , sebelum tahun 2005 digunakan oleh 350
perusahaan publik , sedangkan tahun 2005 sebanyak 7.000 perusahaan.
Banyak pihak yang berpendapat bahwa jika hanya ada satu set standar akuntansi yang berlaku
secara internasional akan meningkatkan diri investor di ppasar dan meningatkan efisiensi pasar
karena memudahkan investor untuk membandingkan berbagai pilihan investasi di berbagai
negara.
Bentuk pelaporan keuangan yang juga berpengaruh adalah GAAP Amerika Serikat. JIka dihitung
berdasarkan kapitalisasi pasar , GAAP AS telah digunakan lebih dari separuh perusahaan di
dunia ini.
Untuk meminimalisasi perbedaan diantara perbedaan standar di dunia ini, khususnya antara
GAAP dan IFRS, maka pihak FASB terus bekerja sama dengan IASB untuk meningkatkan
standar pelaporan internasional dan "mengonversikan" ke dua set standar tersebut . Pada bulan
September 2002 , FASB menerbitkan " The Norwalk Agreement"dimana baik FASB maupun
IASB sepakat bekerjasama untuk meningkatkan pelaporan keuangan dengan meminimalisasi
perbedaan diantara mereka.Usaha konvergensi ini berfokus pada evaluasi standar yang telah ada
dan mengawasi implementasi standar tersebut saat ini serta standar baru yang ke dua kelompok
itu kembangkan.
PENENTUAN MATA UANG FUNGSIONAL
Ada dua isu utama yang ditujukan pada laporan keuangan yang ditranslasikan dari mata uang
asing pada rupiah Indonesia, yaitu :
1. Nilai tukar manakah yang harus digunakan untuk mentranslasi nilai mata uang asing menjadi
mata uang domistik ?
2. Bagaimanakah seharusnya perlakuan atas keuntungan atau kerugian tersebut ? .Haruskah hal
itu dimasukkan dalam laba rugi ?

Ada tiga kemungkinan nilai tukar yang digunakan dalam mengkonversi nilai mata uang asing
menjadi rupiah :
1. Nilai Tukar Sekarang merupakan nilai tukar pada akhir hari tanggal neraca
2. Nilai Tukar Historis merupakan nilai tukar yang ada pada saat transaksi awal terjadi seperti
nilai tukar pada saat aset diterima atau kewajiban diakui.
3. Nilai Tukar Rata-rata merupakan nilai tukar rata-rata selama suatu periode.

PSAK No.11 tentang Translasi Mata uang asing. (PSAK11) memberikan panduan khusus untuk
mentranslasikan laporan keuangan dari mata uang asing menjadi mata uang rupiah. Tujuan dari
PSAK1 adalah menyajikan hasil yang secara langsung memperlihatkan pengaruh perubahan
ekonomi dari pergerakan nilai tukar. PSAK11 juga menjelaskan tentang pencapaian keuangan
dan hubungannya dalam laporan keuangan dengan mata uang asing melalui translasi.
Sebagai contoh, jika margin bruto pada penjualan positif ketika diukur dalam mata uang asing
maka harus tetap positif ketika penjualan dan harga barang yang dijual ditranslasikan ke dalam
rupiah. PSAK11 mengadopsi mata uang fungsional (functional currency) yang didefenisikan
sebagai "mata uang dari lingkungan ekonomi primer di mana entitas tersebut
beroperasi.Umumnya, mata uang tersebut adalah mata uang dari lingkungan dimana entitas
tersebut terutama menghasilkan dan menerima kas". Mata uang fungsional digunakan untuk
membedakan antara dua jenis kegiatan operasional luar negeri:
1. Kegiatan yang dikelola sendiri dan terintegrasi dengan lingkungan lokal dimana entitas asing
itu beroperasi, dan
2. Kegiatan yang terpisah dari lingkungan lokal dan terintegrasi dengan induknya

Perusahaan Indonesia dapat saja memiliki afiliasi asing di beberapa negara berbeda.Setiap
afiliasi tersebut harus dianalisis untuk menentukan mata uang fungsional masing-masing.
Indikator-indikator mata uang fungsional :
Indikator Mata uang sebagai mata uang fungsional jika memenuhi indikator dibawah ini
Arus Kas Arus kas yang berhubungan dengan kegiatan utama perusahaan didominasi oleh
mata uang tersebut.
Harga jual Harga jual dalam jangka pendek sangat terpengaruh dengan perubahan nilai
mata uang tersebut atau produksi perusahaan sebagian besar diekspor.
Beban Beban dipengaruhi perubahan nilai mata uang
Akan tetapi, beberapa entitas asing menggunakan mata uang fungsional yang berbeda dengan
mata uang lokalnya. Sebagai contoh, sebuah anak perusahaan dari Induk perusahaan di Indonesia
yang berlokasi di Venezuela dapat melakukan hampir semua bisnisnya di Brazil atau sebuah
cabang atau anak perusahaan dari Induk PerusahaanIndonesia yang beroperasi di Inggeris dapat
menggunakan dolar sebagai mata uang utamanya walaupun ia menggunakan poundsterling untuk
pencatatan akuntansinya. Faktor-faktor yang berikut mengindikasikan apakah mata uang rupiah
sebagai mata uang fungsional dari anak perusahaan Inggris sebagian besar transaksi kas dalam
rupiah, pasar penjualan utama di Indonesia, komponen produksi umumnya diperoleh dari
Indonesia dan Induk perusahaan di Indonesia yang paling bertanggung jawab dalam pendanaan
anak perusahaan di Inggris tersebut.
DSAK telah mengadopsi pendekatan mata uang fungsional setelah mempertimbangkan tujuan
dari proses translasi tersebut :
a. Memberikan informasi yang secara umum sesuai dengan pengaruh ekonomi yang diharapkan
dari perubahan nilai tukar terhadap arus kas dan ekuitas perusahaan.
b. Mencerminkan dalam laporan keuangan konsolidasi hasil keuangan dan hubungan antara
masing-masing entitas konsolidasi dalam mata uang fungsional yang sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku secara umum di Indonesia.

Pendekatan mata uang fungsional mengharuskan entitas asing untuk mentranslasikan seluruh
transaksinya ke dalam mata uang fungsional.JIka suatu entitas mempunyai transaksi yang
dinyatakan dalam mata uang selain mata uang fungsional maka transaksi asing harus disesuaikan
menjadi nilai setara mata uang fungsional sebelum perusahaan menyusun laporan keuangan
konsolidasi.

Penentuan Mata uang Fungsional di Lingkungan dengan Tingkat Inflasi Tinggi


Inflasi yang sangat tinggi didefenisikan sebagai inflasi melebihi 100% selama periode tiga tahun,
contoh Argentina dan Peru. PSAK memutuskan bahwa volatilitas dalam mata uang asing dengan
hiperinflasi mendistorsi laporan keuangan jika mata uang lokal dipergunakan sebagai mata uang
fungsional entitas asing. Untuk kondisi seperti ini maka mata uang pelaporan dari Induk
Indonesia- rupiah- harus digunakan sebagai mata uang fungsional entitas asing. Pengecualian ini
mencegah nilai aset dan perubahan laporan laba rugi yang tidak realistis jika keadaan hiperinflasi
tersebut diabaikan dan prosedur translasi yang normal digunakan. Contoh: Anak perusahaan di
lar negeri membangun gedung dengan biaya 1.000.000 peso (kurs saat itu Rp 500/satu peso,
karena adanya hiperinflasi di negara anak perusahaan tersebut maka nilai tukar menjadi Rp 0,05
per 1 peso. Nilai gedung pada saat dibangun dan setelah heperinflasi sebagai berikut :
Jumlah Tanggal Pembangunan Setelah Hiperinflasi
Peso Nilai tukar Jumlah hasil translasi Nilai tukar Jumlah hasil translasi
1.000.000 Rp 500 Rp 500.000.000 Rp 0.05 Rp 50.000
Nilai translasi setelah hiperinflasi tidak mencerminkan nilai pasar atau biayaa perolehan historis
dari gedung tersebut. Oleh karena itu PSAK mengharuskan penggunaan rupiah sebagai mata
uang fungsional dalam kasus hiperinflasi untuk memberikan stabilitas dalam laporan keuangan.
Setelah penentuan mata uang asing dari afiliasi asing, mata uang tersebut harus digunakan secara
konsisten.Seandainya ada perubahan dalam konsisi perekonomian mengharuskan perubahan
dalam penentuan mata uang fungsional afiliasi asing maka perubahan akuntansi tersebut harus
diperlakukan sebagai perubahan dalam estimasi hanya perlakuan saat itu dan prospektif saja,
tidak diperlakukan penyajian kembali laporan dari periode-periode sebelumnya.

TRANSLASI VERSUS PENGUKURAN KEMBALI LAPORAN KEUANGAN ASING


Untuk menyajikan kembali laporan keuangan entitas asing ke dalam rupiah, terdapat dua metode
yang berbeda :
1. translasi laporan keuangan entitas asing ke rupiah, dan
2. pengukuran kembali laporaan keuangan entitas asing ke mata uang fungsional entitas tersebut
, selanjutnya ditranslasi jika bukan dalam rupiah.

Translasi adalah metode yang umum digunakan dan diterapkan jika mata uang lokal adalah mata
uang fungsional entitas asing ,contoh, anak perusahaan Indonesia di Prancis menggunakan uero
untuk catatan dan mata uang fungsionalnya. Laporan keuangan anak perusahaan harus ditranslasi
dari uero ke rupiah dan selieih dimasukkan dalam komponen Laba Komprehensif.Metode
translasi sering disebut metode nilai tukar sekarang (current rate methods).
Pengukuran kembali adalah pengukuran kembali laporan keuangan entitas asing dari mata uang
lokal yang digunakan entitas ke mata uang fungsional entitas asing.Pengukuran kembali hanya
diharuskan jika mata uang fungsional berbeda dengan mata uang yang digunakan untuk
pembukuan dan pencatatan entitas asing. Contoh, Perusahaan Indonesia mempunyai cabang
penjualan di Singapura yang relatif independen dapat menggunakan mata uang rupiah sebagai
mata uang fungsionalnya tetapi memilih menggunakan dolar Singapura sebagai mata uang
pencatatan dan pelaporan. Jika menggunakan mata uang rupiah, tentu langsung siap digabung
dengan laporan induknya di Indonesia.
Metode yang digunakan untuk pengukuran kembali laporan keuangan dari mata uang lokal
kepada mata uang fungsional disebut metode temporal (temporal methods). Aset dan kewajiban
moneter menunjukkan adanya hak untuk menerima atau memenuhi pembayaran dalam sejumlah
tertentu mata uang asing dimasa yang akan datang. Berdasarkan metode temporal, nilai tukar
sekarang untuk mentranslasikan jumlah uang dalam mata uang fungsionalnya pos nonmoneter
seperti aset tetap, investasi jangka panjang dan persediaan , biasanya ditranslasi dengan
menggunakan nilai tukar historis yaitu nilai tukar dimana aset tersebut dibeli atau saat
kewajibannya diakui. Pendapatan dan beban dalam laporan laba rugi ditranslasikan dengan
menggunakan nilai rata-rata sepenjang periode pelaporan. Setiap selisih yang timbul akibat
ketidakseimbangan pada metode temporal akan disajikan sebagai bagian dari laporan laba rugi.
Penerapan metode temporal mengonversikan sebuah mata uang asing menjadi mata uang
fungsionalnya namun jika mata uang rupiah menjadi mata ang fungsional tidak diperlukan lagi
penyesuaian.
Tabel berikut menyajikan metode yang dapat digunakan oleh perusahaan Indonesia untuk
menyatakan kembali laporan keuangan afiliasi asing menjadi rupiah.
=====================================================================
========
Mata uang pembukuan dan
Pencatatan afiliasi luar negeri Mata uang fungsional Metode pernytaan kembali
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------
Mata uang lokal (yaitu MU Mata uang lokal Translasi ke rupiah menggunakan
tempat afiliasi berlokasi) nilai tukar sekarang

Mata uang lokal Rupiah Indonesia (seperti Diukur kembali dari mata uang lo
yang diharuskan dlm per- kal ke rupiah
ekonomian hiperinflasi)

Mata Uang lokal Mata uang negara ketiga Pertama diukur kembali dari mata
(bukan mata uang lokal uang lokal ke mata uang fungsional
atau rupiah). kemudian ditranslasi dari mata uang
fungsional ke rupiah.

Rupiah Indonesia Rupiah Indonesia Tidak diperlukan pernyataan


kembali sudah dinyatakan dlm
rupiah.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
---------

Afiliasi asing dapat dikategorikan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah afiliasi
yang menghasilkan dan membelanjakan dalam unit mata ang lokal. mata uang lokal merpakan
mata uang fungsional dari entitas tersebut. Afiliasi asing inidapat mereinvestasi mata uang yang
mereka hasilkan atau mendistribusiakan dana ke kantor pusat ata ke induk perusahaan dalam
bentuk dividen. Perubahan nilai tkar tidak secara langsung memengaruhi arus kas induk
perusahaan Indonesia. Perubahan nilai tukar memengaruhi aset neto (aset dikuurangi kewajiban )
afiliasi asing dan karena itu , memengaruhi investasi neto induk perusahaan dientitas tersebut.
Kelompok ke dua afiliasi asing terdiri dari entitas yang merupakan perpanjangan dari perusahaan
Indonesia. Afiliasi ini beroperasi di negara asing tetspi secara langsung dipengaruhi oleh
perubahan dalam nilai tukar, karena mereka tergantung pada perekonomian Indonesia untuk
pasar penjualan, komponen produksi atau pendanaan. Untuk kelompok ini rupiah adalah mata
uang fungsional. Diasumsiakan bahwa pangaruh dari nilai tukar terhadap aset neto afiliasi asing
memengaruhi langsung arus kas induk perusahaan Indonesia, sehingga selisih nilai tukar
dilaporkan dalam laba untuk perusahaan Indonesia.
TRANSLASI LAPORAN KEUANGAN MATA UANG FUNGSIONAL MENJADI MATA
UANG PELAPORAN PERUSAHAAN INDONESIA
Translasi laporan keuangan entitas asing dari mata uang fungsional ke mata uang pelaporan
perusahaan Indonesia adalah sebagai berikut :
-
=====================================================================
========
Akun laporan laba rugi :
Pendapatan dan beban umumnya, nilai tukar rata-rata tertimbang utk periode laporan

Akun Neraca :
Aset dan Kewajiban Nilai tkar sekarang, pada tanggal neraca

Ekuitas pemegang saham Nilai historis


---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
----------

Penyajian Laporan Keuangan dari Selisih Translasi


Selisih translasi dari proses translasi adalah bagian dari pendapatan komprehnsif untuk periode
tersebut. Pendapatan komprehensif termasuk semua perubahan dalam ekuitas selama tahun
berjalan kecuali perubahan yang timbul dari investasi pemilik dan bagian ke pemilik. Pendapatan
komprehensif termasuk laba neto dan "pendapatan komprehensif lainnya" yang merupakan
bagian dari perubahan aset neto perusahaan dari sumber selain pemilik ( yaitu bukan investasi
modal tambahan dan dividen) selama periode berjalan. PSAK mengharuskan laporan pendapatan
komprehensif sebagai bagian dari laporan keuangan utama entitas. Pos utama yang menjadi
bagian dari pendapatan komprehensif lainnya adalah perubahan selisih translasi selama periode
berjalan , keuntungan atau kerugian belum direalisasi dari efek tersedia untuk dijual, penilaian
kembali lindung nilai arus kas, dan penyesuaian dalam kewajiban pensiun minimum.

Ilustrasi Translasi dan konsolidasi Anak Perusahaan Luar Negeri


1. Pada tanggal 1 Januari 2011 , PT Induk perusahaan Indonesia membeli 100% saham beredar
dari German Company, sebuah peruhsaan yang berlokasi di Berlinseharga Rp 660.000.000,-
Harga tersebut lebih tinggi Rp 60.000.000,- dari nilai buku (Perhitungan diferensial akan
ditunjukkan pada akhir bagian). Selisih lebih harga perolehan diatas nilai buku dialokasikan ke
paten ang diamortisasi selama 10 tahun.Akun neraca dalam format neraca percobaan untuk
kedua perusahaan sesaat sebelum diakuisisi disajikan figur 12 - 2
2.Mata uang lokal German Company adalah euro (€) yang juga merupakan mata ang
fungsionalnya
3. Tanggal 1 Oktober 2011, anak perusahaan mengumumkan dan membayar dividen sebesar
€6.250
4. Anak perusahaan menerima Rp 72.000.000,- dari transaksi dengan perusahaan Indonesia pada
saat kurs adalah €1 = Rp 16.000,- .Anak perusahaan masih memiliki mata uang asing tersebut
pada tanggal 31 Desember 2011
5. Kurs tunai yang terkait (Rp/€) adalah :
--------------------------------------------------------------------------------------
Tanggal Kurs
-------------------------------------------------------------------------------------
1 Januari 2011 Rp 16.000,-
1 Oktober 2011 Rp 17.000,-
31 Desember 2011 Rp 18.000,-
Rata - rata 2011 Rp 17.000,-
--------------------------------------------------------------------------------------

FIGUR 12 - 2
Akun - akun Neraca untuk Kedua Perusahaan pada tanggal 1 Januari 2011 (sesaat sebelum
akuisisi 80 % saham German Company oleh PT Induk, Perusahaan Indonesia)
-------------------------------------------------------------------------------------------------
PT Induk German Company
------------------------------------------------------------------------------------------------
Kas Rp 350.000.000 € 2.500
Piutang 75.000.000 10.000
Persediaan 100.000.000 7.500
Tanah 175.000.000 0
Aset Tetap 800.000.000 50.000
Total Debit 1.500.000.000 € 70.000
=========== ======

Akumulasi Depresiasi Rp 400.000.000 € 5.000


Utang Usaha 100.000.000 2.500
Utang Obligasi 200.000.000 12.500
Saham Biasa 500.000.000 40.000
Saldo Laba, 31/12/2010 300.000.000 10.000
Total Kredit 1.500.000.000 € 70.000
-=========== ======

FIGUR 12 - 3
Kertas Kerja untuk mentranslasi Anak Perusahaan di Luar Negeri pada tanggal 1 Januari 2011
(tanggal akuisisi) .Mata Uang Fungsional adalah Uero Eropah.
-------------------------------------------------------------------------------------------------
German Company Kurs Nerca Perc.(Rp)
------------------------------------------------------------------------------------------------
Kas € 2.500 16.000 40.000.000
Piutang 10.000 16.000 160.000.000
Persediaan 7.500 16.000 120.000.000
Tanah 0 16.000 0
Aset Tetap 50.000 16.000 800.000.000
Total Debit 70.000 1.120.000.000
=======

Akumulasi Depresiasi € 5.000 16.000 80.000.000


Utang Usaha 2.500 16.000 40.000.000
Utang Obligasi 12.500 16.000 200.000.000
Saham Biasa 40.000 16.000 640.000.000
Saldo Laba, 31/12/2010 10.000 16.000 160.000.000
Total Kredit 70.000 1.120.000.000
-======= ===========

Ayat Jurnal PT Induk untuk mencatat pembelian 100% saham German Company :
(1) Investasi pada saham German Company 860.000.000
Kas 860.000.000
Mencatat investasi pada saham PT GC

Neraca Konsolidasi pada tanggal akuisisi


Ayat Jurnal Eliminasi 1 Januari 2011,
E (2) Saham Biasa - German Company 640.000.000
Saldo Laba 160.000.000
Diferensial 60.000.000
Investasi pada saham PT German Company 860.000.000
Mengeliminasi investasi awal.

E (3) Paten 60.000.000


Diferensial 60.000.000
Mengeliminasi diferensial

FIGUR 12 - 4
1 Januari 2011, Kertas Kerja untuk Neraca Konsolidasi, Tanggal Akuisisi 100% .Pembelian pada
Harga diatas Nilai buku (dalam ribuan rupiah).
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
--------
German Eliminasi
PT Induk Company Debit Kredit
Konsolidasi
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
--------
Kas 2.840.000 40.000 2.880.000
Piutang 750.000 160.000 910.000
Persediaan 1.000.000 120.000 1.120.000
Tanah 1.550.000 0
1.550.000
Aset Tetap 8.000.000 800.000 8.800.000
Investasi pd shm GC 860.000 (2) 860.000
Diferensial (2) 60.000 (3) 60.000
Paten (3) 60.000 60.000
-------------- ------------ ---------
---
Total Debit 15.000.000 1.120.000
15.320.000
========= ========
========

Ak. Depresiasi 4.000.000 80.000 4.080.000


Utang Usaha 1.000.000 40.000 1.040.000
Utang Obligasi 2.000.000 200.000
2.200.000
Saham Biasa 5.000.000 640.000 (2) 640.000 5.000.000
Saldo Laba 3.000.000 160.000 (2) 160.000 3.000.000
-------------- ------------ ------------ ------------ ---------
---
Total Kredit 15.000.000 1.120.000 920.000 920.000 15.320.000
========= ======== ====== ======= =========

Setelah Tanggal Akuisisi


Akuntansi setalah tanggal akuisisi sangat mirip dengan akuntansi yang digunakan untuk anak
perusahaan domistik. Perbedaan utama timbul karena pengaruh perubahan kurs mata uang asing.
Ilustrasi, terdapat akun Unit Mata Uang Asing dalam neraca percobaan German Company .
Akun ini mencerminkan rupiah sebesar Rp 72.000.000,- dalam neraca percobaan anak
perusahaan. Oleh karena akun ini didenominasi dalam mata uang asing selain mata uang
pelaporan mata uang asing. German Company membuat ayat jurnal penyesuaian untuk menilai
kembali akun dari jumlah awal yang dicatat menggunakan kurs pada tanggal perusahaan
meneriama mata uang menjadi nilai setara dari kurs pada akhir tahun.

Anak Perusahaan membuat jurnal berikut dalam pembukuannya pada waktu menerima rupiah
(4) Unit Mata Uang Asing (Rp) €4.500
Penjualan €4.500
Mencatat penjualan dan penerimaan Rp 72.000.000,-
kurs tunai Rp 16.000,-
Pada 31 Desember 2011, anak perusahaan menyesuaikan unit mata uang asing (rupiah) ke kurs
sekarang (Rp 18.000 =€1) dengan membuat ayat jurnal berikut :
(5) Kerugian Transaksi Mata Uang Asing €500
Unit Mata Uang Asing (Rp0 €500

Catatan : Kerugian transaksi mata uang asing adalah komponen dari laba neto anak
perusahaan.dan akun unit MUA diklasifikasikan sebagai aset lancar di neraca anak
perusahaan.
Laba neto anak perusahaan terdiri dari Penjualan -(HPP + Biaya Operasional + Kerugian
TMUA)
FIGUR 12 - 5
31 Desember 2011, Translasi Neraca Percobaan Anak Perusahaan Luar Negeri
Uero Eropa adalah Mata uang Fungsional
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Saldo (€) Kurs Saldo (Rp)
------------------------------------------------------------------------------------------------
Kas 10.750 18.000 193.500.000
Unit Mata Uang Asing 3.000 18.000 54.000.000
Piutang 10.500 18.000 189.000.000
Persediaan 5.000 18.000 90.000.000
Aset Tetap 50.000 18.000 900.000.000
Harga Pokok Penjualan 22.500 17.000 382.500.000
Beban Operasi 14.500 17.000 246.500.000
Kerugian TMUA 500 17.000 8.500.000
Dividen dibayarkan 6.250 17.600 110.000.000
---------- -------------------
Total Debit 123.000 2.174.000.000
======= ===========

Akumulasi Depresiasi 7.500 18.000


135.000.000
Utang Usaha 3.000 18.000 54.000.000
Utang Obligasi 12.500 18.000 225.000.000
Saham Biasa 40.000 16.000 640.000.000
Saldo Laba, 31/12/2010 10.000 (a) 160.000.000
Penjualan 50.000 17.000 850.000.000
---------- ------------------
Total Kredit 123.000 2.064.000.000
-=======
Akumulasi Pendapatan komprehensif lainnya 110.000.000
------------------
Total Kredit 2.174.000.000
===========

FIGUR 12 - 6
Pembuktian Selisih Translasi per 31 Desember 2011Uero Erpa adalah Mata Uang Fungsional
PT INDUK DAN ANAK PERUSAHAAN
Pembuktian Selisih Translasi
Tahun Berakhir 31 Desember 2011
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
(€) Kurs (Rp)
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Aset Neto Awal Tahun 50.000 16.000 800.000.000
Penyesuaian untuk perubahan aset
neto selama tahun berjalan :
Laba neto tahun berjalan 12,500 17.000 212.500.000
Dividen dibayarkan (6.250) 17.600 (110.000.000)
--------- ----------------
902.500.000
Aset Neto ditranslasi menggunakan :
Kurs selama tahun berjalan
Kurs akhir tahun 56.250 18.000 1.012.500.000

Perubahan dalam pendapatan kom-


prehensif lainnya - selisih translasi
selama th berjalan (peningkatan neto) 110.000.000

Akumulasi pendapatan komprehensif


lainnya - selisih translasi 1/1 0
-----------------
Akumulasi pendapatan komprehensif
lainnya - selisih translasi 31/12 110.000.000

Cara lain untuk mementukan untuk menentukan apakah akumulasi selisih transaksi mempunyai
saldo debit atau kredit adalah menggunakan logika neraca. contoh :
Neraca anak perusahaan hasil translasi pada awal tahun adalah :
NERACA TRANSLASI 1/1-2011
Aset Neto Rp 800.000.000,- Saham Biasa Rp 800.000.000,-

Neraca Translasi pada akhir tahun adalah :


NERACA TRANSLASI 31/12-2011
Aset Neto Rp1.012.500.000,- Saham Biasa Rp 800.000.000,-
Saldo laba(-D) Rp 102.500.000,-
Akumulasi pend.kom
prehensif lainnya Rp 110.000.000,-
Total Rp1.012.500.000,- Total Rp 1.012.500.000,-

Ayat Jurnal yang dibuat PT Induk untuk mencatat investasinya di German Company adalah :
1 Oktober 2011
(6) Kas Rp 110.000.000
Investasi pada Saham German Company Rp 110.000.000,-
Mencatat dividen yang diterima dari anak perusahaan
diluar negeri €6.250 x Rp 17.000,-

31 Desember 2011 :
(7) Investasi pada Saham GC Rp 212.500.000
Pendapatan dari Anak Perusahaan Rp 212.500.000
Bagian dalam laba neto anak perusahaan luar negeri
€12.500 x Rp 17.000,-

(8) Investasi pada Saham GC Rp 110.000.000


Pendapatan komprehensif lainnya- Rp 110.000.000
Selisih Translasi
Bagian untuk perusahaan atas perubahan dalam
selisih translasi dari translasi akun-akun anak
perusahaan 100% x Rp 110.000.000

Catatan : Jika ada tenggang waktu antara pengumuman dividen dengan pembayaran dividen
maka perusahaan akan mencatat piutang dividen dari anak perusahaan luar negeri.

PSAK 11 mengharuskan alokasi dan amortisasi dari diferensial antara investasi dan nilai
bukunya dilakukan dalam konteks mata uang fungsional anak perusahaan dan jumlah tersebut
kemudian ditranslasi menggunakan kurs yang sesuai dalam kertas kerja pada tanggal neraca.
Amortisasi periodik mempengaruhi laporan laba rugi dan karenanya diukur menggunakan kurs
rata-rata yang digunakan untuk mentranslasi akun laporan laba rugi. Di lain pihak, sisa saldo
diferensial yang belum diamortisasi dilaporkan dalam neraca dan ditranslasi menggunakan kurs
sekarang yang digunakan untuk akun neraca.
Pengaruh dari perbedaan kurs tersebut disajikan dalam selisih translasi induk perusahaan sebagai
revisi dari bagian investasi awal induk perusahaan di anak perusahaan.

PT induk mengamortisasi paten selama periode 10 tahun. Amortisasi paten sbb.:


---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
------
Uero Eropa Kurs Translasi Dolar
Indonesia
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
------
Laporan Laba Rugi
Diferensial awal tahun 3,750 16.000
60.000.000
Amortisasi thn pertama ( 375) 17.000
(6.375.000)
Sisa saldo 3.375 53.625.000
Neraca :
Sisa saldo 31/12/2011 3.375 18.000 60.750.000
Selisih dimasukkan dalam pendapatan komprehensif
lainnya - Selisih translasi (Kredit) 7.125.000
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
------------

Cara lain untuk melihat penyesuaian diferensial sebesar Rp 7.125.000,- adalah selisih tersebut
menyesuaikan diferensial induk perusahaan yang merupakan bagian dari akun investasi menjadi
jumlah yang seharusnya disajikan dalam neraca.
Contoh , jika tidak dilakukan penyesuaian terhadap diferensial maka saldo paten dalam neraca
konsolidasi akan tidak tepat sebesar Rp 53.625.000,-
Kurs sekarang 31/12-2011 Rp 18.000,- jumlahnya menjadi Rp 60.750.000,-
Saldo (peningkatan diferensial) Rp
7.125.000,-
Ayat Jurnal :
(9) Pendapatan dari Anak Perusahaan Rp 6.375.000,-
Investasi Saham pada GC Rp 6.375.000,-
Mencatat amortisasi paten .

(10) Investasi Saham pada German Company Rp 7.125.000,-


Pendapatan Komprehensif lainnya - Selisih translasi Rp 7.125.000,-
Mengakui selisih translasi atas peningkatan diferensial

Penting untuk dicatat bahwa selisih translasi Rp 7.125.000,- dari diferensial dialokasiakan hanya
ke induk perusahaan . Kepemilikan minoritas tidak mendapatkan alokasi bagian selisih translasi
tersebut. Selisih translasi sebesar Rp 7.125.000,- dialokasikan ke selisih biaya perolehan yang
dibayarkan lebih dari nilai buku aset dan ditambahkan ke diferensial yang merupakan komponen
investasi pada anak perusahaan lura negeri sehingga menghasilkan debit ke akun investasi pada
pembukuan induk perusahaan.

INVESTASI PADA SAHAM GERMAN COMPANY 31/12-2011


(1) Harga beli Rp 860.000.000,-
(6) dividen Rp 110.000.000,-
(7) Ekuitas dlm laba Rp 212.500.000
(8) Bagian atas selisih trans-
lasi anak perusahaan Rp 110.000.000 (9) Amortisasi difrnsl Rp 6.375.000
(10) Selisih translasi dari
diferensial Rp 7.125.000
ke Neraca 31/12 Rp 1.073.250.000

Total Rp1.189.625.000,- Total Rp 1.189.625.000,-

Ayat Jurnal penutup Induk Perusahaan :


(11) Pendapatan dari Anak Perusahaan 206.125.000
Saldo Laba 206.125.000
Untuk menutup laba neto dari Anak Perusahaan =
(Rp 212.500.000 -Rp 6.375.000,-)

(12) Pendapatan komprehensif lain - Selisih translasi 117.125.000


Akumulasi Pend.Komp.lainnya - ST 117.125.000
Untuk menutup pend.komprehensif lainnya dari investasi pada
anak perusahaan GC = (Rp 110.000.000 + Rp 7.125.000)
Kertas Kerja konsolidasi setelah akuisisi
Ayat Jurnal Kertas Kerja Konsolidasi :
E(13) Pendapatan dari Anak Perusahaan 206.125.000
Dividen diumumkan 110.000.000
Investasi pada saham German Co 96.125.000
Mengeliminasi pendapatan dari Anak Perusahaan

E(14) Pendapatan Komp. Lainnya - Selisih T 117.125.000


Investasi pd saham GC 117.125.000
Mengeliminasi Pend.Komp.Lainnya dari anak
perusahaan yang dicatat oleh Induk Perusahaan

E(15) Saham Biasa -GC 640.000.000


Saldo Laba 160.000.000
Diferensial 60.000.000
Investasi pd saham GC 860.000.000
Mengeliminasi saldo investasi awal periode

E(16) Diferensial 7.125.000


Investasi pd saham GC 7.125.000
Mengeliminasi penyesuaian diferensial akhir periode
yang dicatat dalam akun investasi

E(17) Paten 67.125.000


Diferensial 67.125.000
Mengeliminasi diferensial, termasuk penyesuaian periodik
sebesar Rp 7.125.000 ke paten.

FIGUR 12 - 7
31 Desember 2011, Kertas Kerja Konsolidasi, disusun setelah Laporan Keuangan Luar Negeri
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
--------
German Eliminasi
PT Induk Company Debit Kredit
Konsolidasi
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
--------
Penjualan 4.000.000 850.000 4.850.000
Pendptn dari PT Anak 206.125 (13) 206.125
----------- ---------- ---------
--
Kredit 4.206.125 850.000 4.850.000
HPP 1.700.000 382.500 2.082.500
Beban operasi 950.125 246.500 (18) 6.375
1.203.000
Kerugian TMUA 8.500
8.500
----------- --------- -----------
Debit 2.650.125 637.500 3.294.000
------------ ---------- ----------- ----------- ---------
---
Laba bersih dibawah
ke depan (carry Frwd) 1.556.000 212.500 212.500 1.556.000
======= ====== ====== =======
=======
Saldo Laba 1 Januari 3.000.000 160.000.000 (15)160.000.000 3.000.000
Laba bersih dari atas 1.556.000 212.500 212.500 1.556.000
4.556.000 372.500 4.556.000
Dividen di umumkan (600.000) (110.000) (18) 110.000 (600.000)
------------ ---------- ---------- ---------
------------
S.Laba 31/12 dibawa
kedepan(c.forward) 3.956.000 262.500 372.500 110.000 3.956.000
====== ====== ====== =====
=======
Kas 4.002.250 193.500 4.195.750
Dolar Anak Perusahaan 54.000
54.000
Piutang 750.000 189.000 939.000
Persediaan 1.000.000 90.000
1.090.000
Tanah 1.750.000 0
1.750.000
Bangunan & Peraltn 8.000.000 900.000 8.900.000
Investasi pd shm GC (13) 96.125
(14)110.000
(15)860.000
(16) 7.125
Diferensial (15) 60.000
1.073.250 (16) 7.125 (17) 67.125
Paten (17) 67.125 (18) 6.375 60.750
-------------- ------------ ---------
----
Total Debit 16.575.500 1.426.500 16.989.500
========= ========
========

Ak. Depresiasi 4.500.000 135.000 4.635.000


Utang Usaha 1.002.375 54.000
1.056.375
Utang Obligasi 2.000.000 225.000
2.225.000
Saham Biasa 5.000.000 640.000 (15) 640.000 5.000.000
Saldo Laba 3.956.000 262.500 372.500 110.000 3.956.000
Ak.Pend.Kompren.la
innya- dari bawah 117.125 110.000 110.000 117.125
-------------- ------------ ------------ ------------ ---------
---
Total Kredit 16.575.500 1.426.500 920.000 920.000
16.989.500
========= ======== ====== =======
=========
Ak.Pend.Komp.la-
innya - 1/1 0 0 (15) 0 0

Ak.Pend.Komp.la-
innya - Selisih Trans 117.125 110.000 (14) 110.000 117.125
--------- -------- --------- -----------
APKL- dibawah keatas 117.125 110.000 110.000
117.125
====== ====== ======
=======

Anda mungkin juga menyukai