Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

PENGGABUNGAN USAHA

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Sektor Publik diampuh oleh
Ibu Nitri Mirosea, SE., M.Si., M.AAC., CFE., P.HD

Oleh Kelompok 6:

1. Muh Apri Anugrah B1C119131


2. Muhammad Zamil Hamid B1C119132
3. Oswina Lestari Sitanggang B1C119148
4. Qonita Hafidzah B1C119150
5. Pinky Astuti Dewi B1C119149

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “ Makalah Penggabungan Usaha”
dengan sebaik-baiknya.
Adapun maksud dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan I yang diampuh oleh Ibu Nitri Mirosea, SE.,
M.Si., M.AAC., CFE., P.HD
Dalam penyusunan tugas ini, kami menyadari bahwa tidak akan selesai dengan
lancar dan tepat waktu tanpa adanya bantuan, dorongan, serta bimbingan dari berbagai
pihak. Sebagai rasa syukur atas terselesaikanya tugas ini, maka dengan tulus kami
sampaikan terimakasih kepada pihak-pihak yang turut membantu yang tidak bisa kami
sebutkan satu persatu.
Dalam penyusunan tugas ini, kami menyadari masih banyak kekurangan baik
pada teknik penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan tugas ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga tugas ini dapat menambah pengetahuan dan
dapat diterapkan dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang berhubungan dengan
judul tugas ini.

Kendari, 24 Oktober 2021

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................................................................. ii
BAB I ............................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................................. 1
BAB II........................................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 2
A. Penggabungan Usaha ........................................................................................................................ 2
B. Bentuk Hukum Penggabungan Usaha............................................................................................... 2
C. Metode Akuntansi Penggabungan .................................................................................................... 3
D. Penerapan Metode Penyatuan Kepentingan ...................................................................................... 3
E. PENERAPAN METODE PEMBELIAN........................................................................................ 10
F. PENYATUAN DAN PEMBELIAN DIBANDINGKAN .............................................................. 15
G. Soal-soal dengan solusi ............................................................................................................... 19
BAB III ....................................................................................................................................................... 21
PENUTUP .................................................................................................................................................. 21
A. Kesimpulan ..................................................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................. iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia usaha sekarang ini, semakin lama semakin berkembang dan persaingan
dalam jenis produk, mutu atau kualitas suatu produk, maupun pemasarannya semakin
ramai dan semakin ketat, sehingga seringkali timbul persaingan yang tidak sehat dan juga
saling mengalahkan. Untuk mengatasi persaingan yang tidak sehat tersebut yang dapat
saling merugikan antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lainnya, perlu diadakan
suatu bentuk kerjasama yang saling menguntungkan. Salah satu bentuk kerjasama yang
dapat ditempuh adalah dengan mmenggabungkan dua perusahaan atau lebih baik yang
sejenis maupun tidak sejenis menjadi satu.
Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 22 Paragraf 08
Tahun 1999 menyatakan “Penggabungan Usaha adalah pernyataan dua atau lebih
perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu perusahaan menyatu
dengan perusahaan lain atau memperoleh kendali atas aktiva dan operasi perusahaan”.
Sedangkan menurut Hadori Yunus (1982 : 224), “Penggabungan badan usaha adalah
usaha untuk menggabungkan suatu perusahaan dengan satu atau lebih perusahaan lain ke
dalam satu kesatuan ekonomi”.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Penggabungan Usaha.?
2. Bagaimana Bentuk Hukum Penggabungan.?
3. Apa Metode Akuntansi Penggabungan.?
4. Bagaimana Penerapan Metode Penyatuan Kepentingan.?
5. Bagaimana Penerapan Metode Pembelian.?
6. Apa Penyatuan dan Pembelian di Bandingkan.?
7. Bagaimana Contoh Soal di Penggabungan Usaha.?

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Penggabungan Usaha

Konsep akuntansi penggabungan usaha di Indonesia terdapat pada PSAK No. 22


efektif 1 januari 1995. Konsep serupa di AS terdapat pada APB Opinion No. 16 efektif 1
November 1970 kemudian FAS 141 efektif Juli 2001. Pada tahun 2004 IASB
memperkenalkan standar penggabungan usaha dengan IFRS 3 (Wiley, 2007:399-450)

Penggabungan usaha adalah ekspansi ke luar dengan tujuan meningkatkan


kemampuan perolehan laba(profitabilitas) melalui efisiensi operasional. Dari
penggabungan usaha, biaya biaya fasilitas, riset dan pengembangan dapat di hemat.
Risiko diversivikasi, hambatan operasi karena menunggu izin dan pengambialihan oleh
perusahaan besar dapat di hindari. Perpaduan asset intangible seperti keahlian manajemen
dan konsolidasi modal merupakan kekuatan lainya.

Jenis-jenis penggabungan usaha menurut karakteristiknya ada 3.

1) Integrase horizontal bila bidang usaha dan pasar sama seperti perusahaan minyak
dengan perusahaan gas alam.
2) Integrase vertical bila operasi tidak sama tetapi produksi dan distribusi merupakan
satu mata rantai seperti perkebunana kapas dengan perusahaan permintaan benang
3) Konglomerasi bila produk dan fungsi layanan berbeda, tidak berkaitan, seperti
perusahaan minyak dengan perkebunan kapas.

B. Bentuk Hukum Penggabungan Usaha


1. Merjer
Benyuk hokum penggabungan usaha yang paling di kenal di Indonesia adalah
Merjer. Di sini salah satu nama di antara beberaa perusahaan yang bergabung di
teruskan dan sekaligus mengambil alih seluruh operasi perusahaan A, B dan C

2
merjer maka jika A menjadi penerus, nama perusahaan baru adalah A; perusahaan
B dan C bubar.
2. Konsolidasi
Bentuk hukum penggabungan lain adalah konsolidasi. Di sini dari sejumlah
perusahaan yang bergabung di bentuk baru dengan nama baru. Perusahaan baru
ini mengambil alih seluruh asset dan operasi perusahaan yang bergabung yang
semuanya di bubarkan. Misalnya perusahaan A, B dan C melakukan konsolidasi
maka perusahaan A, B dan C bubar dan membentuk perusahaan baru dan nama
baru
C. Metode Akuntansi Penggabungan
Sejak tahun 1950 ada dua metode akuntansi penggabungan usaha yang
diberlakukan Di AS yaitu metode penyatuan kepentingan dan metode pembelian akan
tetapi dengan FASB statement No.141 mulai juli 2001 di AS semua penggabungan
usaha di akuntansi kan dengan metode pembelian. ini diikuti oleh international
financial reporting standar 3 yang diterbitkan IASB tahun 2004 sejumlah negara
ekonomi maju seperti Australia Jepang Jerman dan Perancis juga melarang
penggunaan metode polling namun demikian di PSAK Indonesia kedua metode masih
tetap berlaku oleh karena itu metode penyatuan kepentingan masih dibicarakan di sini

D. Penerapan Metode Penyatuan Kepentingan


Dalam penerapan metode penyatuan kepentingan (Pooling of Interest) jumlah
yang dicatat berdasarkan metode yang berbeda harus disesuaikan dan laporan
keuangan harus dinyatakan kembali di sini tidak ada pemilihan oleh salah satu
perusahaan yang bergabung terhadap yang lain

3
1. Dalam Merjer
Misalkan menjelang penggabungan dengan penyatuan kepentingan, ekuitas
pemegang saham PT jala dan PT keti adalah sebagai berikut

PT.Jala PT.Keli Total


Modal Saham @ Rp.1000 Rp10.000.000 Rp 5.000.000 Rp15.000.000
Tambahan
K Modal Setor 2.000.000 3.000.000 5.000.000
Total Modal Setor 12.000.000 8.000.000 20.000.000
Saldo Laba 8.000.000 2.000.000 10.000.000
Aset Neto dan Ekuitas Rp20.000.000 Rp10.000.000 Rp30.000.000

kasus 1. modal setor rumah bisa diterbitkan PT jala menerbitkan 7.000 sahamnya
untuk aset neto PT ketiga dalam hal ini modal serta Rp20.000.000melebihi modal saham
Rp 17.000.000 tambahan modal setor Rp3.000.000 Dan saldo laba Rp10.000 jurnal
dalam buku-buku PT Jala:

Aset Neto Rp10.000.000


Modal Saham @ Rp1.000 Rp7.000.000
Tambahan Modal Setor 1.000.000
Saldo Laba 2.000.000
Mencatat Penerbitan 7.000 dalam
Penyatuan Kepentingan dengan PT.Keti

Kasus 2, modal saham melebihi modal setor titik PT Jala menerbitkan 11000
sahamnya untuk aset neto PT ketik disini modal saham jala Rp.21.000.000 melebihi
modal setor Rp20.000.00 tidak ada tambahan modal disetor Dan saldo laba Rp9.000.000.

4
maksimum yang gabungkan saldo laba Rp10.000.00 telah berkurang Rp1.000.000 jurnal
dalam buku-buku PT Jala:

Aset Neto Rp10.000.000


Saldo Laba 1.000.000
Modal Saham Rp11.000.000
Mencatat penerbitan 11.000 saham dalam penyatuan kepentingan dengan PT.Keti

2. Dalam Konsolidasi:

PT. Jaki dan PT Keti bergabung dengan konsolidasi dalam penyatuan. PT Jaki dan PT
Keti bubar sekaligus membentuk PT Pede.

PT. Jala PT. Keti Total


Modal Saham @ Rp1.000 Rp10.000.000 Rp 5.000.000 Rp 15.000.000
Tambahan Modal Setor 2.000.000 3.000.000 5.000.000
Total Modal Setor 12.000.000 8.000.000 20.000.000
Saldo Laba 8.000.000 2.000.000 10.000.000
Aset Neto dan Ekuitas Rp20.000.000 Rp10.000.000 Rp30.000.000

Kasus 3. Modal setor melebihi saham yang diterbitkan. PT. Pede menerbitkan 17.000
sahamnya Rp1.000 Par. untuk Jala 10.000 dan untuk keti 7.000 atas aset neto mereka dalam hal
ini modal setor Pede Rp20.000.000 melebihi saham yang diterbitkannya Rp17.000.000. PT.Pede
menjurnal kejadian itu dalam buku-bukunya sebagai berikut

Aset Neto Rp30.000.000


Modal Saham Rp17.000.000
Tambahan Modal Setor 3.000.000
Saldo Laba 10.000.000

5
Kasus 4. Saham yang diterbitkan melebihi modal setor PT. Pede menerbitkan
21.000 sahamnya Rp1.000 par untuk jala 10.000 dan untuk Keti 11.000 atas aset yang
mereka di sini saham yang diterbitkan Pede Rp21.000.000 melebihi model sektornya
Rp20.000.000 PT.Pede menjurnal kejadian itu dalam buku-bukunya sebagai berikut

Aset Neto Rp30.000.000


Modal Saham Rp1.000 par Rp21.000.000
Saldo Laba 9.000.000

3. Dalam Saham Perbendaharaan

PT Paman memiliki 500 saham PT Sati pada saat keduanya bergabung. PT Paman
membukukan investasinya tersebut Rp500.000. Data PT Paman dan PT Sati saat
bergabung sebagai berikut:

PT Paman PT Sati
Investasi dalam Sati Rp 500.000 -
Aset lainnya 19.500.000 Rp30.000.000
Total Rp 20.000.000 Rp30.000.000
Modal sahamRp1.000 par Rp 10.000.000 Rp20.000.000
Tambahan modal setor 5.000.000 4.000.000
Saldo laba 5.000.000 6.000.000
Total Rp 20.000.000 Rp 30.000.000

6
Jika PT Sati sebagai penerus dan menerbitkan 10.000 sahamnya untuk 10.000
saham PT Paman (rasio pertukaran 1:1), merjer dengan pooling of interest dicatat Sati
sebagai berikut:

Aset neto. Rp19.500.000


Saham perbendaharaan 500.000
Modal saham Rp10.000.000
Tambahan modal setor 5.000.000
Saldo laba 5.000.000

Mencatat merjer dengan PT Paman

Jika PT Paman sebagai penerus dan menerbitkan 19.600 sahamnya untuk Sati (rasio
pertukaran 1:1), merjer dengan penyatuan kepentingan dicatat Paman sebagai berikut

Aset neto Rp30.000.000


Modal saham Rp19.600.000
Tambahan modal setor 3.900.000
Saldo laba 6.000.000
Investasi dalam Sati 500.000
Mencatat merjer dengan Sati

4. Dalam Pelaporan Operasi Gabungan

Laporan keuangan perusahaan penerus dalam penggabungan dengan metode penyatuan


kepentingan, baik yang terjadi awal tahun, tengah tahun atau akhir tahun, diperlakukan sebagai
penggabungan pada awal tahun.

7
Jurnal untuk mencatat penggabungan tengah tahun pada 1 Juli 20X4 diilustrasikan pada
Kasus 1 dan 2 berikut ini. Neraca saldo ke dua perusahaan pada 30 Juni 20X4 sebagai berikut:

PT Tomat PT Minat
Aset lain Rp 72.000.000 Rp28.000.000
Beban 18.000.000 7.000.000
Total debet Rp 90.000.000 Rp35.000.000

Modal saham Rp10.000 par Rp50.000.000 Rp20.000.000


Saldo laba 17.000.000 6.000.000
Pendapatan 23.000.000 9.000.000
Total kredit Rp 90.000.000 Rp35.000.000

Kasus 1: Merjer. PT Tomat, penerus, menerbitkan 23.000 saham Rp1.000 par untuk
memperoleh aset neto PT Minat pada 1 Juli 20X4. Jurnal pencatatan dalam buku-buku Tomat
sebagai berikut:

1 Juli 2004
Aset lain Rp28.000.000
Beban 7.000.000
Modal saham Rp1.000 par Rp23.000.000
Saldo laba 3.000.000
Penghasilan 9.000.000
Mencatat penerbitan 23.000 saham dalam merjer dengan penyatuan kepentingan

8
Setelah jurnal itu dicatat, neraca saldo PT Tomat menjadi sebagai berikut:

Debet Kredit
Aset lain Rp100.000.000
Beban 25.000.000
Modal saham - Rp 73.000.000
Saldo laba 20.000.000
Pendapatan 32.000.000
Rp125.000.000 Rp125.000.000

Kasus 2: Konsolidasi. PT Wali dibentuk untuk mengonsolidasikan operasi Tomat dan


Minat. Pada 1 Juli 20X4 Wali menerbitkan 73.000 sahamnya Rp1.000 par untuk aset neto Tomat
50.000 dan untuk aset neto Minat 23.000. Jurnal dalam buku-buku Wali sebagai berikut:

1 Juli 2014
Aset lain Rp100.000.000
Beban 25.000.000
Modal Saham Rp10 Par Rp73.000.000
Saldo laba 20.000.000
Penghasilan 32.000.000
Mencatat penerbitan 73.000 saham dalam Tomat dan Minat dengan pooling of interest

5. Dalam Beban Penggabungan

Dalam penyatuan kepentingan, biaya-biaya registrasi dan pendaftaran saham, penyediaan


informasi pada pemegang saham, akuntan dan konsultan serta perantara dicatat sebagai beban
(paragraf 25 PSAK No. 22 vide APB Opinion No. 16).

9
E. PENERAPAN METODE PEMBELIAN

Dalam penggabungan dengan metode pembelian saldo laba perusahaan yang


diperoleh dapat berkurang tetapi tidak pernah bertambah. Menurut paragraf 21 PSAK No.
22 vide APB Opinion No. 16 biaya penggabungan dengan metode pembelian diukur
berdasarkan kas yang dibayarkan atau nilai wajar aset yang diberikan atau surat berharga
yang diterbitkan. Juga termasuk biaya langsung penggabungan seperti fee akuntan,
pengacara dan perantara.

Biaya registrasi dan pendaftaran saham dibebankan pada nilai wajar saham yang
diterbitkan sebagai pengurangan pada tambahan modal sektor. Biaya tidak langsung seperti
gaji manajemen, penyusutan dan sewa adalah beban baik dalam metode pooling ataupun
dalam metode pembelian. Biaya untuk menutup fasilitas ganda adalah biaya tidak langsung
dan dibukukan sebagai beban.

Misalkan PT Poli menerbitkan 100.000 saham Rp1.000 par untuk memperoleh aset
neto PT Suni dalam penggabungan dengan metode pembelian pada 1 Juli 20X4. Harga pasar
saham Poli saat itu Rp1.600 per saham. Tambahan biaya langsung penggabungan terdiri dari
fee Bappepam Rp500.000, fee akuntan sehubungan dengan laporan untuk registrasi ke
Bappepam Rp1.000.000, biaya pencetakan dan penerbitan saham Rp2.500.000 dan fee
perantara serta konsultan Rp8.000.000

Penerbitan 100.000 saham dicatat dalam buku-buku PT Poli sebagai berikut:


Investasi dalam Suni Rp160.000.000
Saham Biasa Rp1.000 par Rp100.000.000
Tambahan modal setor 60.000.000
Mencatat penerbitan 100.000 saham Rp1.000 par dengan nilai wajar Rp1.600 per saham dalam
penggabungan Suni dengan metode pembelian.

10
Tambahan biaya langsung penggabungan dicatat sebagai berikut:

Investasi dalam Suni Rp8.000.000


Tambahan modal setor 4.000.000
Kas (atau net aset lain) Rp12.000.000
Mencatat tambahan biaya langsung penggabungan dengan Suni, Rp8.000.000
untuk fee penemu dan konsultan dan Rp4.000.000 untuk pendaftaran dan penerbitan
saham.

1. Ekses Pembelian dalam Penggabungan


Pada 27 Desember 20X4 PT Pita memperoleh aset neto PT Sedi dalam penggabungan
dengan pembelian. Aset dan liabilitas PT Sedi saat itu adalah sebagai berikut:

Nilai Buku Nilai Wajar


Kas Rp 5.000.000 Rp 5.000.000
Piutang-net 15.000.000 15.000.000
Persediaan 20.000.000 25.000.000
Tanah 5.000.000 10.000.000
Gedung 30.000.000 50.000.000
Peralatan-net 25.000.000 35.000.000
Paten - 5.000.000
Total aset Rp100.000.000 Rp145.000.000
Hutang 6.000.000 7.000.000
Hutang wesel 15.000.000 13.500.000
Hutang lain 4.000.000 4.500.000
Total liabilitas 25.000.000 25.000.000
Aset neto Rp 75.000.000 Rp120.000.000

11
Selisih lebih biaya perolehan di atas nilai wajar aset neto yang diperoleh diakui sebagai
goodwill. Sebaliknya selisih lebih nilai wajar aset neto yang diperoleh di atas biaya perolehan
diakui sebagai negative goodwill. Goodwill diamortisasi dalam periode tidak lebih dari 5 tahun
yang bila ada pengecualian paling lama 20 tahun (Paragraph 79-80 PSAK No.22 vide APB
Opinion No.17). Oleh karena negative goodwill bukan komponen neraca maka jumlahnya
dibebankan menjadi pengurangan nilai wajar aset non moneter yang diperlakukan sebagai
deferred income selama periode yang juga paling lama 20 tahun (paragraph 82 PSAK 22 vide
APB Opinion No.16)

16) Di AS sebelum Juli 2001 goodwill diamortisasi dalam waktu paling lama 40 tahun (APB
Opinion No.16.
Kasus 1: Goodwill. PT Pita membayar Rp40.000.000 kas dan menerbitkan 50.000
sahamnya Rp1.000 par, harga pasar Rp2.000 per saham untuk aset neto PT Sedi. Jurnal mencatat
penggabunga pada buku-buku Pita saat itu sebagai berikut:

Investasi dalam Sedi Rp140.000.000


Kas Rp40.000.000
Saham biasa Rp1.000 par 50.000.000
Tambahan modal setor 50.000.000
Mencatat penerbitan 50.000 saham ditambah Rp40.000.000 kas dalam penggabungan
Sedi dengan metode pembelian

12
Kas Rp 5.000.000
Piutang-net 15.000.000
Persediaan 25.000.000
Tanah 10.000.000
Gedung 50.000.000
Peralatan 35.000.000
Paten 5.000.000
Goodwill 20.000.000
Hutang Rp 7.000.000
Hutang wesel 13.500.000
Liabilitas lain 4.500.000
Investasi dalam Sedi 140.000.000
Membebankan biaya Sedi ke aset identificate yang diperoleh dan liabilitas
berdasarkan nilai wajar dank e goodwill

Kasus 2: Negative goodwill. PT Pita memberikan 40.000 saham Rp1.000 par


dengan harga pasar Rp2.000 per saham dan juga memberikan wesel bayar 5 tahun bunga
10% Rp20.000.000 untuk aset neto PT Sedi. Jurnal pencatatan dengan pembelian saat itu
adalah:

Investasi dalam Sedi Rp 100.000.000


Saham biasa Rp1.000 par Rp 40.000.000
Tambahan modal setor 40.000.000
Wesel bayar 10% 20.000.000

13
Mencatat penerbitan 40.000 saham Rp1.000 par ditambah Rp20.000.000 wesel
bayar 10% dalam penggabungan Sedi dengan pembelian

Kas Rp 5.000.000
Piutang-net 14.000.000
Persediaan 25.000.000
Tanah 8.000.000
Gedung 40.000.000
Peralatan 28.000.000
Paten 4.000.000
Hutang Rp 6.000.000
Wesel bayar 13.500.000
Liabilitas lain 4.500.000
Investasi dalam sedi 100.000.000

Membebankan biaya sedia ke aset dan liabilitas lancar dan liabilitas berdasarkan nilai
wajarnya dan ke asset tetap berdasarkan nilai wajar dikurangi bagian sebanding atas kelebihan
nilai wajar di atas biaya investasi. Selisih nilai wajar aset neto yang diperoleh Rp120.000.000
lebih besar dari biaya perolehan Rp100.000.000 adalah negative goodwill Rp20.000.000. Jumlah
ini harus dikurangkan dari masing-masing aset tetap (aset non moneter) sebesar 20%, yaitu
Rp20.000.000/ Rp100.000.000. Jika kelebihan nilai wajar terhadap biaya sedemikian besar
sehingga aset tetap menjadi 0 maka kelebihan ini dilaporkan sebagai penghasilan ditangguhkan
(deferred charger).

Berdasarkan FASB Statement No.142 setelah 30 Juni 2001 perusahaan-perusahaan di


FASB tidak lagi mengamortisasi goodwill atau aset tidak berwujud (intangible assiti) lainnya
yang massa manfaatnya tidak jelas (indefinite). Sebagai penggantinya adalah meninjau
pengurangan nilai (penurunan nilai) dari aset ini secara berkala (minimal satu tahun) dan
menyesuaikan nilainya.

14
F. PENYATUAN DAN PEMBELIAN DIBANDINGKAN

Pada 31 Desember 20X4 PT Bulan dan PT Wita bergabung. Penerus adalah PT Bulan
menerbitkan 50.000 sahamnya Rp1.000 par dengan harga pasar Rp90.000.000 untuk set neto PT
Wita. Biaya registrasi dan penerbitan saham Rp2.000.000 dan biaya langsung lainnya
Rp.4.000.000 di bayar PT Bulan.

Neraca dalam Peraga 7-1 berikut ini neraca perbandingan PT Bulan dan PT Wita sebelum
merjer dalam metode penyatuan kepentingan dan metode pembelian.

Peraga 7-1 Nilai Buku dan Nilai Wajar sebelum Merger


Neraca Saldo Komparatif
30 Desember 20X4

Nilai Buku Nilai Buku Nilai Wajar


PT. Sulan PT. Wita PT. Wita
Kas Rp47.500.000 Rp12.500.000 Rp12.500.000
Piutang-Net Rp60.000.000 Rp30.000.000 Rp30.000.000
Persediaan Rp80.000.000 Rp20.000.000 Rp25.000.000
Aset Tetap dan Peralatan – net Rp120.000.000 Rp35.000.000 Rp45.000.000
Harga Pokok Penjualan Rp100.000.000 Rp32.500.000
Beban Lain Rp32.500.000 Rp10.000.000
Total Debet Rp440.000.000 Rp140.000.000
Hutang Rp3.000.000 Rp18.000.000 Rp18.000.000
Hutang Lain Rp20.000.000 Rp12.000.000 Rp12.000.000
Modal Saham Rp1.000 par Rp150.000.000 Rp50.000.000
Tambahan Modal Setor Rp20.000.000 Rp4.000.000
Saldo Laba Rp65.000.000 Rp11.000.000
Penjualan Rp155.000.000 Rp45.000.000
Total Kredit Rp440.000.000 Rp140.000.000

15
Jurnal. Dalam Peraga 7-2 dibandingkan jurnal pencatatan antara kedua metode. Kelompok
penerbitan saham menunjukkan bahwa dalam metode penyatuan, investasi dalam Wita
Rp65.000.000, yaitu nilai bulan aset neto Wita per 1 januari 20X4 sedang dalam metode
pembelian, investasi dalam Wita Rp90.000.000, yaitu harga pasar saham yang diterbitkan PT
Bulan pada 31 Desember 20X4. Kelompok biaya langsung penggabungan menunjukkan bahwa
berdasarkan metode penyatuan semua tambahan biaya penggabungan. dicatat sebagai beban
sedang berdasarkan metode pembelian biaya registrasi dan penerbitan saham dibebankan pada
tambahan módal setor dan biaya langsung lainnya ditambahkan pada biaya perolehan PT
Wita.Kelompok alokasi investasi menunjukkan bahwa biaya investasi Rp94.000.000 lebih besar
dari nilai wajar aset neto yang identifiable Rp82.500.000 dibukukan ke goodwill Rp11.500.000.

Peraga 7-2 Perbedaan dalam Pencatatan dengan Metode Penyatuan dan Metode Pembelian

(Dalam 000 Rupiah)

Penyatuan Kepentingan Pembelian


D C D C
Penerbitan Sekuritas
Investasi dalam Wita 65.000 90.000
Modal sahamRp
1.000 Par 50.000 50.000
Tambahan Modal
Setor 4.000 40.000
Saldo Laba 11.000
Biaya Langsung
penggabungan
Beban 6.000
Investasi dalam Wita 4.000
Tambahan Modal Setor 2.000
Kas 6.000 6.000

Alokasi Investasi
Kas 12.500 12.500
Piutang -Neto 30.000 30.000
Persediaan 20.000 25.000
Pabrik dan peralatan-net 35.000 45.000
Goodwill 11.500
HPP 32.500

16
Beban Lain 10.000
Hutang 18.000 18.000
Hutang Lain 12.000 12.000
Penjualan 45.000
Investasi dalam
Wita 65.000 94.000

Laporan Keuangan. Pada laporan keuangan gabungan dalam Peraga 7-3 berikut ini
terdapat perbedaan-perbedaan. Hal itu disebabkan karena dalam metode penyatuan, penjualan
dan beban digabungkan sedang dalam metode pembelian tidak. Selain dari dalam metode
penyatuan seluruh biaya penggabungan dibukukan sebagal beban sedang dalam metode
pembelian biaya tidak langsung penggabungan dibukukan pada tambahan, modal setor dan biaya
langsung ke Investasi.

Perbedaan total aset PT Bulan antara ke dua metode Rp26.500.000 adalah akibat
pengalokasian kelebihan biaya investasi di atas nilai buku yang diperoleh ke persediaan
Rp5.000.000, aset tetap dan peralatan Rp10.000.000 dan goodwill Rp11.500.000 dalam metode
pembelian.

Tambahan modal setor dalam metode penyatuan Rp24.000.000 adalah selisih modal setor
gabungan Rp224.000.000 terhadap modul saham gabungan Rp200.000.000. Tambahan modal
setor dalam metode pembelian Rp58.000.000 berasal dari saldo awal Rp20.000.000 ditambah
Rp40.000.000 dari penerbitan 50.000-saham dikurangi Rp2.000.000 biaya pendaftaran dan
pencetakan

17
Laporan Keuangan Komprantif Bulan dan Wita tahun penggabungan
PT Bulan
Laporan Keuangan Komparantif
Untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 20X4 (dalam 000 rupiah)

Penyatuan Pembelian
Laporan labarugi
Penjualan 200.000 155.000
Harga pokok penjualan (132.500) (100.000)
Beban lain (48.500) (32.500)
Penghasilan neto 19.000 22.500
Laporan saldo laba
Saldo laba 1 Januari 20X4 (seperti 65.000 65.000
dilaporkan) 11.000
Pertambahan dari pooling 76.000
Saldo laba 1 Januari 20X4 (seperti 19.000 22.500
restatet) 95.000 87.500
Penghasilan neto
Saldo laba 31 Desember 20X4
Neraca 54.000 54.000
Aset 90.000 90.000
Kas 100.000 105.000
Piutang-net 155.000 165.000
Persediaan _- 11.500
Aset tetap dan peralatan –net __399.000 425.500
Goodwill
Total aset 48.000 48.000
Kewajiban dan ekuitas pemegang saham 32.000 32.000
Hutang 200.000 200.000
Hutang lain 24.000 58.000
Modal saham Rp1.000 par __98.000 87.500
Tambahan modal setor 399.000 425. 500
Saldo labah
Total kewajiban ekuitas pemegang
saham

18
G. Soal-soal dengan solusi
Soal 7-1
PT Garo dan PT Tani bergabung berdasarkan metode penyatuan kepentingan. PT Tani bubar.
Sebelum penyatuan asset bersih dan ekuitas pemegang saham sebagai berikut:

Garo Tani
Asset bersih Rp100.000.000 Rp 80.000.000
Modal saham Rp1.000 par Rp 40.000.000 Rp 20.000.000
Tambahan modal setor 20.000.000 30.000.000
Total modal setor 60.000.000 50.000.000
Saldo laba 40.000.000 30.000.000
Total ekuitas pemegang saham Rp100.000.000 Rp 80.000.000

Diminta:
1. Jurnal dalam buku-buku PT Garo untuk mencatat penyatuan dengan PT Tani jika PT
Garo menerbitakan 35.000 saham biasanya @ Rp1.000 dalam pertukaran dengan seluruh
saham biasa PT Tani.
2. Jurnal dalam buku-buku PT Giro untuk mencatat penyatuan bila PT Giro menerbitkan
77.000 saham biasanya @Rp1.000 dalam pertukaran dengan seluruh saham PT Tani.
Solusi soal 7-1
1. Jurnal untuk mencatat penyatuan dengan 35.000 saham:

Asset bersih Rp 80.000.000


Saham biasa Rp1.000 par Rp 35.000.000
Tambahan modal setor 15.000.000
Saldo laba 30.000.000

Mencatat penerbitan 35.000 lembar saham biasa PT Tani


Test:
Modal setor 60 juta+50 juta Rp110.000.000
Modalm saham 40 juta+35 juta 75.000.000
Tambahan modal setor 20 juta+(50 juta-35 juta) Rp 35.000.000

2. Jurnal untuk mencatat penyatuan dengan 77.000 saham:


Aset bersih Rp 80.000.000
Tambahan modal setor saham 20.000.000
Saldo biasa Rp 1,000 par Rp 77.000.000
Saldo Laba 23.000.000

Mencatat penerbitan 77.000 lembar saham biasa PT Tani


Test
Modal saham 40 juta+77 juta Rp 117.000.000

19
Modal setor 60 juta+50 juta Rp 110.000.000
Pengurangan saldo laba Rp 70.000.000

20
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada dasarnya penggabungan usaha merupakan bentuk penggabungan satu
perusahaan dengan perusahaan lain dalam rangka menghadapi persaingan dan
kelangsungannya. Bentuk penggabungan usaha yang sering dilakukan dalam dua dekade
terakhir ini adalah merger dan akuisisi di mana strategi ini dipandang sebagai salah satu
cara untuk mencapai beberapa tujuan yang lebih bersifat ekonomis dan jangka panjang,
jadi dari penggabungan usaha Terdapat dua perspektif utama mengapa perusahaan
melakukan penggabungan yaitu untuk memaksimalkan nilai pasar yang dimiliki oleh
pemegang saham yang ada dan kesejahteraan manajemennya .

21
DAFTAR PUSTAKA

A.Beams, Floyd, dan Amir Abadi Yusuf. 1999. "Akuntansi Keuangan Lanjutan
Di Indonesia". Buku I. Salemba Empat: Jakarta.

iii

Anda mungkin juga menyukai