PENGGABUNGAN USAHA
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Sektor Publik diampuh oleh
Ibu Nitri Mirosea, SE., M.Si., M.AAC., CFE., P.HD
Oleh Kelompok 6:
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “ Makalah Penggabungan Usaha”
dengan sebaik-baiknya.
Adapun maksud dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan I yang diampuh oleh Ibu Nitri Mirosea, SE.,
M.Si., M.AAC., CFE., P.HD
Dalam penyusunan tugas ini, kami menyadari bahwa tidak akan selesai dengan
lancar dan tepat waktu tanpa adanya bantuan, dorongan, serta bimbingan dari berbagai
pihak. Sebagai rasa syukur atas terselesaikanya tugas ini, maka dengan tulus kami
sampaikan terimakasih kepada pihak-pihak yang turut membantu yang tidak bisa kami
sebutkan satu persatu.
Dalam penyusunan tugas ini, kami menyadari masih banyak kekurangan baik
pada teknik penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan tugas ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga tugas ini dapat menambah pengetahuan dan
dapat diterapkan dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang berhubungan dengan
judul tugas ini.
Kelompok 6
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia usaha sekarang ini, semakin lama semakin berkembang dan persaingan
dalam jenis produk, mutu atau kualitas suatu produk, maupun pemasarannya semakin
ramai dan semakin ketat, sehingga seringkali timbul persaingan yang tidak sehat dan juga
saling mengalahkan. Untuk mengatasi persaingan yang tidak sehat tersebut yang dapat
saling merugikan antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lainnya, perlu diadakan
suatu bentuk kerjasama yang saling menguntungkan. Salah satu bentuk kerjasama yang
dapat ditempuh adalah dengan mmenggabungkan dua perusahaan atau lebih baik yang
sejenis maupun tidak sejenis menjadi satu.
Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 22 Paragraf 08
Tahun 1999 menyatakan “Penggabungan Usaha adalah pernyataan dua atau lebih
perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu perusahaan menyatu
dengan perusahaan lain atau memperoleh kendali atas aktiva dan operasi perusahaan”.
Sedangkan menurut Hadori Yunus (1982 : 224), “Penggabungan badan usaha adalah
usaha untuk menggabungkan suatu perusahaan dengan satu atau lebih perusahaan lain ke
dalam satu kesatuan ekonomi”.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Penggabungan Usaha.?
2. Bagaimana Bentuk Hukum Penggabungan.?
3. Apa Metode Akuntansi Penggabungan.?
4. Bagaimana Penerapan Metode Penyatuan Kepentingan.?
5. Bagaimana Penerapan Metode Pembelian.?
6. Apa Penyatuan dan Pembelian di Bandingkan.?
7. Bagaimana Contoh Soal di Penggabungan Usaha.?
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penggabungan Usaha
1) Integrase horizontal bila bidang usaha dan pasar sama seperti perusahaan minyak
dengan perusahaan gas alam.
2) Integrase vertical bila operasi tidak sama tetapi produksi dan distribusi merupakan
satu mata rantai seperti perkebunana kapas dengan perusahaan permintaan benang
3) Konglomerasi bila produk dan fungsi layanan berbeda, tidak berkaitan, seperti
perusahaan minyak dengan perkebunan kapas.
2
merjer maka jika A menjadi penerus, nama perusahaan baru adalah A; perusahaan
B dan C bubar.
2. Konsolidasi
Bentuk hukum penggabungan lain adalah konsolidasi. Di sini dari sejumlah
perusahaan yang bergabung di bentuk baru dengan nama baru. Perusahaan baru
ini mengambil alih seluruh asset dan operasi perusahaan yang bergabung yang
semuanya di bubarkan. Misalnya perusahaan A, B dan C melakukan konsolidasi
maka perusahaan A, B dan C bubar dan membentuk perusahaan baru dan nama
baru
C. Metode Akuntansi Penggabungan
Sejak tahun 1950 ada dua metode akuntansi penggabungan usaha yang
diberlakukan Di AS yaitu metode penyatuan kepentingan dan metode pembelian akan
tetapi dengan FASB statement No.141 mulai juli 2001 di AS semua penggabungan
usaha di akuntansi kan dengan metode pembelian. ini diikuti oleh international
financial reporting standar 3 yang diterbitkan IASB tahun 2004 sejumlah negara
ekonomi maju seperti Australia Jepang Jerman dan Perancis juga melarang
penggunaan metode polling namun demikian di PSAK Indonesia kedua metode masih
tetap berlaku oleh karena itu metode penyatuan kepentingan masih dibicarakan di sini
3
1. Dalam Merjer
Misalkan menjelang penggabungan dengan penyatuan kepentingan, ekuitas
pemegang saham PT jala dan PT keti adalah sebagai berikut
kasus 1. modal setor rumah bisa diterbitkan PT jala menerbitkan 7.000 sahamnya
untuk aset neto PT ketiga dalam hal ini modal serta Rp20.000.000melebihi modal saham
Rp 17.000.000 tambahan modal setor Rp3.000.000 Dan saldo laba Rp10.000 jurnal
dalam buku-buku PT Jala:
Kasus 2, modal saham melebihi modal setor titik PT Jala menerbitkan 11000
sahamnya untuk aset neto PT ketik disini modal saham jala Rp.21.000.000 melebihi
modal setor Rp20.000.00 tidak ada tambahan modal disetor Dan saldo laba Rp9.000.000.
4
maksimum yang gabungkan saldo laba Rp10.000.00 telah berkurang Rp1.000.000 jurnal
dalam buku-buku PT Jala:
2. Dalam Konsolidasi:
PT. Jaki dan PT Keti bergabung dengan konsolidasi dalam penyatuan. PT Jaki dan PT
Keti bubar sekaligus membentuk PT Pede.
Kasus 3. Modal setor melebihi saham yang diterbitkan. PT. Pede menerbitkan 17.000
sahamnya Rp1.000 Par. untuk Jala 10.000 dan untuk keti 7.000 atas aset neto mereka dalam hal
ini modal setor Pede Rp20.000.000 melebihi saham yang diterbitkannya Rp17.000.000. PT.Pede
menjurnal kejadian itu dalam buku-bukunya sebagai berikut
5
Kasus 4. Saham yang diterbitkan melebihi modal setor PT. Pede menerbitkan
21.000 sahamnya Rp1.000 par untuk jala 10.000 dan untuk Keti 11.000 atas aset yang
mereka di sini saham yang diterbitkan Pede Rp21.000.000 melebihi model sektornya
Rp20.000.000 PT.Pede menjurnal kejadian itu dalam buku-bukunya sebagai berikut
PT Paman memiliki 500 saham PT Sati pada saat keduanya bergabung. PT Paman
membukukan investasinya tersebut Rp500.000. Data PT Paman dan PT Sati saat
bergabung sebagai berikut:
PT Paman PT Sati
Investasi dalam Sati Rp 500.000 -
Aset lainnya 19.500.000 Rp30.000.000
Total Rp 20.000.000 Rp30.000.000
Modal sahamRp1.000 par Rp 10.000.000 Rp20.000.000
Tambahan modal setor 5.000.000 4.000.000
Saldo laba 5.000.000 6.000.000
Total Rp 20.000.000 Rp 30.000.000
6
Jika PT Sati sebagai penerus dan menerbitkan 10.000 sahamnya untuk 10.000
saham PT Paman (rasio pertukaran 1:1), merjer dengan pooling of interest dicatat Sati
sebagai berikut:
Jika PT Paman sebagai penerus dan menerbitkan 19.600 sahamnya untuk Sati (rasio
pertukaran 1:1), merjer dengan penyatuan kepentingan dicatat Paman sebagai berikut
7
Jurnal untuk mencatat penggabungan tengah tahun pada 1 Juli 20X4 diilustrasikan pada
Kasus 1 dan 2 berikut ini. Neraca saldo ke dua perusahaan pada 30 Juni 20X4 sebagai berikut:
PT Tomat PT Minat
Aset lain Rp 72.000.000 Rp28.000.000
Beban 18.000.000 7.000.000
Total debet Rp 90.000.000 Rp35.000.000
Kasus 1: Merjer. PT Tomat, penerus, menerbitkan 23.000 saham Rp1.000 par untuk
memperoleh aset neto PT Minat pada 1 Juli 20X4. Jurnal pencatatan dalam buku-buku Tomat
sebagai berikut:
1 Juli 2004
Aset lain Rp28.000.000
Beban 7.000.000
Modal saham Rp1.000 par Rp23.000.000
Saldo laba 3.000.000
Penghasilan 9.000.000
Mencatat penerbitan 23.000 saham dalam merjer dengan penyatuan kepentingan
8
Setelah jurnal itu dicatat, neraca saldo PT Tomat menjadi sebagai berikut:
Debet Kredit
Aset lain Rp100.000.000
Beban 25.000.000
Modal saham - Rp 73.000.000
Saldo laba 20.000.000
Pendapatan 32.000.000
Rp125.000.000 Rp125.000.000
1 Juli 2014
Aset lain Rp100.000.000
Beban 25.000.000
Modal Saham Rp10 Par Rp73.000.000
Saldo laba 20.000.000
Penghasilan 32.000.000
Mencatat penerbitan 73.000 saham dalam Tomat dan Minat dengan pooling of interest
9
E. PENERAPAN METODE PEMBELIAN
Biaya registrasi dan pendaftaran saham dibebankan pada nilai wajar saham yang
diterbitkan sebagai pengurangan pada tambahan modal sektor. Biaya tidak langsung seperti
gaji manajemen, penyusutan dan sewa adalah beban baik dalam metode pooling ataupun
dalam metode pembelian. Biaya untuk menutup fasilitas ganda adalah biaya tidak langsung
dan dibukukan sebagai beban.
Misalkan PT Poli menerbitkan 100.000 saham Rp1.000 par untuk memperoleh aset
neto PT Suni dalam penggabungan dengan metode pembelian pada 1 Juli 20X4. Harga pasar
saham Poli saat itu Rp1.600 per saham. Tambahan biaya langsung penggabungan terdiri dari
fee Bappepam Rp500.000, fee akuntan sehubungan dengan laporan untuk registrasi ke
Bappepam Rp1.000.000, biaya pencetakan dan penerbitan saham Rp2.500.000 dan fee
perantara serta konsultan Rp8.000.000
10
Tambahan biaya langsung penggabungan dicatat sebagai berikut:
11
Selisih lebih biaya perolehan di atas nilai wajar aset neto yang diperoleh diakui sebagai
goodwill. Sebaliknya selisih lebih nilai wajar aset neto yang diperoleh di atas biaya perolehan
diakui sebagai negative goodwill. Goodwill diamortisasi dalam periode tidak lebih dari 5 tahun
yang bila ada pengecualian paling lama 20 tahun (Paragraph 79-80 PSAK No.22 vide APB
Opinion No.17). Oleh karena negative goodwill bukan komponen neraca maka jumlahnya
dibebankan menjadi pengurangan nilai wajar aset non moneter yang diperlakukan sebagai
deferred income selama periode yang juga paling lama 20 tahun (paragraph 82 PSAK 22 vide
APB Opinion No.16)
16) Di AS sebelum Juli 2001 goodwill diamortisasi dalam waktu paling lama 40 tahun (APB
Opinion No.16.
Kasus 1: Goodwill. PT Pita membayar Rp40.000.000 kas dan menerbitkan 50.000
sahamnya Rp1.000 par, harga pasar Rp2.000 per saham untuk aset neto PT Sedi. Jurnal mencatat
penggabunga pada buku-buku Pita saat itu sebagai berikut:
12
Kas Rp 5.000.000
Piutang-net 15.000.000
Persediaan 25.000.000
Tanah 10.000.000
Gedung 50.000.000
Peralatan 35.000.000
Paten 5.000.000
Goodwill 20.000.000
Hutang Rp 7.000.000
Hutang wesel 13.500.000
Liabilitas lain 4.500.000
Investasi dalam Sedi 140.000.000
Membebankan biaya Sedi ke aset identificate yang diperoleh dan liabilitas
berdasarkan nilai wajar dank e goodwill
13
Mencatat penerbitan 40.000 saham Rp1.000 par ditambah Rp20.000.000 wesel
bayar 10% dalam penggabungan Sedi dengan pembelian
Kas Rp 5.000.000
Piutang-net 14.000.000
Persediaan 25.000.000
Tanah 8.000.000
Gedung 40.000.000
Peralatan 28.000.000
Paten 4.000.000
Hutang Rp 6.000.000
Wesel bayar 13.500.000
Liabilitas lain 4.500.000
Investasi dalam sedi 100.000.000
Membebankan biaya sedia ke aset dan liabilitas lancar dan liabilitas berdasarkan nilai
wajarnya dan ke asset tetap berdasarkan nilai wajar dikurangi bagian sebanding atas kelebihan
nilai wajar di atas biaya investasi. Selisih nilai wajar aset neto yang diperoleh Rp120.000.000
lebih besar dari biaya perolehan Rp100.000.000 adalah negative goodwill Rp20.000.000. Jumlah
ini harus dikurangkan dari masing-masing aset tetap (aset non moneter) sebesar 20%, yaitu
Rp20.000.000/ Rp100.000.000. Jika kelebihan nilai wajar terhadap biaya sedemikian besar
sehingga aset tetap menjadi 0 maka kelebihan ini dilaporkan sebagai penghasilan ditangguhkan
(deferred charger).
14
F. PENYATUAN DAN PEMBELIAN DIBANDINGKAN
Pada 31 Desember 20X4 PT Bulan dan PT Wita bergabung. Penerus adalah PT Bulan
menerbitkan 50.000 sahamnya Rp1.000 par dengan harga pasar Rp90.000.000 untuk set neto PT
Wita. Biaya registrasi dan penerbitan saham Rp2.000.000 dan biaya langsung lainnya
Rp.4.000.000 di bayar PT Bulan.
Neraca dalam Peraga 7-1 berikut ini neraca perbandingan PT Bulan dan PT Wita sebelum
merjer dalam metode penyatuan kepentingan dan metode pembelian.
15
Jurnal. Dalam Peraga 7-2 dibandingkan jurnal pencatatan antara kedua metode. Kelompok
penerbitan saham menunjukkan bahwa dalam metode penyatuan, investasi dalam Wita
Rp65.000.000, yaitu nilai bulan aset neto Wita per 1 januari 20X4 sedang dalam metode
pembelian, investasi dalam Wita Rp90.000.000, yaitu harga pasar saham yang diterbitkan PT
Bulan pada 31 Desember 20X4. Kelompok biaya langsung penggabungan menunjukkan bahwa
berdasarkan metode penyatuan semua tambahan biaya penggabungan. dicatat sebagai beban
sedang berdasarkan metode pembelian biaya registrasi dan penerbitan saham dibebankan pada
tambahan módal setor dan biaya langsung lainnya ditambahkan pada biaya perolehan PT
Wita.Kelompok alokasi investasi menunjukkan bahwa biaya investasi Rp94.000.000 lebih besar
dari nilai wajar aset neto yang identifiable Rp82.500.000 dibukukan ke goodwill Rp11.500.000.
Peraga 7-2 Perbedaan dalam Pencatatan dengan Metode Penyatuan dan Metode Pembelian
Alokasi Investasi
Kas 12.500 12.500
Piutang -Neto 30.000 30.000
Persediaan 20.000 25.000
Pabrik dan peralatan-net 35.000 45.000
Goodwill 11.500
HPP 32.500
16
Beban Lain 10.000
Hutang 18.000 18.000
Hutang Lain 12.000 12.000
Penjualan 45.000
Investasi dalam
Wita 65.000 94.000
Laporan Keuangan. Pada laporan keuangan gabungan dalam Peraga 7-3 berikut ini
terdapat perbedaan-perbedaan. Hal itu disebabkan karena dalam metode penyatuan, penjualan
dan beban digabungkan sedang dalam metode pembelian tidak. Selain dari dalam metode
penyatuan seluruh biaya penggabungan dibukukan sebagal beban sedang dalam metode
pembelian biaya tidak langsung penggabungan dibukukan pada tambahan, modal setor dan biaya
langsung ke Investasi.
Perbedaan total aset PT Bulan antara ke dua metode Rp26.500.000 adalah akibat
pengalokasian kelebihan biaya investasi di atas nilai buku yang diperoleh ke persediaan
Rp5.000.000, aset tetap dan peralatan Rp10.000.000 dan goodwill Rp11.500.000 dalam metode
pembelian.
Tambahan modal setor dalam metode penyatuan Rp24.000.000 adalah selisih modal setor
gabungan Rp224.000.000 terhadap modul saham gabungan Rp200.000.000. Tambahan modal
setor dalam metode pembelian Rp58.000.000 berasal dari saldo awal Rp20.000.000 ditambah
Rp40.000.000 dari penerbitan 50.000-saham dikurangi Rp2.000.000 biaya pendaftaran dan
pencetakan
17
Laporan Keuangan Komprantif Bulan dan Wita tahun penggabungan
PT Bulan
Laporan Keuangan Komparantif
Untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 20X4 (dalam 000 rupiah)
Penyatuan Pembelian
Laporan labarugi
Penjualan 200.000 155.000
Harga pokok penjualan (132.500) (100.000)
Beban lain (48.500) (32.500)
Penghasilan neto 19.000 22.500
Laporan saldo laba
Saldo laba 1 Januari 20X4 (seperti 65.000 65.000
dilaporkan) 11.000
Pertambahan dari pooling 76.000
Saldo laba 1 Januari 20X4 (seperti 19.000 22.500
restatet) 95.000 87.500
Penghasilan neto
Saldo laba 31 Desember 20X4
Neraca 54.000 54.000
Aset 90.000 90.000
Kas 100.000 105.000
Piutang-net 155.000 165.000
Persediaan _- 11.500
Aset tetap dan peralatan –net __399.000 425.500
Goodwill
Total aset 48.000 48.000
Kewajiban dan ekuitas pemegang saham 32.000 32.000
Hutang 200.000 200.000
Hutang lain 24.000 58.000
Modal saham Rp1.000 par __98.000 87.500
Tambahan modal setor 399.000 425. 500
Saldo labah
Total kewajiban ekuitas pemegang
saham
18
G. Soal-soal dengan solusi
Soal 7-1
PT Garo dan PT Tani bergabung berdasarkan metode penyatuan kepentingan. PT Tani bubar.
Sebelum penyatuan asset bersih dan ekuitas pemegang saham sebagai berikut:
Garo Tani
Asset bersih Rp100.000.000 Rp 80.000.000
Modal saham Rp1.000 par Rp 40.000.000 Rp 20.000.000
Tambahan modal setor 20.000.000 30.000.000
Total modal setor 60.000.000 50.000.000
Saldo laba 40.000.000 30.000.000
Total ekuitas pemegang saham Rp100.000.000 Rp 80.000.000
Diminta:
1. Jurnal dalam buku-buku PT Garo untuk mencatat penyatuan dengan PT Tani jika PT
Garo menerbitakan 35.000 saham biasanya @ Rp1.000 dalam pertukaran dengan seluruh
saham biasa PT Tani.
2. Jurnal dalam buku-buku PT Giro untuk mencatat penyatuan bila PT Giro menerbitkan
77.000 saham biasanya @Rp1.000 dalam pertukaran dengan seluruh saham PT Tani.
Solusi soal 7-1
1. Jurnal untuk mencatat penyatuan dengan 35.000 saham:
19
Modal setor 60 juta+50 juta Rp 110.000.000
Pengurangan saldo laba Rp 70.000.000
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada dasarnya penggabungan usaha merupakan bentuk penggabungan satu
perusahaan dengan perusahaan lain dalam rangka menghadapi persaingan dan
kelangsungannya. Bentuk penggabungan usaha yang sering dilakukan dalam dua dekade
terakhir ini adalah merger dan akuisisi di mana strategi ini dipandang sebagai salah satu
cara untuk mencapai beberapa tujuan yang lebih bersifat ekonomis dan jangka panjang,
jadi dari penggabungan usaha Terdapat dua perspektif utama mengapa perusahaan
melakukan penggabungan yaitu untuk memaksimalkan nilai pasar yang dimiliki oleh
pemegang saham yang ada dan kesejahteraan manajemennya .
21
DAFTAR PUSTAKA
A.Beams, Floyd, dan Amir Abadi Yusuf. 1999. "Akuntansi Keuangan Lanjutan
Di Indonesia". Buku I. Salemba Empat: Jakarta.
iii