Oleh
KELAS C
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi & Bisnis
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah menganugerahkan rahmat,
karunia, dan ridha-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini
yang berjudul “Laporan Keuangan Konsolidasian”. Adapun tujuan pembuatan makalah ini
adalah sebagai salah satu tugas Kelompok pada mata kuliah “Akuntansi Keuangan Daerah” yang
diampu oleh Ibu Yuli Lestari Labangu, SE., M.Sc.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran perbaikan dari semua pihak yang terkait. Sehingga
kekurangan yang ada dapat diperbaiki dan disempurnakan.
Dalam penyusunan makalah ini, kami berharap semoga makalah ini dapat berguna dan
bermanfaat sebagaimana mestinya, khususnya bagi mahasiswa.
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1
BAB II............................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 3
1.2 Laporan Realisasi Anggaran, Jurnal Penutup dan Neraca Saldo setelah Penutupan ....... 7
1.3 Laporan Operasional, Jurnal Penutup Laporan Operasional, dan Neraca Saldo Setelah
Penutupan .................................................................................................................................. 12
1.4 Menyusun Neraca, Jurnal Penutup Akhir, dan Neraca Saldo Akhir .............................. 15
PENUTUP..................................................................................................................................... 25
3.1. Kesimpulan..................................................................................................................... 25
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Untuk penyusunan laporan keuangan konsolidasian di Indonesia mengikuti standar
dari PSAK 4 (Revisi 2009): Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan
Tersendiri. Pada PSAK 4 (Revisi 2009) dijelaskan bahwa penyajian laporan keuangan
konsolidasian jika pengendalian yang dimiliki entitas induk lebih dari 50% hak suara atas
entitas anak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Apabila restrukturisasi dilakukan
oleh Perusahaan dan entitas anak, maka metode pencatatan yang dilakukan telah diatur
dalam PSAK 38: Restrukturisasi Entitas Sepengendali. Pengaturan untuk restrukturisasi
entitas sepengendali perlu diatur khusus karena tidak dapat mengikuti aturan dalam PSAK
22: Kombinasi Bisnis.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pada PSAP No. 11 Paragraf 9 dan 12 dijelaskan bahwa laporan keuangan konsolidasian
disajikan untuk periode pelaporan yang sama dengan periode pelaporan keuangan entitas
pelaporan dan berisi jumlah komparatif dengan periode sebelumnya. Dalam standar ini, proses
konsolidasi diikuti dengan eliminasi akun-akun timbal balik (reciprocal accounts). Namun
demikian, apabila eliminasi dimaksud belum dimungkinkan, maka hal tersebut diungkapkan
dalam catatan atas laporan keuangan.
Dengan demikian jelas kalau konsolidasi merupakan proses penggabungan antara akun-
akun yang diselenggarakan oleh suatu entitas pelaporan dengan entitas pelaporan lainnya, entitas
akuntansi dengan entitas akuntansi lainnya, dengan mengeliminasi akun-akun timbal balik agar
dapat disajikan sebagai satu entitas pelaporan konsolidasian (PSAP No. 11 Paragraf 6)
3
2.1. Proses Penyusunan Laporan Keuangan Konsolidasian
Pada modul Sistem Akuntansi Peinerintah Daerah yang diterbitkan oleh Direktorat
Jenderal Keuangan Daerah (2014), proses penyusunan laporan keuangan konsolidasian terdiri
atas 2 tahap utama, yakni tahap penyusunan kertas kerja (worksheet) konsolidasian dan tahap
penyusunan laporan keuangan gabungan pemerintah daerah sebagai entitas pelaporan, yaitu:
1. Laporan realisasi anggaran, jurnal penutup LRA, Neraca saldo setelah penutupan.
2. Laporan operasional, jurnal penutup, neraca saldo setelah penutup.
3. Neraca setelah terlebih dahulu membuat jurnal penutupan dan neraca saldo setelah
penutupan.
4. Laporan perubahan SAL.
5. Laporan perubahan ekuitas.
6. Laporan arus kas.
7. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
Proses penyusunan laporan keuangan konsolidasian yang dapat dilihat pada Tampilan 12.1.
Laporan keuangan pemerintah daerah disusun pada akhir tahun, nilainya merupakan
gabungan dari seluruh SKPD dan PPKD sebagai PPKD/BUD. Laporan ini dibuat oleh PPKD
sebagai pemerintah daerah. Dalam penyusunan laporan keuangan gabungan ini, rekening-
rekening yang sifatnya resiprokal (timbal balik antar unit dalam satu pemerintah daerah) harus
dihilangkan terlebih dahulu. Mekanisme penghilangan akun resiprokal tersebut, yaitu melalui
proses eliminasi akun-akun resiprokal. Akun-akun resiprokal yang terjadi dalam sistem
akuntansi keuangan daerah ini adalah akun RK-SKPD dan akun RKPPKD, Akun RK-SKPD
dicatat oleh PPKD), sedangkan akun RK-PPKD dicatat oleh SKPD. Kedua akun tersebut
digunakan untuk menggambarkan transaksi yang dilakukan antar unit tersebut, dan akan
berpengaruh terhadap neraca kedua unit tersebut. Hal ini terjadi karena hubungan PPKD dan
SKPD adalah hubungan Pusat - Cabang, dengan PPKD bertindak sebagai kantor pusat, dan
SKPD bertindak sebagai kantor cabang, tetapi keduanya adalah suatu entitas pelaporan, yaitu
entitas pelaporan pemerintah daerah yang bersangkutan.
4
Tampilan 12.1 Proses penyusunan Laporan Konsolidasi
Membuat
Mengisi Neraca Membuat
Neraca Saldo
1 Saldo SKPD 2 Jurnal 3
Pemerintah
dan PPKD Eliminasi
Daerah
Menyusun LO,
Menyusun LRA, Menyusun neraca,
Membuat Jurnal
Membuat Jurnal membuat jurnal
Penutup LO dan
1 Penutup LRA dan 2 neraca saldo setelah 3 penutup akhir dan
neraca saldo setelah neraca saldo akhir
Penutupan LO
penutupan LRA
Menyusun
Menyusun Laporan Menyusun
4 Laporan 5 Perubahan 6 Laporan Arus
Perubahan SAL Ekuitas Kas
5
Untuk laporan Realisasi Anggaran (LRA) gabungan tidak memerlukan proses eliminasi,
tetapi penggabungan langsung seluruh pendapatan dan belanja dari PPKD dan semua SKPD.
Fungsi akuntansi PPKD menyiapkan kertas kerja (worksheet) dengan lajur sesuai banyaknya
SKPD dan PPKD sebagai alat untuk menyusun neraca saldo gabungan SKPD dan PPKD. Kertas
kerja ini adalah alat bantu yang digunakan untuk menyiapkan kolom neraca saldo pemerintah
daerah dalam kertas kerja penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah. Kertas kerja
berguna untuk mempermudah proses pembuatan laporan keuangan yang dihasilkan secara
manual.
Neraca saldo SKPD dan neraca saldo PPKD) yang dimasukkan ke dalam kertas kerja
konsolidasi adalah neraca saldo yang sudah disesuaikan. Setelah memasukkan semua neraca
saldo ke dalam kertas kerja konsoliciasi, fungsi akuntansi PPKD membuat jurnal eliminasi untuk
menghapus akun transitoris, aitu RK PPKD) dan RK SKPD. Berdasarkan neraca saldo SKPD
dan neraca saldo PPKD, serta jurnal eliminasi, fungsi akuntansi PPKD mengisi neraca saldo
pemerintah daerah. Untuk eliminasi kedua akun tersebut, fungsi akuntansi PPKD mencatat “RK
PPKD” di debit dan “RK-SKPD” di kredit dengan jurnal:
Informasi minimal yang harus ada pada format kertas kerja sebagai berikut:
Neraca Neraca Neraca
Neraca Neraca
Saldo Saldo Saldo Jurnal
Kode Nama Saldo Saldo
SKPD SKPD SKPD Eliminasi
Akun Akun PPKD Pemda
A B dst.
D K D K D K D K D K D K
6
1.2 Laporan Realisasi Anggaran, Jurnal Penutup dan Neraca Saldo setelah Penutupan
7
PEMERINTAH KABUPATEN .................
LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR
SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0
Anggaran Realisasi Realisasi
No Uraian %
20x1 20x1 20x0
1 PENDAPATAN
2 PENDAPATAN ASLI DAERAH
3 Pendapatan Pajak Daerah xxx xxx xx xxx
4 Pendapatan Retribusi Daerah xxx xxx xx xxx
5 Pendapatan Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah Yang xxx xxx xx xxx
Dipisahkan
6 Lain-lain PAD yang Sah xxx xxx xx xxx
Jumlah Pendapatan Asli Daerah
7 xxx xxx xx xxx
(3 S.D 6)
8 PENDAPATAN TRANSFER
9 TRANSFER PEMERINTAH
PUSAT DANA
PERIMBANGAN
10 Dana bagi hasil pajak xxx xxx xx xxx
11 Dana bagi hasil sumber daya
xxx xxx xx xxx
alam
12 Dana alokasi umum xxx xxx xx xxx
13 Dana alokasi khusus xxx xxx xx xxx
14 Jumlah transfer pemerintah
xxx xxx xx xxx
dana perimbangan (10 s.d 13)
15 TRANSFER PEMERINTAH
PUSAT LAINNYA
16 Dana otonomi khusus xxx xxx xx xxx
17 Dana penyesuaian xxx xxx xx xxx
18 Jumlah transfer pemerintah
xxx xxx xx xxx
pusat lainnya (16 s.d 17)
19 TRANSFER PEMERINTAH
PROVINSI
8
20 Pendapatan bagi hasil pajak xxx xxx xx xxx
21 Pendapatan bagi hasil lainnya xxx xxx xx xxx
22 Jumlah transfer pemerintah
xxx xxx xx xxx
provinsi (20 s.d21)
23 Total pendapatan transfer (14 +
xxx xxx xx xxx
18 + 22)
24 LAIN-LAIN PENDAPATAN
YANG SAH
25 Pendapatan hibah xxx xxx xx xxx
26 Pendapatan dana darurat xxx xxx xx xxx
27 Pendapatan lainnya xxx xxx xx xxx
28 Jumlah pendapatan lain-lain
xxx xxx xx xxx
yang sah (25 s.d 27)
29 JUMLAH PENDAPATAN
xxx xxx xx xx
(7 + 23 + 28)
30 BELANJA
31 BELANJA OPERASI
32 Belanja pegawai xxx xxx xx xxx
33 Belanja barang xxx xxx xx xxx
34 Bunga xxx xxx xx xxx
35 Subsidi xxx xxx xx xxx
36 Hibah xxx xxx xx xxx
37 Bantuan sosial xxx xxx xx xxx
38 Jumlah Belanja operasi
xxx xxx xx xxx
(32 s.d 37)
39 BELANJA MODAL
40 Belanja tanah xxx xxx xx xxx
41 Belanja peralatan dan mesin xxx xxx xx xxx
42 Belanja gedung dan bangunan xxx xxx xx xxx
43 Belanja jalan, irigasi dan
xxx xxx xx xxx
jaringan
44 Belanja aset tetap lainnya xxx xxx xx xxx
45 Belanja Aset lainnya xxx xxx xx xxx
46 Jumlah belanja modal
xxx xxx xx xx
(40 s.d 45)
9
47 BELANJA TAK TERDUGA
48 Belanja tak terduga xxx xxx xx xxx
49 Jumlah belanja tak terduga (48) xxx xxx xx xxx
50 Jumlah belanja (38 + 46 + 49) xxx xxx xx xxx
51 TRANSFER
52 TRANSFER/BAGI HASIL KE
DESA
53 Bagi hasil pajak xxx xxx xx xxx
54 Bagi hasil kontribusi xxx xxx xx xxx
55 Bagi hasil pendapatan lainnya xxx xxx xx xxx
56 Jumlah transfer/bagi hasil ke
xxx xxx xx xxx
desa (53 s.d 55)
57 Jumlah belanja dan transfer (50
xxx xxx xx xxx
+ 56)
58 SURPLUS/DEFISIT (29 – 57) xxx xxx xx xxx
59 PEMBIAYAAN
60 PENERIMAAN PEMBIAYAAN
61 Penggunaan SILPA xxx xxx xx xxx
62 Pencairan dana cadangan xxx xxx xx xxx
63 Hasil penjualan kekayaan
xxx xxx xx xxx
daerah yang dipisahkan
64 Pinjaman dalam negeri
xxx xxx xx xxx
pemerintah pusat
65 Pinjaman dalam negeri
xxx xxx xx xxx
pemerintah daerah lainnya
66 Pinjaman dalam negeri
xxx xxx xx xxx
lembaga keuangan bank
67 Pinjaman dalam negeri
xxx xxx xx xxx
lembaga keuangan bukan bank
68 Pinjaman dalam negeri
xxx xxx xx xxx
obligasi
69 Pinjaman dalam negeri
xxx xxx xx xxx
lainnya
70 Penerimaan kembali pinjaman
xxx xxx xx xxx
kepada perusahaan negara
71 Penerimaan kembali pinjaman
xxx xxx xx xxx
kepada perusahaan daerah
10
72 Penerimaan kembali pinjaman
kepada pemerintah daerah xxx xxx xx xxx
lainnya
73 Jumlah penerimaan (61 s.d 72) xxx xxx xx xxx
74 PENGELUARAN
PEMBIAYAAN
75 Pembentukan dana cadangan xxx xxx xx xxx
76 Penyertaan modal pemerintah
xxx xxx xx xxx
daerah
77 Pembayaran pokok pinjaman
dalam negeri pemerintah xxx xxx xx xxx
pusat
78 Pembayaran pokok pinjaman
dalam negeri pemerintah xxx xxx xx xxx
daerah lainnya
79 Pembayaran pokok pinjaman
dalam negeri lembaga xxx xxx xx xxx
keuangan bank
80 Pembayaran pokok pinjaman
dalam negeri lembaga xxx xxx xx xxx
keuangan bukan bank
81 Pembayaran pokok pinjaman
xxx xxx xx xxx
dalam negeri obligasi
82 Pembayaran pokok pinjaman
xxx xxx xx xxx
dalam negeri lainnya
83 Pemberian pinjaman kepada
xxx xxx xx xxx
perusahaan negara
84 Pemberian pinjaman kepada
xxx xxx xx xxx
perusahaan daerah
85 Pemberian pinjaman kepada
xxx xxx xx xxx
pemerintah daerah lainnya
86 Jumlah pengeluaran (75 s.d 85) xxx xxx xx xxx
87 PEMBIAYAAN NETO (73 – 86) xxx xxx xx xxx
88 Sisa lebih pembiayaan anggaran
xxx xxx xx xxx
(58 + 87)
11
1.3 Laporan Operasional, Jurnal Penutup Laporan Operasional, dan Neraca Saldo
Setelah Penutupan
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Pendapatan
Surplus Defisit
Beban
Kemudian, setelah membuat jurnal penutupan, fungsi akuntansi PPKD menyusun neraca
saldo setelah penutupun LO. Berikut merupakan contoh format laporan operasional.
12
8 PENDAPATAN TRANSFER
9 TRANSFER PEMERINTAH
PUSAT DANA
PERIMBANGAN
10 Dana bagi hasil pajak xxx xxx xxx xx
11 Dana bagi hasil sumber daya
xxx xxx xxx xx
alam
12 Dana alokasi umum xxx xxx xxx xx
13 Dana alokasi khusus xxx xxx xxx xx
14 Jumlah Pendapatan transfer
xxx xxx xxx xx
dana perimbangan (10 s.d 13)
15 TRANSFER PEMERINTAH
PUSAT LAINNYA
16 Dana otonomi khusus xxx xxx xxx xx
17 Dana penyesuaian xxx xxx xxx xx
18 Jumlah Pendapatan transfer
xxx xxx xxx xx
lainnya (16 s.d 17)
19 TRANSFER PEMERINTAH
PROVINSI
20 Pendapatan bagi hasil pajak xxx xxx xxx xx
21 Pendapatan bagi hasil lainnya xxx xxx xxx xx
22 Jumlah Pendapatan Transfer
xxx xxx xxx xx
Pemerintah Provinsi (20 s.d21)
23 LAIN-LAIN PENDAPATAN
YANG SAH
24 Pendapatan hibah xxx xxx xxx xx
25 Pendapatan dana darurat xxx xxx xxx xx
26 Pendapatan lainnya xxx xxx xxx xx
27 Jumlah pendapatan lain-lain
xxx xxx xxx xx
yang sah (24 s.d 26)
28 JUMLAH PENDAPATAN
xxx xxx xxx xx
(7 + 22 + 27)
29 BEBAN
30 Beban Pegawai xxx xxx xxx xx
31 Beban Persediaan xxx xxx xxx xx
13
32 Beban Jasa xxx xxx xxx xx
33 Beban Pemeliharaan xxx xxx xxx xx
34 Beban Perjalanan Dinas xxx xxx xxx xx
35 Beban Bunga xxx xxx xxx xx
36 Beban Subsidi xxx xxx xxx xx
37 Beban Hibah xxx xxx xxx xx
38 Beban Bantuan sosial xxx xxx xxx xx
39 Beban Penyusutan xxx xxx xxx xx
40 Beban Transfer xxx xxx xxx xx
41 Beban lain-lain xxx xxx xxx xx
42 JUMLAH BEBAN (30 s.d 41) xxx xxx xxx xx
SURPLUS/DEFISIT DARI
43 OPERASI xxx xxx xxx xx
(28 - 42)
SURPLUS/DEFISIT DARI
44 KEGIATAN NON
OPERASIONAL
Surplus penjualan aset
45 xxx xxx xxx xx
nonlancar
Surplus penyelesaian kewajiban
46 xxx xxx xxx xx
jangka panjang
47 Defisit penjualan aset nonlancar xxx xxx xxx xx
Defisit penyelesaian kewajiban
48 xxx xxx xxx xx
jangka panjang
Surplus/Defisit dari kegiatan
49 xxx xxx xxx xx
non operasional lainnya
JUMLAH SURPLUS/DEFISIT
50 DARI KEGIATAN NON xxx xxx xxx xx
OPERASIONAL (45 S.D 49)
SURPLUS/DEFISIT SEBELUM
51 xxx xxx xxx xx
POS LUAR BIASA (43 + 50)
52 POS LUAR BIASA
53 Pendapatan luar biasa xxx xxx xxx xx
54 Beban luar biasa xxx xxx xxx xx
55 POS LUAR BIASA (53 – 54) xxx xxx xxx xx
SURPLUS/DEFISIT LO
56 xxx xxx xxx xx
(51 + 55)
14
1.4 Menyusun Neraca, Jurnal Penutup Akhir, dan Neraca Saldo Akhir
Berdasarkan neraca saldo setelah penutupan LO, fungsi akuntansi PPKD membuat
neraca. Bersamaan dengan pembuatan neraca, fungsi akuntansi PPKD membuat jurnal penutup
akhir untuk menutup akun Surplus/Defisit-LO ke akun ekuitas. Berikut contoh jurnal penutup
akhir.
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Surplus/Defisit Xxx
Ekuitas Xxx
Setelah membuat jurnal penutup akhir, fungsi akuntansi PPKD menyusun neraca saldo
akhir. Neraca awal untuk periode akuntansi yang selanjutnya. Berikut merupakan contoh format
neraca PPKD Pemerintah Kabupaten/Kota.
15
14 Bagian lancar pinjaman kepada pemda lainnya xxx xxx
15 Bagian lancar tagihan penjualan angsuran xxx xxx
16 Bagian lancar tuntutan ganti rugi xxx xxx
17 Piutang lainnya xxx xxx
18 Persediaan xxx xxx
19 Jumlah aset lancar (3 s.d 18) xxx xxx
27 Investasi Permanen
28 Penyertaan modal pemerintah daerah xxx xxx
29 Investasi permanen lainnya xxx xxx
30 Jumlah Investasi Permanen (28 s.d 29) xxx xxx
31 Jumlah Investasi Jangka Panjang (26 + 30) xxx xxx
32 ASET TETAP
33 Tanah xxx xxx
34 Peralatan dan mesin xxx xxx
35 Gedung dan bangunan xxx xxx
36 Jalan, irigasi, dan jaringan xxx xxx
37 Aset tetap lainnya xxx xxx
38 Konstruksi dalam pengerjaan xxx xxx
39 Akumulasi penyusutan xxx xxx
40 Jumlah Aset Tetap (33 S.D 39) xxx xxx
41 DANA CADANGAN
42 Dana cadangan xxx xxx
43 Jumah Dana Cadangan (42) xxx xxx
44 ASET LAINNYA
45 Tagihan penjualan angsuran xxx xxx
46 Tuntutan ganti rugi xxx xxx
47 Kemitraan dengan pihak ketiga xxx xxx
16
48 Aset tak berwujud xxx xxx
49 Aset lain-lain xxx xxx
50 Jumlah Aset Lainnya (45 S.D 49) xxx xxx
51 JUMLAH ASET (19 + 31 + 40 + 43 + 50 ) xxx xxx
52 KEWAJIBAN
53 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
54 Utang perhitungan pihak ketiga (PFK) xxx xxx
55 Utang bunga xxx xxx
56 Bagian lancar utang jangka panjang xxx xxx
57 Pendapatan diterima dimuka xxx xxx
58 Utang belanja xxx xxx
59 Utang jangka pendek lainnya xxx xxx
60 Jumlah kewajiban jangka pendek ( 54 s.d 59) xxx xxx
69 EKUITAS
70 Ekuitas xxx xxx
71 Jumlah ekuitas (70) xxx xxx
72 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS (68 + 71) xxx xxx
Dari laporan realisasi anggaran yang telah dibuat sebelumnya, fungsi akuntansi PPKD
dapat menyusun laporan perubahan SAL. Laporan perubahan SAL ini merupakan akumulasi
SILPA periode berjalan dan tahun-tahun sebelumnya.
Halaman berikutnya merupakan contoh format laporan perubahan saldo anggaran lebih
pemerintah daerah.
17
PEMERINTAH KABUPATEN.........
LAPORAN PERUBAHAN SALDO ANGGARAN LEBIH
PER 31 ESEMBER 20X1 DAN 20X0
NO URAIAN 20X1 20X0
1 Saldo anggaran lebih awal xxx xxx
Penggunaan SAL sebagai penerimaan pembiayaan tahun
2 xxx xxx
berjalan
3 Subtotal (1 – 2) xxx xxx
4 Sisa lebih/kurang pembayaran anggaran (SiLPA/SiKPA) xxx xxx
5 Subtotal ( 3 + 4) xxx xxx
6 Koreksi kesalahan pembukuan tahun sebelumnya xxx xxx
7 Lain-lain xxx xxx
8 Saldo anggaran lebih akhir (5 + 6 + 7) xxx xxx
18
1.7 Membuat Laporan Arus Kas
Laporan arus kas disusun oleh bendahara umum dacrab. Inti unsur dari iaporan arus kas
adalah penerimaan kas dan pengeluaran kas. Informasi tersebut dapat diperoleh dari buku besar
kas dan juga jurnal yang telah dibuat sebelumnya. Laporan arus kas gabungan disusun untuk
memberikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas selama periode tertentu yang
diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi aset nonkenangan, pembiayaan, dan
transitoris. Untuk kepentingan penyusunan laporan arus kas ini, nilai-nilai yang ditampilkan
adalah yang ada di buku kas, baik yang ada di SKPD maupun di PPKD, yang terdiri atas seluruh
penerimaan kas yang meliputi: pendapatan, penerimaan pembiayaan, dan transaksi transitoris.
Juga ditampilkan nilai-nilai dari seluruh pengeluaran kas, yang meliputi: belanja, pengeluaran
pembiayaan, dan transaksi transitoris. Transaksi transitoris adalah transaksi yang dilakukan
pemerintah daerah tetapi uangnya bukan hak pemerintah daerah, melainkan hak pihak ketiga,
sehingga pemerintah daerah di sini sifatnya hanya perantara. Contoh transaksi transitoris adalah
pemotongan pajak yang dilakukan pemerintah daerah, seperti pemotongan pajak, IWP, Taperum,
dan lainnya yang serupa.
Berikut merupakan contoh format laporan arus kas pemerintah daerah.
19
10 Penerimaan dana alokasi khusus xxx xxx
11 Penerimaan dana otonomi khusus xxx xxx
12 Penerimaan dana penyesuaian xxx xxx
13 Penerimaan pendapatan bagi hasil pajak xxx xxx
14 Penerimaan bagi hasil lainnya xxx xxx
15 Penerimaan hibah xxx xxx
16 Penerimaan dana darurat xxx xxx
17 Penerimaan lainnya xxx xxx
18 Penerimaan dari pendapatan luar biasa xxx xxx
19 Jumlah arus masuk kas (3 s.d 18) xxx xxx
20
46 Arus Keluar Kas
47 Pembentukan dana cadangan xxx xxx
48 Perolehan tanah xxx xxx
49 Perolehan peralatan dan mesin xxx xxx
50 Perolehan gedung dan bangunan xxx xxx
51 Perolehan jalan, irigasi, dan jaringan xxx xxx
52 Perolehan aset tetap lainnya xxx xxx
53 Perolehan aset lainnya xxx xxx
54 Penyertaan modal pemerintah daerah xxx xxx
55 Pengeluaran pembelian investasi Nonpermanen xxx xxx
56 Jumlah Arus Keluar Kas (47 s.d 55) xxx xxx
57 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi (45 – 56) xxx xxx
21
Pembayaran pokok pinjaman dalam negeri
75 xxx xxx
Obligasi
76 Pembayaran pokok pinjaman dalam negeri Lainnya xxx xxx
77 Pemberian pinjaman kepada perusahaan Negara xxx xxx
78 Pemberian pinjaman kepada perusahaan Daerah xxx xxx
Pemberian pinjaman kepada pemerintah Daerah
79 xxx xxx
Lainnya
80 Jumlah Arus Keluar Kas (71 s.d 79) xxx xxx
81 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pendanaan (69 – 80) xxx xxx
Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan atau rincian dari nilai yang tertera
dalam laporan realisasi anggaran, laporan perubahan SAL, laporan operasional, laporan
perubahan ekuitas, neraca, dan laporan arus kas. Hal-hal yang diungkapkan di dalam catatan atas
laporan keuangan, antara lain:
a. Informasi umum tentang entitas pelaporan dan entitas akuntansi.
b. Informasi tentang kebijakan keuangan dan ekonomi makro;
22
c. Ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun pelaporan berikut kendala dan
hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target;
d. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakankebijakan akuntansi
yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian penting
lainnya;
e. Rincian dan penjelasan masing-masing pos yang disajikan pada lembar muka laporan
keuangan;
f. Informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan yang belum
disajikan dalam lembar muka laporan keuangan; dan
g. Informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak disajikan
dalam lembar muka laporan keuangan.
Berikut merupakan contoh format catatan atas laporan keuangan pemerintah kabupaten.
Bab I Pendahuluan
1.1 Maksud dan tujuan penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah
1.2 Landasan hukum penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah
1.3 Sistematika penulisan catatan atas laporan keuangan pemerintah
daerah
Bab II Ekonomi makro, kebijakan keuangan, dan pencapaian target kinerja
APBD
2.1 Ekonomi makro
2.2 Kebijakan keuangan
2.3 Indikator pencapaian target kinerja APBD
Bab III Ikhtisar pencapaian kinerja keuangan pemerintah daerah
3.1 Ikhtisar realisasi pencapaian target kinerja keuangan pemerintah
daerah
3.2 Hambatan dan kendala yang ada dalam pencapaian target yang telah
ditetapkan
Bab IV Kebijakan Akuntansi
4.1 Entitas akuntansi,entitas pelaporan keuangan daerah
4.2 Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan
pemerintah daerah
23
4.3 Basis pengukuran yang mendasari penyusunan laporan keuangan
pemerintah daerah
4.4 Penerapan kebijakan akuntansi berkaitan dengan ketentuan yang ada
dalam SAP pada pemerintah daerah
Bab V Penjelasan pos-pos laporan keuangan pemerintah daerah
5.1 Rincian dari penjelasan masing-masih pos-pos pelaporan keuangan
pemerintah daerah
5.1.1 Pendapatan – LRA
5.1.2 Belanja
5.1.3 Transfer
5.1.4 Pembiayaan
5.1.5 Pendapatan – LO
5.1.6 Beban
5.1.7 Aset
5.1.8 Kewajiban
5.1.9 Ekuitas
5.2 Pengungkapan atas pos-pos aset dan kewajiban yang timbul
sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan
belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas, untuk entitas
akuntansi/entitas pelaporan yang menggunakan basis akrual pada
pemerintah daerah
Bab VI Penjelasan atas informasi nonkeuangan pemerintah daerah
Bab VII Penutup
Pada paragraf 24 PSAP No. 11 dikatakan kalau dalam catatan atas laporan keuangan
perlu diungkapkan nama-nama entitas yang dikonsolidasikan atau digabungkan beserta status
masing-masing, apakah entitas pelaporan atau entitas akuntansi.
Entitas akuntansi menyelenggarakan akuntansi dan menyampaikan laporan keuangan
sehubungan dengan anggaran/barang yang dikelolanya yang ditujukan kepada entitas pelaporan.
Setiap unit pemerintahan yang menerima anggaran belanja atau mengelola barang adalah entitas
akuntansi yang wajib menyelenggarakan akuntansi, dan secara periodik menyiapkan laporan
keuangan menurut Standar Akuntansi Pemerintahan. Laporan keuangan tersebut disampaikan
secara intern dan berjenjang kepada unit yang lebih tinggi dalam rangka penggabungan laporan
keuangan oleh entitas pelaporan (PSAP No. 11, Paragraf 15-16).
24
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
25
DAFTAR PUSTAKA
Erlina, Dkk. 2015. Akuntansi Keuangan Daerah Berbasis Akrual berdasarkan PP NO. 71 Tahun
2010 dan Permendagri No. 64 Tahun 2012. Jakarta: PENERBIT SALEMBA EMPAT
26