LEARNING
Indonesia kini tengah mendorong hilirisasi industri mineral. Mulai dari pembangunan proyek
pabrik Stainless Steel sampai dengan pembangunan baterai mobil listrik. Komponen utama
yang dibutuhkan untuk membangun pabrik tersebut yaitu nikel. Lalu sebenarnya berapa besar
kekayaan nikel Indonesia? Apakah cukup untuk membangun pabrik baterai ke depannya?
"Cadangan terbukti (proven reserves) itu 1,08 miliar ton. Kalau kita lakukan dengan produksi
yang sekarang itu, umurnya hanya sembilan tahun. Tetapi berdasarkan cadangan terkira itu
4,5 miliar ton, sehingga bisa sampai 39 tahun," papar Yunus dalam wawancara bersama
CNBC Indonesia, Rabu (28/10/2020).
Dengan cadangan sebesar ini, menurut Yunus, Indonesia punya cadangan nikel terbesar di
dunia. Produksinya pun menurutnya juga terbesar di dunia. Selain nikel, Indonesia juga kaya
akan mangan dan kobalt. Adanya sejumlah potensi kekayaan mineral yang dimiliki Indonesia
ini menjadikan cita-cita Indonesia menjadi produsen baterai nomer satu bukan hal yang
mustahil.
"Kita ini punya nikel terbesar di dunia ya, produksinya juga terbesar di dunia. Dan kita punya
mangan, punya kobalt, maka cita-cita negara kita menjadi No.1 industri baterai dunia ketika
mobil listrik itu ada di kita, maka tentunya pemerintah melakukan kebijakan untuk menyetop
namanya ekspor nickel ore," jelas Yunus.
Pelarangan ekspor ini hanya untuk bijih nikel, karena ke depannya pemerintah akan
mendorong ekspor produk hilir nikel, sehingga nilai jual menjadi lebih tinggi dibandingkan
ketika ekspor bijih. "Boleh ekspor, tapi produk-produk yang sudah barang jadi, salah satunya
tentunya ke depan adalah baterai," ujarnya.
Pemerintah Indonesia kini tengah mendorong pembangunan hilirisasi industri nikel menjadi
baterai hingga mobil listrik, terutama karena banyaknya sumber daya nikel di Tanah Air. Hal
ini sangat beralasan pemain kendaraan listrik seperti Tesla berminat membangun pabrik
baterai di Indonesia.
Setidaknya ada tiga perusahaan baterai mobil listrik kelas dunia selain Tesla akan
berinvestasi membangun pabrik baterai mobil listrik hingga mobil listrik, antara lain
Contemporary Amperex Technology Co. Ltd. (CATL) asal China, LG Chem asal Korea
Selatan, dan Hyundai asal Korea Selatan. Tak tanggung-tanggung, jumlah investasi yang
akan digelontorkan berpotensi mencapai US$ 20 miliar. Setelah perusahaan ini berproduksi
mereka berencana untuk menjual saham perusahaan di Bursa Efek Indonesia.Namun mereka
mempertimbangkan efisiensi pasar modal saat ini, Informasi akuntansi yang harus bermuatan
riliabel dan relevan?