DISUSUN OLEH
Perkembagan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong manusia untuk bertindak secara
efisien dan optimal di semua aspek kehidupan. Dari zaman berburu, bercocok tanam hingga
revolusi industri merupakan hasil dari perkembangan ilmu pengatahuan dan teknologi.
Revolusi industri adalah proses peralihan secara besar – besaran pada banyak aspek seperti
teknologi, manufaktur, dan transportasi yang memilki dampak sangat kuat terhadap kondisi
sosial dan ekonomi manusia. Tercatat sudah 3 kali revolusi industri berganti hingga saat ini.
Pada masa revolusi industri tahap pertama tenaga manusia dan hewan digantikan dengan
mesin uap yang menggunakan batu bara dan kayu bakar sebagai bahan bakarnya.
Selanjutnya revolusi industri tahap ke dua ditandai dengan penemuan listrik dan bahan bakar
minyak, listrik dan bahan bakar minyak ini digunakan sebagai pengganti batu bara dan kayu
bakar. Setelah penemuan listrik memicu penemuan lainya seperti pesawat telepon, pesawat
terbang, dan lain – lain. Pada masa inilah bergulirnya revolusi industri tahap ketiga yang
praktis mengubah wajah dunia secara massal. Tidak berhenti disitu perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi kembali mengubah kembali mengubah kondisi sosial dan
ekonomi perdaban manusia. Salah satunya kemunculan teknologi digital dan internet
mendorong perubahan lagi ke revolusi industri tahap keempat atau industri 4.0
Industri 4.0 merupakan industri yang merevolusikan manufaktur dan produksi industri agar
terintegrasi dengan Internet of Things (LoT), data integration, cloud computing dan
teknologi mutakhir terbaru. Tujuan dari industri 4.0 adalah untuk mengoptimalkan teknologi
di manufaktur dan produksi untuk mendapatkan hasilnya yang maksimal. Prinsip utamanya
yaitu industri 4.0 adalah pergantian paradigma dari sentralisasi menuju desantralisasi, dengan
prinsip umumnya yaitu keterbukaan informasi, bantuan teknologi dan integritas antara
manusia dan teknologi. Rencana revolusi industri tahap lanjut ini sudah diterapkan
dibeberapa negara maju dengan pionernya adalah Jerman. Hal ini tercantum pada kebijakan
pemerintah Jerman yaitu menempatkan industri 4.0 pada proyek “High – Tech Strategy
2020”
Sebagai pioner, Jerman merupakan panutan bagi negara lain untuk mengembangkan industri
4.0. Salah satunya adalah negara China dengan rencana “Made in China 2025 and Industrie
4.0” yang sudah menggandeng Jerman untuk bersama mengembangkan industri 4.0, untuk
merealisasikan itu pemerintah China sudah membuat beberapa kebijakan yaitu dengan
menenkan “inovasi asli” dan „swasembada” yang berguna untuk meningkatkan pangsa pasar
domestik China. Untuk mencapai tujuan itu, pemerintah China sangat loyal dengan
menyiapakan dana lebih dari 22 juta euro. Hal ini merupakan dana yang sangat fantastis
dibandingkan Jerman yang hanya menyiapkan dana 20 juta euro untuk penelitian dan
pengembangkan industri 4.0. Latar belakang China juga sangat bagus dalam menuju “Made
in China 2025 and Industrie 4.0” , tercatat China merupakan negara memiliki paten untuk
industri 4.0 yang berkembang pesat sejak tahun 2006, bahkan pada tahun 2011 China
melampaui US dalam hal paten teknologi industri . Sama dengan negara China dan lainya,
Indonesia juga sedang berbenah untuk bersiap masuk dalam revolusi industri 4.0 dengan
menyiapkan strategi - strategi.
Jika menapak tilas pemerintah indonesia sudah sering mengeluarkan kebijakan – kebijakan
tetapi jarang mendapatkan target dan hasil yang maksimal. Hal ini sebenarnya kembali dari
kualitas kerja semua pihak dan pemerintah Indonesia dalam membagun industri. Menurut
Edy Putra Irawadi (Deputi Kementrian Koordinator Ekonomi Bidang Koordinasi dan
Perdagangan) faktor industri Indonesia cenderung stagnan dikarenakan perizinan dan
persoalan logistik, akibatnya banyak industri yang gagal terbangun di Indonesia karena
masalah birokrasi yang berbelit – belit, selain masalah perizinan persoalan logistik juga
sangat menganggu, entah kenapa biaya logistik dari Jakarta ke Hongkong bisa lebih murah
daripada biaya dari Jakarta menuju Papua bahkan selisih sekitar 10000 US dollar. Selain itu
Indonesia memiliki kendala besar dalam automasi manufaktur yang pertama adalah masalah
keterbatasan modal, masalah ini bagaikan jamur di perkembangan industri Indonesia
misalnya industri pesawat terbang modal kita terganjal modal dikarenakan pemerintah tidak
punya dana yang cukup bahkan bank pun tidak berani memberikan pinjaman seperti yang
dikatakan Direktur Industri Maritim, Kedirgantaraan dan Alat Pertahanan Kementerian
Perindustrian Soerjono. Alhasil bagi industri lain yang ingin berkembang harus berkerjasama
dengan investor asing. Selanjutnya kendala kedua adalah koordinasi antara kementrian –
kementrian yang kurang bagus dan ada beberapa kebijakan yang tumpang tindih padahal
industri mencakup semua aspek kehidupan manusia, Yang ketiga adalah kualitas riset
teknologi perguruan Indonesia masih sangat lemah, kita bisa meniru Amerika dengan
menggunakan perguruan tinggi sebagai lembaga riset untuk mengembangkan industri –
industri di kota contohnya peran California State University pada pengembangan industri
sekitar seperti tekstil, kimia dan plastik. Selanjutnya adalah kurangnya kesiapan sumber daya
manusia kita dalam menuju indsutri 4.0, hal ini sebenarnya mengacu pada sistem pendidikan
Indonesia, dan pemerintah harus memiliki terobosan – terobosan baru seperti yang dilakukan
Malaysia dengan program TVET - nya . Yang terakhir dan paling penting adalah kurangnya
hilirisasi industri, kebanyakan sumber daya alam kita diekspor keluar dan kemudian kita
mengimpor barang yang sudah jadi, masalah ini butuh keberanian kebijakan pemerintah
untuk mengelola sendiri hasil bumi kita.
Terlepas dari semua itu semua pihak bertanggung jawab atas kesiapan Indonesia menuju
industri 4.0 dengan poros utama pemerintah yang harus sinergis dan dapat mengeluarkan
kebijakan - kebijakan yang lebih berani seperti masalah modal, melakukan hilirisasi industri,
melakukan terobosan dibidang pendidikan khususnya teknik dan dll. Melihat daripada itu
pemerintah musti siap untuk mendukung industri 4.0 karena disini pemerintah sebagai
regulator harus memberikan aturan main bagi perusahaan – perusahaan atau swasta yang
berperan sebagai operator. Karena dalam perwujudan revolusi nasional banyak sekali
tantangan yang dihadapi dari pola pikir masyarakat sebab lahan kerja berkurang, peningkatan
kualitas pendidikan yang masih belum baik dan merata, dan persaingan dengan negara lain
yang sudah memiliki pondasi yang lebih baik daripada Indonesia.
Daftar Pustaka
Hartanto, Airlangga. 2017. Empat strategi Indonesia masuk Industri 4.0. World
econommic Forum.
Soerjono. 2017. Industri Pesawat Terbang Terganjal Modal. Direktur Industri
Maritim, Kedirgantaraan dan Alat Pertahanan Kementerian Perindustrian Soerjono.
Jost Wübbeke | Mirjam Meissner | Max J. Zenglein Jaqueline Ives | Björn Conrad.
2016. Made In China 2025. Meric Online.
Biodata