Anda di halaman 1dari 4

Pendidikan Indonesia pada masa revolusi Industri 4.

Zaman sudah mulai berubah, analog menjadi digital. Kita mulai memasuki
revolusi Industri 4.0. Sebelum membahas industri 4.0, kita harus mengenal lebih dulu
apa itu revolusi industri. Revolusi industri adalah perubahan secara besar-besaran di
bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi, dan teknologi serta
memiliki dampak yang mendalam terhadap kondisi sosial,ekonomi, dan budaya di
dunia.
Revolusi industri bukanlah hal yang baru, ini sudah pernah terjadi sebanyak
tiga kali. Revolusi industri yang pertama terjadi pada akhir abad ke-18. Hal ini ditandai
dengan ditemukannya alat tenun mekanis pertama pada tahun 1784. Saat itu, industri
diperkenalkan dengan fasilitas produksi mekanis yang menggunakan tenaga air dan
uap. Peralatan kerja yang awalnya bergantung pada tenaga manusia dan hewan
akhirnya digantikan dengan mesin. Akibatnya, meski jumlah produksi meningkat,
banyak orang yang menganggur.(1).
Revolusi industri 2.0 terjadi di awal abad ke-20. Revolusi ini terjadidengan
menciptakan Lini produksi atau Assembly Line yang menggunakan “Ban Berjalan”
atau conveyor belt  di tahun 1913. Awal tahun 1970 ditengarai sebagai perdana kemunculan
revolusi industri 3.0 yang dimulai dengan penggunaan elektronik dan teknologi
informasi guna otomatisasi produksi.(1). Dan sekarang adalah masa dimana kita akan
memasuki Industri 4.0. Semua revolusi itu terjadi menggunakan revolusi sebelumnya sebagai
dasar. Industri 2.0 takkan muncul selama kita masih mengandalkan otot, angin, dan air untuk
produksi. Industri 3.0 intinya meng-upgrade lini produksi dengan komputer dan robot. Jadi,
industri 4.0 juga pasti menggunakan komputer dan robot ini sebagai dasarnya.
Konsep revolusi industri 4.0 ini merupakan konsep yang pertama kali
diperkenalkan oleh Profesor Klaus Schwab. Beliau merupakan ekonom terkenal asal
Jerman sekaligus penggagas World Economic Forum (WEF) yang melalui
bukunya, The Fourth Industrial Revolution, menyatakan bahwa revolusi industri 4.0
secara fundamental dapat mengubah cara kita hidup, bekerja, dan berhubungan satu
dengan yang lain. Dalam presentasi Dosen Institut Teknologi Bandung (ITB), Richard Mengko,
yang mengambil sumber dari A.T. Kearney, mengungkap sejarah revolusi industri sampai akhirnya
menyentuh generasi ke-4 ini.(1).
Industri 4.0 adalah industri yang menggabungkan teknologi otomatisasi
dengan teknologi cyber. Ini merupakan tren otomatisasi dan pertukaran data dalam
teknologi manufaktur. Ini termasuk sistem cyber-fisik, Internet of Things (IoT),
komputasi awan dan komputasi kognitif.(2).
Ada empat prinsip rancangan dalam Industri 4.0. Prinsip-prinsip ini membantu
perusahaan mengidentifikasi dan mengimplementasikan skenario-skenario Industri 4.0. Yang
pertama adalah Interoperabilitas (kesesuaian) ayaitu, kemampuan mesin, perangkat, sensor, dan
manusia untuk berhubungan dan berkomunikasi dengan satu sama lain lewat Internet untuk segala
(IoT) atau Internet untuk khalayak (IoP). Yang kedua, Transparansi informasiyaitu kemampuan
sistem informasi untuk menciptakan salinan dunia fisik secara virtual dengan memperkaya model
pabrik digital dengan data sensor. Prinsip yang ketiga adalah Bantuan teknis yang memiliki dua arti
yang pertama, kemampuan sistem bantuan untuk membantu manusia dengan mengumpulkan dan
membuat visualisasi informasi secara menyeluruh agar bisa membuat keputusan bijak dan
menyelesaikan masalah genting yang mendadak. Kedua, kemampuan sistem siber-fisik untuk
membantu manusia secara fisik dengan melakukan serangkaian tugas yang tidak menyenangkan,
terlalu berat, atau tidak aman bagi manusia. Dan prinsip terakhir dalam industri 4.0 adalah
Keputusan mandiri yang artinya, kemampuan sistem siber-fisik untuk membuat keputusan sendiri
dan melakukan tugas semandiri mungkin. Bila terjadi pengecualian, gangguan, atau ada tujuan
yang berseberangan, tugas didelegasikan ke atasan.(2)
Dampak-dampak revolusi industri 4.0, beberapa pekerjaan seperti kasir akan hilang,
dan digantikan oleh artificial intelligence. Maka itu, akan timbul beberapa pekerjaan baru seperti,
data scientist, digital marketing, digital public relation, dan lain lain. Segala sesuatu dapat
dilakukan dengan mudah contohnya membeli makanan dapat dilakukan dengan mengakses
aplikasi tertentu. Selain itu, membeli tiket bioskop tidak perlu mengantri. Akan tetapi industri 4.0
juga memiliki dampak negatif, yaitu, kesenjangan sosial semakin tinggi, dan berkurangnya
sosialisasi antar manusia ( hanya bertemu lewat gadget mereka masing-masing).
Dampak revolusi industri dalam pendidikan juga cukup besar. Maka dari itu, untuk
menghadapi pendidikan 4.0 diperlukan beberapa persiapan, seperti metode pembelajaran yang
tepat.
Perbaikan sumber daya manusia (SDM), Banyak hal yang harus diubah oleh
negara yang ingin maju. Hal ini juga berlaku bagi Indonesia, terlebih saat ini Indonesia
tengah menghadapi era revolusi industri 4.0 dengan tingkat persaingan yang semakin
ketat. Perbaikan SDM adalah salah satu hal yang harus sangat diperhatikan. Perbaikan
tersebut dapat terlaksana salah satunya dengan cara mengubah metode pembelajaran
dalam dunia pendidikan yang ada.
Setidaknya ada tiga hal yang perlu diubah Indonesia dari sisi edukasi.
Pertama dan yang paling fundamental adalah mengubah sifat dan pola pikir anak-anak
muda Indonesia saat ini. Kedua, pentingnya peran sekolah dalam mengasah dan
mengembangkan bakat generasi penerus bangsa. Ketiga dan yang terakhir adalah
pengembangan kemampuan institusi pendidikan tinggi untuk mengubah model
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan zaman saat ini.
Peran pemerintah dalam mengubah metode pembelajaran pendidikan.
Fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan anak-anak merupakan hal yang penting untuk
disediakan oleh pemerintah. Salah satu caranya adalah dengan menyediakan teknologi
yang mumpuni. Diperlukan perpindahan makna KKN menjadi Komunikasi,
Kolaborasi, dan Networking untuk membangun generasi muda Indonesia yang lebih
baik. Mengingat kondisi teknologi yang selalu berubah, diperlukan kemampuan
adaptasi yang tinggi agar tidak ketinggalan zaman. Anak-anak muda Indonesia juga
diharapkan mampu bersaing dan memiliki nilai-nilainya sendiri.
Mengusung pendidikan 4.0. Pendidikan 4.0 merupakan istilah umum yang
dipakai oleh para ahli teori pendidikan untuk menggambarkan beragam cara dalam
mengintegrasikan teknologi cyber, baik secara fisik maupun tidak, ke dalam dunia
pembelajaran. Konsep ini juga merupakan lompatan dari Pendidikan 3.0 yang lebih
mencakup pertemuan ilmu saraf, psikolofi kognitif, dan teknologi pendidikan
menggunakan teknologi digital dan mobile berbasis web.Sistem otomatisasi berbasis
komputer tersebut membuat mesin industri tak lagi dikendalikan oleh manusia.
Dampak yang dihasilkan berupa semakin murahnya biaya produksi dan mulai
digunakannya komputer dalam bidang pendidikan. Era pendidikan 3.0 menurut menurut
Ketua Kelompok Keahlian Teknologi Informasi Sekolah Elektronika dan Informasi ITB, Dr.
Armein Z R Langi merupakan kesempatan belajar yang dimiliki oleh orang-orang yang berselera
tinggi akan pengetahuan dan kapasitas “metabolisme” pengetahun yang tinggi pula. Dalam hal
ini, pendidikan 4.0 berada jauh di atas hal tersebut. Bahkan dalam beberapa hal,
pendidikan 4.0 merupakan fenomena yang timbul sebagai respon terhadap kebutuhan
revolusi industri 4.0, di mana manusia dan mesin diselaraskan untuk memperoleh
solusi, memecahkan berbagai masalah yang dihadapi, serta menemukan berbagai
kemungkinan inovasi baru yang dapat dimanfaatkan bagi perbaikan kehidupan
manusia modern.
Teknologi informasi dan komunikasi untuk pembelajaran di era revolusi
industri 4.0. Untuk menghadapi era revolusi industri 4.0, diperlukan pendidikan yang
dapat membentuk generasi kreatif, inovatif, serta kompetitif. Hal tersebut salah
satunya dapat dicapai dengan cara mengoptimalisasi penggunaan teknologi sebagai
alat bantu pendidikan yang diharapkan mampu menghasilkan output yang dapat
mengikuti atau mengubah zaman menjadi lebih baik. Indonesia pun perlu
meningkatkan kualitas lulusan sesuai dunia kerja dan tuntutan teknologi digital. Sudah
saatnya kita meninggalkan proses pembelajaran yang cenderung mengutamakan
hapalan atau sekadar menemukan satu jawaban benar dari soal. Metode pembelajaran
pendidikan Indonesia harus mulai beralih menjadi proses-proses pemikiran yang
visioner, termasuk mengasah kemampuan cara berpikir kreatif dan inovatif. Hal ini
diperlukan untuk menghadapi berbagai perkembangan teknologi dan ilmu
pengetahuan.
Dukungan kecerdesan buatan. Pengembangan kecerdasan buatan atau
Artificial Intelligence (AI) bergerak semakin cepat dan mengalami kemajuan pesat
dalam setiap bidang kehidupan manusia. Mulai dari perawatan kesehatan, kontrol
iklim dan hasil panen, hingga pendidikan. Penggabungan AI dengan kecerdasan alami
mansusia membuat potensi individu bisa menjadi lebih maksimal dan memungkinkan
pencapaian yang lebih besar.
Solusi lembaga pendidikan menghadapi revolusi industri 4.0. Salah satu
solusi bagi lembaga pendidikan dalam menghadapi revolusi pendidikan 4.0 adalah
dengan menggunakan Big Data. Big Data sendiri merupakan sistem teknologi yang
diperkenalkan untuk menanggulangi “ledakan informasi” seiring dengan pertumbuhan
ekosistem pengguna mobile dan data internet yang semakin tinggi. Pertumbuhan
tersebut sangat memengaruhi perkembangan volume serta jenis data yang terus
meningkat secara signifikan di dunia maya.Big Data dapat dimanfaatkan dalam bidang
pendidikan karena dengan penggunaannya seorang pengajar dapat meneliti dan
menganalisa kemampuan anak didik dengan mudah. Tidak hanya perindividu, namun
juga salam satu kelas, tingkat sekolah, maupun universitas. Universitas Indonesia telah
memanfaatkan Big Data dengan menggunakan scele dan siak-ng yang merupakan penerapan e-
learning untuk mempermudah pengambilan dan pengumpulan data.
Revisi kurikulum dengan menambahkan lima kompetensi. Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy menilai aspek pendidikan Indonesia perlu
merevisi kurikulum dengan menambahkan lima kompetensi yang dimiliki oleh peserta didik.
Kelima kompetensi itu dianggap sebagai modal yang sangat dibutuhkan untuk mampu
bersaing dalam era revolusi industri 4.0. Lima kompetensi tersebut adalah
1. Kemampuan berpikir kritis.
2. Memiliki kreatifitas dan kemampuan yang inovatif.
3. Kemampuan dan keterampilan berkomunikasi yang baik.
4. Kemampuan kerjasama.
5. Memiliki kepercayaan diri yang tinggi.
Untuk menghadapi perkembangan zaman pada era revolusi 4.0, para pelaku
pendidikan serta kebudayaan juga harus sigap dalam menyesuaikan diri dengan berbagai
perkembangan yang ada. Diperlukan reformasi sekolah, peningkatan kapasitas,
profesionalisme guru, kurikulum yang dinamis, sarana dan prasarana andal, dan teknologi
pembelajaran yang mutakhir untuk siap menghadapi era revolusi 4.0.(3)

Daftar pusaka

(1) https://medium.com/@stevanihalim/revolusi-industri-4-0-di-indonesia-c32ea95033da
(2) https://id.wikipedia.org/wiki/Industri_4.0
(3) http://pmbs.ac.id/news/Metode_Pembelajaran_Pendidikan_Dalam_Menghadapi_Rev
olusi_Industri_4.0

Anda mungkin juga menyukai