Anda di halaman 1dari 9

R e vol us i sosi a l 5 .

0 ve rsu s
Si ste m Ma n aj em en Mu tu
Kelompok 6:

Amin Prasojo (1505519056)


Muhammad Maulana Yusup (1505519057)
Alvian Putra Mustafit (1505519058)
Pahru Rizal (1505519059)
Era Society 5.0
Hadirnya era revolusi industri 4.0 (the industrial
revolution 4.0.) yang menawarkan literasi baru
yakni data, technology, and human literation,
sebagai sebuah tesis baru era teknologi digital,
sejak tahun 2018 muncul “anti tesis” dari Jepang
yang lebih menjunjung “manusia” di samping
terjadinya revolusi data dan teknologi. Menurut
Kantor Kabinet Jepang, Society 5.0 didefinisikan
sebagai sebuah masyarakat yang berpusat pada
manusia yang menyeimbangkan kemajuan
ekonomi dengan penyelesaian masalah sosial
melalui sistem yang sangat mengintegrasikan
ruang maya dan ruang fisik.
Society 5.0 dimunculkan Jepang sebagai implementasi Rencana Dasar Sains dan Teknologi ke-5 sebagai
masyarakat masa depan yang harus dicita – citakan oleh Jepang. Mereka ingin menjawab dan melompati
isue yang berkembang dari Eropa ke seluruh dunia tentang revolusi industri 4.0 yang dinilainya akan
menghilangkan peran masyarakat manusia dengan digantikan oleh teknologi. Selanjutnya, mereka
membagi lima tahapan kehidupan yakni diawali dengan masyarakat berburu (Society 1.0), masyarakat
pertanian (Society 2.0), masyarakat industri (Society 3.0), masyarakat informasi (Society 4.0), dan
masyarakat konvergensi maya-fisik (Society 5.0). Tujuan dari konsep ini sendiri adalah mewujudkan
masyarakat dimana manusia-manusia di dalamnya benar-benar menikmati hidup dan merasa nyaman.
Society 5.0 sendiri baru diresmikan pada 21 Januari 2019 dan dibuat sebagai solusi atas revolusi industri
4.0 yang ditakutkan akan mendegradasi umat manusia. Society 5.0 adalah masyarakat yang dapat
menyelesaikan berbagai tantangan dan permasalahan sosial dengan memanfaatkan berbagai inovasi
yang lahir di era revolusi industry 4.0 seperti Internet on Things (internet untuk segala sesuatu), Artificial
Intelligence (kecerdasan buatan), Big Data (data dalam jumlah besar), dan robot untuk meningkatkan
kualitas hidup manusia.

Sebenarnya konsep revolusi 4.0 dan Society 5.0 tidak memiliki perbedaan yang jauh. Hanya saja konsep
Society 5.0 lebih memfokuskan konteks terhadap manusia. Jika Revolusi industry 4.0 menggunakan
kecerdasan buatan sebagai komponen utama dalam membuat perubahan di masa yang akan datang,
maka Society 5.0 menggunakan teknologi modern hanya saja mengandalkan manusia sebagai komponen
utamanya. Society 4.0 memungkinkan kita untuk mengakses juga membagikan informasi di internet.
Society 5.0 adalah era dimana semua teknologi adalah bagian dari manusia itu sendiri. Internet bukan
hanya sekedar untuk berbagi informasi melainkan untuk menjalani kehidupan.
Pendidikan Era Revolusi 5.0

Pada era revolusi industri 5.0 diperlukan tiga literasi yaitu literasi data, literasi manusia, dan literasi teknologi.
Pembelajaran di era revolusi 4.0 dapat menerapkan hybrid/blended learning dan Case-base Learning. Pendidikan dalam
era Society 5.0, memungkinkan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran berdampingan dengan robot. Tantangan
pasti akan dihadapi dalam setiap transisi inovasi dan teknologi. Kita harus berani dan siap, jika tidak, maka kita akan
tenggelam oleh disrupsi ini. Lalu, bagaimana dengan kesiapan pendidikan di Indonesia?

Trand pendidikan Indonesia saat ini yaitu online learning yang menggunakan internet sebagai penghubung antara
pendidik dan peserta didik. Peran pendidik dalam era Revolusi Industri 4.0 harus diwaspadai, para pendidik tidak boleh
hanya menitikberatkan tugasnya hanya dalam transfer ilmu, namun lebih menekankan pendidikan karakter, moral dan
keteladanan. Hal ini dikarenakan transfer ilmu dapat digantikan oleh teknologi, namun penerapan softskill dan hardskill
tidak bisa digantikan dengan alat dan teknologi secanggih apapun. Dengan lahirnya Society 5.0 diharapkan dapat
membuat teknologi di bidang pendidikan yang tidak merubah peran pendidik dalam mengajarkan pendidikan moral
dan keteladanan bagi para peserta didik. Untuk mewujudkan cita-cita Making Indonesia 4.0, harus ada wujud konkret
dan usaha yang keras untuk pemerintah Indonesia dan kita semua dalam menyongsong era digitalisasi. Pendidikan di
Indonesia perlu melihat kembali infrastruktur yang ada, pengembangan SDM, menyinkronkan pendidikan dan industri,
serta penggunaan teknologi sebagai alat kegiatan belajar mengajar. Sedangkan, untuk menghasilkan lulusan yang
berkualitas, Perguruan Tinggi mesti memperhatikan empat hal yaitu pendidikan berbasis kompetensi, pemanfaatan IoT
(internet of things), pemanfaatan virtual atau augmented reality dan yang terakhir pemanfaatan AI (artifical intelligence).
Dengan begitu, diharapkan pendidikan di Indonesia telah siap memasuki era disrupsi ini.
Sejarah Revolusi Industri
Sejarah revolusi industri dimulai dari terjadinya revolusi industri 1.0. pada abad 18, ditandai
dengan ditemukannya mesin uap oleh James Watt, dan produksi kereta api pada tahun 1750-
1830, pada era ini ditandai dengan mekanisasi produksi untuk menunjang keefektivan dan
efisiensi aktivitas manusia. Revolusi industri 2.0 terjadi pada abad 19 yakni antara tahun 1870-
1900 dengan penemuan listrik, alat komunikasi, kimia, dan minyak, pada era ini dicirikan oleh
produksi massal dan standarisasi mutu. Revolusi industri 3.0 pada abad 20 yakni antara 1960-
. 2010 dengan penemuan komputer, internet, dan telepon genggam, pada era ini ditandai dengan
penyesuaian massal dan fleksibilitas manufaktur berbasis otomasi dan robot. Revolusi industri
4.0. terjadi pada abad 21 yakni sejak 2011 sampai sekarang. Era Revolusi industri 4.0. merupakan
fase real change dari perubahan yang ada, ditandai dengan cyber fisik dan kolaborasi
manufaktur.

Istilah industri 4.0 berasal dari sebuah proyek yang diprakarsai oleh pemerintah Jerman untuk
mempromosikan komputerisasi manufaktur. Jerman merupakan negara pertama yang membuat
roadmap (grand design) tentang implementasi ekonomi digital. Revolusi industri 4.0 ditandai
dengan peningkatan digitalisasi manufaktur yang didorong oleh empat faktor:
1. peningkatan volume data, kekuatan komputasi, dan konektivitas
2. munculnya analisis, kemampuan, dan kecerdasan bisnis
3. terjadinya bentuk interaksi baru antara manusia dengan mesin
4. perbaikan instruksi transfer digital ke dunia fisik, seperti robotika dan 3D printing.
Revolusi Industri 4.0 ditandai oleh kecerdasan buatan (artificial intelligence), super
komputer, rekayasa genetika, teknologi nano, mobil otomatis, dan inovasi. Pada era
ini semakin terlihat wujud dunia yang telah menjadi kampung global. Revolusi Industri
4.0 memberikan dampak ekonomi, industri, pemerintahan dan politik. Namun
demikian, di sisi lain, revolusi industri ini juga akan menghilangkan 800 juta lapangan
kerja di seluruh dunia sehingga diestimasi terjadi sampai tahun 2030 karena diambil
alih oleh robot. Hal ini bisa menjadi ancaman dunia termasuk bagi Indonesia sebagai
negara yang memiliki angkatan kerja dan angka pengangguran yang cukup tinggi.

Mencermati berbagai perubahan dan inovasi serta perkembangan yang ada,


Pemerintah Indonesia saat ini tengah melaksanakan langkah-langkah strategis yang
ditetapkan berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0. Pemerintah dituntut
menghasilkan sumber daya manusia berkualitas melalui proses Pendidikan yang
berkualitas dari jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga Perguruan Tinggi.
Maka, hadirlah kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Merdeka
Belajar-Kampus Merdeka, guna menjawab tuntutan perubahan pada era revolusi
industri 4.0.
Dampak Revolusi Industri
Revolusi industri 4.0 yang dinilai berpotensi dalam mendegradasi peran manusia membuat Jepang melahirkan sebuah
konsep yaitu Society 5.0. Melalui konsep ini diharapkan membua kecerdasan buatan akan mentransformasi big data
yang dikumpulkan melalui internet pada segala bidang kehidupan menjadi suatu kearifan yang baru, dengan harapan
untuk meningkatkan kemampuan manusia dalam membuka peluang-peluang bagi manusia. Perbandingan dari kedua
konsep ini yaitu pada industri 4.0, masyarakat mencari, mengutip, dan menganalisis dta atau informasi dengan
mengakses layanan cloud melalui internet. Sedangkan, pada Society 5.0 sejumlah besar informasi dari sensor di ruang
fisik terakumulasi di dunia maya dan dianalisis oleh kecerdasan buatan, dan hasilnya diumpan kembali ke manusia dalam
ruang fisik dalam berbagai bentuk. Dampak dari revolusi industri 4.0 dan Society 5.0 membuat kesempatan baru untuk
Indonesia. Menurut Menteri Perindustrian Airlangga Hartanto, revolusi industri 4.0 justru memberi kesempatan bagi
Indonesia untuk berinovasi. Revolusi yang fokus pada pengembangan ekonomi digital dinilai menguntungkan bagi
Indonesia. Pengembangan ekonomi digital adalah pasar dan bakat, dan Indonesia memiliki keduanya.
Indonesia berkomitmen untuk membangun industri manufaktur yang berdaya saing global melalui percepatan industri
4.0, hal ini ditandai dengan peluncuran Making Indonesia 4.0 sebagai sebuah peta jalan dan strategi Inonesia memasuki
era digital yang tengah berjalan saat ini. Making Indonesia 4.0 dapat memberikan arah yang jelas bagi pergerakan
industri nasional di masa depan, terasuk fokus pada pengembangan lima sektor manufaktur yang akan menjadi
percontohan. Pada penyusunan peta jalan ini telah melibatkan berbagai pemangku kepentingan, mulai dari Institusi
Pemerintahan, pelaku usaha, asosiasi industri, penyedia teknologi, maupun lembaga riset dan pendidikan. Malalui
komitmen serta partisipasi aktif dari seluruh pihak tersebut, dapat diyakini implementasi Industri 4.0 di Indonesia akan
berjalan sukses dan sesuai sasaran.
Pada penerapan awal terdapat lima industri yang menjadi fokus implementasi industri 4.0 di Indonesia, yaitu :

1. Makanan dan minuman


2. Tekstil
3. Otomotif
4. Elektronik
5. Kimia

Kelima industri ini merupakan tulang punggung, dan diharapkan membawa pengaruh yang besar dalam hal daya
saing dan kontribusinya terhadap ekonomi Indonesia menuju 10 besar ekonomi dunia di 2030. Hal ini lah yang akan
menjai contoh bagi penerapan industri 4.0, penciptaan lapangan kerja baru dan investasi baru berbasis teknologi.
Kemudian, menarik minat investasi asing, peningkatan kualitas sumber daya manusia, pembangunan ekosistem
inovasi, insentif untuk investasi teknologi, serta harmonisasi aturan dan kebijakan. Dalam hal ini, dengan adanya
manfaat yang nyata, Indonesia berkomitmen untuk mengimplementasikan Making Indonesia 4.0 dan
menjadikannya sebagai agenda nasional.
Perlu diingat juga pada konsep ini ditengah dunia berfokus pada Industri 4.0 (Penggunaan Teknologi, Data, dan
Automation), terdapat sentuhan humanisme di dalam Society 5.0 akan menjadi modal dasar konsep ini akan
diterima oleh masyarakat Indonesia bahkan dunia. Fokus yang menjadi dari dalam Society 5.0 menjadi peluang
besar bagi Indonsia untuk mempercepat transformasi masyarakatnya. Bagi Indonesia tidak masalah langsung
berpijak pada dua kaki, Revolusi industri 4.0 dan society 5.0. justru kedua momentum ini harus digabungkan
menjadi blue print nasional.Harus tercipta kesadaran bersama baik oleh pemerintah, dunia usaha maupun
masyarakat, mulai dari mengubah pikiran negatif dan ketakutan terhadap perkembangan industri serta paradigma
.
jika teknologi itu sulit, bahwa perubahan besar dalam industri adalah keniscayaan yang tidak bisa dihindari.
T H A NK YO U !

Anda mungkin juga menyukai