Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PEMBANGUNAN, KETERBELAKANGAN DAN


KETERGANTUNGAN MODERNISASI

Oleh :
Nama : Rita Lau Mate
Nim : 182388088
Prodi : TPT
Jurusan : Peternakan
Kelas :E

Politeknik Pertanian Negeri Kupang

2019
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah


Pembangunan sepertinya sebagai suatu fenomena yang tidak habis-habisnya dibahas
dalam kerangka kajian keberlangsungan hidup manusia. Fenomena ini melekat sebagai salah
satu ciri kehidupan manusia yang kerap mengalami perubahan menurut berbagai dimensi
yang ada.
Teori Ketergantungan adalah merupakan salah satu kelompok dari Teori Struktural
yang menekankan lingkungan material manusia, yakni organisasi kemasyarakatan beserta
sistem imbalan-imbalan material yang diberikannya, perubahan-perubahan pada lingkungan
material manusia termasuk perubahan-perubahan teknologi. Ada dua induk teori
ketergantungan Pertama adalah seorang Ekonom Liberal, yakni Raul prebish. Induk kedua
adalah teori-teori Marxis tentang imperialisme dan kolonialisme.
Teori pembangunan dalam ilmu sosial dapat dibagi ke dalam dua paradigma besar,
modernisasi dan ketergantungan (Lewwellen 1995, Larrin 1994, Kiely 1995 dalam Tikson,
2005). Paradigma modernisasi mencakup teori-teori makro tentang pertumbuhan ekonomi
dan perubahan sosial dan teori-teori mikro tentang nilai-nilai individu yang menunjang proses
perubahan. Paradigma ketergantungan mencakup teori-teori keterbelakangan (under-
development) ketergantungan (dependent development) dan sistem dunia (world system
theory) sesuai dengan klassifikasi Larrain (1994). Sedangkan Tikson (2005) membaginya
kedalam tiga klassifikasi teori pembangunan, yaitu modernisasi, keterbelakangan dan
ketergantungan. Dari berbagai paradigma tersebut itulah kemudian muncul berbagai versi
tentang pengertian pembangunan.
Pembangunan adalah upaya untuk meningkatkan taraf hidup serta merealisasikan
potensi yang ada secara sistematis. Menurut Easton (dalam Miriam Budiarjo, 1985) proses
sistematik paling tidak terdiri dari 3 unsur. Pertama, Adanya input, yaitu bahan masukan
konservasi. Kedua, adanya proses konservasi, yaitu wahana untuk mengolah bahan masukan.
Ketiga, adanya output yaitu sebgai hasil dari proses konservasi yang dilaksanakan.
Emil Salim (sebelumnya, sebagai Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan
Lingkungan Hidup, 1978-83) juga telah memberikan rumusan pengertian Pembangunan
Berkesinambungan (sustainable development) sebagai “suatu proses perubahan yang di
dalamnya eksploitasi sumberdaya, arah,investasi, orientasi pengembangan teknologi, dan
perubahan kelembagaan semuanya dalam keadaan yang selaras serta meningkatkan potensi
masa kini dan masa depan untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia
Teori modernisasi ternyata mempunyai banyak kelemahan sehingga timbul sebuah
alternatif teori yang merupakan antitesis dari teori modernisasi. Kegagalan modernisasi
membawa kenajuan bagi negara dunia ketiga telah menumbuhkan sikap kritis beberapa
ilmuan sosial untuk memberikan suatu teori pembangunan yang baru, yang tentu saja
mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan teori yang telah ada. Kritikan terhadap
modernisasi yang dianggap sebagai “musang berbulu domba” dan cenderung sebagai bentuk
kolonialisme baru semakin mencuat dengan gagalnya negara-negara Amerika Latin
menjalankan modernisasinya. Frank sebagai pelopor kemunculan teori dependensi, pada
awalnya menyerang pendapat Rostow. Frank menganggap Rostow telah mengabaikan
sejarah. Sejarah mencatat bagaimana perkembangan dunia ketiga yang tatanan ekonominya
telah dihancurkan oleh negara dunia pertama selama masa kolonial. Pemikiran Frank terus
bergulir dan disambut oleh pemikir sosial lainnya seperti Santos, Roxborough, Cardoso dan
Galtung.

I.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka didapat rumusan masalahnya
sebagai berikut :
1) Apa Pengertian dari Pembangunan ?
2) Apa Pengertian Keterbelakangan, dan Ketergantungan ?
3) Bagaimana Teori Mengenai Pembangunan, keterbelakangan, dan ketergantungan ?

I.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan Makalah


Berdasarkan Rumusan Masalah diatas maka di dapat tujuan dan manfaat penulisan
makalaah sebagai penambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai teori-teori mengenai
pembangunan keterbelakangan dan ketergantungan.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1. Pembangunan
Secara umum, pembangunan diartikan sebagai usaha untuk memajukan kehidupan
masyarakat dan warganya; sering kali, kemajuan yang dimaksudkan terutama adalah
kemajuan material. Maka, pembangunan seringkali diartikan sebagai kemajuan yang dicapai
oleh satu masyarakat di bidang ekonomi, bahkan dalam beberapa situasi yang sangat umum
pembangunan diartikan sebagai suatu bentuk kehidupan yang kurang diharpakan bagi
‘sebagian orang tersingkir’ dan sebagai ideologi politik yang memberikan keabsahan bagi
pemerintah yang berkuasa untuk membatasi orang-orang yang mengkritiknya (Budiman,
1995: 1-2). Pembangunan sebenarnya meliputi dua unsur pokok; pertama, masalah materi
yang mau dihasilkan dan dibagi, dan kedua, masalah manusia yang menjadi pengambil
inisiatif, yang menjadi manusia pembangun. Bagaimanapun juga, pembangunan pada
akhirnya harus ditujukan pada pembangunan manusia; manusia yang dibangun adalah
manusia yang kreatif, dan untuk bisa kreatif ini manusia harus merasa bahagia, aman, dan
bebas dari rasa takut. Pembangunan tidak hanya berurusan dengan produksi dan distribusi
barang-barang material; pembangunan harus menciptakan kondisi-kondisi manusia bisa
mengembangkan kreatifitasnya (Budiman, 1995: 13-14).
Untuk memulai memperbaiki kehidupan masyarakat di dunia ketiga atau negara
berkembang yang mengalami keterbelakangan, maka mulailah diadopsi kata "pembangunan".
Pembangunan menjadi kekuatan baru yang disosialisasikan kepada masyarakat untuk dapat
diyakini mengubah nasib jutaan masyarakat miskin yang masih terbelakang.Para sarjana
mempunyai pandangan sendiri dalam memahami pembangunan.Secara
filosofis,pembangunan sering diartikan sebagai satu proses yang sistemik dan
berkesinambungan untuk menciptakan keadaan yang dapat menyediakan berbagai alternatif
yang bagi pencapaian aspirasi setiap warga yang paling humanistik (Warjio,2016:3). Dalam
perkembangannya Perserikatan Bangsa-bangsa telah mengemukakan banyak definisi
pembangunan,salah satunya definisi yang diterima baik diluncurkan pada tahun 1975 yang
menyatakan bahwa pembangunan bukanlah konsep yang statis; pembangunan terus menerus
berubah. (Nugroho,2014:95). Beberapa kualitas pembangunan ditunjukkan oleh Michael
Todaro dalam Bryant dan White (1987:1) bahwa pembangunan adalah proses multidimensi
yang mencakup perubahan-perubahan penting dalam struktur sosial,sikap-sikap rakyat dan
lembaga-lembaga nasional dan juga akselerasi pertumbuhan ekonomi,pengurangan
kesenjangan (inequality) dan pemberantasan kemiskinan absolut.Todaro menjelaskan bahwa
pembangunan mengandung tiga nilai utama :
1) Menunjang Kelangsungan Hidup;kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan dasar. Semua orang mempunyai kebutuhan-kebutuhan dasar tertent uuntuk
memungkinkan kehidupan.Kebutuhan-kebutuhan penunjang kelangsungan hidup ini meliputi
pangan,papan,kesehatan dan rasa aman.
2) Harga Diri;kemampuan untuk menjadi seorang manusia,suatu pribadi.Komponen
universal kedua dari suatu kehidupan yang baik ialah harga diri,perasaan layak dan
menghormati diri sendiri,tidak menjadi alat orang-orang lain demi tujuan orang lain itu
semata-mata.
3) Kemerdekaan dari Penjajahan dan Perbudakan;kemampuan untuk memilih.Nilai
universal ketiga yang harus merupakan bagian dari makna pembangunan ialah konsep
kebebasan.Kebebasan disini hendaknya tidak difahami dalam makna politik atau
ideologi,melainkan dalam pengertian yang lebih mendasar mengenai kebebasan atau
emansipasi dari perampasan kondisi materil kehidupan,dari penjajahan sosial atas manusia
oleh alam, kebodohan, orang-orang lain, penderitaan, lembaga-lembaga dan keyakinan-
keyakinan dogmatik.
II.2. Keterbelakangan
Berdasarkan pandangan teori modernisasi dan teori dependensi dalam menganalisis
fenomena keterbelakangan,nampak memiliki asumsi yang berbeda,sehingga diperlukan suatu
definisi keterbelakangan.Untuk memberikan definisi keterbelakangan memang agak
sulit,namun cara yang dipakai dengan melihat terjadinya kemiskinan,kebodohan,wabah
penyakit, maldistribusi pendapatan nasional,lemahnya adminisrasi,tiadanya organisasi sosial.
Oleh karena adanya kesulitan mendefinisikan tentang keterbelakangan maka Simon Kuznets
dalam M.L Jhingan (2014:9-10) mengusulkan tiga definisi tentang keterbelakangan. Pertama,
istilah itu dapat berarti kegagalan memanfaatkan secara penuh potensi produktif dengan
menggunakan tingkat pengetahuan teknologi yang ada atau suatu kegagalan yang bersumber
pada perlawanan lembaga-lembaga sosial. Kedua,ia dengan dapat berarti keterbelakangan
dalam kinerja (performance) ekonomi dibandingkan dengan beberapa negara ekonomi
terkemuka pada masanya.Ketiga,ia dapat berarti kemiskinan ekonomi,dalam arti kegagalan
untuk menyediakan biaya hidup yang memadai dan harta benda yang memuaskan sebagian
terbesar penduduk.
Berdasarkan definisi tentang keterbelakangan,maka dalam mendiskusikan masalah
negara sedang berkembang saat ini telah mencerminkan unsur-unsur ketiga definisi
tersebut.Pada umumnya ketakutannya timbul karena kemiskinan harta benda.Hal itu
dipertajam lagi oleh kenyataan ketertinggalan mereka dibanding dengan negara-negara lain
yang ekonomi lebih maju,dan biasanya hal tersebut dianggap sebagai masalah sosial yang
timbul lantaran kegagalan lembaga-lembaga sosial,bukan karena kelangkaan pengetahuan
teknologi.
Dengan melihat keterbelakangan yang dapat memengaruhi kehidupan
kemanusiaan,maka seorang etikawan bernama Denis Goulet dalam bukunya yang berjudul
The Cruel Chice,menekankan dampak keterbelakangan terhadap kondisi
kemanusiaan.Menurut Goulet dalam Bryant dan White (1987:19) bahwa perasaan yang
umum terdapat dalam keterbelakangan ialah rasa tidak berdaya secara individu maupun
kelompok apabila berhadapan dengan penyakit atau kematian,kebingungan dan
ketidaktahuan pada saat orang terbata-bata dan meraba-raba untuk memahami
perubahan,penyerahan nasib kepada manusia-manusia lain yang keputusannya menentukan
apa yang bakal terjadi,ketidakberdayaan menghadapi kelaparan dan bencana
alam.Kemiskinan kronis adalah neraka yang kejam dan orang tidak dapat mengetahui betapa
kejamnya neraka itu semata-mata dengan menatap kemiskinan.
Untuk keluar dari keterbelakngan sebagaimana yang dijelaskan oleh Goulet maka
sesungguhnya ketika itu mulailah muncul terminologi pembangunan (development). Kata
pembangunan (development) diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden Amerika Serikat
Harry S.Truman dalam pidato pelantikannya pada tanggal 20 Januari 1949.Ia menyatakan
bahwa Amerika Serikat mempunyai tanggung jawab baru untuk kawasan belum berkembang
yang memerlukan pembangunan, seperti Amerika Selatan, Asia, Afrika dan semua negara
bekas jajahan. Negara-negara tersebut merupakan negara terbelakang yang ketika itu baru
memproklamirkan kemerdekaannya. Paul Hoffman (Jhingan,2014:15) melukiskan suatu
negara yang terbelakang ditandai oleh kemiskinan, kota yang dipadati oleh pengemis,
penduduk desa yang mencari nafkah dikampung halamannya sendiri, jarang memiliki industri
dan seringkali persediaan tenaga dan listrik yang tidak memadai.Pemerintah belum dapat
memberikan pelayanan yang memadai dan komunikasi yang ada biasanya buruk serta
sebagian besar penduduk buta huruf.
II.3. Ketergantungan Modernisasi (Dependensi modernisasi)
Teori Ketergantungan adalah merupakan salah satu kelompok dari Teori Struktural
yang menekankan lingkungan material manusia, yakni organisasi kemasyarakatan beserta
sistem imbalan-imbalan material yang diberikannya, perubahan-perubahan pada lingkungan
material manusia termasuk perubahan-perubahan teknologi. Ada dua induk teori
ketergantungan Pertama adalah seorang Ekonom Liberal, yakni Raul prebish. Induk kedua
adalah teori-teori Marxis tentang imperialisme dan kolonialisme
Masalah yang dihadapi negara-negara sedang berkembang atau negara dunia ketiga
setelah memproklamirkan kemerdekaannya adalah masalah keterbelakangan
(underdevelopment). Menurut Frank (1984) keterbelakangan merupakan hasil dari kontak
yang diadakan oleh negara-negara berkembang dengan negara-negara maju. Kontak dengan
negara-negara maju tidak menularkan nilai-nilai modern yang dibutuhkan
pembangunan,tetapi sebaliknya dia membutuhkan suatu kolonialisme didalam negeri yang
dilakukan oleh kaum elite dari negara-negara berkembang yang bekerja sama dengan kaum
pemodal dari luar negeri dan mengeksploitir rakyat miskin dinegeri tersebut.Untuk melihat
fenomen keterbelakangan yang dialami negara-negara berkembang paling tidak dapat
dianalisis dengan menggunakan dua teori pembangunan,yaitu teori modernisasi dan teori
ketergantungan (dependensi).
Untuk lebih jelasnya mengenai teori modernisasi,maka berikut ini disebutkan asumsi-
asumsi pokok atau dasar yang sama itu adalah :
1. Keduanya bertolak dari dua konsep yang dipertentangkan, yakni konsep
masyarakat modern ( yang dicerminkan oleh masyarakat dari negara-negara maju) dan
konsep masyarakat tradisional ( masyarakat negara-negara berkembang ). Teori modernisasi
percaya hanya dengan memodernkan negara-negara berkembang,baik melalui manusianya
maupun nilai-nilai budayanya ataupun kedua-duanya,barulah negara-negara ini bisa dibuat
maju.
2. Teori modernisasi pada dasarnya mencari sebab-sebab kegagalan pembangunan di
dalam negara-negara berkembang itu sendiri. Peran negara-negara maju pada umumnya
dianggap positif, yakni menularkan nilai-nilai modern ini di samping memberi bantuan modal
dan teknologi.
3. Teori modernisasi bersifat ahistoris, artinya teori ini tidak atau kurang melihat
persoalan dalam konteks kesejarahan negara-negara berkembang itu sendiri. Resep
pembangunan yang ditawarkannya bisa berlaku kapan saja,dimana saja. Jadi,resep
pembangunan yang sudah dicoba dan berhasil di Inggeris pada abad ke 19 ketika revolusi
industri, dianggap pasti bisa juga, bahkan harus berhasil di Asia , Afrika, atau Amerika Latin
pada abad ke 20. Kalau tidak, tentunya ada sesuatu yang salah pada negara-negara yang
bersangkutan.
Adapun mengenai pandangan teori dependensi terhadap masalah keterbelakangan
dapat dilihat dari uraian berikut ini:
1. Teori dependensi tidak menganggap keterbelakangan negara-negara berkembang sebagai
akibat dari mentalitas orang-orang atau sistim nilai-nilai budaya yang masih tradisional,yang
tidak cocok dengan pembangunan.Keterbelakangan adalah lebih merupakan akibat
imperialisme,ekonomi negara-negara maju yang sudah berhasil menciptakan suatu struktur
ekonomi dependen di negara-negara berkembang (Frank,1984:xiv).
2. Teori dependensi melihat masalah pembangunan bukan sebagai masalah dalam negara-
negara berkembang itu sendiri secara terpisah-pisah, melainkan sebagai suatu masalah
internasional di mana kepentingan banyak negara saling bersangkutan. Negara maju
menguasai sistem perekonomian dunia, karena itu kepentingan negara- negara ini lebih
terlayani atas kerugian negara-negara berkembang. Maka,untuk memajukan negara-negara
berkembang, suatu penataan sistem perekonomian dunia diperlukan,bukan sekedar
memodernkan orang-orang atau nilai-nilai budaya masyarakat dari negara-negara
berkembang saja.
3. Teori dependensi mempelajari masalah pembangunan di negara-negara berkembang dalam
konteks kesejarahan. Artinya, tiap-tiap negara dianggap mempunyai keunikan
permasalahannya sendiri karena latar belakang perkembangan sejarah yang berbeda- beda.
Misalnya, menyelesaikan masalah dependensi Indonesia yang masih agraris tentunya berbeda
dengan menyelesaikan persoalan yang sama di Meksiko yang industrinya sudah lebih maju,
lain lagi Korea Selatan dan sebagainya.
Dari pandangan teori dependensi terhadap keterbelakangan dapat dikatakan bahwa
terjadinya keterbelakangan bukan karena pengaruh dari dalam negara itu sendiri,melainkan
karena adanya interaksi dari luar yaitu kontak yang dilakukan dengan negara maju.
Pada umumnya memberikan gambaran melalui analisis dialektesis yaitu suatu analisis
yang menganggap bahwa gejala-gejala sosial yang dapat diamati sehari-hari pastimempunyai
penyebab tertentu. Teori ini menjadi titik tolak penyesuaian ekonomi terbelakang pada sistem
dunia, sedemikian rupa sehingga menyebabkan terjadinya penyerahan sumber penghasilan
daerah ke pusat, sehingga mengakibatkan perekonomian daerah menjadi terbelakang.
Teori perubahan sosial menurut Moore:
1. Evolusi rektilinier yang sangat sederhana
2. Evaluasi melalui tahap-tahap
3. Evolusi yang terjadi dengan tahap kelajuan yang tidak serasi
4. Evolusi bercabang yang mewujudkan perubahan
5. evolusi menurut siklus-siklus tertentu dengan kemuduran jangka pendek
6. Sikius-siklus yang tidak mempunyaikecenderungan
7. Pertemuan logistis yang digambarkan oleh populasi
8. Petumbuhan logististerbalik yang tergambar dan angka motivasi
9. Pertumbuhan eksponarisial yang tergambar memulai tanda-tanda
10. ‘Primitivisme
Bentuk-bentuk perubahan sosial menurut SoerjonoSoekanto:
1. Perubahan yang terjadi secara lambat dan perubahan yang terjadi secara cepat.
a. Perubahan secara lambat disebut evolusi, padaevolusi perubahan terjadi dengan
sendirinya,tanpa suatu rencana atau suatu kehendak tertentu.Perubahan terjadij karena usaha-
usaha masyarakatuntuk menyesuaikan diri dengan keperluan,keadaan, dan kondisi-kondisi
baru yang timbuldengan pertumbuhan masyarakat.
b. Perubahan secara cepat disebut revolusi. Dalam revolusi, perubahan yang terjadi
direncanakanlebih dahulu maupun tanpa rencana.
2. Perubahan-perubahan yang pengaruhnya kecil, danperubahan yang pengaruhnya besar.
a. perubahan yang pengaruhnya kecil adalah perubahan pada unsur struktur sosial
yang, tidakbisa membawa pengaruh langsung atau pengaruhyang berarti bagi masyarakat.
b. Perubahan yang pengaruhnya besar seperti proses industrialisasi pada masyarakat
agraris.
3. Peruhahan yang dikehendaki dan perubahan yang takdiinginkan.
a. perubahan yang dikehendaki adalah bila seseorangmendapat kepercayaan sebagai
pemimpin.
b. Perubahan sosial yang tidak dikehendaki merupakan perubahan yang terjadi tanpa
dikehendakiserta berlangsung dan jangkauan pengawasanmasyarakat dan dapat menyebabkan
timbulnyaakibat yang tidak diinginkan.
Dos Santos menguraikan 3 bentuk ketergantungan :
1. Ketergantungan Kolonial
Terjadi penjajahan dari negara pusat ke negara pinggiran. Kegiatan ekonominya
adalah ekspor barang-barang yang dibutuhkan negara pusat. Hubungan penjajah – penduduk
sekitar bersifat eksploitatif.
2. Ketergantungan Finansial-Industrial:
Negara pinggiran merdeka tetapi kekuatan finansialnya masih dikuasai oleh negara-
negara pusat. Ekspor masih berupa barang – barang yang dibutuhkan negara pusat. Negara
pusat menanamkan modalnya baik langsung maupun melalui kerjasama dengan pengusaha
lokal.
3. Ketergantungan Teknologis-Industrial:
Bentuk ketergantungan baru. Kegiatan ekonomi di negara pinggiran tidak lagi berupa
ekspor bahan mentah untuk negara pusat. Perusahaan multinasional mulai menanamkan
modalnya di negara pinggiran dengan tujuan untuk kepentingan negara pinggiran.
Meskipun demikian teknologi dan patennya masih dikuasai oleh negara pusat. Dos
Santos membahas juga struktur produksi dari sebuah proses industrialis, bahwa:
1. Upah yang dibayarkan kepada buruh rendah sehingga daya beli buruh rendah.
2. Teknologi padat modal memunculkan industri modern, sehingga:
Menghilangkan lapangan kerja yang sudah ada. Menciptakan lapangan kerja baru yang
jumlahnya lebih sedikit. Larinya keuntungan ke luar negeri membuat ketiadaan modal untuk
membentuk industri nasional sendiri. Oleh sebab itu, kapitalisme bukan kunci pemecahan
masalah melainkan penyebab munculnya masalah ini.
Henrique Cardoso dengan gagasannya “Associated-Dependent Development”
menyatakan bahwa produksi dapat dilakukan di Negara – negara pinggiran karena adanya
perlindungan sistem paten. Selain itu kebijakan proteksi dan bea masuk mendorong
perusahaan multinasional untuk membangun perusahaan di negara pinggiran. Meskipun
demikian, industrialisasi di negara pusat dan pinggiran tetap berbeda. Sifat – sifat
industrialisasi di negara pinggiran adalah sebagai berikut:
- Ketimpangan pendapatan yang makin besar.
- Menekankan pada produksi barang – barang konsumsi mewah dan bukan barang –
barang yang dibutuhkan rakyat.
- Mengakibatkan utang yang semakin tinggi jumlahnya dan menghasilkan
kemiskinan.
- Kurang terserapnya tenaga kerja.
Peter Evans dengan gagasannya “Dependent Development” menyatakan bahwa
produksi sudah diserahkan ke negara pinggiran karena adanya kemajuan teknologi dan
menguatnya rasa nasionalisme negara pinggiran. Dalam dependent development terjadi
pembangunan industrialisasi di negara pinggiran dengan kerjasama borjuis lokal, muncul
perusahaan multinasional raksasa, otak perusahaan tersebut berada di negara pusat dan
cabang – cabang yg ada di negara pinggiran hanya boleh mengambil keputusan operasional
di cabang tersebut.
Kerjasama antara pemerintah lokal dan modal asing bersifat kerjasama ekonomi
sehingga mendorong terjadinya proses industrialisasi. Sedangkan kerjasama antara
pemerintah dengan borjuis local bersifat politis untuk mendapatkan legitimasi politik,
kaitannya dengan nasionalisme negara tersebut. Nasionalisme yg ada di negara pinggiran
tidak dimaksudkan untuk membuat negara tersebut menjadi mandiri tetapi sebagai alat untuk
memeras perusahaan multinasional tersebut.
Teori ketergantungan dari John A Hobson. menjelaskan imperialisme dan
kolonialisme melalui motivasi keuntungan ekonomi. Teori ini merupakan kelompok teori
Gold, yang menjelaskan, bahwa terjadinya imperialisme karena adanya dorongan untuk
mencari pasar dan investasi yang lebih menguntungkan. Ketika pasar dalam negeri telah
jenuh atau pasar dalam negeri terbatas, maka mereka mencari pasar baru di Negara – negara
lain. Menurut Vladimir Ilich Lenin, imperialisme merupakan puncak kapitalisme.
Kapitalisme yang semula berkembang dari kompetisi pasar bebas, mematikan perusahaan –
perusahaan lain dan memunculkan kapitalisme yang menguasai pasar. Walaupun bentuknya
pada jaman sekarang ini tidak menggunakan armada militer, namun dampaknya tetap saja
merugikan negara yang menjadi objek penanaman investasi mereka.
Teori ketergantungan pada dasarnya menyetujui, bahwa yang menjadi penyebab
ketergantungan adalah kekurangan modal dan kurangnya tenaga ahli. Tetapi faktor
penyebabnya adalah proses imperialisme dan neo imperialisme yang menyedot surplus modal
yang terjadi di negara pinggiran ke negara pusat. Akibat pengalihan surplus ini, negara
pinggiran kehilangan surplus utama yang dibutuhkan untuk membangun negerinya. Maka,
pembangunan dan keterbelakangan merupakan dua aspek dari sebuah proses global yang
sama. Proses global ini merupakan proses kapitalisme dunia. Di kawasan yang satu, proses
itu melahirkan pembangunan, di kawasan yang lain, menyebabkan lahirnya keterbelakangan.
BAB III
KESIMPULAN

III 1. Kesimpulan
Strategi pembangunan ekonomi yang menitikberatkan pada sasaran pembangunan
dalam arti pertumbuhan ekonomi nampaknya tidak memuaskan karena banyak Negara yang
telah banyak mengalami pertumbuhan ekonomi tetapi kurang mampu mengatasi
kemiskinan,ketimpangan dan penganguran yang erat kaitannya dengan tingkat
kesehatan,pendidikan.Kesemuanya ini adalah probelama dasar yang pada umumnya dihadapi
oleh Negara – Negara yang sedang berkembang.Oleh Karena itu tepat apabila inti pokok
sasaran pembangunan berkisar pada kemiskinan ,penciptaan lapangan kerja,meningkatakan
kesejahteraan masyarakat,dan mengisi kemerdekaan dalam bidang – bidang politik dengan
pembangunan ekonomi diaman didalam proses ini diwujudkan dalam pembagian pendapatan
yang adil dan merata.
III.2. Saran
Dengan adanya makalah ini yang telah kami buat mudah-mudahan pembaca dapat
mengambil hikmah dari meteri tentang Teori Pasca Ketergantungan, kami harap kritik yang
membangun demi menyempurnakannya makalah ini. terimakasih

Anda mungkin juga menyukai