Anda di halaman 1dari 16

Makalah

PEMBANGUNAN, KETERBELAKANGAN DAN

KETERGANTUNGAN MODERNISASI

Disusun oleh:

SURYOWATI SUJIWO KUSUMO

A0122097

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS TUNAS PEMBANGUNAN SURAKARTA

TAHUN AJARAN 2022


BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Pembangunan sepertinya sebagai suatu fenomena yang tidak habis-habisnya dibahas

dalam kerangka kajian keberlangsungan hidup manusia. Fenomena ini melekat sebagai salah

satu ciri kehidupan manusia yang kerap mengalami perubahan menurut berbagai dimensi

yang ada.

Teori Ketergantungan adalah merupakan salah satu kelompok dari Teori Struktural

yang menekankan lingkungan material manusia, yakni organisasi kemasyarakatan beserta

sistem imbalan-imbalan material yang diberikannya, perubahan-perubahan pada lingkungan

material manusia termasuk perubahan-perubahan teknologi. Ada dua induk teori

ketergantungan Pertama adalah seorang Ekonom Liberal, yakni Raul prebish. Induk kedua

adalah teori-teori Marxis tentang imperialisme dan kolonialisme.

Teori pembangunan dalam ilmu sosial dapat dibagi ke dalam dua paradigma besar,

modernisasi dan ketergantungan (Lewwellen 1995, Larrin 1994, Kiely 1995 dalam Tikson,

2005). Paradigma modernisasi mencakup teori-teori makro tentang pertumbuhan ekonomi

dan perubahan sosial dan teori-teori mikro tentang nilai-nilai individu yang menunjang proses

perubahan. Paradigma ketergantungan mencakup teori-teori keterbelakangan (under-

development) ketergantungan (dependent development) dan sistem dunia (world system

theory) sesuai dengan klassifikasi Larrain (1994). Sedangkan Tikson (2005) membaginya

kedalam tiga klassifikasi teori pembangunan, yaitu modernisasi, keterbelakangan dan

ketergantungan. Dari berbagai paradigma tersebut itulah kemudian muncul berbagai versi

tentang pengertian pembangunan.


Pembangunan adalah upaya untuk meningkatkan taraf hidup serta merealisasikan

potensi yang ada secara sistematis. Menurut Easton (dalam Miriam Budiarjo, 1985) proses

sistematik paling tidak terdiri dari 3 unsur. Pertama, Adanya input, yaitu bahan masukan

konservasi. Kedua, adanya proses konservasi, yaitu wahana untuk mengolah bahan masukan.

Ketiga, adanya output yaitu sebgai hasil dari proses konservasi yang dilaksanakan.

Emil Salim (sebelumnya, sebagai Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan

Lingkungan Hidup, 1978-83) juga telah memberikan rumusan pengertian Pembangunan

Berkesinambungan (sustainable development) sebagai “suatu proses perubahan yang di

dalamnya eksploitasi sumberdaya, arah,investasi, orientasi pengembangan teknologi, dan

perubahan kelembagaan semuanya dalam keadaan yang selaras serta meningkatkan potensi

masa kini dan masa depan untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia

Teori modernisasi ternyata mempunyai banyak kelemahan sehingga timbul sebuah

alternatif teori yang merupakan antitesis dari teori modernisasi. Kegagalan modernisasi

membawa kenajuan bagi negara dunia ketiga telah menumbuhkan sikap kritis beberapa

ilmuan sosial untuk memberikan suatu teori pembangunan yang baru, yang tentu saja

mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan teori yang telah ada. Kritikan terhadap

modernisasi yang dianggap sebagai “musang berbulu domba” dan cenderung sebagai bentuk

kolonialisme baru semakin mencuat dengan gagalnya negara-negara Amerika Latin

menjalankan modernisasinya. Frank sebagai pelopor kemunculan teori dependensi, pada

awalnya menyerang pendapat Rostow. Frank menganggap Rostow telah mengabaikan

sejarah. Sejarah mencatat bagaimana perkembangan dunia ketiga yang tatanan ekonominya

telah dihancurkan oleh negara dunia pertama selama masa kolonial. Pemikiran Frank terus

bergulir dan disambut oleh pemikir sosial lainnya seperti Santos, Roxborough, Cardoso dan

Galtung.
I.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka didapat rumusan masalahnya

sebagai berikut :

1) Apa Pengertian dari Pembangunan ?

2) Apa Pengertian Keterbelakangan, dan Ketergantungan ?

3) Bagaimana Teori Mengenai Pembangunan, keterbelakangan, dan ketergantungan ?

I.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan Makalah

Berdasarkan Rumusan Masalah diatas maka di dapat tujuan dan manfaat penulisan

makalaah sebagai penambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai teori-teori mengenai

pembangunan keterbelakangan dan ketergantungan.


BAB II

PEMBAHASAN

II.1. Pembangunan

Secara umum, pembangunan diartikan sebagai usaha untuk memajukan kehidupan

masyarakat dan warganya; sering kali, kemajuan yang dimaksudkan terutama adalah

kemajuan material. Maka, pembangunan seringkali diartikan sebagai kemajuan yang dicapai

oleh satu masyarakat di bidang ekonomi, bahkan dalam beberapa situasi yang sangat umum

pembangunan diartikan sebagai suatu bentuk kehidupan yang kurang diharpakan bagi

‘sebagian orang tersingkir’ dan sebagai ideologi politik yang memberikan keabsahan bagi

pemerintah yang berkuasa untuk membatasi orang-orang yang mengkritiknya (Budiman,

1995: 1-2). Pembangunan sebenarnya meliputi dua unsur pokok; pertama, masalah materi

yang mau dihasilkan dan dibagi, dan kedua, masalah manusia yang menjadi pengambil

inisiatif, yang menjadi manusia pembangun. Bagaimanapun juga, pembangunan pada

akhirnya harus ditujukan pada pembangunan manusia; manusia yang dibangun adalah

manusia yang kreatif, dan untuk bisa kreatif ini manusia harus merasa bahagia, aman, dan

bebas dari rasa takut. Pembangunan tidak hanya berurusan dengan produksi dan distribusi

barang-barang material; pembangunan harus menciptakan kondisi-kondisi manusia bisa

mengembangkan kreatifitasnya (Budiman, 1995: 13-14).

Untuk memulai memperbaiki kehidupan masyarakat di dunia ketiga atau negara

berkembang yang mengalami keterbelakangan, maka mulailah diadopsi kata "pembangunan".

Pembangunan menjadi kekuatan baru yang disosialisasikan kepada masyarakat untuk dapat

diyakini mengubah nasib jutaan masyarakat miskin yang masih terbelakang.Para sarjana

mempunyai pandangan sendiri dalam memahami pembangunan.Secara


filosofis,pembangunan sering diartikan sebagai satu proses yang sistemik dan

berkesinambungan untuk menciptakan keadaan yang dapat menyediakan berbagai alternatif

yang bagi pencapaian aspirasi setiap warga yang paling humanistik (Warjio,2016:3). Dalam

perkembangannya Perserikatan Bangsa-bangsa telah mengemukakan banyak definisi

pembangunan,salah satunya definisi yang diterima baik diluncurkan pada tahun 1975 yang

menyatakan bahwa pembangunan bukanlah konsep yang statis; pembangunan terus menerus

berubah. (Nugroho,2014:95). Beberapa kualitas pembangunan ditunjukkan oleh Michael

Todaro dalam Bryant dan White (1987:1) bahwa pembangunan adalah proses multidimensi

yang mencakup perubahan-perubahan penting dalam struktur sosial,sikap-sikap rakyat dan

lembaga-lembaga nasional dan juga akselerasi pertumbuhan ekonomi,pengurangan

kesenjangan (inequality) dan pemberantasan kemiskinan absolut.Todaro menjelaskan bahwa

pembangunan mengandung tiga nilai utama :

1) Menunjang Kelangsungan Hidup;kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-

kebutuhan dasar. Semua orang mempunyai kebutuhan-kebutuhan dasar tertent uuntuk

memungkinkan kehidupan.Kebutuhan-kebutuhan penunjang kelangsungan hidup ini meliputi

pangan,papan,kesehatan dan rasa aman.

2) Harga Diri;kemampuan untuk menjadi seorang manusia,suatu pribadi.Komponen

universal kedua dari suatu kehidupan yang baik ialah harga diri,perasaan layak dan

menghormati diri sendiri,tidak menjadi alat orang-orang lain demi tujuan orang lain itu

semata-mata.

3) Kemerdekaan dari Penjajahan dan Perbudakan;kemampuan untuk memilih.Nilai

universal ketiga yang harus merupakan bagian dari makna pembangunan ialah konsep

kebebasan.Kebebasan disini hendaknya tidak difahami dalam makna politik atau

ideologi,melainkan dalam pengertian yang lebih mendasar mengenai kebebasan atau


emansipasi dari perampasan kondisi materil kehidupan,dari penjajahan sosial atas manusia

oleh alam, kebodohan, orang-orang lain, penderitaan, lembaga-lembaga dan keyakinan-

keyakinan dogmatik.

II.2. Keterbelakangan

Berdasarkan pandangan teori modernisasi dan teori dependensi dalam menganalisis

fenomena keterbelakangan,nampak memiliki asumsi yang berbeda,sehingga diperlukan suatu

definisi keterbelakangan.Untuk memberikan definisi keterbelakangan memang agak

sulit,namun cara yang dipakai dengan melihat terjadinya kemiskinan,kebodohan,wabah

penyakit, maldistribusi pendapatan nasional,lemahnya adminisrasi,tiadanya organisasi sosial.

Oleh karena adanya kesulitan mendefinisikan tentang keterbelakangan maka Simon Kuznets

dalam M.L Jhingan (2014:9-10) mengusulkan tiga definisi tentang keterbelakangan. Pertama,

istilah itu dapat berarti kegagalan memanfaatkan secara penuh potensi produktif dengan

menggunakan tingkat pengetahuan teknologi yang ada atau suatu kegagalan yang bersumber

pada perlawanan lembaga-lembaga sosial. Kedua,ia dengan dapat berarti keterbelakangan

dalam kinerja (performance) ekonomi dibandingkan dengan beberapa negara ekonomi

terkemuka pada masanya.Ketiga,ia dapat berarti kemiskinan ekonomi,dalam arti kegagalan

untuk menyediakan biaya hidup yang memadai dan harta benda yang memuaskan sebagian

terbesar penduduk.

Berdasarkan definisi tentang keterbelakangan,maka dalam mendiskusikan masalah

negara sedang berkembang saat ini telah mencerminkan unsur-unsur ketiga definisi

tersebut.Pada umumnya ketakutannya timbul karena kemiskinan harta benda.Hal itu

dipertajam lagi oleh kenyataan ketertinggalan mereka dibanding dengan negara-negara lain

yang ekonomi lebih maju,dan biasanya hal tersebut dianggap sebagai masalah sosial yang
timbul lantaran kegagalan lembaga-lembaga sosial,bukan karena kelangkaan pengetahuan

teknologi.

Dengan melihat keterbelakangan yang dapat memengaruhi kehidupan

kemanusiaan,maka seorang etikawan bernama Denis Goulet dalam bukunya yang berjudul

The Cruel Chice,menekankan dampak keterbelakangan terhadap kondisi

kemanusiaan.Menurut Goulet dalam Bryant dan White (1987:19) bahwa perasaan yang

umum terdapat dalam keterbelakangan ialah rasa tidak berdaya secara individu maupun

kelompok apabila berhadapan dengan penyakit atau kematian,kebingungan dan

ketidaktahuan pada saat orang terbata-bata dan meraba-raba untuk memahami

perubahan,penyerahan nasib kepada manusia-manusia lain yang keputusannya menentukan

apa yang bakal terjadi,ketidakberdayaan menghadapi kelaparan dan bencana

alam.Kemiskinan kronis adalah neraka yang kejam dan orang tidak dapat mengetahui betapa

kejamnya neraka itu semata-mata dengan menatap kemiskinan.

Untuk keluar dari keterbelakngan sebagaimana yang dijelaskan oleh Goulet maka

sesungguhnya ketika itu mulailah muncul terminologi pembangunan (development). Kata

pembangunan (development) diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden Amerika Serikat

Harry S.Truman dalam pidato pelantikannya pada tanggal 20 Januari 1949.Ia menyatakan

bahwa Amerika Serikat mempunyai tanggung jawab baru untuk kawasan belum berkembang

yang memerlukan pembangunan, seperti Amerika Selatan, Asia, Afrika dan semua negara

bekas jajahan. Negara-negara tersebut merupakan negara terbelakang yang ketika itu baru

memproklamirkan kemerdekaannya. Paul Hoffman (Jhingan,2014:15) melukiskan suatu

negara yang terbelakang ditandai oleh kemiskinan, kota yang dipadati oleh pengemis,

penduduk desa yang mencari nafkah dikampung halamannya sendiri, jarang memiliki industri

dan seringkali persediaan tenaga dan listrik yang tidak memadai.Pemerintah belum dapat
memberikan pelayanan yang memadai dan komunikasi yang ada biasanya buruk serta

sebagian besar penduduk buta huruf.

II.3. Ketergantungan Modernisasi (Dependensi modernisasi)

Teori Ketergantungan adalah merupakan salah satu kelompok dari Teori Struktural

yang menekankan lingkungan material manusia, yakni organisasi kemasyarakatan beserta

sistem imbalan-imbalan material yang diberikannya, perubahan-perubahan pada lingkungan

material manusia termasuk perubahan-perubahan teknologi. Ada dua induk teori

ketergantungan Pertama adalah seorang Ekonom Liberal, yakni Raul prebish. Induk kedua

adalah teori-teori Marxis tentang imperialisme dan kolonialisme

Masalah yang dihadapi negara-negara sedang berkembang atau negara dunia ketiga

setelah memproklamirkan kemerdekaannya adalah masalah keterbelakangan

(underdevelopment). Menurut Frank (1984) keterbelakangan merupakan hasil dari kontak

yang diadakan oleh negara-negara berkembang dengan negara-negara maju. Kontak dengan

negara-negara maju tidak menularkan nilai-nilai modern yang dibutuhkan

pembangunan,tetapi sebaliknya dia membutuhkan suatu kolonialisme didalam negeri yang

dilakukan oleh kaum elite dari negara-negara berkembang yang bekerja sama dengan kaum

pemodal dari luar negeri dan mengeksploitir rakyat miskin dinegeri tersebut.Untuk melihat

fenomen keterbelakangan yang dialami negara-negara berkembang paling tidak dapat

dianalisis dengan menggunakan dua teori pembangunan,yaitu teori modernisasi dan teori

ketergantungan (dependensi).

Untuk lebih jelasnya mengenai teori modernisasi,maka berikut ini disebutkan asumsi-

asumsi pokok atau dasar yang sama itu adalah :


1. Keduanya bertolak dari dua konsep yang dipertentangkan, yakni konsep

masyarakat modern ( yang dicerminkan oleh masyarakat dari negara-negara maju) dan

konsep masyarakat tradisional ( masyarakat negara-negara berkembang ). Teori modernisasi

percaya hanya dengan memodernkan negara-negara berkembang,baik melalui manusianya

maupun nilai-nilai budayanya ataupun kedua-duanya,barulah negara-negara ini bisa dibuat

maju.

2. Teori modernisasi pada dasarnya mencari sebab-sebab kegagalan pembangunan di

dalam negara-negara berkembang itu sendiri. Peran negara-negara maju pada umumnya

dianggap positif, yakni menularkan nilai-nilai modern ini di samping memberi bantuan modal

dan teknologi.

3. Teori modernisasi bersifat ahistoris, artinya teori ini tidak atau kurang melihat

persoalan dalam konteks kesejarahan negara-negara berkembang itu sendiri. Resep

pembangunan yang ditawarkannya bisa berlaku kapan saja,dimana saja. Jadi,resep

pembangunan yang sudah dicoba dan berhasil di Inggeris pada abad ke 19 ketika revolusi

industri, dianggap pasti bisa juga, bahkan harus berhasil di Asia , Afrika, atau Amerika Latin

pada abad ke 20. Kalau tidak, tentunya ada sesuatu yang salah pada negara-negara yang

bersangkutan.

Adapun mengenai pandangan teori dependensi terhadap masalah keterbelakangan

dapat dilihat dari uraian berikut ini:

1. Teori dependensi tidak menganggap keterbelakangan negara-negara berkembang sebagai

akibat dari mentalitas orang-orang atau sistim nilai-nilai budaya yang masih tradisional,yang

tidak cocok dengan pembangunan.Keterbelakangan adalah lebih merupakan akibat

imperialisme,ekonomi negara-negara maju yang sudah berhasil menciptakan suatu struktur

ekonomi dependen di negara-negara berkembang (Frank,1984:xiv).


2. Teori dependensi melihat masalah pembangunan bukan sebagai masalah dalam negara-

negara berkembang itu sendiri secara terpisah-pisah, melainkan sebagai suatu masalah

internasional di mana kepentingan banyak negara saling bersangkutan. Negara maju

menguasai sistem perekonomian dunia, karena itu kepentingan negara- negara ini lebih

terlayani atas kerugian negara-negara berkembang. Maka,untuk memajukan negara-negara

berkembang, suatu penataan sistem perekonomian dunia diperlukan,bukan sekedar

memodernkan orang-orang atau nilai-nilai budaya masyarakat dari negara-negara

berkembang saja.

3. Teori dependensi mempelajari masalah pembangunan di negara-negara berkembang dalam

konteks kesejarahan. Artinya, tiap-tiap negara dianggap mempunyai keunikan

permasalahannya sendiri karena latar belakang perkembangan sejarah yang berbeda- beda.

Misalnya, menyelesaikan masalah dependensi Indonesia yang masih agraris tentunya berbeda

dengan menyelesaikan persoalan yang sama di Meksiko yang industrinya sudah lebih maju,

lain lagi Korea Selatan dan sebagainya.

Dari pandangan teori dependensi terhadap keterbelakangan dapat dikatakan bahwa

terjadinya keterbelakangan bukan karena pengaruh dari dalam negara itu sendiri,melainkan

karena adanya interaksi dari luar yaitu kontak yang dilakukan dengan negara maju.

Pada umumnya memberikan gambaran melalui analisis dialektesis yaitu suatu analisis

yang menganggap bahwa gejala-gejala sosial yang dapat diamati sehari-hari pastimempunyai

penyebab tertentu. Teori ini menjadi titik tolak penyesuaian ekonomi terbelakang pada sistem

dunia, sedemikian rupa sehingga menyebabkan terjadinya penyerahan sumber penghasilan

daerah ke pusat, sehingga mengakibatkan perekonomian daerah menjadi terbelakang.

Teori perubahan sosial menurut Moore:

1. Evolusi rektilinier yang sangat sederhana


2. Evaluasi melalui tahap-tahap

3. Evolusi yang terjadi dengan tahap kelajuan yang tidak serasi

4. Evolusi bercabang yang mewujudkan perubahan

5. evolusi menurut siklus-siklus tertentu dengan kemuduran jangka pendek

6. Sikius-siklus yang tidak mempunyaikecenderungan

7. Pertemuan logistis yang digambarkan oleh populasi

8. Petumbuhan logististerbalik yang tergambar dan angka motivasi

9. Pertumbuhan eksponarisial yang tergambar memulai tanda-tanda

10. ‘Primitivisme

Bentuk-bentuk perubahan sosial menurut SoerjonoSoekanto:

1. Perubahan yang terjadi secara lambat dan perubahan yang terjadi secara cepat.

a. Perubahan secara lambat disebut evolusi, padaevolusi perubahan terjadi dengan

sendirinya,tanpa suatu rencana atau suatu kehendak tertentu.Perubahan terjadij karena usaha-

usaha masyarakatuntuk menyesuaikan diri dengan keperluan,keadaan, dan kondisi-kondisi

baru yang timbuldengan pertumbuhan masyarakat.

b. Perubahan secara cepat disebut revolusi. Dalam revolusi, perubahan yang terjadi

direncanakanlebih dahulu maupun tanpa rencana.

2. Perubahan-perubahan yang pengaruhnya kecil, danperubahan yang pengaruhnya besar.

a. perubahan yang pengaruhnya kecil adalah perubahan pada unsur struktur sosial

yang, tidakbisa membawa pengaruh langsung atau pengaruhyang berarti bagi masyarakat.
b. Perubahan yang pengaruhnya besar seperti proses industrialisasi pada masyarakat

agraris.

3. Peruhahan yang dikehendaki dan perubahan yang takdiinginkan.

a. perubahan yang dikehendaki adalah bila seseorangmendapat kepercayaan sebagai

pemimpin.

b. Perubahan sosial yang tidak dikehendaki merupakan perubahan yang terjadi tanpa

dikehendakiserta berlangsung dan jangkauan pengawasanmasyarakat dan dapat menyebabkan

timbulnyaakibat yang tidak diinginkan.

Dos Santos menguraikan 3 bentuk ketergantungan :

1. Ketergantungan Kolonial

Terjadi penjajahan dari negara pusat ke negara pinggiran. Kegiatan ekonominya

adalah ekspor barang-barang yang dibutuhkan negara pusat. Hubungan penjajah – penduduk

sekitar bersifat eksploitatif.

2. Ketergantungan Finansial-Industrial:

Negara pinggiran merdeka tetapi kekuatan finansialnya masih dikuasai oleh negara-

negara pusat. Ekspor masih berupa barang – barang yang dibutuhkan negara pusat. Negara

pusat menanamkan modalnya baik langsung maupun melalui kerjasama dengan pengusaha

lokal.

3. Ketergantungan Teknologis-Industrial:

Bentuk ketergantungan baru. Kegiatan ekonomi di negara pinggiran tidak lagi berupa

ekspor bahan mentah untuk negara pusat. Perusahaan multinasional mulai menanamkan

modalnya di negara pinggiran dengan tujuan untuk kepentingan negara pinggiran.


Meskipun demikian teknologi dan patennya masih dikuasai oleh negara pusat. Dos

Santos membahas juga struktur produksi dari sebuah proses industrialis, bahwa:

1. Upah yang dibayarkan kepada buruh rendah sehingga daya beli buruh rendah.

2. Teknologi padat modal memunculkan industri modern, sehingga:

Menghilangkan lapangan kerja yang sudah ada. Menciptakan lapangan kerja baru yang

jumlahnya lebih sedikit. Larinya keuntungan ke luar negeri membuat ketiadaan modal untuk

membentuk industri nasional sendiri. Oleh sebab itu, kapitalisme bukan kunci pemecahan

masalah melainkan penyebab munculnya masalah ini.

Henrique Cardoso dengan gagasannya “Associated-Dependent Development”

menyatakan bahwa produksi dapat dilakukan di Negara – negara pinggiran karena adanya

perlindungan sistem paten. Selain itu kebijakan proteksi dan bea masuk mendorong

perusahaan multinasional untuk membangun perusahaan di negara pinggiran. Meskipun

demikian, industrialisasi di negara pusat dan pinggiran tetap berbeda. Sifat – sifat

industrialisasi di negara pinggiran adalah sebagai berikut:

- Ketimpangan pendapatan yang makin besar.

- Menekankan pada produksi barang – barang konsumsi mewah dan bukan barang –

barang yang dibutuhkan rakyat.

- Mengakibatkan utang yang semakin tinggi jumlahnya dan menghasilkan

kemiskinan.

- Kurang terserapnya tenaga kerja.

Peter Evans dengan gagasannya “Dependent Development” menyatakan bahwa

produksi sudah diserahkan ke negara pinggiran karena adanya kemajuan teknologi dan

menguatnya rasa nasionalisme negara pinggiran. Dalam dependent development terjadi

pembangunan industrialisasi di negara pinggiran dengan kerjasama borjuis lokal, muncul


perusahaan multinasional raksasa, otak perusahaan tersebut berada di negara pusat dan

cabang – cabang yg ada di negara pinggiran hanya boleh mengambil keputusan operasional

di cabang tersebut.

Kerjasama antara pemerintah lokal dan modal asing bersifat kerjasama ekonomi

sehingga mendorong terjadinya proses industrialisasi. Sedangkan kerjasama antara

pemerintah dengan borjuis local bersifat politis untuk mendapatkan legitimasi politik,

kaitannya dengan nasionalisme negara tersebut. Nasionalisme yg ada di negara pinggiran

tidak dimaksudkan untuk membuat negara tersebut menjadi mandiri tetapi sebagai alat untuk

memeras perusahaan multinasional tersebut.

Teori ketergantungan dari John A Hobson. menjelaskan imperialisme dan

kolonialisme melalui motivasi keuntungan ekonomi. Teori ini merupakan kelompok teori

Gold, yang menjelaskan, bahwa terjadinya imperialisme karena adanya dorongan untuk

mencari pasar dan investasi yang lebih menguntungkan. Ketika pasar dalam negeri telah

jenuh atau pasar dalam negeri terbatas, maka mereka mencari pasar baru di Negara – negara

lain. Menurut Vladimir Ilich Lenin, imperialisme merupakan puncak kapitalisme.

Kapitalisme yang semula berkembang dari kompetisi pasar bebas, mematikan perusahaan –

perusahaan lain dan memunculkan kapitalisme yang menguasai pasar. Walaupun bentuknya

pada jaman sekarang ini tidak menggunakan armada militer, namun dampaknya tetap saja

merugikan negara yang menjadi objek penanaman investasi mereka.

Teori ketergantungan pada dasarnya menyetujui, bahwa yang menjadi penyebab

ketergantungan adalah kekurangan modal dan kurangnya tenaga ahli. Tetapi faktor

penyebabnya adalah proses imperialisme dan neo imperialisme yang menyedot surplus modal

yang terjadi di negara pinggiran ke negara pusat. Akibat pengalihan surplus ini, negara

pinggiran kehilangan surplus utama yang dibutuhkan untuk membangun negerinya. Maka,
pembangunan dan keterbelakangan merupakan dua aspek dari sebuah proses global yang

sama. Proses global ini merupakan proses kapitalisme dunia. Di kawasan yang satu, proses

itu melahirkan pembangunan, di kawasan yang lain, menyebabkan lahirnya keterbelakangan.

BAB III

KESIMPULAN

III 1. Kesimpulan

Strategi pembangunan ekonomi yang menitikberatkan pada sasaran pembangunan

dalam arti pertumbuhan ekonomi nampaknya tidak memuaskan karena banyak Negara yang

telah banyak mengalami pertumbuhan ekonomi tetapi kurang mampu mengatasi

kemiskinan,ketimpangan dan penganguran yang erat kaitannya dengan tingkat

kesehatan,pendidikan.Kesemuanya ini adalah probelama dasar yang pada umumnya dihadapi

oleh Negara – Negara yang sedang berkembang.Oleh Karena itu tepat apabila inti pokok

sasaran pembangunan berkisar pada kemiskinan ,penciptaan lapangan kerja,meningkatakan

kesejahteraan masyarakat,dan mengisi kemerdekaan dalam bidang – bidang politik dengan

pembangunan ekonomi diaman didalam proses ini diwujudkan dalam pembagian pendapatan

yang adil dan merata.

III.2. Saran

Dengan adanya makalah ini yang telah kami buat mudah-mudahan pembaca dapat

mengambil hikmah dari meteri tentang Teori Pasca Ketergantungan, kami harap kritik yang

membangun demi menyempurnakannya makalah ini. terimakasih

Anda mungkin juga menyukai