Anda di halaman 1dari 20

TEORI PEMBANGUNAN

Oleh
Tio Pradena Putra 2220842002

1. Perkembangan Teori Pembangunan

Pembanguan diartikan sebagai usaha untuk memajukan kehidupan masyarakat, memajukan


merujuk pada kemajuan material. Maka pembangunan seringkali diartikan sebagai kemajuan
dibidang ekonomi. Pembangunan dimaknai berbeda oleh masyarakat yang terkena dampak
kebijakan yang sifatnya merugikan mereka, sebagai contoh ketika pak lurah memerintahkan kerja
bakti membangun sesuatu didesa bagi masyarakat yang kerja sebagai petani atau buruh harian
akan dirugikan karena tidak ada penghasilan untuk membeli makan pada hari itu.

Kritik terhadap pembangunan yang di suarakan oleh rakyat kecil pada tahun sebelum
reformasi dianggap sebagai pengganggu stabilitas politik. Selo Sumardjan bahkan menceritakan
tentang makna pembangunan pada masyarakat kecil yang unik itu seperti cerita seorang penduduk
miskin di sebuah kota kecil di luar Jakarta. “Saya dulu tinggal di Jakarta. Akan tetapi, karena ada
pembangunan, saya terpaksa mengungsi kemari.” (Arief Budiman, 1996: 1).

Siagian (1994) memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai “Suatu usaha atau
rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh
suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation
building)”. Sedangkan Ginanjar Kartasasmita (1994) memberikan pengertian yang lebih
sederhana, yaitu sebagai suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang
dilakukan secara terencana.1

Lainnya Pembangunan didefinisikan oleh Todoro dan Smith sebagai proses multidimensi
yang melibatkan perubahan besar dalam struktur sosial, sikap populer, dan institusi nasional, serta
pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketimpangan, dan pengetasan kemiskinan absolut. 2

Berdasarkan pengertian pembangunan yang telah dijelaskan menurut ahli diatas, maka
pembangunan adalah perubahan kearah lebih baik, terukur, dan sistematis untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan berdasarkan kemampuan sumber daya yang dimiliki. Para ahli memiliki
pandangan tentang pembangunan yang terjadi di dunia, secara khusus pembangunan di negara
dunia ketiga. Dalam perkembangan sejarahnya, teori-teori pembangunan yang berkembang tidak
lepas dari suatu Ideologi barat yaitu Kapitalisme. Kapitalisme muncul 3 abad lebih dulu sebelum

1
Kumba Digdowiseiso, Teori Pembangunan, (JakartaLPU-UNAS: 2019), hal.7.
2
Ardhariska Zukhruf Kurniullah.dkk, Perubahan Sosial dan Pembangunan, (Yayasan Kita Menulis:2021), hal.7.
lahir teori-teori pembangun, makanya tidak heran jika teori pembanguan sangat diwarnai dengan
Ideologi Kapitalisme. Berikut ini perkembangan teori pembangunan menurut para ahli:

 Teori Pembangunan Modernisasi

Teori modernisasi banyak menerima warisan dari teori evolusi dan teori struktur
fungsionalisme. Teori evolusi mampu membantu proses masa peralihan dari masyarakat
tradisional ke masyarakat modern di Negara-negara Eropa Barat, sedangkan pendukung dari teori
modernisasi banyak di didik dalam alam pemikiran teori struktur fungsionalisme. Teori tersebut
membuktikan bahwa keduanya merupakan warisan pemikiran dari para ahli sebelumnya. 3

Sedikit memaparkan maksud dari paragraf diatas, teori evolusi lahir untuk mengganti tatanan
lama dan membentuk tatanan baru yang berlandaskan pemanfaatan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam kegiatan produksi yang efisien. Sedangkan teori struktur
fungsionalisme mengumpamakan suatu lembaga memiliki kesamaan dengan organ tubuh
maksudnya kelembagaan didalam masyarakat harus mampu melaksanakan tugas tertentu secara
bersama (saling menopang) dan mempunyai fungsi yang jelas masing-masing instrumen
kelembagaan tersebut.

Teori Modernisasi lahir pada saat dunia memasuki fase awal perang dingin sekitar tahun 1950
an. Modernisasi salah satu buah pemikiran kaum intelektual amerika pada saat itu melihat dampak
berakhirnya perang dunia II memicu munculnya kelompok negara miskin atau dikenal dengan
negara dunia ketiga. Kelompok ini adalah negara bekas jajahan yang sedang berusaha untuk
menata pembangunan di negara mereka. Mereke dihadapkan pada masalah kemiskinan,
pengangguran, kesehatan, pendidikan, dan kerusakan lingkungan.

Pembagian kerja secara internasional, teori yg dianut pada saat itu. Setiap negara harus
melakukan spesialisasi produksi sesuai dengan kemampuan negaranya. Karena ada spesialisasi ini
maka terjadilah perdagangan internasional. Perdanganan internasional akan menguntungkan
semua pihak, karena harga barang akan turun mencapai titik terendah jika terjadi perdagangan
bebas. Pembangunan yang baik adalah pembangunan yang melebur kedalam ekonomi dunia
sebab negara saling bergantung satu dengan lainnya.

Negara-negara industri makin kaya, sedangkan Negara pertanian makin tertinggal. terlalu
menguntungkan kepada Negara yang mengkhususkan produksi industri. Faktor internal yang
menyebabkan kemiskinan dan menyebabkan negara gagal melakukan pembangunan nya atau
faktor yang terdapat didalam negeri yang bersangkutan yang dikenal dengan teori modernisasi.
Faktor eksternal sebagai penyebab Negara miskin disebabkan oleh lingkungan luar Negaranya
dan membuat kegagalan pembangunan disebut teori struktural.

3
Kumba Digdowiseiso, Teori Pembangunan, (JakartaLPU-UNAS: 2019), hal.19.
Teori Modernisasi adalah teori pembangunan yang menyatakan bahwa pembangunan dapat
dicapai dengan mengikuti proses pengembangan yang digunakan oleh negara-negara maju saat
ini. Berjalannya waktu muncul berbagai teori modernisasi, berikut ini teori modernisasi menurut
para ahli terdapat tiga pemikiran klasik teori modernisasi untuk menggambarkan bagimana
seorang sosiolog, ekonom dan pakar politik menguji masalah pembangunan di negara dunia
ketiga.

Pertama, Teori Modernisasi Neil Smelser menjelaskan bahwa modernisasi bersumber pada
pemikiran diferensiasi struktural. Dimana semakin banyaknya transformasi kehidupan
modernisasi, maka akan terjadi ketidakteraturan struktur masyarakat dalam menjalankan
bermacam fungsi, sehingga timbulah pembagian yang lebih khusus dengan pembentukan sub
struktural dalam masyarakat. Definisi untuk analisis memusatkan pada aspek struktural. Neil
Smelser misalnya melukiskan modernisasi sebagai transisi multidimensional yang meliputi enam
bidang:4 Modernisasi dibidang ekonomi, Modernisasi dibidang politik, Modernisasi dibidang
pendidikan, Modernisasi dibidang agama, Modernisasi dibidang kehidupan keluarga, Modernisasi
dibidang strata.

Kedua, Teori Modernisasi Walt Whitman Rostow menjelaskan proses pembangunan bergerak
dalam sebuah garis lurus yakni masyarakat yang terbelakang ke masyarakat maju, menurutnya
teori modernisasi pembangunan ada lima tahapan penting:5 Masyarakat Tradisonal, Prakondisi
untuk Lepas Landas, Lepas Landas, Bergerak Ke Kedewasaan, Zaman Konsumsi Masal yang
Tinggi. Melalui lima tahap pembangunan itu, maka pertumbuhan suatu negara dapat dilihat
apakah kesemua proses tersebut sudah dijalankan oleh suatu negara. Rostow menyebutkan bahwa
negara yang melindungi kepentingan pemilik modal maka negara sudah mulai menuju
pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Lima tahapan diatas menurut Rostow yang menjadi pembeda
masyarakat tradisional dengan masyarakat modern.

Ketiga, Teori Modernisasi James S. Coleman menjelaskan modernisasi dari sudut pandang
politik proses diferensiasi struktur politik dan sekularisasi budaya politik yang mengarah pada
etos keadilan. Memiliki tiga hal mendasar yaitu diferensiasi politik sebagai bentuk dari
kecenderungan sejarah perkembangan sistem politik modern, prinsip kesamaan dan keadilan
merupakan etos masyarakat modern, serta kapasitas politik ditentukan pada pembangunan politik
modern yang berkeadilan. (Suwarsono, 1991:95-204).6

4
A.Nurul Mutmainnah, “Perubahan sosial dan modernisasi”, Komunida, Volume V No.02 Desember 2015,
hal.131
5
Teguh Imam Rahayu,“Teori Pembangunan Dunia ke 3 dalam Teori Modernisasi”, Gema Eksos, Vol.6 No.1
Demak Oktober 2010, hal.77.
6
Nurul Azizah, “Rasionalitas dan Modernisasi Ekonomi Politik di Aras Civil Society”, Human Falah, Vol.1 No.1
2014, hal.32.
Terdapat kritik kepada pemikiran klasik tersebut sehingga lahir teori modernisasi modern.
Pertama, Teori Modernisasi Talcott Parsons menjelaskan modernisasi memiliki keterkaitan erat
dengan usaha westernisasi pada negara berkembang. Teori ini mendukung terjadinya modernisasi
guna memajukan karakteristik negara berkembang agar memiliki pola pembangunan seperti dinegara
eropa barat yang telah lebih dulu maju. Parsons sebagai ahli cenderung mengadaptasi teori struktur
fungsionalisme pemikiran konservatif nya mengaggap bahwa masyarakat akan selalu berada pada
situasi harmoni, stabil seimbang dan mapan. Parsons menggambarkan 4 macam tugas utama: 7fungsi
lembaga ekonomi, fungsi pemerintah, fungsi lembaga hukum dan agama, fungsi keluarga dan
lembaga pendidikan.

Kedua, Teori Modernisasi Huntington menjelaskan bahwa Modernisasi bersifat revolusioner


sehingga mendorong perubahan sosial secara cepat. Dalam teori ini dikatakan bahwa kehidupan
modern tidak bisa dihilangkan dari setiap manusia. Dengan demikian akan berpengaruh pada
kehidupan masyarakat global. Perubahan yang terjadi dari tradisi ke modernitas melibatkan masalah
perubahan total dan radikal dalam pola-pola hidup manusia. Huntington juga mencatat bahwa
pemikiran modernisasi suatu proses yang rumit, ia tidak dapat dijelaskan oleh satu faktor saja.
Modernisasi menurutnya melibatkan perubahan hampir di semua bidang pemikiran dan tingkah laku
manusia. Sekurang kurangnya unsur terdiri dari: 8Industrialisasi, urbanisasi, mobilitas sosial,
differensiasi, sekulerisasi, dan perluasan media partisipasi politik.

Ketiga, Teori Modernisasi Roy Harrod dan Evsey Domar keduanya menjelaskan bahwa teori
modernisasi membawa peningkatan pola perekonomian dengan cara investasi. Hal ini diharapkan agar
tercapai nya peningkatan pendapatan serta terciptanya lapangan pekerjaan yang luas. Pembangunan
membutuhkan investasi sebagai pendorong produksi. Dari produktivitas ini maka akan menyerap
tenaga kerja yang membentuk regulasi ketenagakerjaan sekaligus menyumbang negara dalam bentuk
pajak. Dengan demikian, untuk memecahkan persoalan keterbelakangan pada negara dunia ketiga
adalah dengan mencari tambahan modal dari dalam maupun luar melalui penanaman modal atau
utang luar negeri. 9

Keempat, Teori Modernisasi Max Weber menjelaskan modernisasi merupakan teori yang
melibatkan nilai budaya dan peran agama didalamnya, sehingga terbentuklah kapitalisme dalam
masyarakat.

7
Kumba Digdowiseiso, Teori Pembangunan,Universitas Nasional,hal.18.
8
Rudi Salam Sinaga,“Eksistensi hingga eksitasi oleh civil society dalam menciptakan goog governance di
Indonesia”, hal.174.
9
Drajat Tri Katono.dkk, Pembangunan masyarakat desa dan kota, (IPEM4542/Modul 1), hal.38.
 Teori Pembangunan Dependensi/Ketergantungan

Pada pembahasan sebelumnya teori modernisasi melihat pembangunan lebih dari sudut
kepentingan Amerika Serikat dan Negara Maju. Sedangkan teori Ketergantungan atau
Dependensi memiliki posisi yang sebaliknya, teori ini lebih menitikberatkan pada persoalan
keterbelakangan dan pembangunan negara dunia ketiga. Teori dependensi mewakili suara Negara
Pinggiran untuk menentang hegemoni ekonomi, politik, budaya dan intelekrual dari Negara Maju.
Bagi mereka teori modernisasi telah membuktikan ketidakmampuan untuk memenuhi janji
keberhasilan pembangunan ekonomi dan politik.

Kajian Raul Prebisch ialah fenomena negara miskin mengekspor komoditi bahan mentah ke
negara kaya kemudian menjadikan komoditi tersebut menjadi barang siap dan kemudian menjual
kembali barang tersebut kepada negara miskin. Nilai tambah yang ada karena barang tersebut
menjadi barang jadi tentunya menimbulkan biaya yang lebih tinggi dibanding barang yang
mentah. Oleh karena itulah mengapa negara miskin senantiasa tidak memperoleh pendapatan
yang cukup dengan ekspor mereka karena terpaksa membayar lebih besar untuk mengimpor
barang yang lebih siap dari negara maju. Secara keilmuan tidak ada teori tunggal yang dapat
menjelaskan teori ketergantungan, namun terdapat tiga ciri persamaan atas definisi yang
disepakati oleh para ahli teori ketergantungan:10

 Pertama, ketergantungan membentuk sistem internasional yang terdiri dari dua negara yang
digambarkan sebagai dominan atau tergantung, negara dominan adalah negara maju yang
mempunyai kemajuan industri dan tergabung dalam organisasi kerjasama ekonomi dan
pembangunan. Sedangkan negara tergantung adalah Amerika Latin, Asia dan Afrika yang
memiliki pendapatan per kapita yang rendah serba bergantung sepenuhnya kepada ekspor satu
jenis komodiri untuk memperoleh devisa.
 Kedua, memiliki asumsi yang sama bahwa adanya kekuatan (dorongan) dari luar merupakan
satu-satunya aktivtas ekonomi yang penting di dalam negara-negara yang bergantung.
Kekuatan luar ini termasuklah Perusahaan Multi Nationa (MNC’s) MNC, pasar komoditi
internasional, bantuan luar negeri, komunikasi dan berbagai bentuk lainnya yang oleh negara-
negara maju digunakan untuk kepentingan ekonomi mereka di luar negeri.
 Ketiga, pengertian ketergantungan menunjukkan bahwa hubungan antara negara yang
mendominan dan yang bergantung adalah dinamis, karena interaksi antara dua negara bukan
hanya untuk saling menguatkan, tetapi juga untuk meningkatkan pola/corak yang tidak merata
dalam pembagian ekonomi.

Berikut ini pandangan ahli mengenai teori pembangunan dependensi yang perlu diterapkan oleh
negara dunia ketiga:

10
Kumba Digdowiseiso, Teori Pembangunan, (LPU-UNAS:2019), hal.84.
a. Andre Gunder Frank

Frank memberikan kritik terhadap teori modernisasi, menurutnya teori tersebut hasil sulingan
dan saringan pengalaman kesejahteraan negara kapitalis maju. Sehingga tidak mampu menjadi
petunjuk untuk memahami masalah yang sedang dihadapi negara dunia ketiga. Bagi frank bukan
feodalisme atau tradisionalisme yang menjadikan negara dunia ketiga terbelakang. Dalam
kenyataannya malahan merupakan suatu kesalahan yang mendasar untuk mengatakan bahwa
negara dunia ketiga merupakan negara tradisional karena tidak sedikit negara dunia ketiga
misalnya cina dan india yang maju sebelum mereka dijajah. Frank merumuskan konsep
mewujudkan keterbelakangan, bahwa keterbelakangan bukan sesuatu yang alami melainkan
sesuatu yang diciptakan dari sejarah dominasi kolonialisme yang panjang dialami negara dunia
ketiga.

b. Dos Santos

Teori imperialisme memberikan perhatian utama pada ekspansi dan dominasi kekuatan
imperialis. Teori dependensi lebih memfokuskan diri pada persoalan pembangunan di dunia
ketiga. Dalam usaha memberikan batasan pengertian klasik tentang ketergantungan. Dos santos
merumuskan bahwa hubungan dua negara atau lebih mengandung bentuk ketergantungan jika
beberapa negara yang dominan dapat berkembang dan memiliki otonomi dalam
pembangunannya, sementara negara lainnya yang tergantung dapat melakukan hal serupa hanya
sekedar merupakan refleksi perkembangan negara dominan. Dos santos menyatakan bahwa
hubungan antara negara dominan dengan negara tergantung merupakan hubungan yang tidak
sederajat karena pembangunan dinegara dominan terjadi atas biaya yang dibebankan pada negara
tergantung.

Disamping sumbangannya dalam memberikan batasan pengertian situasi ketergantungan, Dos


Santos juga telah membantu merumuskan kemungkinan kesejahteraan tiga bentuk utama situasi
ketergantungan. 11

 Ketergantungan Kolonial, kemampuan modal negara dominan yang bekerja sama dengan
negara penjajah melakukan tindakan monopoli pemilikan tanah, pertambangan dan hasil bumi
negara yang dijajah.
 Ketergantungan Ekonomi, Ekonomi negara tergantung lebih terpusat pada ekspor bahan
mentah dan produk pertanian untuk keperluan konsumsi dan pasar negara eropa. Tidak seperti
pada masa sebelumnya, struktur produksi dimasa ketergantungan industri keuangan ini
ditandai secara jelas oleh perkembangan cepat sektor ekspor.

11
Suwarsono dan Alvin, Perubahan Sosial dan Pembangunan, (LP3ES:2006), hal.101.
 Ketergantungan teknologi industri, pembangunan industri sangat kuat dipengaruhi oleh
monopoli teknologi negara maju. Perusahaan tradisional tidak sebegitu mudah untuk menjual
mesin proses pembuatan barang mentah menjadi produk jadi.

Dos santos menyimpulkan bahwa keterbelakangan ekonomi negara dunia ketiga bukan
disebabkan oleh tidak terintegrasinya kedalam tata ekonomi kapitalisme. Keterbelakangan dunia
ketiga karena tindakan pengawasan ketat dan monopoli modal asing dan pembiayaan
pembangunan dengan modal asing, serta penggunaan teknologi maju pada tingkat internasional.
Tanggapan atas kritik disebut sebagai teori dependensi baru atau teori ketergantungan modern.
Teori ini telah melakukan transformasi internal atas penjelasan yang diberikan untuk memahami
dan menguji pembangunan negara dunia ketiga.

c. Cordoso

Cordoso dikenal sebagai tokoh pencetus gagasan ini, tidak seperti teori dependensi klasik
cordoso menyebut metode kajian yang digunakan sebagai metode historis struktural. Cardoso
berharapmetode kajiannya mampu menjelaskan satu situasi historis yang khas dalam rangka
melihat perbedaan dan variasi yang muncul di masing-masing negara dunia ketiga. Selanjutnya,
cardoso juga memberikan perhatian pada faktor internal berbeda dengan dependensi klasik yang
hanya fokus pada faktor eksternal dan juga memfokuskan pada dimensi ekonomis persoalan
ketergantungan. Cardoso lebih tertarik untuk melihat aspek sosial politik dari ketergantungan
khususnya analisa perjuangan kelas dan konflik kelompok dan pergerakan politik. Bagi cordoso
kedua faktor tersebut saling berkait dan berkeadilan. Dominasi eksternal akan mewujud sebagai
kekuatan intern melalui berbagai perilaku sosial dan kelas sosial dominan yang hendak mencoba
untuk memaksakan tercapainya tujuan dan kepentingan asing, karena sangat mungkin memiliki
kepentingan yang tidak berbeda.

Cardoso memilih istilah pembangunan yang bergantung maknanya berdiri secara terpisah dan
bahkan bertolak belakang. Dinamika politik menurut cardoso ada tiga macam kekuatan politik
yakni negara birokrasi-teknokratis militer, perubahan multinasional, dan borjuis lokal. Cardaso
menyebutkan bahwa tiga kekuatan politik ini secara sungguh berusaha membangun aliansi untuk
mewujudkan model pembangunan yang bergantung. 12

Dengan perubahan pendekatan tidak heran teori dependensi baru telah melahirkan berbagai
kategori ilmiah baru yang sebelumnya tidak dimiliki oleh teori dependensi klasik seperti
misalnya:13membawa kembali sejarah, faktor internal dan sosial politik, ketergantungan dan
pembangunan.

12
Ibid., hal.138.
13
Ibid., hal.161.
 Teori Pembangunan Sistem Dunia

Sebelumnya telah disebutkan bahwa Negara Dunia Ketiga memasuki fase membangun negara
mereka dengan mencoba aliran pemikiran pembangunan yang tepat untuk diimplementasikan
dinegara mereka. Tokoh-tokoh sosial memiliki gagasan pembangunan seperti modernisasi dan
dependensi. Teori modernisasi dianggap sebagai ajaran rasionalisasi imperialisme. Kritik tersebut
melahirkan Teori dependensi, ajaran ini menyebar dari amerika latin hingga negara dunia ketiga
lainnya. Sekalipun ajaran dependensi tidak mampu menghancurkan teori modernisasi, keadaan
serupa juga dialami teori modernisasi tidak dapat mengatakan bahwa teori dependensi sebagai
ajaran tidak sah. Dialektika yang terjadi pada dua teori diatas melahirkan pemikiran kritis dan
wawasan alternatif yang muncul pada tahun 1970-an.

Immanuel Wallernstein muncul dengan gagasan barunya yang radikal dengan menyatakan
peristiwa sejarah di dalam tata ekonomi kapitalis dunia ini yang menurutnya tidak dapat
dijelaskan oleh dua perspektif pembangunan yang telah ada tersebut. Wallernstein
mengemukakan alasanya negara di Asia Timur terus mampu mencapai pertumbuhan ekonomi
yang tinggi. Kenyataan ini menjadikan semakin sulit menggambarkan keajaiban ekonomi negara
tersebut sebagai sekedar hasil modernisasi, pembangunan yang bergantung, ketergantungan
dinamis karena negara industri di Asia Timur tersebut mulai memberikan tantangan nyata
terhadap kekuatan ekonomi Amerika. Kemudian alasan pecahnya RRC dan Uni Soviet
menunjukkan kegagalan revolusi kebudayaan dan stagnasi ekonomi dinegara sosialis menjukkan
tanda awal runtuhnya revolusi Marxisme. Banyak ilmuawan yang mulai mengkritik bahwa
kebijaksanaan pemutusan hubungan dengan pengisolasian negara Dunia Ketiga dengan tatanan
ekonomi kapitalis kurang tepat.

Wallernstein dan pengikutnya telah mengembangkan satu perspektif pembangunan baru yang
mereka sebut dengan perpektif sistem dunia (the world system perspective) atau disebut sebagai
ajaran sistem ekonomi kapitalis dunia. Teori sitem dunia wallerstein sebenarnya sangat sederhana.
Dia beranggapan bahwa dulu dunia dikuasai oleh sitem kecil atau sistem mini dalam bentuk
kerajaan atau bentuk pemerintahan lainnya. Pada waktu itu belum ada sistem dunia, masing-
masing sistem mini tidak saling terhubung. Kemudian terjadi penggabungan baik melalui
penaklukan secara militer maupun secara sukarela. Selanjutnya kerajaan besar muncul, kerajaan
ini disebut world empire. Kerajaan dunia mengendalikan kawasannya melalui sebuah sistem
politik yang dipusatkan. Penguasaan tidak dalam bentuk pengendalian yang ketat, tetapi cukup
dengan sistem upeti sebagai tanda takluk. Perkembangan teknologi dan perkembangan bidang lain
kemudian memunculkan sistem perekonomian dunia yang terhubung. Berbeda dengan kerajaan
besar dunia yang menguasai kawasan melalui kekuatan politik, sistem perekonomian dunia
menghubungkan kawasan yang ada melalui pertukaran dipasar. Sejumlah kerajaan besar dunia
menghilang sementara sistem perekonomian dunia yang berkembang sudah menguasai seluruh
dunia dan menjadi satu-satunya sistem dunia yang ada sekarang adalah kapitalisme global. 14

Negara menurut Wallerstein dikelompokkan menjadi tiga yaitu negara pusat, negara setengah
pinggiran dan negara pinggiran. Negara-negara tersebut bisa naik atau turun kelas, contohnya
pada saat Inggris, Belanda, dan Prancis yang dulunya negara pusat yang berperan dominan dalam
sistem dunia kemudian Amerika muncul menjadi negara terkuat setelah negara eropa hancur
dalam perang Dunia II. Teori Wallerstein dapat dipakai untuk menjelaskan naiknya negara
industri baru dari posisinya sebagai negara pinggiran menjadi negara setengah pinggiran.
Wallerstein merumuskan tiga strategi bagi terjadinya proses kenaikan kelas: 15

 Kenaikan kelas terjadi dengan merebut kesempatan yang datang, pada suatu kali harga
komoditi primer menjadi murah dan barang industri menjadi mahal karena dinamika pada
perekonomian dunia. Negara pinggiran hanya beralih dari ketergantungan satu ke jenis
ketergantungan yang lain. Secara ekonomi kondisi ini dapat membuat negara pinggiran naik
menjadi negara setengah pinggiran karena industrialisasi yang negara itu lakukan.
 Kenaikan kelas terjadi juga melalui undangan, maksudnya industri negara pusat melakukan
ekspansi ke luar. Maka lahir perusahaan multinasional, perusahaan ini membutuhkan mitra
usaha dinegara berkembang. Akibatnya dari kondisi ini muncul industri baru di negara
pinggiran, proses ini dapar meningkatkan posisi negara.
 Kenaikan kelas yang terjadi karena negara menjalankan kebijakan untuk memandirikan
negaranya.

Ahli lain memberikan tanggapannya tentang ajaran ekonomi dunia ini, salah satunya Chirot
dan Hall mengemukakan ajaran ini telah mampu merebut perhatian dan imigrasi generasi baru
para sosiolog dan menanamkan pengaruh yang dalam pada disiplin ilmu sosiologi. Kemudian
menurut kaye perpektif yang dirumuskan Wallerstein ini lahir dengan cara mengambil intisari dan
menyerap pola pemikiran dari dua pemikiran yaitu dependensi dan annales. Annales
mengembangkan gagasan sebagai berikut, pertama ketotalan sejarah dan sejarah global, kedua
melakukan sintesis antara sejarah dan ilmu sosial melalui analisa yang mendasarkan diri pada
kecenderungan jangka panjang, ketiga melakukan perubahan orientasi kajian dalam sejarah.
Asumsi dasar teori sistem dunia sebagai berikut:

 Negara miskin bisa menjadi tidak tergantung dengan negara maju apabila bersikap mandiri
dan independen dalam kebijakan nasionalnya. Negara miskin harus memiliki nilai tawar yang
kuat dengan negara maju

14
Arief Budiman, Teori Pembangunan Dunia Ketiga, Gramedia (Jakarta:2000), hal.108.
15
Ibid., hal.110.
 Negara miskin mempelajari dan menggali berbagai kandungan potensi lokal yang dapat
dimainkan dalam hubungan dengan negara maju. Peran negara dalam pembangunan ekonomi
harus kuat. Bagi penganut teori ini ekosistem yang diciptakan bisa menguntungkan dan bisa
pula merugikan.

Teori sistem dunia telah memberikan sumbangan yang besar yakni menguji gerak putar sitem
dunia, teori ini telah memberikan sumbangannya pada ketegasannya untuk selalu mengamati
perkembangan jangka panjang dari setiap gejala sosial yang global. Ada tiga blok bangunan
intelektual dari teori sistem-dunia yang dirujuk Wallerstein, yaitu Annales, Marx, dan teori
ketergantungan (dependency theory).

Pertama, Wallerstein mengambil gagasan Braudel perihal la long duree (long term) serta
melakukan studi dengan fokus pada kawasan geoekologis sebagai unit analisis, sejarah pedesaan,
dan keyakinan pada material empiris dari Braudel. Dampak Annales bagi Wallerstein terletak
pada level metodologis. Kedua, Dari Marx, Wallerstein belajar bahwa realitas fundamental
konflik sosial berbasis pada kelompok manusia; konsen dengan totalitas yang relevan; hakikat
transiter bentuk-bentuk sosial dan teori-teori tentangnya; sentralitas proses akumulasi yang
menghasilkan perjuangan kelas secara kompetitif; dialektika gerak melalui konflik dan
kontradiksi. Melalui kajian ini, Wallerstein hendak merevisi Marxisme tersebut. Ketiga, Teori
sistem-dunia juga mengadaptasi teori ketergantungan dari teori ini Wallerstein menjelaskan
pandangan proses pembangunan, yang populer di negara berkembang yang di antara tokohnya
adalah Fernando Henrique Cardoso. Teori ketergantungan melihat relasi pusat-pinggiran yang
tumbuh di kawasan periperal, seperti Amerika Latin, dari sanalah kritik terhadap kapitalisme
global sekarang ini berkembang.16

Menurut Wallerstein, sistem dunia modern mencakupi pelapisan bentuk-bentuk politik yang
tidak merata (sebagian terbesat adalah negara-negara kebangsaan), ekonomi pasar kapitalis
global, dan kebudayaan. Berbagai dislokasi yang diciptakan oleh struktur tersebut dewasa ini
tengah dialami dan diungkapkan sebagai resistensi-resistensi budaya partikularistik melawan
budaya Barat/Pencerahan yang telah menjadi benang utama dalam budaya sistem dunia. Budaya
Pencerahan membuat klaim-klaim universal dan ilmiah bagi dirinya sendiri, namun klaim-klaim
ini kerap menjadi dasar penilaian yang rasial terhadap kebudayaan yang berbeda. Kebudayaan-
kebudayaan lain ini kini tengah menegaskan kembali keberadaannya dalam aneka bentuk.
Konflik-konflik kultural semacam ini merupakan medan resistensi terhadap sistem dunia sebagai
sebuah keseluruhan; dimensi-dimensi ekonominya bukanlah bagian yang paling menonjol di
dalam tantangan ini. Karya ini merupakan sebuah pembahasan yang provokatif namun abstrak

16
Adon Nasrullah Jamaludin, Sosiologi Pembangunan, Pustaka Setia (Bandung:2016), hal.101.
mengenai tantangan dari budaya lokal dan partikular terhadap klaim-klaim universal kebudayaan
Barat.

2. Analisis Pembangunan di Sumatera Barat Menggunakan Teori Pembangunan

a) Pembangunan Nasional

Indonesia sebagai negara berkembang tidak lepas dari pengaruh negara-negara maju. Sebagai
negara bekas jajahan Belanda dan Jepang, sedikit banyaknya mempengaruhi pembangunan yang
terjadi di Indonesia. Pembangunan nasional yaitu serangkaian kegiatan yang meliputi seluruh
kehidupan masyarakat sebagai amanat dalam UUD 1945, tujuannya untuk melindungi segenap
bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasrkan kemerdekaan dan
keadilan sosial. Pada masa orde lama pembangunan diawali dengan menciptakan iklim yang
kondusif, damai, dan sejahtera. Utamanya pada orde lama perubahan perekonomian untuk
mendorong pembangunan nasional yang pada masa nya masih harus berjuang melawan
kemiskinan akibat warisan penjajahan.

Sekitar tahun 1960 sampai 1965 proses sistem perencanaan pembangunan mulai tersendat-
sendat dengan kondisi politik yang masih sangat labil telah menyebabkan tidak cukupnya
perhatian diberikan pada upaya pembangunan untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat. Pada
masa ini perekonomian Indonesia berada pada titik yang paling suram. Persediaan beras menipis
sementara pemerintah tidak memiliki kemampuan untuk mengimpor beras serta memenuhi
kebutuhan pokok lainnya. Harga barang membubung tinggi, yang tercermin dari laju inflasi yang
sampai 650 persen di tahun 1966 dan berakhir dengan tumbangnya kekuasaan presiden
Soekarno. 17

Selanjutnya memasuki pemerintahan orde baru pelaksanaan pembangunan nasional


berpedoman pada Trilogi Pembangunan dan delapan jalur pemerataan. Inti dari kedua pedoman
tersebut adalah kesejahteraan bagi semua lapisan masyarakat dalam suasana politik dan ekonomi
yang stabil. Setelah berhasil memulihkan kondisi politik bangsa Indonesia maka langkah
selanjutnya yang ditempuh pemerintah Orde Baru adalah melaksanakan pembangunan nasional.
Pembangunan nasional yang diupayakan pemerintah waktu itu direalisasikan melalui
pembangunan jangka pendek dan pembangunan jangka panjang. Pembangunan jangka pendek
dirancang melalui pembangunan lima tahun (Pelita). Setiap Pelita memiliki misi pembangunan
dalam rangka mencapai tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia. Sedangkan pembangunan
jangka panjang mencakup periode 25-30 tahun. Pembangunan nasional adalah rangkaian upaya
pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat,

17
Drajat Tri Kartono, Pembangunan Masyarakat Desa dan Kota, hal.17.
bangsa, dan negara. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam upaya mewujudkan tujuan
nasional yang tertulis dalam Pembukaan UUD 1945. 18

Pemerintah melakukan upaya penyelamatan ekonomi dengan rehabilitas ekonomi yaitu


perbaikan secara fisik sarana dan prasarana ekonomi. Pembangunan nasional untuk meningkatkan
kapasitas masyarakat dan menciptakan lapangan kerja. Pendapatan per kapita juga meningkat
dibandingakn dengan masa orde lama. Pembangungan lima tahun (Pelita) sampai pada Pelita VI,
pada perjalanannya terjadi krisis moneter yang melanda negara-negara Asia Tenggara. Krisis
yang terjadi mengakibatkan gejolak politik dalam negeri. Akhirnya pemerintahan orde baru jatuh
ditandai dengan mundurnya presiden yang telah berkuasa 32 tahun pada 21 Mei 1998. Penyebab
utamanya adalah krisis moneter tahun 1997, kondisiekonomi terus memburuk seiring krisis
keuangan yang melanda dunia.

Reformasi melahirkan perubahan paradigma dan pendekatan pembangunan untuk menata dan
menyusun rencana pembangunan nasional dan daerah secara sistematis, terarah, terpadu,
menyeluruh dan tanggap terhadap perubahan. Dalam rangka kesinambungan pembangunan di
daerah, pemerintah daerah menyusun RPJPD kabupaten/kota yang memuat visi, misi dan arah
pembangunan daerah sebagai acuan pembangunan jangka waktu 20 tahun yang mengacu pada
RPJP Nasional. Tantangan utama pembangunan adalah memperbaiki kehidupan. Masalah
pendidikan, peningkatan standar kesehatan, pemerataan menjadi faktor lainnnya selain
pendapatan yang tinggi. Kehidupan yang lebih baik sangat relatif, harus melibatkan nilai dan
mengukur nilai.

Dalam mewujudkan visi pembangunan nasional tersebut ditempuh melalui 8 (delapan) misi
pembangunan nasional sebagai berikut:19

 Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab


berdasarkan falsafah Pancasila.
 Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
 Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum.
 Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu.
 Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan.
 Mewujudkan Indonesia asri dan lestari.
 Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan
kepentingan nasional.
 Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional.

18
Ibid., hal.18.
19
Wahjudin Sumpeno, Ibtegrasi dan Harmonisasi Perencanaan Pembangunan Daerah, BAPPEDA Aceh, hal.8.
b) Pembangunan Daerah (Desentralisasi dan Otonomi Daerah)

Pelaksanaan otonomi daerah diharapkan mampu mengatur pembangunannya sendiri dengan


memaksimalkan potensi daerah yang dimiliki. Walaupun demikian, ada beberapa hal tetap
dikendalikan oleh pemerintah pusat. Seperti hubungan diplomatik, kerjasama perdagangan, dan
lain-lain. Pelaksanaan otonomi daerah pada hakekatnya adalah upaya untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan pembangunan sesuai dengan
kehendak dan kepentingan masyarakat. Dalam arti luas, desentralisasi mencakup konsep devolusi,
dekonsentrasi, delegasi, dan privatisasi, serta deregulasi. Desentralisasi dalam arti sempit menurut
Rondinelli dalam Muluk (2007:6) merupakan pembentukan dan penguatan unit-unit pemerintahan
subnasional dengan aktivitas yang secara substansial berada di luar kontrol pemerintah pusat.
Sedangkan dekonsentrasi merupakan penyerahan sejumlah kewenangan atau tanggungjawab
administrasi kepada tingkatan yang lebih rendah dalam kementrian atau badan pemerintah.
Kemudian delegasi merupakan perpindahan tanggungjawab fungsi-fungsi tertentu kepada
organisasi di luar struktur birokrasi reguler dan hanya dikontrol oleh pemerintah pusat secara
tidak langsung.20

perencanaan pembangunan daerah menjelaskan upaya sistematis yang dilakukan oleh


pemerintah daerah bersama pihak terkait lainnya dalam merumuskan arah kebijakan, strategi, dan
prioritas program dalam jangka waktu tertentu untuk mencapai tujuan pembangunan yaitu; (a)
mengurangi disparitas atau ketimpangan pembangunan antardaerah dan antara subdaerah serta
antarmasyarakat (pemerataan dan keadilan); (b) memberdayakan masyarakat dan mengentaskan
kemiskinan; (c) menciptakan dan menambah lapangan pekerjaan; (d) meningkatkan pendapatan
dan kesejahteraan masyarakat; (e) mempertahankan atau menjaga kelestarian lingkungan dan
sumber daya agar bermanfaat bagi generasi sekarang dan generasi yang akan datang (Dadang
Solihin, 2005). Paradigma baru pembangunan akan menggeser peran pemerintah dari mesin
penggerak pembangunan menjadi fasilitator pembangunan. Dengan demikian kemandirian dan
peningkatan partisipasi masyarakat menjadi sangat penting dalam pembangunan ke depan. 21

Kebijakan desentralisasi akan membawa keuntungan bagi penyelenggaraan pemerintahan


daerah. Paul Smoke mengemukakan tiga keuntungan potensial dari desentralisasi yaitu: 22

 Pendukung desentralisasi berpendapat bahwa rakyat tidak sama dimanapun di sebuah negara,
mereka mempunyai kebutuhan dari layanan publik yang berbeda beda yang akan
meningkatkan kesejahteraan warga lokal dan mempromosikan pengembangan dari ekonomi
lokal. Pemerintahan subnasional lebih dekat ke negara, mempunyai banyak akses yang baik

20
Andriansyah, Administrasi Pemerintah Daerah dalam Kajian dan Analisis, Fisip Moestopo (Jakarta:2015),
hal.105.
21
Wahjudin Sumpeno, Op.cit., hal.27.
22
Ulber Silalahi dan Wirman Syafri, Desentralisasi dan Demokrasi Pelayanan Publik, IPDN Press, hal.97.
untuk informasi lokal, dan memahaminya sesuai dengan konteks lokal. Apabila demikian,
mereka bisa mengidentifikasikan dengan lebih baik campuran dan level dari layanan dalam
konstituen tertentu mereka daripada pemerintahan tingkat-tinggi, lalu meningkatkan apa yang
para ekonom sebut sebagai efisiensi alokatif. Beberapa dari masyarakat lokal inginkan dari
pelayanan mungkin paling baik disediakan dalam skala yang lebih besar oleh level
pemerintah yang lebih tinggi, dan beberapa layanan lokal bisa memengaruhi yurisdiksi lain
dan tidak boleh dibiarkan hanya dikontrol oleh satu pemerintah lokal.
 Apabila konstituen lokal melihat bahwa interaksi mereka dengan pemerintah lokal, mengarah
ke keputusan mengenai layanan publik lokal yang lebih konsisten dengan keinginan mereka
daripada keputusan yang dibuat oleh mereka di level yang lebih tinggi, mereka akan merasa
lebih dekat dengan pemerintah lokal. Bisa memberikan pengaruh dari arah publik affair
setidaknya dalam hal-hal yang kecil yang secara langsung bisa memberikan efek bagi mereka
akan memperkuat rakyat, memberikan mereka rasa kontrol dan otonomi yang tidak mereka
miliki sebelumnya. Sekali lagi ada beberapa surat protes atau keberatan. Konstituen lokal
seharusnya tidak perlu mendapatkan semua yang mereka inginkan, dan beberapa tujuan
nasional yang penting mungkin akan lebih didahulukan daripada keinginan lokal.
Kepemerintahan dan aksi kolektif tidak secara murni bersifat lokal.
 Apabila pemerintah lokal dibuat sadar akan adanya variasi di situasi lokal oleh konstituen
mereka, pemerintah lokal ada dalam posisi terbaik untuk bisa secara adil mendistribusikan
sumber daya publik dan menarget kemiskinan dalam yuridiksi mereka sendiri. Tentu saja ada
batasan oleh sumber daya internal mereka, sehingga redistribusi dari yang lebih kaya ke area
yang lebih miskin harus menjadi tanggung jawab pemerintah sentral. Sebagai tambahan,
pemerintah lokal sebenarnya tidak perlu untuk memilih mengejar redistribusi dalam
yurisdiksi mereka kecuali mereka dipaksa untuk melakukan hal tersebut oleh proses politik
lokal yang inklusif atau oleh para intervensionis di pemerintah sentral.

c) Analisis Pembangunan di Sumatera Barat

Pemerintah Provinsi dan DPRD Provinsi Sumatera Barat berdasarkan peraturan perundang-
undangan nasional tentang desentralisasi memiliki kewenangan untuk mengatur daerah dan
masyarakat. Kewenangan ini merupakan potensi yang perlu didayagunakan untuk membangun
masyarakat Sumatera Barat. Masyarakat Sumatera Barat memiliki ciri sikap kritis terhadap
penyelenggaraan pemerintahan dan penegakan hukum. Terdapatnya kelembagaan adat dan
tumbuhnya berbagai lembaga sdawaya masyarakat, meskipun kuatnya pengaruh globalisasi
informasi dan nilai-nilai asing, masyarakat Sumatera Barat masih memiliki kelembagaan dan
nilai-nilai adat dan agama yang dapat didayagunakan sebagai modal sosial dalam mewujudkan
masyarakat yang patuh pada hukum. Dalam desentralisasi, kelembagaan adat dapat direvitalisasi
untuk memperkuat peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan Negara, penyelesaian konflik-
konflik sosial dan terwujudnya masyarakat yang patuh pada hukum.

Pembangunan manusia di Sumatera Barat sejak tahun 2016 mengalami peningkatan dari level
sedang menjadi tinggi. Selama 2010-2021 IPM Provinsi Sumatera Barat rata-rata meningkat
sebesar 0,76% per tahun, dari 67,25% pada tahun 2010 menjadi 72,65 pada tahun 2021. Pada
tahun 2020 mengalami perlambatan karena pandemi Covid-19. Peningkatan IPM tahun 2021
terjadi di seluruh kabupaten/kota, dimana Kabupaten Pesisir Selatan pada tahun 2020 turun ke
status sedang, pada tahun 2021 kembali naik ke status tinggi. IPM terendah ditempati oleh
Kepulauan Mentawai (61,35), sedangkan IPM tertinggi ditempati oleh Kota Padang (82,90).
Sejak tahun 2018, Kota Bukittinggi mengikuti Kota Padang menjadi kota dengan status capaian
pembangunan manusia yang “sangat tinggi” (IPM ≥ 80). Jumlah kabupaten/kota dengan status
capaian pembangunan manusia yang “tinggi” (70 ≤ IPM <80) menjadi sebanyak 10, dengan status
“sedang” (capaian 60 ≤ IPM < 70) sebanyak 7, dan tidak ada lagi kabupaten/kota dengan status
“rendah” (IPM < 60).23

Sumatera barat menghadapi tantangan dalam pembangunan daerah, ketimpangan


pembangunan ekonomi antar kabupaten ternyata cukup rendah karena kegiatan ekonomi
umumnya dibidang pertanian dengan variasi tidak terlalu besar. Akan tetapi, ketimpangan yang
relatif tinggi terjadi pada pembangunan antar kota dimana perbedaan tingkat pembangunan antara
Kota Padang dan dengan kota-kota lainnya di Sumatera Barat ternyata relatif besar karena
perbedaan tingkat pengembangan kegiatan industri dan jasa. Namun demikian secara keseluruhan
masih dapat dikatakan bahwa tingkat ketimpangan pembangunan antar wilayah di Sumatera Barat
masih relatif rendah yang berarti bahwa permasalahan ketimpangan pembangunan antar daerah
ternyata belum begitu serius.

Tantangan selanjutnya, Sebagaimana diketahui bahwa negara-negara yang perekonomiannya


berkembang pesat kebanyakan berada di sebelah Timur seperti Singapura, Hongkong, Jepang,
Korea Selatan dan Cina. Sementara Sumatera secara geografis berada di sebelah Barat dan
menghadap ke Lautan Hindia yang jauh dari negara-negara mempunyai ekonomi kuat. Posisi
daerah yang demikian merupakan tantangan yang cukup berat dalam mendorong pertumbuhan
ekonomi daerah karena terletak jauh dari pasar sehingga ongkos transpor yang diperlukan menjadi
relatif besar. Kondisi ini menyebabkan melemahkan daya saing produk-produk yang dihasilkan
daerah di pasaran Internasional.

Pembangunan di Sumatera Barat dianalisis menggunakan Teori Modernisasi Rostow,


menurutnya ada lima tahapan penting pembangunan:

23
IPM Sumatera Barat 2021, hal.6.
1) Masyarakat Tradisional
 Tingkat produksi per kapita dan tingkat produktivitas para pekerja masih sangat terbatas.
Sebagian besar sumber daya masyarakat digunakan untuk sektor pertanian. Sumatera Barat
memiliki tanah yang bagus, sangat cocok di jadikan lahan pertanian. Maka tidak heran bila
masyarakat yang tinggal dikabupaten mengandalkan sektor pertanian sebagai mata pencarian
utama mereka. Pertanian yang ada masih bersifat tradisional, belum menggunakan teknologi
sesperti di Negara Maju.
 Struktur sosial dalam pertanian yang masih bersifat hierarkis dimana anggota masyarakat
kemungkinan kecil mengadakan mobilitas vertikal, hubungan kesukuan sangat besar
pengaruhnya terhadap organisasi masyarakat dalam menentukan kedudukan seseorang.
Seperti yang kita ketahui masyarakat masih menjunjung tinggi adat di Sumatera Barat, ninik
mamak memiliki kedudukan yang tinggi di dalam komunitas sosial. Ada tanah wilayat yang
bisa diatur oleh ninik mamak. Di kabupaten Sijunjung, ninik mamak mendapatkan fee dari
hasil penggerapan lahan tambang kamanakan, kemudian ninik mamak juga mengelola tanah
kaum.
 Kebijakan dipengaruhi tuan tanah yang berkuasa di daerah. Sumatera Barat masih ada
fenomena ini. Kabupaten Sijunjung misalnya, Yuswir arifin adalah bupati 2 periode yang
berasal dari Kecamatan Kamang baru, kemenangan Yuswir arifin tidak terlepas dari bantuan
masyarakat kamang baru salah satu tokoh masyarakat yang mendukung yuswir ialah Datuk
Abu. Kemudian yang terjadi Datuk abu mendapatkan balas budi dari yuswir yaitu
diberikannya izin pengambilan kayu di hutan kepada Datuk Abu. Fenomena ini mungkin saja
terjadi di kabupaten/kota lainnya.
2) Prakondisi untuk Lepas Landas
 Tahapan yang dicapai oleh negara eropa dan asia timur yang dilakukan merombak
masyarakat tradisional lama yang sudah ada. Di Sumatera Barat bisa dilihat alih fungsi yang
terjadi di perkotaan, masyarakat telah meninggalkan pertanian sebagai mata pencarian.
 Tahapan yang dicapai oleh negara amerika yang dilakukan tanpa merombak masyarakat
tradisional lama yang sudah ada. Seperti pada masyarakat di sepanjang pantai Sumatera Barat
masih mengandalkan kehidupan sebagai nelayan.
3) Tahap Lepas Landas

Pada tahapan ini Sumatera Barat sudah terbuka untuk investasi. Telah terjadi kenaikan
penanaman model pada Provinsi Sumatera Barat. Industri pariwisata menjadi andalan Sumatera
Barat, dukungan kebijakan mengarah pada mobilisasi industri pariwisata tersebut.

4) Tahap Menuju Kematangan


Sumatera Barat secara ekonomi telah bertumbuh setiap tahunnya seperti yang telah saya
paparkan diatas sebelumnya. Hal ini karena bermunculan industri baru di Sumatera Barat, banyak
wisatawan membawa uang mereka ke Sumatera Barat.

5) Tahap Konsumsui Tinggi

Sumatera Barat sudah berada pada pendapatan riil perkapita yang mana sebagian besar orang
dapat membeli barang-barang konsumsi selain kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, dan
papan.

Pembangunan di Sumatera Barat dianalisis menggunakan Teori Dependensi menurut


Theotonio Dos Santos mendefinisikan bahwa ketergantungan adalah hubungan relasional yang
tidak imbang antara negara maju dan negara miskin dalam pembangunan di kedua kelompok
negara tersebut. Dia menjelaskan bahwa kemajuan negara Dunia Ketiga hanyalah akibat dari
ekspansi ekonomi negara maju dengan kapitalismenya. Jika terjadi sesuatu negatif di negara maju,
maka negara berkembang akan mendapat dampak negatifnya pula. Sedangkan jika hal negatif
terjadi di negara berkembang, maka belum tentu negara maju akan menerima dampak tersebut.
Sebuah hubungan yang tidak imbang.

Pandangan Dos Santos tentang hubungan antara negara-negara kaya di pusat dengan negara-
negara miskin di pinggiran, yang dikemukakan pada pertengahan tahun 70-an masih relevan
untuk di simak. Dos Santos mengklasifikasikannya ke dalam tiga jenis, yaitu: ketergantungan
kolonial (colonial dependence), ketergantungan industri keuangan (industrial-financial
dependence), dan ketergantungan teknologi industri (technological-industrial dependence).24

1) Ketergantungan Kolonial

Terjadi ketergantungan politik karena dominasi pusat terhadap pinggiran. Penentuan


kebijakan ditentukan dominasi pusat. Sumatera Barat menjadi Provinsi yang terpinggirkan pada
2014-2024 hal ini karena Sumater Barat konsisten menjadi oposisi pemerintah. Dapat kita lihat
ada pembangunan yang tidak maksimal terjadi di Sumatera Barat. Kondisi ini saya fikir bisa
disamakan dengan variabel teori yang telah disampaikan.

2) Ketergantungan industri keuangan

Terjadi penguasaan kekuatan finansial negara pinggiran oleh negara pusat walaupun secara
yuridis-politis negara pinggiran adalah negara yang merdeka. Penguasaan finansial ini ditentukan
oleh investasi modal asing yang dimiliki pemodal negara maju di negara berkembang dengan
modal yang besarnya melebihi modal investor domestik, sehingga sirkulasi modal dapat

24
Awalil Rizky dan Nasyith Majidi, Neoliberalisme Mencengkeram Indonesia, EPublishing (Jakarta:2008),
hal.222.
ditentukan oleh orang-orang diluar negara pinggiran tersebut. Lebih lanjut, arah industrialisasi
juga ditentukan oleh pemodal asing, sehingga tenaga kerja dalam negeri tergantung dari
industrialisasi tersebut. Tenaga kerja dalam negeri tidak mampu melakukan persaingan dengan
tanaga ahli luar negeri yang didatangkan oleh pemilik modal luar negeri. Ketimpangan ini juga
membawa ketimpangan upah yang diterima oleh pekerja domestik, sehingga upah pekerja
tersebut tidak mampu meningkatkan kesejahteraan mereka.

Secara aturan daerah belum diberi kewenangan dalam urusan keuangan ini, tidak hanya
Sumatera Barat, provinsi lain juga tergantung pada pusat dalam kaitan keuangan tersebut.
Indonesia sebagai negara berkembang sangat dipengaruhi oleh pasar dunia. Kemudian, konsumsi
barang-barang mewah dari masyarakat negara berkembang juga semakin meningkat seiring
dengan tetapnya pendapat dan produktifitas yang dimiliki tenaga kerja lokal. Ekspansi pasar yang
dilakukan negara maju memaksa penduduk negara berkembang melakukan pola konsumsi
barang-barang mewah yang berbeda dengan kondisi sebelum terjadinya industrialisasi, padahal
gaji atau pendapatan penduduk negara berkembang jauh berada dibawah pendapatan penduduk di
negara maju. Ini membawa jenis konsumsi barang mewah yang tinggi, dengan gaji atau
pendapatan yang rendah.

3) Ketergantungan Teknologi Industrial

Munculnya perusahaan industri di negara satelit yang didirikan oleh pengusaha lokal, namun
teknologi-industrialnya dikuasai oleh negara pusat, yang akhirnya terjadi monopoli surplus
industri. Industri lokal di negara pinggiran akan mengimpor teknologi industri yang dibutuhkan
untuk menjalankan roda industrialisasinya dari negara pusat, sehingga masih tetap terjadi
ketergantungan dalam hal teknologi. Ketergantungan inilah yang menjadikan negara berkembang
lambat dalam mencapai kemajuan. Kota sawahlunto memiliki kawasan batu bara yang luas sejak
jaman kolonial. Peninggalan tambang batu bara tersebut dikelola oleh PT.BA sampai sekarang,
namun karena keterbatasan teknologi Industri, sebagian kawasan tersebut akhirnya dikelola oleh
perusahaan Australia (AICJ). Di kabupaten/kota lain di Sumatera Barat yang memiliki potensi
Sumber daya Alam yang bagus namun SDM belum cakap dalam mengelolanya juga mengalami
hal tersebut.

Selain itu, Dos Santos juga melihat industrialisasi yang terjadi di negara berkembang
mengalami beberapa hambatan yang suit dihilangkan. Hambatan tersebut adalah sebagai berikut:

 Negara pinggiran yang melakukan industrialisasi memerlukan valuta asing untuk mengimpor
teknologi. Sumatera Barat untuk industri semen dan batu bara menjadi contoh dari industi
yang terpengaruh oleh valuta asing.
 Neraca perdagangan negara pinggiran mengalami defisit.
 Adanya monopoli teknologi dari negara pusat menyebabkan pembengkakan biaya sewa hak
paten. Pertambangan yang ada di sumatera barat menjadi contoh hambatan ini, namun untuk
sekarang ini aturannya berada pada pemerintahan pusat.

Pembangunan Teori Sistem Dunia, Indonesia adalah negara yang cukup kaya akan keakayaan
alam maupun sumber daya. Di Indonesia sendiri memiliki banyak kekayaan alam seperti batu bara,
nikel, emas, yang sangat bernilai di pasar dunia. Namun seperti yang kita ketahui sumber daya bahan
mentah yang dimiliki Indonesia sangat dibutuhkan oleh negara-negara maju sebagai bahan baku
seperti perhiasan, teknologi, dll. Karena negara Indonesia sangat banyak memiliki kekayaan alam
yang dibutuhkan bagi negara maju, maka negara maju berlomba-lomba membangun kerja sama dan
investasi di negara Indonesia. Dampak baik dari investasi yang dilakukan mungkin membuka
lapangan pekerjaan, menambah pendapatan perkapita daerah, menambah Gross Domestic Product
(GDP) bagi Indonesia, namun dampak buruk yang berkelanjutanya adalah negara Indonesia tidak bisa
berdiri sendiri dan menjadi ketergantungan kepada negara maju.

Wallerstein menyarankan adanya suatu gerakan perjuangan kelas yang sifatnya global untuk
melawan negara-negara maju yang mengeksploitasinya, agar dapat mengurangi tingkat laba yang
didapat oleh negara maju, dan akan mengruangi surplus yang dinikmati negara maju. Contohnya
seperti memberlakukan kebijakan yang ketat terhadap eksploitasi sumberdaya pada negara pinggiran,
salah satunya dengan melakukan “moratorium” ataupun pengendalian ekspor sumberdaya yang
dimana sumber daya mentah itu diolah menjadi sumberdaya setengah jadi atau menjadi barang jadi
agar nilai harga ekspornya meningkat. Tindakan seperti itu dapat mengurangi surplus ke negara maju.
Dengan menahan laba tersebut harapanya negara-negara kapitalis tidak lagi memiliki kekuatan yang
terlalu besar seperti pada masa sebelumnya.

Jika dilihat dalam konteks Sumatera Barat dimana memiliki sumber daya alam yang berlimpah,
hal seperti moratorium atau sekema lainnya bisa dilakukan. Potensi bahari yang sangat luar biasa jika
diawasi dengan baik akan memberikan dampak positif bagi Sumatera Barat. Untuk kabupaten/kota
yang memiliki tambang batu bara, emas, minyak dan gas jika di koordinasikan dengan baik maka
akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat Sumatera Barat. Seperti penambangan emas
dengan cara tradisional yang dilakukan di Kabupaten Sijunjung dan Solok Selatan telah berlangsung
lama. Kegiatan ini tidak memiliki izin resmi, yang terjadi dilapangan adalah kegiatan main mata
dengan pemegang kekuasaan.

Kemudian produk pertanian yang menjadi unggulan daerah dingin di berbagai wilayah di
Sumatera Barat, merupakan komoditas ekspor unggulan. Sangat disayangkan untuk menentukan
harga pertanian masih mengikuti pasar luar negeri. Masyarakat masih belum bisa menikmati dengan
layak upah dari hasilpertanian yang luar biasa tersebut. Untuk itu diperlukan mekanisme regulasi
untuk ekspor yang menguntungkan kita sebagai pemilik bahan mentah yang berlimbah. Sejauh ini
produk ekspor belum bisa maksimal menghasilkan pendapatan pemerintah daerah padahal jumlahnya
tidak sedikit.

Selanjutnya pariwisata yang dimiliki Sumatera Barat bisa membawa kita kedalam negara
setengah pinggiran. Pulau-pulau kecil yang dimiliki Sumatera Barat menjadi suatu aset yang bernilai
tinggi. Pulau tersebut pengelolaan nya ada yang melibatkan investor asing, hal ini tidak masalah
karena pertukaran informasi, pengetahuan dan teknologi pariwisata terjadi disana. Namun,
pengawasan yang tidak maksimal membuat muncul kekhawatiran terjadi penguasaan pulau oleh asing
selama puluhan tahun. Mustinya pemerintah daerah masuk untuk meregulasi fenomena tersebut.

Perlu di ingat bahwa sesuai dengan kesepakatan pada pertemuan Asia Pacific Economic
Cooperation (APEC), pelaksanaan perdagangan bebas (Free Trade) secara menyeluruh, baik negara
maju dan berkembang, dilakukan pada tahun 2020. Sedangkan khusus untuk kawasan ASEAN telah
mulai dilaksanakan sejak tahun 2003 yang lalu dengan dilaksanakannya secara resmi AFTA (Asean
Free Trade Areas). Ini berarti bahwa proses globalisasi perekonomian dunia secara menyeluruh
dimulai pada tahun 2020. Pada waktu itu mobilitas barang dan orang antar negara maju dan negara
berkembang sudah akan bebas karena hambatan bea masuk (Tariff Bariel) dan hambatan lainnya
(NonTariff Bariel) sudah akan tidak ada sama sekali. Akibatnya persaingan dalam bidang
perdagangan dan investasi meningkat tajam. Demikian pula halnya dengan persaingan di pasar kerja
juga meningkat tajam karena tenaga kerja asing sudah bebas masuk memperebutkan lapangan kerja
yang tersedia dalam negeri. Perobahan ini tentunya akan merupakan tantangan dan sekaligus peluang
bagi perekonomian Provinsi Sumatera Barat. Karena itu, upaya untuk meningkatkan daya saing
Provinsi Sumatera Barat baik dalam bidang ekonomi maupun sumberdaya manusia merupakan isu
sangat penting.

Potensi yang dimiliki oleh Sumatera Barat adalah dalam bentuk sumber daya manusia berjumlah
cukup besar dengan kualitas relatif lebih baik. Karena itu, visi pembangunan daerah akan lebih
mungkin dapat dicapai melalui pembangunan manusia. Sedangkan kegiatan pembangunan manusia
tersebut mencakup pembangunan di bidang agama, budaya, pendidikan, kesehatan, ekonomi serta
ilmu pengetahuan dan teknologi. Sasaran utama yang ingin dicapai melalui pembangunan manusia ini
adalah meningkatnya produktivitas kerja yang menuju pada terwujudnya kesejahteraan sosial yang
menyeluruh meliputi kemakmuran ekonomi dan sosial secara sekaligus

Anda mungkin juga menyukai