Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PENDEKATAN TEORITAS, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1. Pendekatan Teoritis


2.1.1. Teori Pembangunan
Pembangunan menurut Siagian (1994) memiliki pengertian
sebagai suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan
perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu
bangsa, negara, dan pemerintah menuju modernitas dalam rangka
pembinaan bangsa (nation building).
Sedangkan menurut Ginanjar Kartasasmita (1994)
pembangunan adalah suatu proses perubahan ke arah yang lebih
baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana.
Pembangunan menurut Bintaro Tjokroamidjojo adalah
suatu proses perubahan sosial berencana karena meliputi berbagai
dimensi untuk mengusahakan kemajuan dalam kesejahteraan
ekonomi, modernisasi, pembangunan bangsa, wawasan lingkungan
dan bahkan peningkatan kualitas manusia untuk memperbaiki
kualitas hidupnya.
Menurut Easton (1985) pembangunan merupakan upaya
untuk meningkatkan taraf hidup serta merealisasikan potensi yang
ada secara sistematis. Proses sistematik ini terdiri dari tiga unsur,
yaitu Pertama, adanya input yang meliputi bahan masukan
konservasi. Kedua, adanya proses konservasi yaitu wahana untuk
mengolah bahan masukan. Ketiga, adanya output yaitu sebagai
hasil dari proses konservasi yang dilaksanakan.
Dari definisi pembangunan yang telah dijelaskan
sebelumnya maka dapat diartikan bahwa pembangunan merupakan
proses dimana terjadinya pertumbuhan atau perubahan sistem
sosial, budaya, serta ekonomi yang dialakukan secara terencana
menuju ke arah yang lebih baik dari yang sebelumnya.
Pembangunan haruslah memiliki tiga nilai inti (Todaro,
2000) :
1. Peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi berbagai
macam barang kebutuhan hidup yang pokok seperti pangan,
sandang, papan, kesehatan, dan perlindungan keamanan.
2. Peningkatan standar hidup yang tidak hanya berupa
peningkatan pendapatan, tetapi juga meliputi penambahan
penyediaan lapangan kerja, perbaikan kualitas pendidikan,
serta peningkatan perhatian atas nilai-nilai cultural dan
kemanusiaan yang kesemuanya itu tidak hanya untuk
memperbaiki jati diri pribadi dan bangsa yang bersangkutan.
3. Perluasan pilihan-pilihan ekonomis dan sosial bagi setiap
individu serta bangsa secara keseluruhan yakni dengan
membebaskan mereka dari belitan sikap menghamba dan
ketergantungan bukan hanya terhadap orang atau negara
bangsa lain namun juga terhadap setiap kekuatan yang
berpotensi merendahkan nilai-nilai kemanusiaan mereka.

Berikut ini beberapa teori-teori pembangunan adalah sebagai


berikut :

1. Teori modernisasi
Teori Modernisasi didefinisikan sebagai teori yang
menggunakan proses sistematis untuk menggerakkan negara
terbelakang ke tingkat pembangunan yang lebih canggih. Ini
adalah model pembangunan normatif AS dan Eropasentris.
Fokus Teori Modernisasi adalah perubahan budaya yang
diarahkan pada struktur kelembagaan di negara-negara
nonindustri. Teori Modernisasi menjelaskan ketimpangan di
dalam atau di antara negara-negara dengan mengidentifikasi
berbagai nilai, sistem, dan gagasan yang dianut oleh berbagai
negara bangsa. Teori Modernisasi memperlakukan
pembangunan sebagai proses bertahap. Ada lima tahapan
Teori Pembangunan Modernisasi menurut Rostow (1962) :
Masyarakat tradisional, Prasyarat lepas landas, Lepas landas,
Jalan menuju kedewasaan, Usia konsumsi massal.

2. Teori Ketergantungan
Teori dependensi menitikberatkan pada persoalan
keterbelakangan dan pembangunan negara Dunia Ketiga.
Teori ini mewakili suara negara-negara pinggiran untuk
menantang hegemoni ekonomi, politik, budaya, dan
intelektual dari negara maju. Teori ini menyatakan bahwa
karena sentuhan modernisasi itulah negara-negara dunia
ketiga kemudian mengalami kemunduran (keterbelakangan).
Secara ekstrim, dikatakan bahwa kemajuan atau kemakmuran
dari negara-negara maju pada kenyataannya menyebabkan
keterbelakangan dari negara-negara lainnya. Hal ini dilihat
dari kegagalan program dari Komisi Ekonomi PBB untuk
Amerika Latin (KEPBBAL) pada awal 1960-an. Program ini
dimulai tahun 1950-an saat banyak negara Amerika Latin
menerapkan strategi pembangunan yang menitikberatkan
pada proses industrialisasi melalui program Industrialisasi
Substitusi Import (ISI). Strategi pembangunan tersebut
diterapkan dengan harapan dapat meningkatkan kesejahteraan
rakyat dan pemerataan hasil pembangunan. Namun, yang
muncul kemudian adalah terjadinya stagnasi ekonomi yang
ditandai dengan adanya masalah pengangguran, inflasi,
devaluasi, penurunan nilai perdagangan, dan lainnya. Kondisi
ini menimbulkan gerakan perlawanan dari rakyat dan
tumbangnya pemerintahan di beberapa negara. Secara
filosofis, teori dependensi memiliki kehendak untuk meninjau
kembali pengertian dari pembangunan. Pembangunan tidak
tepat untuk diartikan sebagai sekedar proses industrialisasi,
peningkatan output, dan peningkatan produktivitas. Bagi teori
dependensi, pembangunan lebih tepat diartikan sebagai
peningkatan standar hidup bagi setiap penduduk di negara
Dunia Ketiga. Dengan kata lain, pembangunan tidak sekedar
pelaksanaan program yang melayani kepentingan elit dan
penduduk perkotaan, tetapi lebih merupakan program yang
dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan dasar penduduk
pedesaan, para pencari kerja, dan kelas sosial lainnya yang
membutuhkan bantuan.

3. Teori Sistem Dunia


Teori ini memiliki pandangan bahwa dunia merupakan sebuah
sistem yang sangat kuat yang mencakup seluruh negara di
dunia, yaitu sistem kapitalisme. Di dalam teori ini, adanya
bentuk hubungan negara dalam sistern dunia yang terbagi
dalam tiga bentuk negara, yaitu negara sentral, negara semi
pinggiran, dan negara pinggiran. Ketiga bentuk negara
tersebut terlibat dalam hubungan yang harmonis secara
ekonomis dan kesemuanya memiliki tujuan untuk menuju
pada bentuk negara sentral yang mapan secara ekonomi.
Perubahan status negara pinggiran menuju negara semi
pinggiran ditentukan oleh keberhasilan negara pinggiran
dalam melaksanakan salah satu strategi pembangunan, yaitu
strategi menangkap dan memanfaatkan peluang, strategi
promosi dengan undangan, dan strategi berdiri di atas kaki
sendiri. Sedangkan upaya negara semi pinggiran menuju
negara sentral bergantung pada kemampuan negara semi
pinggiran dalam melakukan perluasan pasar serta pengenalan
teknologi modern. Selain itu, juga memiliki kemampuan
untuk bersaing di pasar internasional melalui perang harga
dan kualitas.

2.1.2. Teori Pembangunan Ekonomi


1. Teori Lewis
Teori Arthus Lewis membahas proses pembangunan ekonomi
yang terjadi di daerah perdesaan dan daerah perkotaan. Dalam
teori ini, Lewis mengasumsikan bahwa perekonomian suatu
negara pada dasarnya terbagi menjadi dua, yaitu
perekonomian tradisional di perdesaann yang didominasi oleh
sektor pertanian dan perekonomian modern diperkotaan
dengan industry sebagai sektor utama.
2. Teori Rostow
Teori pembangunan ekonomi Rostow ini paling banyak
mendapatkan komentar dari para ahli. Menurut
pengklasifikasian Todaro, teori Rostow ini dikelompokkan ke
dalam model jenjang linear. Menurut Rostow, proses
pembangunan ekonomi bisa dibedakan menjadi lima tahapan :
a. Masyarakat tradisional
b. Prasyarat untuk tinggal landas
c. Tinggal landas
d. Menuju kedewasaan
e. Masa konsumsi tinggi

Dasar pembedaan tahap pembangunan ekonomi diatas


tersebut adalah; Karakteristik perubahan keadaan ekonomi,
sosial, dan politik yang terjadi.

2.1.3. Konsep Tipologi Klassen


Tipologi Klassen merupakan alat analisis yang dapat
digunakan untuk mengidentifikasi sektor, subsektor, usaha, atau
komoditi prioritas atau unggulan suatu daerah. Tipologi Klassen
digunakan untuk melihat sektor unggulan, sub-sektor unggulan,
atau bahkan komoditas unggulan suatu daerah sehingga
perencanaan pembangunan daerah dapat dioptimalkan melalui
perumusan kebijakan yang tepat. Dengan tipologi klassen, suatu
daerah dikelompokkan berdasarkan struktur pertumbuhan dan
tingkat pembangunannya sehingga lebih mudah dianalisis faktor
apa yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan daerah secara optimal.
Tipologi klassen memandang Pengelompokkan daerah
berdasarkan tingkat pertumbuhan dan pembangunannya dapat
diukur menggunakan indikator laju pertumbuhan dan indikator
pendapatan perkapita. Jadi, pada analisis tipologi klassen,
dibandingkan pertumbuhan ekonomi suatu daerah dengan
pertumbuhan ekonomi daerah acuan, serta PDRB perkapita suatu
daerah dengan PDRB perkapita daerah acuan. Pengelompokkan
daerah dengan tipologi klassen ini akan membagi daerah menjadi 4
kelompok, yaitu:
 Kuadran I: Daerah Maju (Developed Region). Yaitu daerah
yang laju pertumbuhan dan pendapatan perkapita nya lebih
tinggi dari rata-rata.
 Kuadran II: Daerah Maju tapi tertekan. Yaitu daerah yang
memiliki tingkat pendapatan perkapita lebih tinggi dari rata-
rata, tetapi laju pertumbuhan ekonomi nya lebih rendah dari
rata-rata.
 Kuadran III: Daerah berkembang. Yaitu daerah yang tingkat
pendapatan perkapita nya masih berada dibawah rata-rata,
tetapi laju pertumbuhan daerah nya telah berada diatas rata-
rata.
 Kuadran IV: Daerah terbelakang. Yaitu daerah yang laju
pertumbuhan dan pendapatan perkapita nya masih berada
dibawah nilai rata-rata.

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu


Berikut ini beberapa penelitian terdahulu yang menggunakan analisis
Tipologi Klassen :
 Penelitian dengan judul “Analisis Tipologi dan Hubungan antara
Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi di
Provinsi Sumatera Selatan” menggunakan analisis tipologi
Klassen yang didasarkan pada Indeks Pembangunan Manusia dan
pendapatan perkapita. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini
adalah : (1) daerah dengan pendapatan perkapita dan IPM tinggi
(kuadran I) yaitu : Kota Palembang, Kota Prabumulih, dan
Kabupaten Ogan Komering Ulu; (2) daerah dengan pendapatan
tinggi dan IPM rendah (kuadran II) yaitu : Kabupaten Muara Enim
dan Kabupaten Muba; (3) daerah dengan IPM tinggi dan
pendapatan perkapita rendah (kuadran III) yaitu : Kota Pagar
Alam dan Kabupaten OKU Selatan; (4) kelompok terakhir
mempresentasikan daerah dengan IPM dan pendapatan perkapita
rendah (kuadran IV) yaitu : Kabupaten Musi Rawas, Kabupaten
Banyuasin, Kabupaten Ogan Ilir, Kabupaten Ogan Komering Ilir,
Kabupaten OKU Timur, Kabupaten Lahat, dan Kota Lubuk
Linggau. (S & Bashir, 2015)
 Penelitian dengan judul “Aplikasi Tipologi Klassen pada Strategi
Pengembangan Sub Sektor Pertanian Tanaman Pangan di
Kabupaten Boyolali” dengan menggunakan data sekunder berupa
data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten
Boyolali dan PDRB Jawa Tengah tahun 2004-2008, ADHK 2000,
Data Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Boyolali dan data lain yang mendukung tujuan
penelitian ini. Sumber data dari Badan Pusat Statitik (BPS),
BAPPEDA dan Dinas Pertanian Kabupaten Boyolali dan data
primer berupa wawancara intensif dengan stakeholder yang
berkompeten terkait dengan perumusan strategi pengembangan
sektor pertanian. Hasil penelitian yang diperoleh adalah
berdasarkan Tipologi Klassen tidak ada subsector pertanian yang
masuk kategori subsector prima dan yang termasuk ke dalam
kategori subsector potensial adalah subsector tanaman bahan
makanan. (Rahayu, 2010)
 Penelitian dengan judul “Analisis Tipologi dan Sektor Potensial
Dalam Pengembangan Ekonomi Wilayah Kecamatan di
Kabupaten Jember”. Penelitian ini menggunakan data sekunder
yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember
(BPS) ataupun instansi terkait yang menyediakan data untuk
penelitian ini. Ada beberapa data nantinya yang aka digunakan
yaitu PDRB perkapita, laju pertumbuhan ekonomi dan PDRB
pada tiap Kecamatan Kabupaten Jember. Hasil analisis Tipologi
Klassen dari 31 kecamatan di Kabupaten Jember tahun 2009
sampai dengan tahun 2013 menunjukkan bahwa wilayah yang
cepat maju dan cepat tumbuh, dimana Yi >y dan Ri >r yaitu
berada di Kecamatan Kaliwates, Sumbersari dan Patrang, namun
pada akhir tahun 2013 beberapa kecamatan yang mengalami
peningkatan dilihat dari tingkat laju pertumbuhan dan PDRB
perkapita terus bertambah sehingga memasuki kuadran I yakni
Kecamatan Puger Wuluhan, Ambulu, Tanggul, Bangsalsari dan
Sumberbaru. Akan tetapi ada pula satu kecamatan yang
perekonomiannya masih berada di daerah relative tertinggal
dimana Yi. (Elyasanti, P & D, 2015)

2.3. Kerangka Pemikiran


Berikut kerangka pemikiran penelitian seperti gambar dibawah ini :

Prospek Potensi Ekonomi Provinsi Sumatera Barat

PDRB Provinsi Sumatera Barat Atas Harga Konstan

Tipologi Klassen
2.4. Hipotesis
Kesimpulan
Hipotesis hasil analisis
adalah dugaan sementarasektor potensial
untuk di Provinsi dan harus
suatu permasalahan
Sumatera Barat
dibuktikan kebenarannya melalui suatu penelitian. Menurut A Muri Yusuf
(2005:163) hipotesis adalah kesimpulan sementara yang belum final;
suatu jawaban sementara; suatu dugaan sementara; yang merupakan
konstruk peneliti terhadap masalah penelitian. Kebenaran dugaan tersebut
harus dibuktikan melalui penyelidikan ilmiah.
Berdasarkan pengertian di atas maka penulis merumuskan hipotesisnya
sebagai berikut :
H1 : Terdapat pengaruh sektor unggulan dalam pengembangan ekonomi
wilayah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat.

Anda mungkin juga menyukai