KAJIAN PUSTAKA
Dalam penelitian ini, adapun konsep yang digunakan untuk menjawab permasalahan
penelitian adalah :
Dalam pembangunan, harus terdapat tiga elemen antara lain: ekonomi, sosial, dan
manusia. Pembangunan ekonomi atau peningkatan produksi barang yang dibutuhkan
1
The Framework of Development. Retrieved from http://www.fao.org/docrep/t0060e/T0060E02.htm 7 Januari
2019 (18.21)
10
untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sosial berarti ketentuan mengenai fasilitas dan jasa
sosial (kesehatan, penduduk, dan kesejahteraan) yang merupakan kebutuhan non-
produktif dalam suatu masyarakat. Manusia merupakan pembangunan pada masyarakat
tersebut, secara individual maupun kelompok untuk menuju potensial skill dan keahlian
secara maksimal sebagai modal membentuk perubahan dalam masyarakat sosial tersebut.
Pembangunan memiliki salah satu poin penting yang tidak bisa ditinggalkan,
yaitu pembangunan wilayah rural. Pembangunan rural tidak bisa dilepaskan dari
pembangunan agrikultur. Pada umumnya, keberhasilan pembangunan memiliki dua pilar
yang sama penting dan harus dibangun bersamaan, antara lain: industrialisasi kota dan
pembangunan agrikultur di wilayah rural. Terdapat alasan penting mengapa
pembangunan wilayah rural sangat penting, lebih dari setengah penduduk dunia di
negara-negara berkembang (Asia, Afrika, dan Amerika Latin), tinggal di wilayah rural
dan menggantungkan hidupnya pada sektor agrikultur. 2 Sebagian besar dari mereka
masih miskin dan hanya sedikit mengetahui perkembangan teknologi. Agrikultur
merupakan sektor vital dalam perekonomian setiap negara karena sektor ini berperan
banyak dalam produksi untuk memenuhi kebutuhan domestik maupun pendapatan bagi
negara apabila diekspor. Sektor produksi dan jasa lain akan terganggu apabila sektor
agrikultur memiliki permasalahan. Sebagai contoh, industri pangan tidak akan mampu
memproduksi apabila hasil agrikultur tidak mampu memenuhi permintaan. Maka dari itu,
untuk melihat pembangunan agrikultur, tidak bisa melepaskan pembangunan rural begitu
saja. Pembangunan agrikultur dan rural harus berjalan sejajar.
2
Ibid.
11
Fokus utama pada konsep ini adalah pemecahan masalah dalam menyiapkan cadangan
pangan dan kestabilan harga untuk makanan pokok di taraf internasional maupun
nasional. Hal ini mendorong dilaksankananya World Food Conference tahun 1974 dan
adanya dialog yang membahas mengenai kebijakan seputar pemenuhan kebutuhan
pangan.
Fokus masyarakat global dalam hal pangan pada tahun 1974 adalah kuantitas dan
stabilitas cadangan pangan. Maka dari itu definisi yang muncul pada World Food Summit
tahun 1974 adalah: “ketersediaan pangan sepanjang waktu terutama bahan pangan pokok
dan kestabilan konsumsi, produksi serta harga.” Pada tahuh 1983, FAO mengembangkan
konsep tersebut bahwa perlunya keseimbangan antara permintaan dan persediaan untuk
mencapai ketahanan pangan. “memastikan bahwa setiap orang memiliki akses secara
fisik dan ekonomi untuk bahan pangan pokok yang diperlukan” Di tahun 1986, World
Bank melaporkan bahwa ketahanan pangan berkaitan dengan kemiskinan “poverty and
hunger” di mana isu ketahanan pangan disaat itu dipengaruhi oleh krisis ekonomi dan
konflik.3
Pada tahun 1990an, ketahanan pangan membawa spektrum individu pada level
global. Dalam hal ini, ketahanan pangan juga harus dilihat dari nutrisi yang harus
terpenuhi dalam setiap individu, bukan sekedar kuantitas saja. Tahun 1994, United
Nations Development Programme (UNDP) Human Development Report mendorong
konstruksi human security dalam aspek ketahanan pangan. Konsep ini mendekati hak
asasi manusia pada perspektif pembangunan. Pada tahun 1996 World Food Summit
mengadopsi definisi “ketahanan pangan dalam tingkat individual, rumah tangga,
nasional, regional dan global dapat dicapai apabila setiap orang memiliki akses yang
sama secara fisik dan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan pangan dan preferensi
makanan untuk bisa hidup dengan aktif dan sehat”4
Tercapainya ketahanan pangan dapat dilihat melalui tiga indikator antara lain :
kemampuan masyarakat untuk membeli bahan pangan pokok , ketersediaan bahan
pangan pokok, dan kualitas nutrisi yang dikandung dalam bahan makan pokok. 5
Komunitas internasional menerima konsep ini sebagai tujuan yang harus dicapai dalam
3
Food Security : Concepts and Measurement. Retrieved from
http://www.fao.org/docrep/005/y4671e/y4671e06.htm 7 Januari 2019 (09.31)
4
ibid.
5
Global Food Security Index: Methodology. Retrieved from
https://foodsecurityindex.eiu.com/Home/Methodology 12 Februari 2019 (15.48)
12
ketahanan pangan. Namun fokus utama ada pada tindakan dan kebijakan yang diambil
oleh negara maupun organisasi internasional untuk mencapai ketahanan pangan. Konsep
ketahanan pangan menggambarkan interest masyarakat Indonesia dan Vietnam dalam
mengambil kebijakan agrikultur dan pembangunan rural.
6
W.W. Rostow. The Process of Economic Growth. (USA: W.W. Norton & Company, Inc. 1962) hlm 308-328
7
Development Theory Rostow’s Five-Stage Model of Development and 1st Relevance in Globalization.
Retrieved from http://friedmand.people.cofc.edu/Rostow%20Development%20Model%201960.pdf 1 Februari
2019 (19.40)
13
Untuk mencapai tahap ini, dibutuhkan kurang lebih 60 tahun dari tahap lepas
landas.
e. Tahap konsumsi massa: tahap ini merupakan tahap terakhir dalam model
pembangunan lima tahap Rostow. Pada tahap ini, masyarakat hidup dengan
kemakmuran dan kelimpahan.
Tahap lepas landas memiliki dua jenis berbeda dalam masyarakat, hal ini terjadi
karena beragamnya kondisi sebelum lepas landas. Jenis pertama yang merupakan jenis
lepas landas paling umum dimana tahap lepas landas dicapai setelah terjadi adanya
perubahan struktur politik sosial, maupun nilai dalam masyarakat. Sedangkan jenis kedua
14
tidak memiliki halangan politik, sosial maupun nilai masyarakat, namun adanya
eksploitasi lahan dan sumber daya alam untuk mencapai kemakmuran. Jenis kedua
terjadi pada negara Amerika Serikat, Australia dan Swedia.
Permulaan pada tahap lepas landas dapat disebut sebagai stimulus berupa revolusi
politik yang mempengaruhi keseimbangan sosial, nilai, dan institusi ekonomi. Terdapat
tiga kreteria dari tahap lepas landas, antara lain :
Tahap konsumsi masal terdapat tiga indikator penting. Pertama, negara berambisi
untuk menjadi pengaruh dan power di tingkat internasional, alokasi sumber daya
terhadap militer meningkat serta kebijakan luar negeri yang diambil negara tersebut.
Negara sudah tidak lagi berfokus pada tujuan di ruang lingkup nasional, tetapi sudah
diluar batas negara. Kedua, negara menggunakan sumber daya ekonomi dewasa untuk
kesejahteraan negara. Negara menggunakan powernya untuk menarik pajak dari
masyarakat guna menginkatkan kesejahteraan bersama, untuk mencapai tujuan sosial.
Ketiga, tingkat konsumsi yang tinggi diluar kebutuhan dasar seperti sandang dan pangan.
Setiap tahap dari model Rostow bersifat linear dan menuju titik maksimal dari
suatu masyarakat. Disamping itu model ini berfokus pada bidang ekonomi dan sejarah
sosial. Yang dimaksud dengan sejarah sosial adalah perubahan bertahap dari masyarakat
sosial yang dapat dilihat sebagai proses dari pembangunan. Modernisasi adalah lawan
dari tradisionalisme yang berpegang teguh pada tradisi. Keterbelakangan pembangunan
atau kemiskinan adalah dampak dari faktor internal seperti mempertahankan tradisi
struktur ekonomi dan sosial secara kaku. 8
8
W.W. Rostow, The Stages of Economic Growth : Second Edition. (USA: The Syndics of the Cambridge
University Press. 1971) hlm 20-37
15
menjadi model dalam mengukur pembangunan suatu negara. Disamping itu, Rostow
menggunakan pendekatan top-down di mana pembangungan berawal dari wilayah urban-
industri ke wilayah peri-peri. Pendekatan top-down memiliki aktor utama yaitu pembuat
kebijakan dalam hal ini negara untuk bertindak dalam pembangunan. Hasil maksimal
bisa dicapai dengan adanya tujuan kebijakan yang konsisten dan jelas serta minimalnya
jumlah aktor yang terlibat dalam menangani isu pembangunan. 9 Teori pembangunan
Rostow menggambarkan dasar pembangunan dari Indonesia dan Vietnam, sehingga
cocok untuk menjabarkan perkembangan pembangunan tersebut.
9
Top-down vs Bottom-up. Retrieved from https://essay.utwente.nl/61106/1/BSc_B_Liedl.pdf 2 Februari 2019
(11.32)
16
Menganasilis potensi agrikultur Vietnam melalui perkembangan tekonologi
untuk meningkatkan produksi serta melihat kebijakan pemerintah untuk merubah
posisi Vietnam sebagai importir menjadi eksportir di sektor agrikultur. Vietnam
merupakan importir produk agrikultur pada akhir perang Vietnam, kemudian
perubahan kebijakan secara menyeluruh pada perekonomian negar di tahun 1986
mendorong pembangunan agrikultur. Pemerintah harus berfokus pada peningkatan
produksi agrikultur menggunakan kebijakan dan investasi di bidang irigasi dan
pelatihan teknologi kepada petani. Pemberdayaan sumber daya manusia tidak dapat
dikesampingkan di era modern.
18
2.5. Kerangka Pemikiran
VIETNAM INDONESIA
Tahap
Pertumbuhan
Ekonomi
Rostow
Rural
Development
19
Pembangunan Agrikultur Indonesia dan Vietnam berawal pada periode waktu yang
cukup jauh. Indonesia diawali dengan REPELITA I pada tahun 1969, sedangkan
pembangunan Agrikultur Vietnam muncul setelah adanya Doimoi di tahun 1986. Pada masa
awal pembangunan Agrikultur ini akan digambarkan menggunakan Teori Modernisasi atau
Tahapan Pertumbuhan Ekonomi yang dikemukakan oleh Walter W. Rostow. Kemudian
seiring perkembangan pembangunan, saat ini Indonesia dan Vietnam memiliki landasan baru
mengenai Pembangunan Agrikultur. Vietnam berlandaskan Tam Nong Policy, disisi lain
Indonesia menggunakan Nawa Cita dan RPJMN 2015-2019 sebagai landasan dalam
menentukan kebijakan Pembangunan Agrikultur kedepannya. Pembangunan Agrikultur tidak
dapat dilepaskan dari Rural Development karena berjalan seiringan satu sama lain. Target
dari penelitian ini adalah melihat keberhasilan negara Vietnam dan Indonesia dalam
mencapai ketahanan pangan yang didefinisikan menggunakan Konsep Food Security.
20