Anda di halaman 1dari 11

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA
Dalam penelitian ini, adapun konsep yang digunakan untuk menjawab permasalahan
penelitian adalah :

2.1. Rural Development


Konsep pembangunaan merupakan konsep yang tidak bisa lepas dari akfitas
dunia saat ini. Pembangunan tidak menggambarkan satu fenomena perubahan sosial
secara umum. Namun perubahan rural dan urban yang berjalan seiring waktu. Perubahan
yang terjadi dapat dilihat pada nilai, norma, institusi, metode produksi, perilaku
masyarakat, dan bagaimana distribusi berlangsung. Masyarakat rural memiliki aturan
yang tidak tetap, namun berkembang. Pembangunan sering dikaitkan sebagai bentuk
tindakan atau intervensi yang mempengaruhi perubahan sosial. Konsep pembangunan
adalah konsep yang dinamis di mana konsep ini menghasilkan adanya perubahan bentuk
atau kondisi. Seluruh masyarakat sosial mengalami perubahan, pembangunan memiliki
berbagai definisi, namun secara garis besar terdapat ciri-ciri1, antara lain:

a. Pembangunan melibatkan ide baru kedalam suatu sistem sosial untuk


meningkatkan produksi, pendapatan dan taraf hidup melalui peningkatan
metode produksi modern dan organisasi sosial.
b. Pembangunan menghasilkan perubahan secara total dari masyarakat tradisional
atau pre-modern mejadi masyarakat berteknologi dan memiliki organiasi
asosiasi sosial yang berkarakteristik pada negara barat.
c. Pembangunan menghasilkan masyarakat yang mampu membentuk masa depan
bagi diri sendiri. Bisa dikatakan bahwa pembangunan merupakan pengalaman
dalam bebas memilih apapun bagi yang kemudian membawa martabat dan
harga diri bagi masyarakat tersebut. Pembangunan diawali dengan potensi yang
ada dalam masyarakat tersebut kemudian meningkat dan berkembang seiring
waktu.

Dalam pembangunan, harus terdapat tiga elemen antara lain: ekonomi, sosial, dan
manusia. Pembangunan ekonomi atau peningkatan produksi barang yang dibutuhkan

1
The Framework of Development. Retrieved from http://www.fao.org/docrep/t0060e/T0060E02.htm 7 Januari
2019 (18.21)

10
untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sosial berarti ketentuan mengenai fasilitas dan jasa
sosial (kesehatan, penduduk, dan kesejahteraan) yang merupakan kebutuhan non-
produktif dalam suatu masyarakat. Manusia merupakan pembangunan pada masyarakat
tersebut, secara individual maupun kelompok untuk menuju potensial skill dan keahlian
secara maksimal sebagai modal membentuk perubahan dalam masyarakat sosial tersebut.

Pembangunan memiliki salah satu poin penting yang tidak bisa ditinggalkan,
yaitu pembangunan wilayah rural. Pembangunan rural tidak bisa dilepaskan dari
pembangunan agrikultur. Pada umumnya, keberhasilan pembangunan memiliki dua pilar
yang sama penting dan harus dibangun bersamaan, antara lain: industrialisasi kota dan
pembangunan agrikultur di wilayah rural. Terdapat alasan penting mengapa
pembangunan wilayah rural sangat penting, lebih dari setengah penduduk dunia di
negara-negara berkembang (Asia, Afrika, dan Amerika Latin), tinggal di wilayah rural
dan menggantungkan hidupnya pada sektor agrikultur. 2 Sebagian besar dari mereka
masih miskin dan hanya sedikit mengetahui perkembangan teknologi. Agrikultur
merupakan sektor vital dalam perekonomian setiap negara karena sektor ini berperan
banyak dalam produksi untuk memenuhi kebutuhan domestik maupun pendapatan bagi
negara apabila diekspor. Sektor produksi dan jasa lain akan terganggu apabila sektor
agrikultur memiliki permasalahan. Sebagai contoh, industri pangan tidak akan mampu
memproduksi apabila hasil agrikultur tidak mampu memenuhi permintaan. Maka dari itu,
untuk melihat pembangunan agrikultur, tidak bisa melepaskan pembangunan rural begitu
saja. Pembangunan agrikultur dan rural harus berjalan sejajar.

2.2. Food Security


Ketahanan pangan adalah sebuah konsep yang cukup fleksibel untuk
mendefinisikan penggunaan suatu kebijakan. Konsep ini memiliki beragam definisi yang
bisa digunakan. Evolusi dari konsep ketahanan pangan pada suatu kebijakan
merefleksikan kerumitan isu kebijakan yang dibahas. Konsep ini terakhir kali
didefinisikan ulang pada World Food Summit di bulan November 1996. Kontrasnya
definisi ketahanan pangan yang muncul di tahun 1974, 1996, dan definisi dari Food and
Agriculture Organization (FAO) dan World Bank tahun 1980an memberi berbagai
macam karakteristik. Konsep permulaan dari ketahanan pangan muncul pada tahun
1970an pada diskusi internasional disaat itu untuk menghadapi krisis pangan global.

2
Ibid.

11
Fokus utama pada konsep ini adalah pemecahan masalah dalam menyiapkan cadangan
pangan dan kestabilan harga untuk makanan pokok di taraf internasional maupun
nasional. Hal ini mendorong dilaksankananya World Food Conference tahun 1974 dan
adanya dialog yang membahas mengenai kebijakan seputar pemenuhan kebutuhan
pangan.

Fokus masyarakat global dalam hal pangan pada tahun 1974 adalah kuantitas dan
stabilitas cadangan pangan. Maka dari itu definisi yang muncul pada World Food Summit
tahun 1974 adalah: “ketersediaan pangan sepanjang waktu terutama bahan pangan pokok
dan kestabilan konsumsi, produksi serta harga.” Pada tahuh 1983, FAO mengembangkan
konsep tersebut bahwa perlunya keseimbangan antara permintaan dan persediaan untuk
mencapai ketahanan pangan. “memastikan bahwa setiap orang memiliki akses secara
fisik dan ekonomi untuk bahan pangan pokok yang diperlukan” Di tahun 1986, World
Bank melaporkan bahwa ketahanan pangan berkaitan dengan kemiskinan “poverty and
hunger” di mana isu ketahanan pangan disaat itu dipengaruhi oleh krisis ekonomi dan
konflik.3

Pada tahun 1990an, ketahanan pangan membawa spektrum individu pada level
global. Dalam hal ini, ketahanan pangan juga harus dilihat dari nutrisi yang harus
terpenuhi dalam setiap individu, bukan sekedar kuantitas saja. Tahun 1994, United
Nations Development Programme (UNDP) Human Development Report mendorong
konstruksi human security dalam aspek ketahanan pangan. Konsep ini mendekati hak
asasi manusia pada perspektif pembangunan. Pada tahun 1996 World Food Summit
mengadopsi definisi “ketahanan pangan dalam tingkat individual, rumah tangga,
nasional, regional dan global dapat dicapai apabila setiap orang memiliki akses yang
sama secara fisik dan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan pangan dan preferensi
makanan untuk bisa hidup dengan aktif dan sehat”4

Tercapainya ketahanan pangan dapat dilihat melalui tiga indikator antara lain :
kemampuan masyarakat untuk membeli bahan pangan pokok , ketersediaan bahan
pangan pokok, dan kualitas nutrisi yang dikandung dalam bahan makan pokok. 5
Komunitas internasional menerima konsep ini sebagai tujuan yang harus dicapai dalam

3
Food Security : Concepts and Measurement. Retrieved from
http://www.fao.org/docrep/005/y4671e/y4671e06.htm 7 Januari 2019 (09.31)
4
ibid.
5
Global Food Security Index: Methodology. Retrieved from
https://foodsecurityindex.eiu.com/Home/Methodology 12 Februari 2019 (15.48)

12
ketahanan pangan. Namun fokus utama ada pada tindakan dan kebijakan yang diambil
oleh negara maupun organisasi internasional untuk mencapai ketahanan pangan. Konsep
ketahanan pangan menggambarkan interest masyarakat Indonesia dan Vietnam dalam
mengambil kebijakan agrikultur dan pembangunan rural.

2.3. Teori Modernisasi – Tahapan Pertumbuhan Ekonomi (Walter Rostow)


Berakhirya perang dunia kedua menjadi awal mula pembangunan dunia dan
mengakhiri masa kolonial. Kemenangan Amerika Serikat dan usaha yang dilakukan di
bidang pembangunan kembali pasca perang menjadi landasan pembangunan dunia.
Perang dingin mendorong Amerika Serikat untuk memperhatikan negara berkembang
dan pemikiran Walter Rostow merupakan dasar teori dari kebijakan “Truman’s new
world order”.
Pembangunan tidak dapat didefinisikan dalam satu makna universal, karena
pembangunan bersifat normatif dan subjektif. Definisi pembangunan secara spesifik akan
bergantung pada dasar teori atau posisi politik-ideologi negara dan pendekatan teori yang
digunakan. Rostow merupakan pemikir dalam ruang lingkup pembangunan menuju
masyarakat modern dengan fokus pada perekonomian. 6Dalam bukunya yang berjudul
“The Stages of Economic Growth” Rostow menggambarkan perubahan masyarakat
dalam suatu proses pembangunan dapat diidentifkasi dengan ciri tertentu pada setiap
tahapnya. Terdapat lima tahap7, antara lain:
a. Tahap masyarakat tradisional: pada tahap ini, pembangunan didominasi pada
sektor agrikultur dan adanya perubahan pada bidang ini.
b. Tahap pra-lepas landas: investasi mulai meningkat dan mendorong adanya
pembangunan yang dinamis. Pembangunan ekonomi pada tahap ini, merupakan
hasil dari revolusi industri.
c. Tahap lepas landas: pembangunan perekonomian menjadi dinamis di mana
pertumbuhan ekonomi bergerak dengan sendirinya dan tidak perlu adanya
dorongan besar dari pemerintah.
d. Tahap menuju kedewasaan: investasi terus meningkat 40 hingga 60 persen dan
sektor industri didominasi oleh neo-technical seperti industri mesin dan elektronik.

6
W.W. Rostow. The Process of Economic Growth. (USA: W.W. Norton & Company, Inc. 1962) hlm 308-328
7
Development Theory Rostow’s Five-Stage Model of Development and 1st Relevance in Globalization.
Retrieved from http://friedmand.people.cofc.edu/Rostow%20Development%20Model%201960.pdf 1 Februari
2019 (19.40)

13
Untuk mencapai tahap ini, dibutuhkan kurang lebih 60 tahun dari tahap lepas
landas.
e. Tahap konsumsi massa: tahap ini merupakan tahap terakhir dalam model
pembangunan lima tahap Rostow. Pada tahap ini, masyarakat hidup dengan
kemakmuran dan kelimpahan.

Tahap pra-lepas landas adalah masa transisi untuk menentukan langkah


kedepannya dalam pembangunan berkelanjutan. Terdapat dua jenis tahap pra-lepas
landas dalam sejarah, antara lain : pra-lepas landas biasa dan tahap pra-lepas landas yang
terjadi di bangsa tertenut yang memiliki “born free”. Tahap pra-lepas landas biasa,
terjadi di sebagian besar wilayah Eropa, Asia, Timur Tengah dan Afrika dimana tahap ini
membutuhkan perubahan fundamental yang merubah masyarakat tradisional dalam
berbagai indikator antara lain : merubah substasi struktur sosial , sistem politik dan
teknik produksi. Sedangkan untuk jenis kedua, terjadi di negara-negara tertentu, antara
lain : Amerika Serika, Australia, Selandia Baru, dan Kanada. Negara-negara ini
terbentuk karena perpindahan masyarakat Inggris ke wilayah-wilayah tersebut,
disamping itu, kondisi inggris sudah melewati masa trasisi. Sehingga negara-negara ini
berkembang mengikuti proses yang sedang terjadi di Inggris. Negara-negara dengan
jenis pra-lepas landas kedua, tidak memiliki struktur, politik, dan nilai masyarakat
tradisional. Sehingga proses transisi hanya terlihat dari perubahan ekonomi dan teknik.
Sedangkan para ekonom menyampaikan bahwa transisi membutuhkan adanya perubahan
radikal yang mempengaruhi fundamental dari masyarakat, teknik produksi, dan metode
bekerja. Rostow menyampaikan bahwa agrikultur merupakan salah satu indikator
penting dalam tahap pra-lepas landas. Agrikultur adalah sumber pangan suatu negara dan
pangan harus dipenuhi sejalan dengan meningkatnya penduduk. Yang perlu diperhatikan
pada tahap ini antara lain proses distribusi pangan dari wilayah rural ke wilayah urban,
karena pada tahap pra-lepas landas, penduduk cenderung berpindah ke wilayah urban,
maka dari itu distribusi pangan harus diperhatikan dengan baik. disamping itu, agrikultur
dibutuhkan untuk mendapat devisa asing bagi negara. Tujuan utama pembangunan
agrikultur adalah sebagai modal untuk tahap berikutnya.

Tahap lepas landas memiliki dua jenis berbeda dalam masyarakat, hal ini terjadi
karena beragamnya kondisi sebelum lepas landas. Jenis pertama yang merupakan jenis
lepas landas paling umum dimana tahap lepas landas dicapai setelah terjadi adanya
perubahan struktur politik sosial, maupun nilai dalam masyarakat. Sedangkan jenis kedua

14
tidak memiliki halangan politik, sosial maupun nilai masyarakat, namun adanya
eksploitasi lahan dan sumber daya alam untuk mencapai kemakmuran. Jenis kedua
terjadi pada negara Amerika Serikat, Australia dan Swedia.

Permulaan pada tahap lepas landas dapat disebut sebagai stimulus berupa revolusi
politik yang mempengaruhi keseimbangan sosial, nilai, dan institusi ekonomi. Terdapat
tiga kreteria dari tahap lepas landas, antara lain :

 Meningkatnya nilai investasi sebesar 5-10% dari pendapatan nasional (Net


National Product(NNP))
 Berkembangnya satu atau lebih sektor manufaktur dengan tingkat
pertumbuhan tinggi
 Munculnya kerangka politik, sosial dan institusional yang terus meluas di
periode lepas landas tersebut.

Tahap konsumsi masal terdapat tiga indikator penting. Pertama, negara berambisi
untuk menjadi pengaruh dan power di tingkat internasional, alokasi sumber daya
terhadap militer meningkat serta kebijakan luar negeri yang diambil negara tersebut.
Negara sudah tidak lagi berfokus pada tujuan di ruang lingkup nasional, tetapi sudah
diluar batas negara. Kedua, negara menggunakan sumber daya ekonomi dewasa untuk
kesejahteraan negara. Negara menggunakan powernya untuk menarik pajak dari
masyarakat guna menginkatkan kesejahteraan bersama, untuk mencapai tujuan sosial.
Ketiga, tingkat konsumsi yang tinggi diluar kebutuhan dasar seperti sandang dan pangan.

Setiap tahap dari model Rostow bersifat linear dan menuju titik maksimal dari
suatu masyarakat. Disamping itu model ini berfokus pada bidang ekonomi dan sejarah
sosial. Yang dimaksud dengan sejarah sosial adalah perubahan bertahap dari masyarakat
sosial yang dapat dilihat sebagai proses dari pembangunan. Modernisasi adalah lawan
dari tradisionalisme yang berpegang teguh pada tradisi. Keterbelakangan pembangunan
atau kemiskinan adalah dampak dari faktor internal seperti mempertahankan tradisi
struktur ekonomi dan sosial secara kaku. 8

Teori modernisasi Rostow memiliki banyak pengaruh terhadap strategi


pembangunan antar lain: industrialisasi, modernisasi agrikultur, revolusi hijau, dan

8
W.W. Rostow, The Stages of Economic Growth : Second Edition. (USA: The Syndics of the Cambridge
University Press. 1971) hlm 20-37

15
menjadi model dalam mengukur pembangunan suatu negara. Disamping itu, Rostow
menggunakan pendekatan top-down di mana pembangungan berawal dari wilayah urban-
industri ke wilayah peri-peri. Pendekatan top-down memiliki aktor utama yaitu pembuat
kebijakan dalam hal ini negara untuk bertindak dalam pembangunan. Hasil maksimal
bisa dicapai dengan adanya tujuan kebijakan yang konsisten dan jelas serta minimalnya
jumlah aktor yang terlibat dalam menangani isu pembangunan. 9 Teori pembangunan
Rostow menggambarkan dasar pembangunan dari Indonesia dan Vietnam, sehingga
cocok untuk menjabarkan perkembangan pembangunan tersebut.

2.4. Penelitian Terdahulu


a. Penulis : Frans B.M. Dabukke dan Muhammad Iqbal
Judul : Kebijakan Pembangunan Pertanian Thailand, India, dan Jepang serta
Implikasinya bagi Indonesia.
Hasil penelitian :
Menganalisis kebijakan pembangunan pertanian di tiga negara yaitu
Thailand, India, dan Jepang serta implikasinya bagi Indonesia. Ketiga negara
tersebut memiliki kemiripan dalam situasi dan kinerja serta kebijakan
pembangunan pertanian yang dapat dijadikan petikan pelajaran untuk mendukung
kebijakan pembangunan pertanian Indonesia. Kebijakan merupakan salah satu
askpek yang dapat meningkatkan daya saing komoditas pertanian bagi suatu
negara. Ketiga negara memberi prioritas pada kebiajakan pembangunan untuk
melindungi pasar domestik, meningkatkan produksi dan pendapatan petani melalui
kebijakan dan subsidi serta tekonologi. Upaya Indonesia untuk meningkatkan
pertanian antara lain melalui peningkatan tekonologi, inovasi dan pemberdayaan
sumber daya manusia untuk pembangunan pertanian. Indonesia perlu
meningkatkan produksi dengan lebih efisien dan efektif agar mampu bersaing
dalam pasar global dan tantangan seperti gejolak harga pangan, pertumbuhan
penduduk, perubahan iklim, dan keterbatasan lahan dan air.

b. Penulis : Huynh Viet Khai dan Mitsuyasu Yabe


Judul : Technical Efficiency Analysis of Rice Production in Vietnam
Hasil penelitian :

9
Top-down vs Bottom-up. Retrieved from https://essay.utwente.nl/61106/1/BSc_B_Liedl.pdf 2 Februari 2019
(11.32)

16
Menganasilis potensi agrikultur Vietnam melalui perkembangan tekonologi
untuk meningkatkan produksi serta melihat kebijakan pemerintah untuk merubah
posisi Vietnam sebagai importir menjadi eksportir di sektor agrikultur. Vietnam
merupakan importir produk agrikultur pada akhir perang Vietnam, kemudian
perubahan kebijakan secara menyeluruh pada perekonomian negar di tahun 1986
mendorong pembangunan agrikultur. Pemerintah harus berfokus pada peningkatan
produksi agrikultur menggunakan kebijakan dan investasi di bidang irigasi dan
pelatihan teknologi kepada petani. Pemberdayaan sumber daya manusia tidak dapat
dikesampingkan di era modern.

c. Penulis : Yurike Ariesha, Zulkifli Alamsyah, dan Adlaida Malik


Judul : Analisis Komparasi Daya Saing Ekspor Lada Indonesia Terhadap Vietnam
dan Malaysia di Pasar ASEAN
Hasil penelitian :
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui perkembangan ekspor lada
Indonesia, Vietnam, dan Malaysia di pasar ASEAN tahun 2000-2015 serta
menganalisis daya saing ekspor lada ketiga negara tersebut. Ekspor lada Indonesia
meningkat dengan rata-rata 14,54% per tahun pada periode 2000-2015. Sedangkan
ekspor lada Vietnam meningkat sebesar 10,03% per tahun. Malaysia mengalami
penurunan hingga -2,99% per tahun. Dengan indikator RCA, ketiga negara
memiliki nilai lebih dari satu yang berarti bahwa negara-negara tersebut memiliki
keunggulan komparatif. Nilai tertinggi dimiliki oleh negara Vietnam. Ketiga
negara ini mendominasi pasar ASEAN.

d. Penulis : Yair Mundlak, Donald Larson dan Rita Butzer


Judul : Agricultural dynamics in Thailand, Indonesia and the Philippines
Hasil penelitian :
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pertumbuhan sektor agrikultur dari
tiga negara antara lain : Indonesia, Thailand dan Filipina. Ketiga negara tersebut
memiliki iklim dan karakteristik yang cenderung sama. Teknologi dan kebijakan
berpengaruh pada irigasi dan pupuk yang memaksimalkan produksi pada berbagai
komoditas. Setiap negara memiliki komoditas unggul masing-masing. Disamping
itu, kebijakan berkaitan erat dengan pasar, investasi dan infrastruktur yang menjadi
dasar pembangunan agrikultur dari ketiga negara.
17
1.4.1. Signifikansi Penelitian
Masih belum ada penelitian yang membahas mengenai perbandingan
kebijakan antara Indonesia dan Vietnam dalam memenuhi ketahanan pangan.
Kebijakan agrikultur hanya dibahas dari masih-masing negara saja dan hanya
berfokus pada penjabaran kebijakan yang dilakukan oleh kedua negara.
Disamping itu masih belum ada penelitian yang menghubungkan dengan
ketahanan pangan. Namun penelitian terdahulu dapat membantu dalam
menggambarkan perkembangan kebijakan Indonesia dan Vietnam serta menjadi
contoh dalam meneliti perbandingan kebijakan antar negara.

18
2.5. Kerangka Pemikiran

VIETNAM INDONESIA

Doi moi (1986) REPELITA 1 (1969)

Tahap
Pertumbuhan
Ekonomi
Rostow

Tam Nong Policy Nawa Cita dan RPJMN


2015-2019

Rural
Development

Mencapai ketahanan pangan Food


Security

19
Pembangunan Agrikultur Indonesia dan Vietnam berawal pada periode waktu yang
cukup jauh. Indonesia diawali dengan REPELITA I pada tahun 1969, sedangkan
pembangunan Agrikultur Vietnam muncul setelah adanya Doimoi di tahun 1986. Pada masa
awal pembangunan Agrikultur ini akan digambarkan menggunakan Teori Modernisasi atau
Tahapan Pertumbuhan Ekonomi yang dikemukakan oleh Walter W. Rostow. Kemudian
seiring perkembangan pembangunan, saat ini Indonesia dan Vietnam memiliki landasan baru
mengenai Pembangunan Agrikultur. Vietnam berlandaskan Tam Nong Policy, disisi lain
Indonesia menggunakan Nawa Cita dan RPJMN 2015-2019 sebagai landasan dalam
menentukan kebijakan Pembangunan Agrikultur kedepannya. Pembangunan Agrikultur tidak
dapat dilepaskan dari Rural Development karena berjalan seiringan satu sama lain. Target
dari penelitian ini adalah melihat keberhasilan negara Vietnam dan Indonesia dalam
mencapai ketahanan pangan yang didefinisikan menggunakan Konsep Food Security.

20

Anda mungkin juga menyukai