Anda di halaman 1dari 49

xxvi

BAB II URAIAN TEORITIS

2.1 Pengertian Pembangunan Pembangunan dapat diartikan sebagai upaya terencana dan terprogram yang dilakukan secara terus menerus oleh sutau Negara untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik. Setiap individu (society) atau Negara (state) akan selalu bekerja keras untuk melakukan pembangunan demi kelangsungan hidupnya untuk masa ini dan masa yang akan datang. Pembangunan dapat diartikan sebagai upaya terencana dan terprogram yang dilakukan secara terus menerus oleh suatu Negara untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik, dan merupakan proses dinamis untuk mencapai kesejahtraan masyarakat. proses kegiatan yang dilakukan dalam rangka pengembangan kegiatan ekonomi dan peningkatan taraf hidup masyarakat. Tiap-tiap Negara selalu mengejar dengan yang namanya

pembangunan. Dengan tujuan semua orang turut mengambil bagian. Sedangkan kemajuan ekonomi adalah suatu komponen esensial dari pembangunan itu,walaupun bukan satu-satunya.hal ini disebabkan pembangunan itu bukanlah semata-mata fenomena ekonomi. Dalam pengertian yang paling mendasar, bahwa pembangunan itu haruslah mencakup masalah-masalah materi dan financial dalam kehidupan. Pembangunan seharusnya diselidiki sebagai suatu proses

multidimensional yang melibatkan reorganisasi dan reorientasi dari semua system ekonomi dan sosial (Todaro, 1987 ; 63 ).

xxvii

Pembangunan haruslah diarahkan kembali sebagai suatu serangan terhadap kebusukan/kejahatan dunia sekarang ; krisis pangan,kurang

gizi,pengangguran,dan ketimpangan pendapatan. Karena jika diukur dari pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan,pembangunan telah mencapai sukses yang besar,akan tetapi jika ditinjau dan dikaji dari segi pengurangan tingakat kemiskinan,keadilan dan pengurangan tingkat pengangguran maka pembangunan itu mengalami kegagalan.( Paul P.streeten, Chairman of Editorial advisord Board, world development, 1967 ). 2.11 Tiga Nilai Inti Pembangunan Dalam bukunya Michael P.Todaro mengutip pendapat Profesor Goulet dan tokoh-tokoh lainnya mengatakan bahwa paling tidak adanya tiga komponen dasar atau nilai inti yang harus dijadikan sebagai basis konseptual dan pedoman praktis untuk memahami makna pembangunan yang paling hakiki. Ketiga komponen dasar itu adalah Kecukupan (sustenance) jati diri (self-estem), serta kebebasan (freedom); ketiga hal tersebut nilai pokok atau tujuan inti yang harus dicapai dan diperoleh oleh setiap masyarakat melalui pembangunan. Ketiga komponen tersebut berkaitan secara langsung dengan kebutuhan manusuia yang paling mendasar, yang terwujud dalam berbgai macam manifestasi di seluruh masyarakat dan budaya sepanjang zaman. Kecukupan: kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar. Yang dimaksud dengan kecukupan bukan hanya sekedar menyangkut makanan. Melainkan mewakili semua hal yang merupakan kebutuhan dasar manusia secara fisik. Kebutuhan dasar ini meliputi

xxviii

pangan,sandang,papan,kesehatan, dan keamanan. Apabila salah satu satu dari sekian banyak kebutuhan dasar ini tidak terpenuhi maka muncullah

keterbelakangan absolute. Fungsi dari semua kegiatan pemabangunan pada hakekatnya adalah untuk menyediakan sebanyak banyak mungkin perangakat dan bekal guna menghindari kesengsaraan dan ketidakberdayaan yang diakibatkan oleh kekurangan pangan,sandang,papan,kesehatan,dan keamanan. Atas dasar tersebutlah dinyatakan bahwa keberhasilan pembangunan itu merupakan prasayarat bagi membaiknya kualitas kehidupan. Tanpa adanya kemajuan ekonomi secara berkesinambungan,maka realisasi potensi manusia, baik itu indvidu maupun keseluruhan masyarakat,tidak mungkin berlangsung. Setiap individu harus mendapat kecukupan untuk mendapatkan lebih. Dengan demikian,kenaikan pendapatan perkapita,penambahan lapangan kerja,pengentasan kemiskinan,serta pemerataan pendapatan,merupakan hal-hal yang harus ada (necessary condition) bagi pembangunan,tapi tidak akan memadai tanpa adanya fakto-faktor inti/positif lainnya (not sufficient condition). Dalam laporan PBB,Human Development Report terbitan tahun 1994 pada bab pembukaan dengan tegas menyatakan : Bahwa semau manusia lahir dengan membawa potensi kapabilitas tertentu. Tujuan pembangunan adalah menciptakan suatu lingkungan yang memungkinkan setiap orang mengembangkan kapabilitas itu,dan kesempatnnya harus senantiasa dipupuk dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pondasi nyata bagi pembangunan manusia adalah universalisme pengakuan atas hidup manusia. Namun jika semua perhatian diarahkan ke hal itu,maka hal tersebut adalah kekliruan. Ada dua alasan pokok. Pertama, akumulasi kekayaan tidak menjamin

xxix

tersedia atau terpenuhinya pilihan-pilihan terpenting bagi manusia. Kedua,pilihanpilihan manusia itu jauh lebih besar dari kekayaan.(Human Development Report,1994).

Jati Diri :Harga Diri Sebagai Manusia. Komponen inti dari pembangunan yang kedua adalah menyangkut jati diri. Kehidupan yang serba lebih baik adalah adanya dorongan dari dalam diri untuk maju,untuk menghargai diri sendiri,untuk merasa diri pantas (able) dan layak untuk melakukan sesuatu. Semua itu terangkum dalam jati diri(self-esteem). Pencarian jati diri bukanlah suatu hal yang bersifa sepele. Karena jati diri itu bukan hal yang sepele. Penyebaran nilai-nilai modern yang bersumber dari Negara-negara maju telah menimbulkan kebingungan dan kejutan budaya di

banyak Negara berkembang.kontak dengan masyarakt lain baik secara ekonomis maupun teknologis lebih maju acap kali menyebabkan defenisi dan batasan mengenai baik-buruk atau benar-salah menjadi kabur. Ini dikarenakan kesejahtraan nasional muncul sebagai berhala baru. Kemakmuran materil lambat laun dijadikan sebagai suatu ukuran kelayakan universal,dan dinobatkan sebagi landasan atas penilaian sesuatu. Derasnya serbuan nilai-nilai barat yang mengikis jati diri masyarakat dinegara-negara berkembang. Banyak bangsa yang merasa dirinya kecil atau tidak berarti hanya karena mereka tidak meiliki kemajuan ekonomi dan teknologi seperti bangsa-bangsa lain. Selanjutnya yang dianggap hebat adalah mempunyai kemajuan ekonomi dan teknologi modern,sehingga masyarakt di Negara-negara dunia ketiga berlomab-lomba untuk mengejar ketertinggalan tanpa menyadari kehilangan jati dirinya.

xxx

Kebebasan dari Perbudakan/Penindasan Tata nilai ketiga sebagai nilai-nilai hakiki pembanguna adalah konsep Kebebasan atau Kemerdekaan. Kebebasan dalam konteks ini diartikan secara luas sebagai kemampuan untuk berdiri tegak sehingga tidak diperbudak oleh pengejaran aspek-aspek materil dalam kehidupan serta bebas dari perasaan perbudakan sosial sebagai manusia terhadap alam. Kebebasan dari kebodohan dan ketergantungan terhadap pihak asing. Kebebasan merangkum pilihan-pilihan yang luas bagi masyarakat dan anggotanya secara bersama-sama untuk memperkecil paksaan/tekanan dari luar,dalam usaha untuk mencapai tujuan sosial yang dinamakan dengan pembangunanArthur Lewis(1954) menekankan hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan kebebasan dari sikap-sikap budak,dengan menyimpulkan,bahwa keuntungan dari pertumbuhan ekonomi bukanlah

kenikmatan karena kekayaan bertambah,tapi karena meningkatnya kebebasan manusia untuk memilih. 2.1.2 Tiga sasaran pembangunan Dapat disimpulkan bahwa pembangunan,baik secara fisik ,mapun non fisik yang dimiliki oleh masyarakat melalui beberapa gabungan proses social,ekonomi dan institusional,mencakup usaha-usaha untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Apapun komponen-komponen khusus untuk mencapai kehidupan yang lebih baik ini,tetapi pembangunan dalam semua masyaraktat haruslah

mempunyai,paling sedikit tiga sasaran sebagai berikut(Michael P.Todaro: 1977) :

xxxi

Meningkatkan persediaan dan memperluas pembagian/pemerata an bahanbahan pokok yang dibutuhkan untuk bisa hidup,seperti

makanan,perumahan,kesehatan dan perlindungan. Mengangkat taraf hidup,termasuk menambah danmempertinggi

penghasilan,peneyediaan lapangan kerja yang memadai,pendidikan yang lebih baik dan perhatian yang lebih besar terhadap nilai-nilai budaya dan manusiawi ,dan bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan materil ,tapi juga untuk mengangkat kesadaran akan harga diri, baik itu secara individu maupun nasional. Memperluas jangkauan pilihan ekonomi dan sosial bagi semua bagi seluruh masyarakat dengan cara membebaskan mereka dari sikap-sikap budak dan ketergantungan,tidak hanya dalam hubungannya dengan orang lain dan juga Negara-negara lain tapi dari sumber-sumber kebodohan dan penderitaan manusia. 2.2 Pengertian dan Teori Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi merupakan proses atau kegiatan yang dilaksanakan oleh suatu Negara dalam rangka pengembangan kegiatan ekonomi meningkatkan kesejahtraan masyarakat khususnya di bidang untuk ekonomi.

Pembahasan tentang masalah pembangunan ekonomi memang bukanlah suatu perkembangan baru dalam ilmu ekonomi karena studi tentang pembangunan ekonomi tersebut telah menarikperhatian para pakar ekonomi sejak zaman kaum merkantilis,kaum klasik,sampai marx dan Keynes ahli-ahli ekonomi tersebut telah mengemukakan teorinya tentang pembangunan ekonomi. Adam smith

misalnya,yang terkenal dengan bukunya An Iquiry into the nature and cause the

xxxii

wealth of nation (1776)mengemukakan bahwapembangunan ekonomi suatu Negara sangat bergantung pada kemampuan Negara tersebut dalam menabung dan berinvestasi. Smith juga memperhatikan ukuran pasar yang dimiliki suatu Negara sebab luar pasar sangat mempengaruhi volume produksi yang akhirnya tergantung pada tingkat pendapatan.ukuran pasar dapat mempengaruhi produktivitas dan pada gilirannya akan mempengaruhi tingkat pendapatan. Tinggi rendahnya tingkat pendapatan sangat berpengaruh pada tingkat kemampuan untuk menabung dan dorongan berinvestasi. Selain itu, dalam bukunya yang berjudul The Progress of Wealth (Buku II) yang dikembangkan dari bukunya berjudul Principles of Political Economy (1820), Thomas Robert Malthus mengemukakan salah satu gagasannya mengenai konsep pembangunan, khususnya bidang ekonomi bahwa pembangunan ekonomi dapat dicapai dengan meningkatkan kesejahteraan penduduk suatu negara. Kesejahteraan suatu negara sebagian bergantung pada kuantitas produk yang dihasilkan oleh tenaga kerjanya dan sebagian lagi pada nilai atas produk tersebut. Malthus mendefenisikan masalah pembangunan ekonomi sebagai sesuatu yang menjelaskan perbedaan Gross National Product potensial (kemampuan menghasilkan kekayaan) dan Gross National Product actual (kekayaan aktual). Tetapi masalah pokoknya adalah bagaimana mencapai tingkat Gross National Product potensial yang tinggi. Mudrajat Kuncoro (2004) juga memberikan gagasannya bahwa pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang bersifat multidimensional yang melibatkan kepada perubahan besar, baik terhadap struktur ekonomi, perubahan sosial, mengurangi atau menghapuskan

xxxiii

kemiskinan, mengurangi ketimpangan, dan pengangguran dalam konteks pertumbuhan ekonomi. Akhirnya disadari bahwa pengertian pembangunan itu sangat luas, bukan hanya sekedar bagaimana menaikkan Produk Domestik Bruto (PDB) per tahun saja, melainkan juga memperhatikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan kualitas hidup

masyarakatnya. Dengan demikian, pembangunan ekonomi pada umumnya didefenisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan. Pembangunan ekonomi perlu dipandang sebagai kenaikan dalam pendapatan per kapita karena kenaikan itu merupakan penerimaan dan timbulnya perbaikan dalam kesejahteraan ekonomi masyarakat. Biasanya laju pembangunan ekonomi suatu negara ditunjukkan dengan menggunakan tingkat pertumbuhan PDB/PNB. Menurut Sadono Sukirno (1985), walupun kebijaksanaan-kebijaksanaan pembangunan ekonomi selalu ditujukan untuk mempertinggi kesejahtraan dalam arti yang seluas-luasnya,kegiatan ekonomi selalu dipandang sebagai sebahagian dari usaha pembangunan yang dijalankan oleh masyarakat,pembangunanekonomi hanya meliputi usaha sesuatu masyarakat untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan meningktakan tingkat pendapatan masyarakat,sedangkan

keseluruhan usaha-usaha pembangunan meliputi juga usaha-usaha pembangunan sosial,politik,dan kebudayaan. Dengan adanya pembatasan tersebut maka pengertian pembangunan ekonomi pada umumnya didefenisikan sebagai suatu

xxxiv

proses yang menyebabakan pendapatan perkapita penduduk sesuatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Laju pembangunan ekonomi suatu Negara ditunjukkan dengan menggunakan tingkat pertambahan Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Bruto atau GDP). Namun walaupun demikian cara tersebut mempunyai kelemahan karena cara itu tidak secara tepat menunjukkan perbaikan kesejahtraan masyarakat yang dicapai. Pada saat terjadi pertambahan kegiatan ekonomi masyarakat,terjadi pula pertambahan penduduk. Oleh karena itu pertambahan kegitan ekonomi digunakan untuk mempertinggi kesejahtraan ekonomi masyaraktat. Apabila pertambahn GDP/GNP masyarakat lebih rendah dibandingkan pertambahan penduduk makan pendapatan perkapita akan tetap sama atau cenderung menurun.hal ini membuktikan bahwa pertambahan GDP/GNP tidak memperbaiki tingkat kesejahtraan ekonomi. Beberapa perbedaan yang timbul ini menyebabkan beberapa ekonom membedakan pengertian pembangunan ekonomi (Economic development) dengan pertumbuhan ekonomi (economic Growth) para ekonom menggunakan istilah pembangunan ekonomi sebagai (Lincolin Arsyad,1997) : Pembangunan merupakan peningkatan pendapatan masyarakat yaitu tingkat pertamabahan GDP/GNP pada suatu tahun tertentu adalah melebihi tingkat pertumbuhan penduduk. Pembangunan merupakan perkembangan GDP/GNP yang terjadi disuatu Negara dibarengi oleh perombakan dan sruktur ekonominya.

xxxv

Menurut Gant (1971) ada dua tahap dalam tujuan pembangunan yaitu tahap pertama bertujuan untuk menghapuskan kemiskinan. Jika tujuan ini sudah tercapai maka tahap kedua adalah menciptakan kesempatan-kesempatan bagi warganya umtuk mencukupi segala kebutuhannya. Tujuan yang ingin dicapai dalam pembangunan ekonomi yang diwujudkan dalam berbagai kebutuhan,secara umum disimpulkan sebagai berikut : Mencapai pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dana pertumbuhan produksi nasional yang cepat secara bersamaan. Mencapai tingkat kestabilan harga yang mantap dengan kata lain mengendalikan tingkat inflasi yang terjadi di perekonomian. Mengatasi masalah-masalah pengangguran dan perluasan kesempatan kerja bagi seluruh angkatan kerja. Pendistribusian pendapatan yang lebih merata dan adil. Pembangunan mengandung arti yang luas,peningkatan produksi memang merupakan salah satuciri produk dalam proses pembangunan,selain segi penignkatan perubahan produksi komposisi secara kuantitatif,proses pembangunan pada pola mencakup penggunaan

produksi,perubahan

(Alokasi),sumber daya produksi (Produvtive Resources) diantara sector-sektor kegiatan ekonomi,perubahan pada pola pemabgian (distribusi) kekayaan dan pendapatan diantara berbagai golongan pelaku ekonomi, perubahan pada kerangka kelembagaan (Institusional Framework) dalam kehidupan masyarakat secara komprehensif.

xxxvi

Dalam melaksanakan pembangunan,sasaran yang ingin dicapai ada lima yaitu sebagai berikut : Terpenuhinya kebutuhan sandang,pangan,dan perumahan serta peralatan sederhana dan berbagai kebutuhan yang secara luas dipandang perlu oleh masyarakat yang bersangkutan. Terciptanya kesempatan yang luas untuk memperoleh berbagai jasa publik,pendidikan,kesehatan,pemukiman yang dilengkapi infrastruktur yang layak. Terjaminnya hak untuk memperolah kesempatan kerja yang produktif yang memungkinkan adanya balas jasa yang setimpal untuk memnuhi kebutuhan rumah tangga. Terjaminnya partisipasi masyaraktat dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan proyek-proyek. ( Suryana,2000: 29). 2.2.1 Pembangunan dalam Perspektif Paradigma Modernisasi Pembangunan kerapkali dikaitkan dengan modernisasi. Modernisasi adalah suatu bentuk perubahan sosial yang diharapkan terjadi. Dalam perspektif modernisasi,pembangunan dianggap sebagai sarana menuju kehidupan yang meniggalkan aspek tradisionalisme suatu masyarakat. Asumsi tersebut ditolak oleh Faqih dalam Runtuhnya teori pembangunan dan Globalisasi (2002). Umumnya orang beranggapan bahwa pembangunan adalah kata benda netral yang maksudnya adalah suatu kata yang digunakan untuk menjelaskan proses dan usaha untuk meningkatkan kehidupan ekonomi,politik,social budaya,dan

xxxvii

infrastruktur masyarakat. Dengan demikian pembangunan disejajarkan dengan konsep perubahan sosial dan sejajar dengan kata modernisasi. Dalam perspektif modernisasi,pembangunan menggunakan theory

pertumbuhan ekonomi (economic growth). Dalam membahas teori-teori modernisasi dan pembangunan,maka pemikiran Rostow akan dijadikan kunci bahasan.dalam hal ini teori pertumbuhan ekonomi merupakan pilar dari perubahan sosial yang ingin dicapai dalam suatu proses pembangunan ekonomi. Ada beberapa teori tentang modernisasi yang melekat dalam konsep pembangunan dalam pengertian ini. a. Theory ekonomi Kapitalisme. Dalam teori ini dinyatakan bahwa teori perubahan social modernisasi dan pembangunan pertumbuhan pada dasarnya dibangun diatas landasan kapitalisme. b. Teori Evolusi. Teori evolusi sangat berpengaruh terhadap perkembangan teori pembangunan dalam perspektif modernisasi. Teori Evolusi atau disebut juga teori organik adalah warisan zaman pencerahan yang sangat menonjol saa itu.teori ini lahir setelah Revolusi Industri dan Revolusi Perancis pada awal abad ke-19. Teori ini mendasarkan adanya 6 (enam) asumsi perubahan sosial,yakni perubahan sosial dilihat sebagai

natural,direksional, immanent, kontinyu,suatu keharusan dan berjalan melalui sebab yang sama. c. Teori Fungsionalisme. Teori Fungsionalisme muncul sebgai kritik teori evolusi.teori ini muncul pertama kali tahun 1930an yang terkenal dengan structural functionalism, yang dikembangkan oleh Merton dan

Parsons.teori ini menjelaskan perubahan sosial dan modernisasi.

xxxviii

d. Teori Modernisasi. Teori Modernisasi lahir tahun 1950an di Amerika Serikat dan merupakan respon kaum intelektual terhadap perang dingin yang bagi penganut Evolusi dianut sebagai jalan yang optimis menuju perubahan. Teori Modernisasi dalam konteks ini erat sekali dengan konsep perubahn sosial,dan lahir sebagai buah dari perang dingin antar ideology kapitalisme dan sosialisme. e. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Teori yang dihasilkan oleh Rostow ini sangat tekenal dan menjadi dasar kebijakan bagi semua Negara yang menjalankan pembangunan pasaka perang dingin.

2.2.2 Pembangunan dalam Perspektif Struktural Dalam perspektif Struktural,pembangunan dilihat bukan sebagai proses perubahan sosial yang berdiri sendiri,namun memiliki keterkaitan diantara komponen yang ada didalam maupun diluar. Faqih (2002) memberikan penjelasan,para penganut paham struktural dalam pembangunan mencoba memperjuangkan perubahan sosial namun dalam sudut pandang objektivisme. Penganut paham structural ini memiliki kesamaan baik berada diblekang konsep structural fungsionalisme maupun penganut structural radikal. Pandangan Struktural-Fungsional ini merupakan landasan pembangunan dalam makna yang kapitalistik,dengan perangkat teori ekonomi kapitalisme,teori evolusi,teori modernisasi,teori pertumbuhan ekonomi,teori prestasi,teori

SDM,teori penciptaan tenaga kerja sampai dengan apa yang disebut oleh Chenery sebagai redireksi investasi. Sementara pandangan structural radikal kemudian

xxxix

dikembangkan ke dalam banyak teori baru seperti teori ilmu sosial kritik,teori perubahan sosial marxisme post-struktural,teori ketergantungan dan seterusnya. Dalam hal ini teori strukturalis terdiri dari teori dependensia,serta teori humanism.sedangkan teori equilibrium meliputi teori psikodinamika, teori behavioralisme, teoridifusionisme, teori dualism, teori fungsionalisme serta teori konflik yang meliputi teori strukturalis-marxian dan strukturalis non Marxian dikategorikan dalam model taksonomis. 2.2.3 Pembangunan dalam Perspektif Pertumbuhan Ekonomi Teori pertumbuhan ekonomi merupakan hasil pemikiran Rostow yang lahir dalam tulisannya,yakni the stages of economic Growth : A Non-Comunist Manifesto. Teori pertumbahan ekonomi dari Rostow pada dasarnya merupakan sebauh versi dari teori modernisasi dan pembangunan,yakni suatu teori yang meyakini bahwaofaktoe manusia (bukan struktur dan sistem) menjadi focus utama perhatian. Teori pertumbuhan menurut,menurut Faqih(2002) adalah suatu bentuk teori modernisasi yang menggunakan metafora pertumbuhan,yakni tumbuh sebagai organism. Rostow melihat perubahan sosial (sosial Change),yang disebutnya sebagai pembangunan,sebagai proses evolusi perjalanan dari tradisional ke modern,dan selalu berjalan linear kedepan. Pikiran ini kemudian menjelma menjadi apa yang disebut sebagai the fivestage scheme. Asumsinya adalah semua masyarakat Barat pernah mengalami tradisional dan akhirnya menjadi modern. Sikap manusia yang tradisional,oleh Rostow,dianggap sebagai masalah,dan karenanya harus dipecahkan melalui pembangunan. Tahapan pertama proses ini adalah, (i) masyarakat tradisional,(ii)

xl

masyarakat prakondisi tinggal landas,(iii) masyarakat tinggal landas,(iv) masyarakat pematangan pertumbuhan,(v) masyarakat modern yang dicitacitakan,yakni masyarakat industry,dimana di dalamnya tercipta masyarakat modern masa konsumsi tinggi (High mass consumption). Untuk mencapai perkembangan ini menurut ini Rostow,prasyarat utama untuk menciptakannya adalah dengan modal (capital). Secara lebih terperinci,teori pertumbuhan ekonomi adalah tata cara untuk menentukan jumlah rata-rata pendapatan perkapita penduduk. Pendapatan perkapita adalah pendapatan rata-rata penduduk sebuah Negara dalam jangka waktu tertentu. Angka pendaptan perkapita diperoleh dengan cara membagi pendapatan nasional bruto sebuah Negara dalam tahun tertentu dengan jumlah penduduk pada tahun itu pula. Teori pertumbuhan ekonomi periode neoklasik atau teori pertumbuhan ekonomi modern,didominasi oleh nama-nama seperti,Keynes,Harrold

Domar,Schumpeter,serta Rostow. Teori Schumpeter lebih menekankan pada pentingnya pelaku Bisnis dalam rangka menaikkan tingkat pertumbuhan ekonomi suatu Negara,maka teori Harold Domar lebih menekankan pada analisisnya pada syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu Negara dalam rangka mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang stabil (steady Growth) dalam waktu jangka panjang . syarat-syarat itu adalah : Keadaan barang dan modal yang sudah mencapai kapasitas penuh Keadaan tabungan (saving) yang sebanding atau proporsional dengan pendapatan nasional.

xli

Keadaan rasio modal produksi (capital output ratio) yang tetap.

Ukuran keberhasilan pembangunan idealnya harus ditentukan berdasarkan dimensi pembangunan,yakni tergantung pada fokus dan orientasi pembangunan mana yang dilaksanakan dan dimensi mana yang lebih menjadi perhatian bersama decision maker dan para planner sebgai perencana dan perancang,para pelaksana pembangunan itu sendiri sebgai pihak sebagai pihak yang menjalankan atau sering disebut juga sebagai agen pembangunan,maupun masyarakat pada umumnya sebagai sasaran pembangunan (safii, 2007). Pengukuran keberhasilan pembangunan menurut Fatah (2006) harus melewati dua tahap,yaitu (1) tahapan identifikasi target pembangunan dan (2) tahapan agregasi karakteristik target pembangunan. Ravvalon and Datt (1996) menyarankan ukuran keberhasilan pembangunan bisa dilihat dari factor-faktor berikut yaitu (1) pengeluaran rill setiap dewasa,(2)akses kepada barang yang tidak dipasarkan, (3) distribusi intra rumah tangga dan (4) karakteristik personal. Ukuran keberhasilan pembangunan lainnya adalah dengan pendekatan

kemiskinan,yakni bahwa keberhasilan pembanguanan diukur dengan seberap jauh upaya-upaya dapat mengentaskan kemiskinan. Di Indonesia, ada beberapa jenis ukuran keberhasilan pembangunan yang digunakan dalam masyarakat : 1) Berdasarkan pendapatan dan nilai produksi,seperti PDB pertumbuhan ekonomi,dan pendaptan perkapita,distribusi pendaptan.

xlii

2) Berdasarkan investasi,seperti tingkat investasi,jumlah PMA (Penanaman Modal Asing) dan PMDN (Penanaman Modala Dalam Negeri), dan jumlah FDI (Foreign DirectInvestment),yaitu investasi langsung oleh pihak asing. 3) Berdasarkan kemiskinan dan pengentasannya,seperti jumlah penduduk miskin,tingkat kecukupan pangan,tingkat kecukupan 52 jenis komoditas pangan,tingkat pemenuhan kebutuhan dasar Sembilan bahan pokok (BPN),poverty Gap dan severity index,serta metode RAO (16 kg beras dikali 1,25 kemudian dibagi dengan rata-rata rasio pangan terhadap pengeluaran total). 4) Berdasarkan keadaan sosial dan kelesetarian lingkungan,seperti tingkat pendidikan (untuk berbagai level dan kombinasinya),tingkat kesehatan( meliputi kesehatan ibu dan anaj dan akses faslitas hidup sehat),tingkat dan kualitas lingkungan (meliputi tingkat pencemaran berbagai aspek,tingkata kerusakan hutan,tingkata degradasi lahan dan seterusnya (Fatah,2006).

2.3 Pembangunan Ekonomi Daerah. Secara umum,pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat mengelola berbagai sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan umtuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang pengembangan kegitan ekonomi dalam daerah tersebut amat tergantung dari masalah fundamental yang dihadapi oleh daerah itu. Bagaimana daerah mengatasi masalah fundamental yang dihadapi

xliii

ditentukan oleh strategi pembangunan yang dipilih. Dalam konteks inilah pentingnya merumuskan visi dan misi,dan kemudian memilih strategi yang tepat (Kuncoro,2004). Lincoln Arsyad (1977) mendefenisikan pembangunan ekonomi daerah sebagai suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya yang ada serta membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dan sektor swasta untuk menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan ekonomi dengan daerah tersebut. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses,yang mencakup pembentukan-pembentukan institusi baru,pembangunan industri-industri alternatif,perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik,identifikasi pasarpasar baru,alih ilmu pengetahuan dan pengembangan perusahaan-perusahaan baru (Lincoln Arsyad,1977). Perencanaan pembangunan ekonomi daerah bisa dianggap sebagai perencanaan untuk memperbaiki sumber-sumberdaya publik yang tersedia di daerah tersebut dan untuk memperbaiki kapasitas sektor swasta dalam menciptakan nilai sumberdaya-sumberdaya secara bertangung jawab. Dalam pembangunan ekonomi diperlukan campur tangan pemerintah. Apabila

pembangunan daerah diserahkan sepenuhnya kepada mekanisme kepasar maka pembangunan dan hasilnya tidak dapat dirasakan oleh seluruh komponen atau daerah secara merata (Lincoln Arsyad,1977). Menurut pendapat Arsyad (1977) perbedaan keadaan sosial ekonomi di sertiap daerah akan membawa impliaksi bahwa cakupan campur tangan pemrintah

xliv

ntuk setiap daerah juga berbeda. Perbedaan tingkat pembangunan antar daerah mengakibatkan perbedaan tingkat kesejahteraan antar daerah. Memusatnya ekspansi ekonomi di sutau daerah dapat disebabkan oleh berbagai hal misalnya konsisi dan situasi alamiah yang ada,letak geografis, dan sebagainya. Menurut Kuncoro (2004),theory pembangunan yang ada selama ini memang belum berhasil mengupas secara tuntas mengenai kegiatan-kegiatan pembangunan ekonomi yang ada di daerah. karena itu sangatlah penting untuk melakukan perumusan ulang paradigma baru perencanaan pembangunan ekonomi daerah yang lebih komprehensif. Diperlukan suatu sintesis diantara berbagai pendekatan yang ada sehingga bisa dihasilkan rumusan baru tentang paradigma baru pembangunan ekonomi daerah secara lebih tepat. Salah satu pokok yang harus diperhatikan dalam rangka menerapkan paradigma pembangunan ekonomi daerah yang lebih komprehensif adalah bagaimana proses identifikasi fundamental pembangunan secara lebih realistis. Sedangkan pokok-pokok yang harus diperhatikan untuk menyusun identifikasi fundamental ekonomi pembangunan daerah tersebut adalah a. Peningkatan laju pertumbuhan ekonomi daerah b. Peningkatan pendapatan perkapita c. Pengurangan angka kemiskinan,pengangguran dan ketimpangan secara signifikan (kuncoro,2004). Mengikuti identifikasi yang dilakukan kuncoro (2004),yang dapat digunakan penerapannya di daerah-daerah di Indonesia untuk melakukan evalusi

xlv

atau penilaian pembangunan ekonmi daerah yang terjadi saat ini maka dapat dijelasakan sebagai berukut: Pendekatan dan Konsep Baru Dalam Pembangunan Ekonomi Daerah Komponen Kesempatan Kerja Konsep Lama Semakin Konsep Baru Banyak Perusahaan harus

perusahaan = semakin mengembangkan banyak kesempatan kerja pekerjaan yang sesuai

dengan potensi penduduk daerah Basis pembangunan Pengembangan ekonomi Aset-Aset Lokasi Keunggulan didasarkan fisik Sumberdaya Pengetahuan Ketersediaan Kerja sektor Pengembangan lembagalembaga ekonomi baru komparatif Keunggulan pada kompetitif

asset didasarkan pada kualitas lingkungan

Angkatan Pengetahuan dan Inovasi sebagaipenggerak ekonomi

Sumber : H.M. SafiI,Msi,2007, Hal 56 Dari pemetaan tersebut dapat dipahami paradigma baru pembangunan ekonomi daerah sangat mengandalkan pada adanya potensi penduduk setempat sesuai dengan kebutuhan. Dalam hal ini ukuran keberhasilan bukanlah banyaknya perusahaan yang berdiri,tetapi seberapa besar angakatan kerja dilingkngan sekitar yang berhasil diserap oleh kegiatan pembangunan. Selain itu pertimbangan keberhasilan bukan terletak pada seberapa besar banyak asset fisik yang dimilki

xlvi

melainkan pada kualitas lingkungan dan pengembangan kelembagaan ekonomi dalam memenuhi kebutuhan masyarakat ( Safii, 2007). Proses pembangunan ekonomi daerah pada dasarnya bukanlah sekedar fenomena pembangunan ekonomi semata,pembangunan tidak semata-mata ditunjukkan oleh prestasi pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu Negara,namun yang lebih luas dari itu pembangunan memiliki perspektif luas,terutama perubahan sosial (SafiI,2007). Paradigma baru pembangunan ekonomi daerah mengandaikan

pembangunan yang ada di daerah mencakup hal berikut : Pembangunan dilakukan dengan mempertimbangkan potensi daerah bersangkutan,serta kebutuhan dan kemampuan daerah menjalankan pembangunan. Pembangunan daerah tidak hanya terkait dengan sektor ekonomi semata melainkan keberhasilnnya juga terkait dengan faktor lainnya seperti sosial,politik,hokum,budaya,birokrasi dan lainnya. Pembangunan dilakukan secara bertahap sesuai dengan skala prioritas dan memiliki pengaruh untuk menggerakkan sektor lainnya secara lebih cepat. 2.3.1 Teori Albert Hirschman Albert Hirschman dalam teorinya yang terkenal sebagai ungrowth balance mengatakan bahwa pembangunan berproses melalui difusi pertumbuhan dari leading sector menuju ke logging sektor. Investasi tidak mesti simultan dan diarahkan ke industry strategis,yakni industri yang berkait antara satu sektor dengan sektor yang lain (Hirschman,1958). Keputusan investasi pada sektor yang

xlvii

mempunyai kaitan paling panjang dengan sektor-sektor lain,baik forward linkage maupun backwardlinkage,karena investasi pada sektor lain akan mempunyai imbas yang terpanjang pada sektor lain. Dengan investasi tersebut,sektor tersebut bertumbuh,dan pertumbuhannya akan membantu menumbuhkan pula sektorsektor yang terkait dengan sektor tersebut. Dalam pemahaman Hirschman,pembangunan memerlukan

prioritas,pilihan lokasi,individu mupun sektor strategis yang juga punya efek forward dan backward. Hirschman (1958) mengemukakan bahwa di daerah miskin banyak kendala yang dihadapi pada saat setiap sektor melaksankan strategi kebijakan pertumbuha berimbang. Kendalanya adalah ketakcukupan

permintaan,ketakcukupan tabungan dan khususnya ketakcukupan kemampuan keusahawanan. 2.3.2 Theori Nurkse. Pandangan atau teori Nurkse bertentangan dengan teori Albert Hirschman, Nurkse tekenal dengan The Big Push Theory-nya yang menetang upaya pembangunan yang bersifata gradulaisme dan inkrementalisme. Dimana menurut Nurkse untuk mengatasi diskontinuitas pembangunan perlu dorongan Besarmelaui investasi simultan di berbagai sektor kegitan ekonomi. Investasi capital sinkronis pada aneka ragam industry merupakan tindakan tepat untuk mengatasi kegagalan pembangunan (Balance Growth). Permasalahannya adalah bahwa untuk mendukung investasi secara besarbesaran itu memerlukan dana yang besar. Sementara di daerah-daerah miskin,investasi yang rendah justru karena kemiskinan mereka. Nurkse (1957)

xlviii

dengan mengemukakan vicious circle of poverty menyatakan kemiskinan mengakibatkan rendahnya tabungan,yang pada gilirannya akan mengakibatkan rendahnya investasi. Investasi rendah akan mengakibatkan rendahnya

produktivitas yang pada gilirannya akan mengakibatkan rendahnya pendapatan mereka. Sebabnya Nurkse mengusulkan tiga kebijakan meningkatkan

tabungan,investasi dan produktivitas. Pandangan Nurkse sangat berbedan dengan Hirschman (1958) yang menyatakan dalam konsepnya strategi pembangunan ekonomi adanya pilihan orientasi kebijakan antara investasi pada social overhead capital (SOC) atau Direct Productive Activities (DPA). Pada saat ketesediaan dana pembangunan yang menipis,dan kenyataan bahwa syarat minimal ketersediaan prasarana

sudah tersedia,cukup tepat untuk mempertimbangkan saran tentang development via shortage (pembangunan melalui kekurangan),sebagai pengganti strategi pembangunan melalui kapasitas berlimpah (development via excess capacity). 2.4 Pengertian dan Teori Pertumbuhan Ekonomi Teori-teori yang menentukan laju pertumbuhan ekonomi dan

pembangunan oleh para ahli ekonomi dimana pandangan mereka banyak diarahkan pada pembanguan di Negara-negara berkembang. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak kebijaksanaan pemerintah yang dilaksanakan khususnya dibidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Pertumbuhan ekonomi terjadi apabila

xlix

terdapat banyak out-put yang dihasilkan. Sedangkan pembangunan ekonomi tidak hanya sekedar menekankan pada out-put semata,tetapi juga menekankan pada perusahaan perusahaan dalam kebudayaan dan pengetahuan teknik dalam menghasilkan out-put yang lebih banyak,baik dalam hal perubahan

sosial,kebudayaan,dan kebiasaan yang tidak sesuai lagi dengan sasaran pembangunan. Pembangunan ekonomi selalu diikuti oleh pertumbuhan ekonomi tetapi pertumbuhan tidak sebaliknya. Atau dapat diartikan bahwa pertumbuhan merupakan bagian dari pembangunan ekonomi. Menurut Samuelson (2001),pertumbuhan ekonomi merupakan GNP yang bersumber dari hal-hal sebgai berikut : 1. Pertumbuhan dalam tenaga kerja 2. Pertumbuhan modal 3. Pertumbuhan dalam inovasi dan teknologi Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu ukuran kuantitatif yang menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam suatu tahun tertentu apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.perkembangan tersebut dinyatakan dalam bentuk persentase perubahan pendapatan nasional pada tahun tertentu dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pengertian lain menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan suatu kondisi terjadinya perkembangan GNP potensial yang mencerminkan adanya pertumbuhan out-put perkapita dan meningkatnya standard hidup masyarakat. Dalam mengukur pertumbuhan ekonomi nasional,nilai GNP yang digunakan adalah GNP harga konstan,pengaruh perubahan harga (inflasi) tidak

lagi atau sudah dihilangkan dan hanya menunjukkan perubahan kuantitas barang dan jasa. Teori-teori pertumbuhan ekonomi melihat hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan factor-faktor penentu pertumbuhan ekonomi. Ada beberapa teori mengenai pertumbuhan ekonomi : 2.4.1 Model Pertumbuhan Neo-Klasik (Neo Classic Growth Theory) Robert Solow dan Trevor Swan secara sendiri-sendiri mengembangkan model pertumbuhan ekonomi yang sekarang sering disebut dengan nama model Pertumbuhan Neo-klasik (Boediono,1992). Model Solow Swan memusatkan perhatiannya pada bagaimana pertumbuhan penduduk,akumulasi

kapital,kemajuan teknologi dan out-put saling berinteraksi dalam proses pertumbuhan ekonomi. Dalam Model neo-klasik Solow-Swan dipergunakan suatu bentuk fungsi produksi yang lebih umum,yang bisa menampung kemungkinan berbagai substitusi antar kapital (K) dan tenga kerja. Dalam sjafrizal(2008),model neo klasik dipelopori oleh George H.Bort (1960) dengan mendasarkan analisisnya pada Teori Ekonomi Neo-klasik. Menurut model ini,pertumbuhan ekonomi suatu daerah akan sangat ditentukan oleh kemampuan daerah tersebut untuk meningkatkan kegiatan produksinya. Sedangkan kegiatan produksi suatu daerah tidak hanya ditentukan oleh potensi daerah bersangkutan,tetapi juga ditentukan oleh mobilitas tenaga kerja dan mobilitas modal antar daerah. Asumsi penting dari Solow adalah (Rahardja,2004:128) :

li

Tingkat Teknologi dianggap Konstan (tidak ada kemajuan teknologi) Tingkat depresiasi dianggap konstan. Tidak perdagangan luar negeri atau aliran masuk barang modal. Tidak ada sektor pemerintah. Tingkat pertambahan penduduk (tenaga kerja) juga dianggap konstan. Seluruh penduduk bekerja sehingga pendapatan = jumlah tenaga kerja Dengan asumsi-asumsi tersebut,dapat dipersempit faktor-faktor penentu

pertumbuhan menjadi hanya stok barang dan modal dan tenaga kerja. Lebih lanjut lagi,dapat diasumsikan bahwa PDB perkapita semata-mata ditentukan oleh stok barang dan modal per tenaga kerja. Jika Q =out-put atau PDB , K= Modal ,dan L= Tenaga Kerja,maka : Y= f(k) Dimana : Y K = PDB perkapita atau Q/L = Barang Modal perkapita K/L

lii

Ketimpangan Regional

Kurva Ketimpangan Regional

Gambar 2.1 Hipotesa Neo-Klasik

Tingkat Pembangunan

2.4.2 Teori Schumpeter Schumpeter berpandangan bahwa pertumbuhan ekonomi sangat ditentukan oleh kemampuan kewirausahaan (Enterpreneur). Sebab para

pengusahalah yang mempunyai kemampuan dan keberanian mengaplikasikan penemuan-penemuan baru dalam aktivitas produksi. Dalam langkah-langkah pengaplikasian penemuan-penemuan baru dalam dunia usaha merupakan langkah inovasi. Termasuk dalam langkah-langkah inovasi adalah penyusunan tehniktehnik tahap produksi serta masalah organisasi manajemen,agar produk yang dihasilkan dapat diteriam dipasar. Menurut pandangan Schumpeter,kemajuan perekonomian kapitalis disebabkan diberinya keleluasaan untuk para entrepreneur (Wirausaha). Namun kekuasaan tersebut cenderung memunculkan monopoli kekuatan pasar. Monopoli

liii

inilah yang memunculkan masalah-masalah non- ekonomi,terutama sosial politik,yang pada akhirnya dapat menghancurkan system kapitalis itu sendiri. 2.4.3 Teori Pertumbuhan Kuznets Menurut Kuznets,pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari Negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi pada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri akan dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian teknologi,institusional (kelembagaan),dan ideologis terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada. Masing-masing dari ketiga pokok dari defenisi itu sangat penting yaitu : 1. Kenaikan out-put secara berkesinambungan adalah manifestasi atau perwujudan dari apa yang disebut dengan pertumbuhan ekonomi sedangkan kemampuan menyediakan berbagai jenis barang itu sendiri merupakan tanda kematangan ekonomi (Economic Matirity) disuatu Negara yang bersangkutan. 2. Perkembangan teknologi merupakan suatu dasar atau pra kondisi bagi berlangsungnya suatu pertumbuhan ekonomi secara

berkesinambungan,tetapi tidak cukup itu saja masih dibutuhkan faktorfaktor lainnya. 3. Untuk mewujudkan potensi pertumbuhan yang terkandung didalam teknologi maka perlu diadakan serangkaian penyesuaian

kelembagaan,sikap,dan ideology (Todaro,2000:144)

liv

2.4.4 Teori Pertumbuhan Harrod-Domar. Teori ini dikemukakan oleh Roy F.Harrod (1948) dan Evsey D.Domar (1975) di Amerika serikat. Teori ini berkembang pada waktu bersamaan dengan teori klasik, teori Harrod-Domar didasari pada asumsi : 1. Perekonomian bersifat tertutup 2. Hasrat menabung (MPs =s) adalah konstan. 3. Proses produksi memiliki koefisien yang tetap (Constan Return To Scale) 4. Tingkat pertumbuhan angkatan kerja adalah konstan dan sama dengan pertumbuhan penduduk. Atas dasar asumsi-asumsi khusus tersebut,maka Harrod-Domar membuat analisis dan menyimpulkan bahwa pertumbuhan jangka panjang yang mantap hanya bisa tercapai apabila terpenuhinya syarat-syarat sebagai berikut :

g= K = n,

dimana : o g = growth ( Tingkat pertumbuhan Out-put) o K= Kapital ( Tingkat Pertumbuhan Modal) o n = Tingkat pertumbuhan angkatan kerja Harrod-Domar mendasarkan teorinya berdasarkan pada mekanisme pasar (market) tanpa campur tangan pemerintah. Namun kesimpulannya menunjukkan bahwa pemerintah perlu merencanakan besarnya investasi agar terdapat keseimbangan dalam sisi penawaran dan sisi permintaan barang.

lv

2.4.5 Teori Pertumbuhan Rostow Menurut teori pertumbuhan Rostow pembangunan ekonomi atau transformasi suatu masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern merupakan suatu proses yang berdimensi banyak. Dalam bukunya yang berjudul The Stage of Economic (1960), Rostow mengemukakan tahap-tahap dalam proses pembangunan ekonomi yang dialami oleh setiap Negara pada umumnya dihadapkan pada lima tahap yaitu : A. Tahap masyarakat tradisional (the tradisional society ) B. Tahap peletakan dasar untuk tinggal landas (the preconditional society) C. Tahap tinggal landas (the Take-off) D. Tahap bergerak mennuku kematangan ( the drive to maturity) E. Tahap era konsumsi tinggi massa ( the age of high mass consumption ) 2.4.6 Teori Jumlah Penduduk Optimal Teori ini telah lam dikembangkan oleh kaum klasik. Menurut teori ini berlakunya The Law Of Dimisnishing Returns (TLDR) menyebabkan tidak semua penduduk dapat dilibatkan dalam proses produksi. Jika dipaksakan,justru akan menurunkan tingkat out-put perekonomian (Rahardja,2004:127).

lvi

Total Produksi (output)

Q3

TP2

Q1 Q2 TP1 0 Tenaga Kerja L1 L2

Gambar 2.2 : Jumlah Penduduk optimal

Pada gambar 2.1,kurva TP1 menunjukkan hubungan antar a jumlah tenaga kerja dengan tingkat out-put (fungsi produksi). Kondisi optimal akan tercapai jika jumlah penduduk (tenaga kerja ) yang terlihat dalam proses produksi adalah L1 ,dengan jumlah Out-put (PDB) adalah Q1. Jika jumlah tenaga kerja

lvii

ditambah menjadi L2 PDB justru berkurang menjadi Q2. Hal ini terjadi karena cepatnya terjadi TLDR. Ada tiga faktor ataupun komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi dari setiap bangsa, ketiga hal itu adalah : 1) Akumulasi Modal Akumulasi modal meliputi semua bentuk atau jenis investasi yang ditanamkan pada tanah,peralatan fisik,modal ataupun sumber daya manusia. Akumulasi modal terjadi apabila sebagaian dari pendapatan ditabung dan diinvestasikan kembali dengan tujuan memperbesar out-put dan pendapatan dikemudian hari. Investasi produktif yang bersifat langsung tersebut harus dilengkapi dengan berbagai investasi penunjang yang disebut investasi infrastruktur ekonomi sosial. 2) Pertumbuhan Penduduk Pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja secara tradisional dianggap sebagain salah satu faktor produksi yang memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenga kerja yang lebih besar berarti akan menambah jumlah tenaga produktif,sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar yang berarti ukuran pasar domestiknya lebih besar. Dimana positif atau negatifnya pertambahan penduduk bagi upaya pembangunan ekonomi sepenuhnya tergantung pada system perekonomian yang bersangkutan. 3) Kemajuan Teknologi Kemajuan teknologi terbagi atas tiga kelompok yaitu :

lviii

Kemajuan teknologi yang netral,terjadi apabila teknologi tersebut memungkinkan kita mencapai tingkat produksi yang lebih tinggi menggunakan jumlah dan kombinasi faktor in-put yang sama,inovasi yang sederhana,seperti pengelompokan tenga kerja yang mendorong

peningkatan output masyarakat. Kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja,sebagian besar kemajuan teknologi pada abad kedua puluh adalah teknologi yang hemat tenaga kerja,jumlah pekerja yang dibutuhkan dalam berbagai produksi mulai semakin sedikit. Kemajuan teknologi yang hemat modal,merupakan fenomena yang relative langka,hal ini dikarenakan hamper semua penelitian dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan di Negara-negara maju dengan tujuan utama menghemat pekerja dan bukan penghemat modal. 2.5 Teori Pembangunan Regional. Petumbuhan regional adalah produk dari banyak faktor yang bersifat intern dan eksetern sosio politik. Faktor itern meliputi distribusi meliputi distribusi faktor produksi sperti tanah,tenaga kerja,,dan modal. Sedangkan salah satu penentu ekstern yang penting adalah tingkat permintaan dari daerah lain terhadap komoditi yang dihasilkan oleh suatu daerah tertentu.Pertumbuhan ekonomi daerah yang berbeda-beda akan menyebabkan terjadinya ketimpangan atau disparitas ekonomi dan ketimpangan pendapatan antar daerah. Myrdal (1968) dan Friedman (1976) menyebutkan bahwa pertumbuhan atau perkembangan daerah akan menuju kepada divergensi.

lix

Percepatan pembangunan dan pertumbuhan wilayah-wilayah strategis dan cepat tumbuh di dorong sehingga dapat mengembangkan wilayah-wilayah tertinggal di sekitarnya dalam suatu system wilayah pengembangan ekonomi yang sinergis,tanpa mempertimbangkan batas wilayah administrative,tetapi lebih ditekankan pada pertimbangan keterkaitan mata-rantai proses industry dan distribusi. Keinginan untuk memperoleh keuntungan ekonomi jangka pendek seringkali menimbulkan keinginan untuk mengeksploitasi sumber daya alam secara berlebihan sehingga menurunkan kualitas (degaradasi) dan kuantitas sumber daya alam dan lingkungan hidup. Sealin itu,seringkali pula terjadinya konflik pemanfaatan ruang antar sektor. Ada beberapa teori pertumbuhan ekonomi regional yang lazim dikenal yaitu : 2.5.1 Teori Basis Ekspor (Export Base Theory)

Teori ini dikemukakan oleh Douglas E.North (1955) ini merupakan model yang paling spesifik dari teori pertumbuhan ekonomi. Region yang ruang tinjauannya lebih berfokus kepada kemampuan untuk melakukan transaksi ekspor,sehingga pertumbuhan ekonomi daerah lebih banyak ditentukan oleh jenis keuntungan dan tata lokasi kegiatan tersebut. Model teori basis ekspor ini menekankan pada beberapa hal antara lain : a) Bahwa suatu daerah tidak menjadi daerah industri untuk dapat tumbuh dengan cepat,sebab faktor penentu pertumbuhan daerah adalah keuntungan komparatif (keuntungan lokasi) yang dimiliki yang oleh daerah tersebut.

lx

b) Pertumbuhan ekonomi suatu daerah akan dapat dimaksimalkan bila daerah yang bersangkutan memanfaatkan keuntungan komparatif yang dimiliki menjadi kekuatan basis ekspor ; c) Ketimpangan antar daerah tetap sangat besar dipengaruhi oleh variasi potensi masing-masing daerah. Hal ini berarti bahwa untuk meningkatkan pertumbuhan suatu

region,strategi pembangunan Harus disesuaikan dengan keuntungan lokasi yang dimilikinya dan tidak harus sama dengan strategi pembangunan pada tingkat nasional.

2.5.2

Teori Neo-klasik (Neo-Classic Theory) Dalam Negara sedang berkembang,pada saat proses pembangunan baru

dimulai,tingkat perbedaan kemakmuran antar wilaya cenderung menjadi tinggi (divergence), sedangkan bila proses pembangunan telah balan dalam waktu yang lama maka perbedaan tingkat kemakmuran antar wilayah cenderung menurun (Convegence). Hal ini disebabkan pada Negara sedang berkembang lalu lintas modal masih belum lancar sehingga proses penyesuaian kea rah tingkat keseimbangan pertumbuhan belum dapata terjadi ( Sirojuzilam,2005:9 ). Teori ini mendasarkan analisanya pada komponen fungsi produksi. Unsure-unsur yang menentukan pertumbuhan ekonomi regional adalah

modal,tenga kerja,dan teknologi. Adapun kekhususan teori ini adalah dibahasnya secara mendalam pengaruh perpindahan penduduk (migrasi) dam lalu lintas modal terhadap pertumbuhan regional.

lxi

Masih belum lancarnya fasilitas perhubungan dan komunikasi serta kuatnya tradisi yang menghalangi mobilitas penduduk biasanya merupakan faktor utama yang menyebabkan belum lancarnya arus perpindahan orang dan modal antar daerah. Sedangkan pada Negara-negara yang telah maju proses penyesuaian tersebut dapat terjadi dengan lancar karena telah sempurnanya fasilitas perhubungan dan komunikasi. 2.5.3 Teori Kumulatif Kausatif (Cummulative Causative Theory) Yang mempelopori teori ini adalah Gunnar Myrdal (1957) yang mengatakan adanya suatu keadaan berdasarkan kekuatan relative dari Spread Effect dan Back wash effect. Spread Effect merupakan kekuatan yang menuju konvergensi antar daerah-daerah kay dan daerah-daerah miskin. Dengan timbulnya derah kaya,maka akan tumbuh pula permintaannya terhadap produkproduk daerah miskin. Dengan demikian mendorong pertumbuhannya. Namun Myrdal meyakini bahwasanya dampak Spread Effect ini lebih kecil daripada Back wash effect. Pertambahan permintaan terhadap produk daerah miskin tersebut terutama barang-barang hasil pertanian oleh daerah kaya tentu saja mempunyai nilai permintaan yang rendah,sementara konsumsi daerah miskin terhadap produk daerah kaya akan lebih mungkin terjadi. Para pelopor teori ini menekankan pentingnya campur tangan pemerintah untuk mengatasi perbedaan yang semakin menonjol. 2.5.4 Teori pusat Lingkungan (Core Perpihery Theory). Teori pusat lingkungan ini di kemukakan oleh Friedman sejak tahun 1966,yang melihat hubungan antara pembangunan kota (core) dan desa

lxii

(periphery) disekitarnya. Friedman berusaha untuk merumuskan suatu keadaan yang akan menciptakan suatu suasana kota di areal pedesaan,misalnya adanya kelengkapan yang memadai sebagaimana halnya diperkotaan,atau sebaliknya bagaimana pula menciptakan kehidupan dan nunsa desa di daerah kota.

2.5.5

Teori Pusat Pertumbuhan (Growth Poles Theory) Teori pusat pertumbuhan merupakan salah satu teori yang dapat

menggabungkan antara prinsip-prinsip konsentrasi dengan desentralisasi secara sekaligus. Maka dengan demikian teori pusat pertumbuhan merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pembangunan regional yang saling bertolak belakang,yaitu pertumbuhan dan pemerataan pembangunan keseluruh pelsok daerah. teori ini juga dapat menggabungkan antara kebijaksanaan dan program pembangunan wilayah dan perkotaan terpadu. Pusat pertumbuhan jika dilihat secara fungsional adalah suatu lokasi konsentrasi kelompok usaha atau cabang industri yang karena sifat hubungannya memiliki unsur-unsur kedinamisan sehingga mampu menstimulasi kehidupan ekonomi baik kedalam maupun keluar (derah belakangnya). Secara geografis pusat pertumbuhan adalah suatu lokasi yang banyak memiliki fasilitas dan kemudahan sehingga menjadi pusat daya tarik yang menyebabkan berbagai macam usaha tertarik untuk berlokasi di daerah tersebut dan memanfaatkan fasilitas yang ada. Tidak semua kota generative dapat dikategorikan sebagai pusat pertumbuhan. Pusat pertumbuhan harus memiliki empat cirri yaitu adanya hubungan intern antara berbagai macam kegiatan yang memiliki nilai

lxiii

ekonomi,adanya multiflier effect (efek ganda),konsentrasi geografis,dan bersifat mendorong pertumbuhan daerah belakang. (Robinson,2004: 115). 2.6 Ketimpangan Pembangunan Wilayah Secara teoritis,permasalahan ketimpangan pembangunan antar wilayah mula-mula dimunculkan oleh Douglas C North dalam analisanya tentang teori pertumbuhan Neo-kalasik. Dalam analisa tersebut dimunculkan sebuah prediksi tentang hubungan antara tingkat pembangunan ekonomi nasional suatu Negara dengan ketimpangan pembangunan antar wilayah. Hipotesa ini kemudian lazim dikenal sebagai Hipotesa Neo-klasik (sjafrizal,2008). Menurut hipotesa Neo-klasik ,pada permulaan proses pembangunan suatu Negara,ketimpangan pembangunan antar wilayah cenderung meningkat. Proses ini akan terjadi sampai ketimpangan tersebut mencapai titik puncak. Setelah itu bila proses pembangunan terus berlanjut,maka secara berangsur-angsur

ketimpangan pemabanguan antar wilayah akan tersebut akan menurun (Sjafrizal ,2008). Myrdal dalam jinghan (1990),ketimpangan wilayah berkaitan erat dengan system kapitalis yang dikendalikan oleh motif laba. Motif laba inilah yang mendorong berkembangnya pembangunan terpusat di wilayah-wilayah yang memiliki harapan laba tinggi,sementara wilayah-wilayah yang lainnya tetap terlantar. Lincolin Arsyad (1997) juga berpendapat perbedaan tingkat

pembangunan ekononomi antar wilayah menyebabkan perbedaan tingkat kesejahtraan antar wilayah. Ekspansi ekonomi suatu daerah akan mempunyai

lxiv

pengaruh yang merugikan bagi daerah-daerh lain,karena tenaga kerja yang ada,modal,perdagangan akan pindah ke daerah yang melakukan ekspansi tersebut. Pada kenyataannya ketimpangan tidak dapat dihilangkan dalam

pembangunan suatu daerah. disatu sisi dengan adanya ketimpangan,maka akan memberikan dorongan kepada daerah yang terbelakang untuk dapat berusaha menigkatkan kualitas hidupnya agar tidak jau tertinggal dengan daerah sekitarnya. Disamping itu daerah-daerah tersebut akan bersaing guna meningkatkan kualitas hidupnya,sehingga ketimpangan dalam hal ini memberikan dampak positif. Namun disatu sisi,ada pula dampak negatif yang ditimbulkan dengan semakin tingginya ketimpangan antar wilayah. Hal tersebut berupa inefisiensi

ekonomi,melemahkan stabilitas sosial dan solidaritas,serta ketimpangan yang tinggi dipandang tidak adil (Todaro,2004). Adapun faktor-faktor utama yang menyebabkan terjadinya ketimpangan pembangunan wilayah adalah sebagai berikut : 1. Perbedaan kandungan sumber daya alam Indonesia yang merupakan suatu Negara kepulauan yang sanat besar. Demikian pula dengan kandungan sumber daya alam yang sangat besar pada masin-masing daerah dengan komposisi yang berbeda-beda juga. Perbedaan kandungan sumber daya ala mini jelas akan mempengaruhi kegiatan produksi daerah yang bersangkutan. Daerah dengan kandungan sumber daya alam yang cukup tinggi akan dapat memproduksi barang-barang tertentu dengan biaya relaif murah diabandingkan dengan daerah lain yang mempunyai kandungan sumber daya alam lebih rendah. Kondisi ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi

lxv

daerah yang bersangkutan menjadi lebih cepat. Sedangkan daerah yang kandungan sumber daya alamnya lebih kecil cenderung akan mengalami pertumbuhan yang lambat. 2. Perbedaan Kondisi Demografis Kondisi demografis dalam hal ini menyangkut perbedaan tingkat pertumbuhan dan struktur kependudukan,perbedaan tingkat pendidikan dan kesehatan,perbedaan kondisi ketenagakerjaan,dan perbedaan dalam hal tingkah laku serta etos kerja masyarakat daerah yang bersangkutan. Pengaruhnya dalam hal ketimpangan pembangunan wilayah adalah bahwa akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja masyarakat pada daerah yang bersangkutan.daerah dengan kondisi demografis yang baik akan cenderung mempunyai produktivitas kerja yang lebih tinggi sehingga hal ini akan mendorong peningkatan investasi dan selanjutnya akan meningkatkan penyediaan lapangan kerja dan pertumbuhan daerah yang bersangkutan. 3. Kurang Lancarnya Mobilitas Barang dan Jasa. Mobilitas barang (perdagangan) antar daerah tentu akan mempengaruhi ketimpangan pembangunan antar wilayah. Sebagaimana ditunjukkan oleh Teori Heckser-Ohlin dalam Ilmu ekonomi internasional bahwa apabila kegitan perdagangan internasional dan antar wilayah kurang lancar maka penyamaan harga faktor produksi (factor price equalization) akan terganggu. Akibatnya penyebaran proses pembangunan akan terhambat dan ketimpangan pembangunan antar wilayah akan cenderung menjadi tinggi. Mobilitas barang dan jasa ini meliputi kegitan perdagangan antar daerah. kurang lancarnay mobilitas barang dan jasa,maka kelebihan produksi suatu daerah tidak dapat dijual kedaerah lain

lxvi

yang membutuhkan. Demikian pula halnya dengan migrasi yang kurang lancar menyebabkan kelebihan tenaga kerja suatu daerah tidak dapat dimanfaatkan daerah lain yang sangat membutuhkan. Hal tersebut akan menimbulkan ketimpangan pembangunan antar wilayah karena kelebihan suatu daerah tidak dapat dimanfaatkan oleh yang membutuhkan sehingga daerah terbelakang sulit mendorong proses pembangunannya. 4. Konsentrasi Kegitan Eokonomi Wilayah Konsentrasi kegitan ekonomi antar daerah yang cukup tinggi akan cenderung mendorong meningkatnya ketimpangan pembangunan antar wilayah karena proses pembangunan akan lebih cepat pada daerah dengan konsentrasi kegitan ekonomi yang lebih tinggi. Demikian pula sebaliknya,terjadi pada daerah dengan konsentrasi kegiatan ekonomi yang lebih rendah. Pertumbuhan ekonomi akan cenderung lebih cepat pada daerah dimana terdapat konsentrasi kegiatan ekonomi yang cukup besar. Kondisi tersebut selanjutnya akan mendorong proses pembangunan daerah melalui peningkatan penyediaan lapangan kerja dan tingkat pendapatan masyarakat. Demikian pula apabila konsentrasi kegiatan ekonomi pada suatu daerah relatif rendah yang selanjutnya juga mendorong terjadinya pengangguran dan rendahnya tingkat pendapatan masyarakat setempat.

Konsentrasi kegitan ekonomi tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, terdapatnya sumberdaya alam yang lebih banyak pada daerah tertentu,misalnya minyak bumi,gas, batu bara,dan bahan mineral lainnya. Kedua, meratanya fasilitas transportasi,baik darat,laut,dan udara juga ikut mempengaruhi konsentrasi kegiatan ekonomi antadaerah. Ketiga, kondiai demografis

(kependudukan) juga ikut mempengaruhi karena kegiatan ekonomi akan

lxvii

cenderung terkonsentrasi dimana sumberdaya manusia tersedia dengan kualitas yang baik. 5. Alokasi Dana Pembangunan Antar Wilayah. Investasi merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan pertumbuhan ekonomi suatu daerah. karena itu,daerah yang dapat menarik lebih banyak investasi pemerintah dan investasi swasta akan cenderung memiliki tingkata pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat. Selanjutnya akan mendorong proses pembangunan daerah melalui penyediaan tenaga kerja yang lebih banyak dan tingkat pendapatan perkapita yang lebih tinggi. Alokasi investasi pemerintah kedaerah lebih banyak ditentukan oleh system pemerintahan daerah yang dianut . bila system pemerintahan daerah yang dianut bersifat sentralistik,maka alokasi dana pemerintah akan cenderung lebih banyak dialokasikan pada pemerintah pusat sehingga ketimpangan pembangunan antar wilayah akan cenderung tinggi. Namun, apabila system pemerintahan yang dianut adalah otonomi daerah atau federal,maka alokasi dana akan lebih banyak dialokasikan ke daerah sehingga ketimpangan pembangunan antar wilayah cenderung lebih rendah. Tidak demikian halnya dengan investasi swasta yang lebih banyak ditentukan oleh kekuatan pasar. Kekuatan yang berperan banyak dalam menarik investasi swasta kesutau daerah adalah keuntungan lokasi yang dimiliki daerah tertentu. Sedangkan keuntungan lokasi tersebut ditetntukan oleh ongkos transportasi,baik untuk bahan baku maupun hasil produksi yang harus dikeluarkan oleh pengusaha,perbedaan upah buruh,konsentrasi pasar,tingkat persaingan usaha,dan sewa tanah. Termasuk keuntungan aglomerasi yang timbul karena terjadinya konsentrasi beberapa kegiatan ekonomi terkait pada suatu daerah tertentu. Karena

lxviii

itu,

tidaklah

mengherankan

apabila

investasi

cenderung

lebih

banyak

terkonsentrasi didaerah perkotaan dibanding dengan daerah pedesaan sehingga daerah perkotaan cenderung tumbuh lebih cepat dibandingkan daerah pedesaan (Sjahfrizal,2008). 2.6.1 Indeks Williamson Untuk mengetahui tingkat ketimpangan antar wilayah menggunakan indeks ketimpangan regional (regional inequality) yang dinamakan indeks ketimpangan Williamsons (Sjafrizal,2008):

Dimana : Yi Y fi n = PDRB perkapita daerah i = PDRB perkapita rata-rata seluruh daerah = Jumlah penduduk daerah i = Jumlah penduduk seluruh daerah Indeks Williamsons berkisar antara 0 < IW < 1, dimana semakin mendekati nol artinya wilayah tersebut semakin tidak timpang. Sedangkan bila mendekati satu maka semakin timpang wilayah yang diteliti (Sjafrizal,2008). 2.6.2 Indeks Enthorophy Theil. Untuk mengukur ketimpangan pendapatan regional bruto provinsi,juga menggunakan indeks ketimpangan regional theil. Indeks ketimpangan regional

lxix

Theil tersebut dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu ketimpangan regional dalam wilayah dan ketimpangan regional atau regional. Indeks entrophy theil memungkinkan untuk membuat perbandingan selama kurun waktu tertentu. Indeks ini juga dapat menyediakan secara rinci dalam sub unit geografis yang lebih kecil,yang pertama akan digunakan untuk menganalisis kecenderungan konsentrasi geografis selama periode tertentu dan yang kedua juga penting ketika kita mengkaji gambaran yang lebih rinci mengenai kesenjangan/ketimpangan spasial. Adapun rumus untuk menghitung Indeks Entrophy Theil adalah sebagai berikut :

x log

Dimana : I(y) Yj Y Xj X : Indeks Enthropy Theil : PDRB perkapita kota/Kabupaten j : Rata-rata PDRB perkapita Provinsi : Jumlah Penduduk Kota/kabupaten j : Jumlah Penduduk Provinsi Sama halnya dengan denga Indeks Williamsons,Indeks Enthoropi Theil berksiar antara 0 < IET < 1, dimana semakin mendekati nol artinya wilayah tersebut semakin tidak timpang. Sedangkan bila mendekati satu maka semakin timpang wilayah yang diteliti. 2.7 Hipotesis Kuznets

lxx

Simon Kuznets (1955) dalam kuncoro (2006) membuat hipotesis adanya kurva U terbalik (Inverted U Curve ) bahwa mula-mula ketika pembangunan dimulai,distribusi pendapatan akan makin tidak merata,namun setelah mencapai suatu tingkat pembangunan tertentu,distribusi pendapatan semakin merata. Menurut Kuznet,pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari Negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian

teknologi,institusional (kelembagaan),dan ideologis terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada (Todaro,2004). Professor Kusnetz mengemukakan enam karakteristik atau ciri proses pertumbuhan ekonomi yang bisa ditemui dihampir semua Negara yang sekarang maju sebagai berikut : a) Tingkat pertumbuhan out-put perkapita dan pertumbuhan penduduk tinggi b) Tingkat kenaikan produktivitas faktor total tinggi. c) Tingkat trasnformasi structural ekonomi tinggi. d) Tingkat transformasi sosial dan ideologi tinggi. e) Adanya kecenderungan Negara-negara yang mulai atau sudah maju perekonomiannya untuk berusaha merambah bagian-bagian dunia lainnya sebagai daerah pemasaran dan sumber bahan baku yang baru. f) Terbatasnya penyebaran pertumbuhan ekonomi yang hanya mencapai sepertiga bagian penduduk dunia. Dua faktor yang pertama lazim disebut sebagai variable-variabel ekonomi agregat. Sedangkan nomor tiga dan empat biasa disebut sebagai variabel-variabel

lxxi

transformasi struktural. Adapun dua faktor yang terkhir disebut sebagai variabelvariabel yang mempengaruhi penyebaran pertumbuhan ekonomi secara

internasional (Todaro,2004). Namun sebelumnya hipotesis Kuznets pernah dibuktikan oleh sutarno dan mudrajad kuncoro pada kabupaten banyumas. Pada penelitiannya sutarno dan mudrajad kuncoro (2003) menggunakan Indeks Williamsons untuk mengukur ketimpangan dan melihat hubungannya terhadap pertumbuhan PDRB di Kabupaten Banyumas. Hasil penelitian sutarno dan mudrajad kuncoro (2003) menunjukkan kurva berbentuk U terbalik,dimana pada pertumbuhan awal ketimpangan memburuk dan pada tahap-tahap berikutnya ketimpangan

menurun,namun pada suatu waktu akan terjadi peningkatan ketimpangan lagi dan akhirnya akan menurun lagi sehingga dapat dikatakan peristiwa tersebut seperti berulang kembali. Pada akhirnya analisis Kuznets ( Todaro,2006) menyatakan bahwa pertumbuhan di Negara-negara maju tidak menyebabakan Negara-negara berkembang ikut tumbuh,hal ini dikarenakan Negara berkembang tidak mampu mengikuti pertumbuhan Negara-negara maju tersebut,sehingga terjadilah

kesenjangan antar Negara maju dan Negara berkembang dalam pertumbuhan ekonominya. Kritik utama terhadap kurva Kuznets adalah dimana hasil ini sangat sensitif terhadap ukuran inequality dan pemilihan set data. Dengan melakukan pemilihan berbeda,seseorang bisa mendapat kurva U,kurva U terbalik,atau tidak ada hubungan sama sekali.

lxxii

2.8 Kerangka Konseptual.

Ketimpangan Pembangunan

Tapanuli Utara

Humbang Hasundutan

IndeksWilliamson

Indeks Williamson

Potensi Ekonomi

Potensi Ekonomi

LQ(Location Q i )

LQ ( Location Quatient)

lxxiii

Gambar 2.3. Kerangka Konseptual Penelitian Analisis Ketimpangan Pembangunan Antara Kabupaten Tapanuli Utara dengan Humbang Hasundutan

Pada penulisan skripsi ini, penulis menggunakan beberapa metode analisis data untuk melihat dan menguji besar ketimpangan yang terjadi dikabupaten Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan serta menguji potensi ekonomi kedua daerah degan menggunakan LQ (Location Quatient) serta melakukan uji beda terhadap Indeks Williamsons (IW) dan LQ kedua kabupaten denWhitney test. Dalam gambar tersebut terlihat Metode Analisis Indeks Williamson (IW), Location Quatient (LQ) dipakai sebagai analisis dalam mengukur tingkat ketimpangan pembangunan dan potensi ekonomi daerah dengan LQ.

2.8. Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan yang menjadi objek penelitian, yang kebenarannya masih perlu dibuktikan atau diuji secara empiris. Berdasarkan permasalahan, maka hipotesis penelitiannya adalah sebagai berikut : 1. Terjadi Ketimpangan Pembangunan antara Kabupaten Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan, Cateris Paribus 2. Hipotesis Kuznets tentang U Terbalik berlaku di Kabupaten Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan. Cateris Paribus

lxxiv

3. Sektor-sektor ekonomi unggulan dapat menunjang pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan. Cateris Paribus

Anda mungkin juga menyukai