Tetapi, setelah beberapa puluh tahun kemudian, tampak bahwa Negara industri menjadi
semakin kaya, sedangkan Negara-negara pertanian semakin tertinggal. Terhadap hal ini, maka
secara umum muncul dua kelompok teori . Teori-teori yang menjelaskan bahwa kemiskinan ini
terutama disebabkan oleh factor internal atau factor – factor yang terdapat di dalam Negara yang
berangkutan. Teori ini dikenal dengan teori modernisasi.
Hal berikut akan memperlihatkan bagaimana perdebatan antara beberapa teori modernisasi
tersebut :
TEORI MODERNISASI
Weber mempersoalkan masalah manusia yang dibentuk oleh nilai-nilai budaya di sekitarnya,
khususnya nilai-nilai agama.
Adanya kepercayaan yang mengatakan bahwa ”kalau seseorang berhasil dalam kerjanya
di dunia, hampir dapat dipastikan bahwa dia akan ditakdirkan untuk naik ke surga setelah dia
mati nanti. Kalau kerjanya selalu gagal di dunia, hampir dapat dipastikan bahwa dia akan pergi
ke neraka”, membuat orang-orang penganut agama Protestan Calvin bekerja keras untuk meraih
sukses. Mereka bekerja tanpa pamrih, artinya mereka bekerja bukan untuk mencari kekayaan
material melainkan untuk mengatasi kecemasannya. Inilah yang disebut sebagai etika Protestan
oleh Weber, yakni cara bekerja yang keras dan sungguh-sungguh lepas dari imbalan materialnya.
Contoh: Etika Madura dimana masyarakat madura berpendapat bahwa Siapa yang
menginginkan kesuksesan maka harus berhijrah kedaerah lain. Hal ini dapat kita lihat dengan
banyaknya masyarakat Madura yang merentau dan kebanyakan mereka sukses.
Adanya N- Ach yang tinggi dalam sebuah masyarakat akan mengakibatkan pertumbuhan
ekonomi bagi masyarakat. N-Ach ini semacam virus yang bisa ditularkan. Jadi, N-Ach ini
bukanlah sesuatu yang diawriskan sejak lahir. Selanjutnya McClelland mengatakan bahwa kalau
dalam sebuah masyarakat ada banyak orang yang memiliki n-Ach yang tinggi, dapat diharapkan
masyarakata tersebut akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tempat yang paling
baik untuk memupuk N –Ach adalah di dalam keluarga melalui orang tua. Pendidikan anak
menjadi sangat penting, cerita anak-anak yang beredar harus diarahkan pada nilai N –Ach yang
tinggi.
Contoh: Di negara jepang kegagalan adalah sebuah aib besar dan sebliknya keberhasilan adalah
sebuah prestasi yang luar biasa yang sangat di hargai oleh masyarakat. Dengan pandangan ini
jepang mampu membangun negaranya dengan cepat.
Pembangunan bukanlah permasalahan modal dan teknologi belaka, namun dibutuhkan tenaga
manusia yang terampil dan berkualitas dan mampu mengembangkan sarana tersebut agar
menjadi produktif. Dalam hal ini dibutuhkan yang namanya manusia modern. Manusia modern
adalah manusia yang mempunyai keterbukaan terhadap pengalaman dan ide baru, berorientasi
pada masa sekarang dan masa yang akan datang, mempunyai kesanggupan merencanakan, bisa
melakukan adaptasi dengan cepat, dan lain-lain. Untuk menciptakan manusia modern
menurutnya diperlukan beberapa cara, dari sekian cara pendidikan merupakan cara yang paling
efektif, karena pengaruh pendidikan tiga kali lebih besar dibandingkan dengan cara lain.
Teori Rostow merupakan salah satu modifikasi dari teori Harod-Domar. Hal ini tercermin
pada Teori Rostow tentang tingkat-tingkat pertumbuhan dan tinggal landas. Meskipun
ditambahkan bermacam faktor lain, pada intinya Rostow berbicara tentang usaha peningkatan
tabungan dan investasi dalam memacu perkembangan sebuah masyarakat untuk mencapai posisi
tinggal landas. Sama seperti teori Harod-Domar, teori Rostow ini tidak mempersoalkan masalah
manusia. Masalah manusianya dianggap sebagai sudah tersedia. Sedangkan Teori Bert F.
Hoselitz membahas faktor-faktor non-Ekonomi yang ”ditinggalkan” oleh Rostow. Faktor non-
ekonomi disebut oleh Hoselitz sebagai faktor kondisi lingkungan yang dianggap penting dalam
proses pembangunan. Logikanya, jika dihubungkan dengan teori investasi dan tabungan,
bukankah ketika suatu negara mampu/memiliki kesanggupan untuk menabung dan melakukan
investasi, berarti ia juga mampu memperhatikan kondisi lingkungannya untuk menarik suatu
masyarakat agar mampu meningkatkan tabungan dan investasinya.
Selanjutnya, Hoselitz mengatakan :Kondisi lingkungan ini harus dicari terutama dalam aspek-
aspek non-ekonomi dari masyarakat. Dengan kata lain, lepas dari pengembangan modal seperti
pembangunan sarana sistem telekomunikasi serta transportasi dan insvestasi dalam fasilitas
pelabuhan, pergudangan, dan instalasi-instalasi sejenis untuk perdagangan luar negeri, banyak
dari pembaruan-pembaruan yang terjadi pada periode persiapannya didasarkan pada perubahan-
perubahan pengaturan kelembagaan yang terjadi dalam bidang hukum, pendidikan, keluarga dan
motivasi.
Lewat teori ini, dapat dilihat bahwa meskipun seringkali orang menunjukkan bahwa masalah
utama pembangunan adalah kekurangan modal (Teori Harod-Domar), ada masalah lain yang
juga sangat penting, yaitu adanya keterampilan kerja tertentu, termasuk tenaga kerja yang
tangguh. Oleh karena itu, diperlukanlah perubahan kelembagaan dan lingkungan yang
mempengaruhi pemasokan modal.
Selanjutnya, kita kembali melihat mengenai pentingnya faktor manusia sebagai
komponenpenting penopang pembangunan. Bahwa pembangunan bukan sekedar perkara
pemasokan modal dan teknologi saja. Tetapi dibutuhkan manusia yang dapat mengembangkan
sarana material supaya menjadi produktif. Untuk itu, dibutuhkan apa yang disebut oleh Inkeles
sebagai manusia Modern. Ketika ciri-ciri manuasia modern tersebut, sebagaimana yang
dikemukakan oleh Alex Inkeles dan David H. Smith (keterbukaan terhdap pengalaman dan ide-
ide baru, berorientasi ke masa sekarang dan masa depan, punya kesanggupan merencanakan,
percaya bahwa manusia bisa menguasai lama dan bukan sebaliknya, dan sebagainya) telah
terpenuhi, maka pembangunan yang diharapkan bersama dengan diiringi oleh faktor lain pun
akan tercapai.
TEORI KETERGANTUNGAN
Selain teori Modernisasi, dalam pembangunan terdapat satu pendangan lain lain yang
merupakan antitesis dari teori modernisasi. Teori modernisasi menilai bahwa masalah
pembangunan dan kemiskinan disebabkan oleh faktor internal yaitu ketidakmampuan
masyarakat untuk membangun diri sendiri. Hubungan atau kontak dengan negara-negara maju
dianggap membantu proses pembangunan negara-negara yang sedang berkembang.
Perspektif dependensi muncul setelah perspektif modernisasi diterapkan di banyak negara
terbelakang. Pengamatan yang dilakukan oleh ahli sejarah telah memberikan gambaran serta
dukungan bukti empirik terhadap kegagalan modernisasi. Sebagai sebuah kritik, dependensi
harus dapat menguraikan kelemahan-kelemahan dari modernisasi dan mengeluarkan pendapat
baru yang mampu menutup kelemahan tersebut.
Lain halnya dengan pandangan teori ketergantungan, teori ini memandang bahwa
hambatan pembangunan justru disebabkan oleh turut campurnya negara-negara maju. Bantuan
dari negara maju dianggap akan menimbulkan ketergantungan dan masalah baru bagi negara
yang sedang berkembang.
Teori ketergantungan tahap pertama, teori ini berpangkal pada teori-teori imperialisme
dan kolonialisme. dipelopori oleh:
Bagi Frank, keterbelakangan bukan suatu kondisi alamiah dari sebuah masyarakat. Bukan juga
karena masyarakat itu kekurangan modal. Keterbelakangan merupakan sebuah proses ekonomi,
politik, dan sosial yang terjadi sebagai akibat globalisasi dari sistem kapitalisme.
Prebisch berbicara tentang aspek ekonomi dari persoalan ini, yakni ketimpangan nilai tukar.
Menurut Presbisch, negara-negara yang terbelakang harus melakukan industrialisasi, jika ingin
membangun dirinya. Industrialisasi ini dimulai dengan industri substitusi impor. Barang-barang
industri yang tadinya diimpor, harus diproduksi di dalam negeri. Frank lebih berbicara tentang
aspek politik dari hubungan ini, yakni hubungan politis (dan ekonomi) antara modal sing dengan
kelas-kelas yang berkuasa di negara-negara satelit. Bagi Frank, keterbelakangan hanya bisa
diatasi melalui revolusi yang melahirkan sistem sosialis. Hubungan dengan negara metropolis
selalu berakibat negatif bagi negara satelit. Tidak mungkin ada perkembangan di negara satelit
selama negara ini masih berhubungan dan menginduk kepada negara metropolis. Namun, Dos
Santos berkata lain, Dia menyatakan bahwa negara pinggiran atau satelit bisa juga berkembang,
meskipun perkembangan ini merupakan perkembangan yang tergantung, perkembangan ikutan.
Impuls dan dinamika perkembangan ini tidak datang dari negara satelit tersebut, tetapi dari
negara induknya.
Di dalam teori ketergantungan ini sendiri, pada pokoknya ada dua pendapat yang berbed, yakni :
Frank beranggapan bahwa struktur ketergantungan yang ada di negara satelit tidak akan
memungkinkan negara ini melakukan pembangunan, khususnya industrialisasi. Sedangkan Dos
Santos beranggapan bahwa hal tersebut mungkin, meskipun pembangunan dan industrialisasi
yang terjadi merupakan bayangan dari apa yang terjadi di negara-negara pusat.
Teori Ketergantungan adalah merupakan salah satu kelompok dari Teori Struktural yang
menekankan lingkungan material manusia, yakni organisasi kemasyarakatan beserta sistem
imbalan-imbalan material yang diberikannya, perubahan-perubahan pada lingkungan material
manusia termasuk perubahan-perubahan teknologi. Ada dua induk teori ketergantungan Pertama
adalah seorang Ekonom Liberal, yakni Raul prebish. Dan induk kedua adalah teori-teori Marxis
tentang imperialisme dan kolonialisme.
Pada tahun 1950, Presbich menerbitkan karyanya yang berjudul The Economic Development of
Latin America and its Principal Problems. Teori Pembagian Kerja Secara Internasional, didasarkan
pada Teori Keunggulan Komparatif, membuat negara-negara di dunia melakukan spesialisasi
produksinya, sehingga negara didunia terpecah menjadi dua kelompok, negara-negara pusat yang
menghasilkan barang industri dan negara-negara pinggiran yang menghasilkan produksi pertanian.
Menurut teori di atas, seharusnya keduanya saling beruntung dan sama-sama kaya, tetapi kenyataan
menunjukkan hal yang sebaliknya.
Ini dikarenakan terjadinya penurunan nilai tukar dari komoditi pertanian terhadap komoditi
industri, yang akhirnya menimbulkan defisit neraca perdagangan secara terus menerus. Atas dasar
analisisnya ini, Prebish berpendapat bila ingin keluar dari ketertinggalan ini, negara pinggiran harus
melakukan industrialisasi yang dimulai dari industri subsitusi impor, pemerintah perlu melindungi
industri yang baru tumbuh ini melalui kebijakan proteksi. Bagi Prebisch, campur tangan pemerintah
merupakan sesuatu yang sangat penting untuk membebaskan negara-negara ini dari rantai
keterbelakangannya.
a. Teori God
Teori ini pada dasarnya menyatakan bahwa motifasi utama dari orang-orang Eropa untuk
mengarungi samudra dan bertualang di negara-negara lain adalah untuk menyebarkan agama dan
menciptakan dunia lebih baik.
b. Teori Glory
A Schumpeter, salah satu pencetus teori ini membantah bahwa imperialisme dan kolonialisme
digerakkan oleh dorongan ekonomi, dengan memberikan bukti bahwa banyak negara Eropa
sebenarnya mengalami kerugian secara ekonomi melainkan kehausan akan kekuasaan dan
kebesaran.
c. Teori Gold
Teori ini menjelaskan imperialisme dan kolonialisme melalui motivasi keuntungan ekonomi, teori
ini juga yang menekankan pada keserakahan manusia, yang selalu berusaha mencari tambahan
kekayaan, yang termasuk dalam teori ini adalah A.Habson dan V.I. Lenin.
Bila Marx mengatakan bahwa sentuhan negara-negara kapitalis maju kepada negara-negara pra-
kapitalis yang terkebelakang akan membangunkan negara tersebut untuk berkembang seperti
negara-negara kapitalis di Eropa, maka Baran berpendapat lain, baginya sentuhan ini akan
mengakibatkan negara-negara pra-kapitalis tersebut terhambat kemajuan dan akan terus hidup
dalam keterbelakangan. Perkembangan kapitalisme di negara pinggiran berbeda dengan
perkembangan kapitalisme di negara-negara pusat. Di negara pinggiran, sistem kapitalisme seperti
terkena penyakit kretinisme. Orang yang dihinggapi penyakit ini tetap kerdil dan tidak bisa besar.
Bagi Frank, keterbelakangan hanya bisa diatasi melalui revolusi, yakni revolusi yang melahirkan
sistem sosialis.
3. Komentar Cardoso
Usaha untuk mengerti terjadinya keterbelakangan itu dituangkan dalam analisis yang bersifat
kualitatif, karena banyak persoalan yang tidak bisa dikuantifikasikan. Cardoso membalas kritik
Packenham yang dianggap mau memformalkan Teori ketergantungan menjadi seperangkap konsep
yang bisa diukur dan bersifat a-historis, seakan-akan konsep ini bisa berlaku dalam segala situasi
dan kapan saja. Cardoso mengkritik Chase Dunn dalam usahanya mengkuantifikasikan konsep-
konsep masalah ketergantungan dan menyalahkan Frank, yang mereduksikan masalah
ketergantungan menjadi dikotomi antara kekuatan imperialis negara-negara maju dengan negara-
negara yang terkebelakang.
Teori dependensi baru adalah teori yang muncul akibat adanya kritik terhadap teori dependensi.
Beberapa tokoh yang termasuk dalam teori dependensi baru diantaranya; Fernando Henrique
Cardoso, Thomas B Gold, Hagen Koo, dan Mohtar Mas’oed.
Pada sisi yang lain, menurut cardoso terdapat beberapa dampak negatif dari teori dependensi, yaitu
timpanganya distribusi pendapatan dan ketimpangan ekonomi lainnya. Orientasi pembangunan
ekonomi pada barang-barang yang tahan lama yang tidak diperuntukkan rakyat banyak, akan
menambah hutang luar negeri. Disamping itu, teknologi yang diterapkan pada dunia ketiga adalah
teknologi yang padat modal, bukan padat karya. Hal ini akan menyebabkan ketimpangan, karena
tidak menjadikan tumbuhnya sektor barang-barang modal
Dengan bantuan dari Amerika Serikat, KMT di Taiwan mengubah dirinya menjadi NBO (Negara
Birokratik Otoriter). Industrialisasi merupakan program reformasi yang dilakukan untuk
meningkatkan ekonomi. Gold menyimpulkan, bahwa jika negara dunia ketiga mampu secara
selektif, hati-hati dan terencana membangun hubungan dengan tata ekonomi kapitalis dunia, maka
tidak selalu menghasilkan keterbelakangan dan ketergantungan.
Hagen Koo: Interaksi antara Sistem Dunia, Negara dan Kelas di Korea
Koo mencoba melihat pembangunan di Korea selatan dalam kontek yang terus menerus antar
negara, kelas sosial dan sistem dunia serta pengaruh dari tiga unsur tersebut secara komulatif dan
bersamaan.
Secara ringkas, NBO dicirikan oleh adanya peran dominan para birokrat, khususnya militer yang
melahirkan kebijaksanaan pembatasan partisipasi politik dan ekonomi serta muncul kebijaksanaan
depolitisasi dan demobilisasi.
Di Indonesia NBO lahir dikarenakan karena beberapa sebab, pertama adanya warisan krisis
ekonomi dan politik yang terjadi pada tahun 1960-an. Pengaruh Soekarno masih dianggap
mempunyai pengaruh yang kuat dan masih mempunyai pendukung yang tidak sedikit. Kedua
adanya koalisi intern orde baru yang memaksa untuk segera melakukan restrukturisasi ekonomi
secara radikal. Ketiga adanya orientasi ke luar yang dirumuskan oleh orde baru.
Saat itu pendalaman industrialisasi, kebijaksanaan integrasi vertikal belum terjadi , Indonesia
cenderung masih dalam tahap awal pemulihan dari kehancuran, sehingga Mas’oed menyimpulkan
untuk kasus indonesia lahirnya NBO lebih disebabkan karena faktor krisis politik.