Disusun Oleh
INDRI NUR RAHMAYANTI
19120099
Keberhasilan ini tidak mungkin tercapai tanpa adanya dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak, baik secara langsung amupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan terimakasih kepada Bapak Cahyo Triatmojo, S. Pd selaku dosen pembimbing
mata kuliah Ekonomi Publik.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, sehingga kritik dan
saran yang bermanfaat dan membantu akan sanagt diperlukan dari berbagai pihak.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Barang Publik (Public Goods) dan Barang Privat (Private Goods)
Secara umum barang publik biasa dipahami sebagai sesuatu yang dapat dinikmati atau
dibutuhkan oleh semua orang. Suatu barang publik merupakan barang-barang yang tidak
dapat dibatasi siapa penggunanya dan sebisa mungkin bahkan seseorang tidak perlu
mengeluarkan biaya untuk mendapatkannya. Barang publik adalah barang yang apabial
dikonsumsi oleh individu tertentu tidak akan mengurangi konsumsi orang lain akan barang
tersebut. Barang publik memiliki sifat non-rival dan non-eksklusif. Ini berarti konsumsi atas
barang tersebut oleh sutu individu tidak akan mengurangi jumlah barang yang tersedia untuk
dikonsumsi oleh individu lainnya dan non-eksklusif berarti semua orang berhak menikamti
manfaat dari barang tersebut. Contoh barang publik ini diantaranya udara, cahaya matahari,
papan marka jalan, lampu lalu lintas, pertahanan nasional, pemerintahan dan sebagainya.
Akan sulit untuk menentukan siapa saja yang boleh menggunakan papan marka jalan
misalnya, karena keberadaannya memang untuk konsumsi semua orang. Barang publik
(public goods) adalah barang yang apabila dikonsumsi oleh individu tertentu tidak akan
mengurangi konsumsi orang lain akan barang tersebut. Barang publik sempurna (pure public
goods) adalah barang yang harus disediakan dalam jumlah dan kualitas yang sama terhadap
seluruh anggota masyarakat. Barang publik hampir sama dengan barang kolektif. Bedanya,
barang publik adalah untuk masyarakat secara umum (keseluruhan), sementara barang
kolektif dimiliki oleh satu bagian dari masyarakat (satu komunitas yang lebih kecil) dan
hanya berhak digunakan secara umum oleh komunitas tersebut.
Sedangkan Barang privat adalah barang yang diperoleh melalui mekanisme pasar,
dimana titik temu antara produsen dan konsumen adalah mekanisme harga. Sebagian besar
barang yang kita konsumsi adalah barang privat, yaitu barang yang hanya dapat digunakan
oleh satu konsumen pada satu waktu. Misalnya, ketika seseorang sedang memakan kue
miliknya, orang lain tidak dapat melakukan hal serupa. Eksklusivitas kepemilikan menjadi
faktor pembeda utama barang privat dengan barang publik.
2
Sifat-sifat barang privat tersebut adalah :
1) Rivalrous consumption, dimana konsumsi oleh satu konsumen akan mengurangi atau
menghilangkan kesempatan pihak lain untuk melakukan hal serupa. Terjadi rivalitas
antar calon konsumen dalam mengkonsumsi barang ini.
2) Excludable consumption, dimana konsumsi suatu barang dapat dibatasi hanya pada
mereka yang memenuhi persyaratan tertentu (biasanya harga), dan mereka yang tidak
membayar atau tidak memenuhi syarat dapat dikecualikan dari akses untuk mendapatkan
barang tersebut (excludable). Contohnya, pakaian di toko hanya dapat dinikmati oleh
mereka yang membeli atau membayar, sementara mereka yang tidak membayar tidak
dapat menikmati pakaian tersebut.
3) Scarcity, yaitu kelangkaan atau keterbatasan dalam jumlah. Kelangkaan dan ketersediaan
inilah yang menimbulkan kedua sifat sebelumnya.
Barang privat biasanya memang diadakan untuk mencari profit atau laba. Karena sifat-
sifatnya tadi, barang privat dapat menjaga efisiensi pasar dalam pengadaannya. Efisiensi
inilah yang menarik minat sektor swasta dan menimbulkan pemahaman bahwa barang privat
adalah barang yang diproduksi oleh sektor swasta. Meskipun begitu, pemerintah pun
sebenarnya dapat berlaku sebagai sektor swasta dan menjadi bagian dari pasar dalam
penyediaan barang privat untuk tujuan-tujuan tertentu.
2. Nonrivalitas. Sifat kedua yang menjadi karakter dari barang-barang publik adalah
nonrivalitas. Barang-barang nonrivalitas adalah barang dimana manfaatnya dapat diberikan
bagi pengguna tambahan dengan biaya marjinal nol. Pada sebagian besar barang, tambahan
3
jumlah konsumsi membutuhkan sejumlah biaya produksi marjinal. Misalkan tambahan
pemirsa pada satu saluran televisi tidak akan menambah biaya meskipun tindakan ini
menyebabkan terjadinya tambahan konsumsi. Konsumsi oleh tambahan pengguna dari barang
semacam itu adalah nonrivalitas/nonpersaingan sehingga tambahan konsumsi tersebut
membutuhkan biaya marjinal sosial dari produksi sebesar nol, konsumsi tersebut tidak
mengurangi kemampuan orang lain untuk mengkonsumsi.
4
maka siapa saja di negara itu tidak bisa dicegah untuk menikmati rasa aman, peluang bagi
orang lain untuk turut menikmati keamanan sama sekali tidak berkurang.
3. Sumber daya milik bersama (common resources) adalah barang-barang yang tidak
ekskludabel, namun rival. Contoh: ikan laut. Tidak ada seseorang yang melarang menangkap
ikan laut, atau meminta bayaran kepada nelayan atas ikan-ikan yang mereka tangkap. Namun
ada saat seseorang melakukannya, maka jumlah ikan di laut berkurang, sehingga kesempatan
orang lain melakukan hal yang sama menjadi berkurang.
4. Adapula barang yang ekskludabel, namun tidak memiliki rival. Barang seperti ini
muncul dalam situasi monopoli ilmiah, yaitu produksi yang dikuasai oleh satu perusahaan.
Contoh: Jasa pemadam kebakaran suatu kota kecil. Sangatlah mudah mencegah seseorang
menikmati jasa ini. Petugas kebakaran dapat membiarkan sebuah rumah terbakar begitu saja.
Namun jasa perlindungan kebakaran ini tidaklah bersifat rival, karena kebakaran rumah tidak
terjadi setiap saat, dan setiap rumah memperoleh perlindungan yang sama. Petugas pemadam
kebakaran lebih sering menunggu daripada beraksi memadamkan kebakaran, sehingga
melindungi sebuah rumah tambahan tidak akan mengurangi kualitas perlindungan mereka
pada rumah-rumah lain. Dengan kata lain, begitu pemerintah kota membuat anggaran untuk
jasa pemadam kebakaran, maka tambahan untuk melindungi tambahan satu rumah baru
sangatlah kecil.
5
gratis. Dengan kata lain, berkat adanya undang-undang hak paten, pengetahuan spesifik dan
teknis sifatnya ekskludabel, sedangkan pengetahuan umum tidak bisa dijadikan ekskludabel.
3. Pengentasan Kemiskinan. Sistem kesejahteraan bersama memberikan sedikit uang kepada
keluarga miskin. Begitu juga, program makanan murah ditujukan untuk mengurangi biaya
pembelian makanan bagi keluarga miskin berbagai program tempat tinggal dari pemerintah
membuat harga tempat tinggal lebih terjangkau. Program-program anti kemiskinan ini
dibiayai oleh pajak yang dipungut permerintah dari keluarga atau individu yang sukses secara
finansial.
6
dengan kerja bakti. Free rider adalah mereka yang tidak ikut kerja bakti, tetapi kemudian ikut
menggunakan jalan desa tersebut.
Penyebab sektor bisnis gagal dalam menyediakan barang publik, yaitu:
Dilihat dari sifatnya yang non-excludable, bahwa apabila suatu barang publik tersedia,
tidak ada yang dapat menghalangi siapapun untuk memperoleh manfaat dari barang tersebut,
sektor swasta tentu akan menyerahkan pada pihak lain untuk mengadakan barang publik
karena terlalu tidak efisien bagi mereka. Hal ini kemudian menimbulkan penafsiran bahwa
barang publik adalah barang yang harus disediakan oleh pemerintah. Hal ini tidak selamanya
benar. Karena penggunaannya yang untuk publik, maka pada hakikatnya, publiklah yang juga
harus menyediakannya. Sektor swasta biasanya kemudian mengembangkan cara-caranya
sendiri untuk mengatasi efek eksternalitas dan free rider yang dapat menimbulkan inefisiensi
tersebut. Contoh: sistem jalan toll, sehingga hanya mereka yang membayar yang dapat
menggunakan jalan tersebut.
Pemerintah pun pada hakikatnya hanya dapat terwujud karena diadakan oleh publik.
Pihak pemerintah pun mengadakan barang publik dengan meminta kontribusi dari publik,
diantaranya dengan pajak. Selain itu, sering kali juga pemerintah dapat bertindak sebagai
fasilitator penyedia barang publik untuk kemudian hanya masyarakat tertentu yang bisa
menikmatinya, atau untuk meningaktkan efisiensi produksinya kemudian bekerja sama
dengan sektor swasta dengan batasan-batasan tertentu. Contohnya penyediaan tenaga listrik
atau pengolahan air bersih, yang hanya dapat dinikmati oleh mereka yang membayar untuk
itu, atau membangun jalan dan jembatan juga dari pajak, dan sebagainya. Bisa saja kemudian
masyarakat sendiri yang menyedaikan barang publik untuk pemenuhan kebutuhannya,
misalnya dengan kerja bakti dan sebagainya.
7
CONTOH KASUS PUBLIC GOODS
Manfaat dari pengklasifikasian barang atau jasa mempermudah dalam menentukan
pengaturan-pengaturan tentang institusi (lembaga) mana yang paling berperan dalam
penyediaannya.
“Pure public goods have two critical properties. The first is that it is not feasible to
ration their use. The second is that it is not desirable to ration their use.” (Stiglitz, 188:199).
Barang publik (public goods) adalah barang yang apabila dikonsumsi oleh individu
tertentu tidak akan mengurangi konsumsi orang lain akan barang tersebut. Suatu barang
publik merupakan barang-barang yang tidak dapat dibatasi siapa penggunanya dan sebisa
mungkin bahkan seseorang tidak perlu mengeluarkan biaya untuk mendapatkannya. Barang
publik adalah untuk masyarakat secara umum (keseluruhan) sehingga dari semua kalangan
dapat menikmatinya.
Contoh barang publik ini diantaranya udara, cahaya matahari, papan marka jalan,
lampu lalu lintas, pertahanan nasional, pemerintahan dan sebagainya. Akan sulit untuk
menentukan siapa saja yang boleh menggunakan barang publik karena keberadaannya
memang untuk konsumsi semua orang.
Penilaian terhadap sifat publik atau privat dari sebuah barang maupun jasa tidak bisa
dinilai berdasarkan karakteristik inheren yang dimilikinya. Menurut Gaye Yilmaz (2005),
sifat “publik” dari sebuah barang atau jasa merujuk pada persoalan cara barang atau jasa
tersebut diberikan (delivered) kepada masyarakat. Penilaian terhadap sifat publik atau privat
dari sebuah barang maupun jasa tidak bisa dinilai semata-mata berdasarkan apakah ia dapat
diperdagangkan atau tidak. Menurut Yilmaz, sesuatu disebut sebagai public goods ketika
negara memiliki peran utama dalam proses pengadaan maupun penyalurannya sehingga dapat
dinikmati oleh seluruh warga negara. Di sini, negara meyakini bahwa ia merupakan
kebutuhan bersama. Dalam dunia nyata jarang sekali barang yang bersifat publik atau privat
100%, kebanyakan bersifat publik semu dengan derajad kesemuan yang berbeda-beda
Pemerintah pun pada hakikatnya hanya dapat terwujud karena diadakan oleh publik.
Pihak pemerintah pun mengadakan barang publik dengan meminta kontribusi dari publik,
diantaranya dengan pajak. Selain itu, seringkali juga pemerintah dapat bertindak sebagai
fasilitator penyedia barang publik untuk kemudian hanya masyarakat tertentu yang bisa
menikmatinya atau untuk meningkatkan efisiensi produksinya kemudian bekerja sama
dengan sektor swasta dengan batasan-batasan tertentu. Contohnya penyediaan tenaga listrik
8
atau pengolahan air bersih, yang hanya dapat dinikmati oleh mereka yang membayar untuk
itu, atau membangun jalan dan jembatan juga dari pajak, dsb. Bisa saja kemudian masyarakat
sendiri yang menyediakan barang publik untuk pemenuhan kebutuhannya, misalnya dengan
kerja bakti dsb. Disisi lain, pemerintah memiliki kesulitan dalam mengatur jumlah penarikan
kontribusi secara langsung kepada para pengguna public goods, karena pembayaran tidak
berhubungan langsung dengan permintaan maupun pemanfaatannya. Untuk itu diperlukan
mekanisme pasar yang diatur melalui suatu proses politik yang dapat menentukan seberapa
banyak public goods yang harus disediakan dan seberapa besar kontribusi yang harus dibayar
oleh para pengguna baik melalui pajak, retribusi maupun bentuk-bentuk kontribusi lainnya.
Sektor swasta tentu akan menyerahkan pada pihak lain untuk mengadakan barang
publik karena terlalu tidak efisien bagi mereka. Hal ini kemudian menimbulkan penafsiran
bahwa konteks public goods adalah barang yang harus disediakan oleh pemerintah. Hal ini
tidak selamanya benar. Karena penggunaannya yang untuk publik, maka pada hakikatnya,
publiklah yang juga harus menyediakannya. Savas (2000 : 53) mengemukakan bahwa
masyarakat dapat menyediakan sendiri kebutuhan akan barang atau jasa yang bersifat kolektif
melalui voluntary action (kesukarelaan).
Public goods di dalam komunitas yang cukup besar dan relatif kompleks
membutuhkan peralatan dan biaya yang relatif lebih banyak. Untuk itu diperlukan kontribusi
dari masyarakat untuk mengatur penyediaannya, misalnya dengan menerapkan sistem pajak
sebagai bentuk dari kontribusi dan hasil pengumpulannya digunakan untuk membiayai
kegiatan tersebut. Disinilah peran pemerintah dibutuhkan untuk memfasilitasi kepatuhan
masyarakat terhadap aturan-aturan dalam memberikan kontribusi, misalnya memberikan
sangsi kepada masyarakat yang tidak taat pajak atau sebaliknya memberikan insentif kepada
yang taat membayar pajak.
Barang publik memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan barang lainnya, yakni :
1. Non exclusive
Apabila suatu barang publik tersedia, tidak ada yang dapat menghalangi siapapun untuk
memperoleh manfaat dari barang tersebut atau dengan kata lain, setiap orang memiliki akses
ke barang tersebut. Jadi semua orang, baik orang tersebut membayar maupun tidak membayar
dalam mengkonsumi barang atau jasa tersebut, ia tetap memperoleh manfaat.
Sebagai contoh dalam konteks pasar, baik mereka yang membayar maupun tidak membayar
dapat menikmati barang tersebut. Sebagai contoh, masyarakat membayar pajak yang
9
kemudian diantaranya digunakan untuk membiayai penyelenggaraan jasa kepolisian
misalnya, akan tetapi yang kemudian dapat menggunakan jasa kepolisian tersebut tidak hanya
terbatas pada yang membayar pajak saja. Mereka yang tidak membayar pun dapat mengambil
menfaat atas jasa tersebut. Singkatnya, tidak ada yang dapat dikecualikan (excludable) dalam
mengambil manfaat atas barang publik. Contoh yang lain adalah Hankam. Semua penduduk
mendapat perlindungan yang sama dalam bidang Hankam, baik mereka yang membayar jasa
Hankam maupun yang tidak membayar. Hal serupa dapat diterapkan pada tingkat lokal
seperti program pengendalian nyamuk atau program pencegahan melawan penyakit. Dalam
kasus ini sekali program tersebut diimplementasikan, seluruh penduduk dari komunitas
tersebut diuntungkan, dan tidak seorangpun dapat dikecualikan dai manfaat tersebut, tanpa
memperhitungkan apakah mereka membayar atau tidak.
2. Non Rivalry
Non-rivalry dalam penggunaan barang publik berarti bahwa penggunaan satu konsumen
terhadap suatu barang tidak akan mengurangi kesempatan konsumen lain untuk juga
mengkonsumsi barang tersebut. Setiap orang dapat mengambil manfaat dari barang tersebut
tanpa mempengaruhi menfaat yang diperoleh orang lain.
Sebagai contoh, dalam kondisi normal, apabila kita menikmati udara bersih dan sinar
matahari, orang-orang di sekitar kita pun tetap dapat mengambil manfaat yang sama, atau
apabila kita sedang mendengar adzan dari sebuah mesjid misalnya, tidak akan mengurangi
kesempatan orang lain untuk ikut mendengarnya. Kemudian misalkan satu tambahan mobil
melintas di jalan raya selama periode tidak ramai. Karena jalan tersebut sudah ada, satu lagi
kendaraan melintas tidak membutuhkan sumberdaya tambahan dan tidak mengurangi
konsumsi pihak lainnya. Satu lai tambahan pemirsa pada satu saluran televisi tidak akan
menambah biaya meskipun tindakan ini menyebabkan terjadinya tambahan konsumsi.
Konsumsi oleh tambahan pengguna dari barang semacam itu adalah
nonrivalitas/nonpersaingan sehingga tambahan konsumsi tersebut membutuhkan biaya
marjinal sosial dari produksi sebesar nol; konsumsi tersebut tidak mengurangi kemampuan
orang lain untuk mengkonsumsi.
3. Joint consumption
Barang atau jasa dapat digunakan atau dikonsumsi bersama-sama. Suatu barang atau jasa
dapat dikatakan memiliki tingkat joint consumption yang tinggi jika barang atau jasa tersebut
dapat dikonsumsi bersama-sama secara simultan dalam waktu yang bersamaan (joint
10
consumption) tanpa saling meniadakan manfaat (rivalitas) antara pengguna yang satu dan
lainnya. Sedangkan untuk barang atau jasa yang hanya dapat dimanfaatkan oleh seseorang
dan orang lain kehilangan kesempatan menikmatinya, maka barang atau jasa tersebut
dikatakan memiliki tingkat joint consumption yang rendah.
4. Externalities
Dapat dibedakan menjadi dampak positif (External Benefit) atau dampak negatif (External
Cost) yang diperoleh dari memproduksi, mendistribusikan atau memngkonsumsikan barang
atau jasa yang dibebankan kepada orang lain yang tidak secara langsung mengkonsumsi
barang tersebut.
Contoh External Benefit: Imunisasi, pendidikan dasar. Dengan dilakukan imunisasi, maka
terjangkitnya penyakit tersebut dalam masyarakat menjadi kecil.
Contoh External Cost : rumah-rumah yang terletak di pinggir jalan akan mendapat polusi dari
kendaraan yang melalui jalan itu, padahal mereka tidak membayar untuk itu. Polusi ini adalah
contoh eksternalitas negatif. Contoh lain, sebuah taman yang cukup besar dibangun di tengah
kota dengan tujuan untuk dijadikan obyek wisata dan menambah pendapatan kota tersebut.
Eksternalitas yang kemudian mungkin terjadi adalah efek estetika kota dan udara yang relatif
lebih bersih di sekitar taman tersebut. Ini adalah contoh eksternalitas positif. Disebut
eksternalitas karena efek-efek ini terjadi diluar tujuan penyelenggaraannya. Kita tidak akan
terlalu banyak membahas mengenai terminologi eksternalitas ini karena konteksnya dapat
sangat meluas. Kita hanya perlu memahami pengertian dasarnya saja.
5. Indivisible
Yakni tidak bisa dibagi-bagi dalam satuan unit yang standar untuk bisa di delivery.
6. Marginal Cost = 0
11
Artinya, tidak ada tambahan biaya untuk memproduksi tambahan satu unit output
Contoh : biaya untuk bikin jalan tol utk satu atau seratus orang adalah sama. Dibiayai oleh
tarif atau harga, disediakan melalui mekanisme birokrasi atau politik.
Efek-efek yang terkait dengan kedua sifat barang publik ini adalah
Free riders. Free riders ini adalah mereka yang ikut menikmati barang publik tanpa
mengeluarkan kontribusi tertentu sementara sebenarnya ada pihak lain yang berkontribusi
untuk mengadakan barang publik tersebut. Contohnya adalah mereka yang tidak membayar
pajak tadi, tapi ikut menikmati jasa-jasa atau barang-barang yang diadakan atas biaya pajak.
Contoh lain, sebuah jalan desa dibangun dengan kerja bakti. Free rider kemudian adalah
mereka yang tidak ikut kerja bakti, tetapi kemudian ikut menggunakan jalan desa tersebut.
Dalam ilmu ekonomi, keberadaan masalah free rider dan eksternalitas inilah yang kemudian
menyebabkan terjadinya inefisiensi pasar.
13
ANALISIS WOT PUBLIC GOODS
Ruang lingkup sebuah perusahaan antara lain meliputi aktivitas sebagai berikut
yaitu membina hubungan ke dalam (internal public) dan hubungan keluar (eksternal
public). Adapun maksud bagian yang perlu dibina hubungan ke dalam-nya yaitu publik
yang menjadi bagian dari organisasi itu sendiri. Sedangkan untuk membina hubungan
keluar-nya yaitu meliputi publik umum atau masyarakat dengan tujuan mengupayakan
terciptanya sikap dan gambaran publik yang positif terhadap perusahaan yang diwakilinya.
Selain publik dan hubungan di dalam organisasi yang meliputi lingkungan internal
sebuah perusahaan, terdapat juga identitas diri sebagai lingkungan internal yang perlu
diperhatikan perusahaan. Identitas sebagai linkungan internal pada TB Rumah Buku,
sebagai berikut konsep, lokasi, produksi, sistem, anggaran, dan citra perusahaan. Pada
lingkungan internal perusahaan, TB Rumah Buku memiliki lima faktor kekuatan
(strengths) dan lima faktor kelemahan (weaknesses) yang bersumber dari dalam
perusahaan. Faktor kekuatan yang terdapat pada TB Rumah Buku yaitu, meliputi:
14
Anggaran Memiliki kekuatan Kesulitan
modal dalam
Struktur Ruang lingkup kerja Ketersediaan karyawan
bersifat masih
Dari kekuatan dan kelemahan yang diketahui pada TB Rumah Buku, perlu dilakukan
analisis lanjut untuk dapat menghadapi peluang dan ancamannya. Kekuatan dan
kelemahan bersumber dari dalam perusahaan sendiri, dan pada TB Rumah Buku
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki terdiri dari konsep, tempat, sistem anggaran dan
struktur organisasi.
15
diketahui faktor peluang (opportunities) dan ancaman (threats) yang dapat membantu
perusahaan dalam menghadapi masa depannya.
1. Publik pemerintah,
2. Publik Pelanggan,
3. Publik Konsumen,
5. Publik supplier
Berdasarkan peluang dan ancaman yang diketahui pada TB Rumah Buku, secara
fokus perusahaan dapat menciptakan sebuah strategi yang dipadupadankan dengan
kekuatan dan kelemahan yang diketahui. Sehingga perusahaan dapat secara fokus
menghadapi dunia bisnisnya. Hal ini membuktikan bahwa antar keempat faktor yang
ada pada sebuah perusahaan tidak dapat terlepas satu sama lainnya. Dan keempat
faktornya dapat saling mepengaruhi jalannya sebuah bisnis.
Kegiatan public relations merupakan suatu hal penting yang tidak dapat diabaikan oleh
sebuah perusahaan termasuk TB Rumah Buku dalam menjalankan aktivitasnya. Melalui
kegiatan public relations diharapkan mampu menunjang kegiatan manajemen pada
TB Rumah Buku untuk dapat dengan baik membantu perusahaan mencapai tujuannya.
Secara garis besar kegiatan public relations sejatinya tidak akan jauh meliputi dua fungsi
yang prinsipnya penting kaitannya yaitu terhadap keberadaan perusahaan (internal) dan
lingkungan sekitar (eksternal) yang mudah berubah serta memengaruhinya. Dengan
adanya fungsi public relations, diharapkan dapat menghindarkan suatu kesalahpahaman
antara TB Rumah Buku dengan publiknya.
16
Untuk mengetahui apa yang perlu dilakukan perusahaan dalam membina
hubungan terhadap publik internal dan eksternalnya, perlu dilakukan analisis lingkungan.
Analisis lingkungan merupakan proses pemantauan lingkungan perusahaan untuk
mengidentifikasi ancaman maupun peluang yang mungkin berpengaruh terhadap
perencanaan perusahaan dalam mencapai tujuan yang diharapkannya. Dan yang dimaksud
dengan lingkungan adalah semua bagian yang berada atau terkait di dalam (internal)
maupun di luar (eksternal) perusahaan yang dapat memengaruhi perencanaan dalam
mencapai tujuannya. Dengan menganalisis lingkungan, maka perusahaan akan
mendapatkan manfaat dalam mengetahui ke arah mana perusahaan akan pergi, bagaimana
mencapainya, serta tindakan apa yang perlu dilakukan agar dapat memaksimalkan
kekuatan dan merebut peluang yang ada.
Keterbatasan SDM
17
Opportunities (O) Strategi SO Strategi WO
Pemasok yang
berkualitas
Pelanggan belum
mencapai target
F. Diskusi
18
Dari kegiatan analisis yang telah dilakukan dalam suatu kerangka kerja dengan cara
penggabungan atau kombinasi antar unsur-unsur, mampu menghasilkan sepuluh alternatif
strategi yang kemudian perlu dilakukan perumusan strategi oleh perusahaan sebagai
kebijakan yang akan ditetapkan dalam pembuatan program. Strategi SO merupakan
strategi yang dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan dengan memanfaatkan seluruh
kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang. Strategi ST adalah strategi yang
menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman. Strategi
WO merupakan strategi yang diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada
dengan cara meminimalkan kelemahan. Dan strategi WT didasarkan pada kegiatan yang
berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. (Rangkuti
2013:84) Dari berbagai strategi yang dihasilkan berdasarkan kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman pada TB Rumah Buku, diharapkan dapat memberikan manfaat
dalam perencanaan- perencanaannya dan diharapkan juga dapat membantu perusahaan
dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam menjalankan dunia bisnisnya.
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Barang publik adalah barang yang apabila dikonsumsi individu tertentu tidak akan
mengurangi konsumsi orang lain akan barang tersebut, bersifat non-rival dan non-eksklusif.
Macam barang publik menurut penggunaannya, ayitu non-rivalry dan non-excludable.
Barang publik yang penting yaitu pertahanan nasional, penelitian ilmu pengetahuan dan
pengentasan kemiskinan. Dalam penyediaan barang publik tercipta adanya free riders adalah
orang yang ikut menikmati barang publik tanpa mengeluarkan kontribusi tertentu, sementara
ada pihak lain yang berkontribusi untuk mengadakan barang publik tersebut.
B. Saran
Akhirnya pemenuhan barang publik adalah dilakukan oleh pemerintah melalui
keputusan politik. Cara penentuan tersebut hendaknya dapat ditempuh melalui proses otoriter
atau monopoli oleh pemimpin politik, dan proses voting yang melibatkan wakil rakyat.
Dalam proses monopoli, pemerintah hendaknya dapat mengetahui kebutuhan masyarakat,
kemudian pemerintah harus menyusun daftar kebutuahn barang publik serat melaksanakan
pemenuhannya dan menetapkan pajak kepada warga negaranya.
Selanjutnya, walaupun penyusun telah berusaha semaksimal mungkin dalam membuat
makalah ini, namun tak ada gading yang tak retak, karena itu kritik dan saran yang
membangun sangatlah penyusun harapkan dari semua pihak, demi menyempurnakan
penyusunan makalah selanjutnya.
20
DAFTAR PUSTAKA
http://ana-ekonomi.blogspot.com/2010/07/konsep-barang-publik.html
http://arti-sai.blogspot.com/2010/10/pengertian-barang-publik-dan-barang.html
iii