dalam
Pembangunan
i
Sanksi Pelanggaran
Pasal 72 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002
Tentang Hak Cipta
ii
Dr. Adrian Tawai, S.Sos., M.Si.
Dr. Muh. Yusuf, S.Sos., M.Si.
Partisipasi Masyarakat
dalam
Pembangunan
ISBN: 978-602-60907-4-4
ix+106 hlm.; 13 x 19 cm
Editor/Penyunting
Dr. H. Amiruddin, M.Pd.
Desain Sampul
Mubin YP
Tata Letak
Agung Dermawansa
Penerbit
Literacy Institute
Bumi Wanggu Permai II Blok D/12
Kota Kendari, 93231, Telp. 08114090335
Email: literacyinstitute@yahoo.com
Website: www.literacyinstitute.org
iv
Kata Pengantar
vii
Daftar Isi
Bab 1 Pendahuluan
A. Latar Belakang ................................................. 1
B. Kontribusi Penelitian ........................................ 6
C. Sistematika Buku Ini ........................................ 7
Bab 2 Konsep Partisipasi Masyarakat
A. Konsep Partisipasi ............................................ 9
B. Bentuk Partisipasi ............................................. 15
Bab 3 Konsep Pembangunan
A. Konsep Dasar Pembangunan ............................ 25
B. Tujuan dan Manfaat Pembangunan .................. 33
Bab 4 Kerangka Pikir dan Desain Penelitian
A. Kerangka Pikir .................................................. 37
B. Definisi Operasional Variabel .......................... 39
C. Jenis Penelitian ................................................. 41
D. Kecamatan Abeli sebagai Lokus Penelitian ..... 41
E. Unit Analisis ..................................................... 42
F. Jenis dan Sumber Data ..................................... 43
G. Teknik Pengumpulan Data ............................... 43
H. Teknik Analisis Data ........................................ 44
viii
Bab 5 Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan
A. Gambaran Umum Kecamatan Abeli ................. 48
B. Deskripsi Partisipasi Masyarakat ..................... 61
C. Deskripsi Pembangunan ................................... 82
Bab 6 Penutup
A. Simpulan .......................................................... 98
B. Saran ................................................................. 99
Daftar Pustaka ............................................................. 101
Tentang Penulis ............................................................ 104
ix
Bab 1
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Penelitian strategi yang tepat dalam pembinaan par-
tisipasi masyarakat dalam dinamiasi kehidupan masya-
rakat, memerlukan pertimbangan tentang makna penting-
nya pembinaan partisipasi tersebut. Strategi tersebut harus
dapat mencerminkan kebutuhan dan hubungan langsung
dengan rakyat banyak serta melibatkan seluruh rakyat
untuk secara aktif dalam melakukannya. Singkatnya
proses pengambilan keputusan, pelaksanaan dan peng-
awasan serta penilaian harus melibatkan rakyat. Rakyat
tidak saja ikut serta sebagai objek ataupun penerima hasil,
tetapi juga sebagai subjek yang aktif dalam proses
(Prijono Tjiptoherijanto, 1993: 22).
Strategi pembangunan yang terlalu sentralistik me-
rupakan contoh ketidakpastian birokrasi masa lalu ter-
hadap variasi pembangunan masyarakat lokal dan kurang
Adrian Tawai ~ M. Yusuf | 1
tanggap terhadap kepentingan dan kebutuhan akan masya-
rakat di tingkat Kecamatan. Hal ini menyebabkan partisi-
pasi dan spirit masyarakat untuk mengembangkan potensi
lokal tidak dapat berkembang dengan wajar. Partisipasi
masyarakat menurut pejabat hanya ditekankan dalam hal
pembayaran pajak, pelaksanaan kebijakan yang telah di-
tetapkan oleh pemerintah, penerapan teknologi yang di-
perkenalkan atau mengkonsumsi produk dalam negeri
serta kontribusi materi yang berupa tanah, batu, semen,
dan lain-lain.
Untuk tercapainya keberhasilan pembangunan
masyarakat Kecamatan, maka segala program perencana-
an, pelaksanaan serta evaluasi pembangunan harus meli-
batkan masyarakat secara penuh, karena mereka yang
mengetahui permasalahan dan kebutuhan dalam rangka
membangun wilayahnya sebab mereka nantinya yang
akan memanfaatkan dan menilai tentang berhasil atau
tidaknya pembangunan di wilayah mereka.
Kecamatan merupakan perpanjangan tangan dari
pemerintah yang behubungan langsung dengan masya-
rakat sebagian besar penduduk Indonesia yang perlu men-
dapatkan perhatian yang sebesar-besarnya, sebagai upaya
untuk meningkatkan kualitas taraf hidup dan kemampuan
2 | Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan
masyarakat di wilayah pelosok atau terpencil yang dilaku-
kan melalui peningkatan prakarsa dan swadaya masya-
rakat kecamatan dengan cara pemanfaatan potensi Sumber
Daya Alam (SDA) yang ada di wilayah tersebut serta dana
bantuan langsung maupun tidak langsung yang diper-
untukan bagi pembangunan per-kecamatan.
Pembangunan di wilayah kecamatan diarahkan
untuk meningkatkan kesejahteraan yang makin meman-
tapkan ketahanan masyarakat dalam upaya meletakkan
dasar dan landasan ekonomi, sosial, budaya, politik, ke-
amanan dan ketahanan nasional. untuk itu, pembangunan
kecamatan diarahkan kepada kegiatan pengembangan
secara terpadu dan menyeluruh dengan cara pember-
dayaan setiap komponen masyarakat dalam rangka me-
ningkatkan pengembangan masing-masing kecamatan dari
kecamatan swakarya menuju kecamatan swasembada.
Pembangunan kecamatan mencakup seluruh ke-
giatan yang berlangsung di kecamatan dan meliputi se-
luruh aspek kehidupan masyarakat yang dilaksanakan
secara terpadu dengan tetap mengembangkan prinsip
swadaya dan gotong royong. Garis-Garis Besar Haluan
Negara (GBHN, 1999) ditetapkan bahwa pembangunan
daerah dan pembangunan kecamatan dilakukan dengan
Adrian Tawai ~ M. Yusuf | 3
cara meningkatkan kerukunan antar masyarakat (pendu-
duk) dalam memanfaatkan sumber-sumber kekayaan alam
yang tersedia secara berkesinambungan dan dalam rangka
menanggulangi masalah-masalah yang ada. Dalam hubu-
ngannya dengan berbagai kebijaksanaan program pemba-
ngunan bidang sektoral perlu diserasikan dengan potensi
dan kondisi masing-masing wilayah dalam kecamatan.
Peran masyarakat di kecamatan dalam membangun
wilayahnya semakin besar dengan pembentukan suatu
lembaga yang berada di wilayah kecamatan yang diberi
nama Lembaga Pemberdayaan Masyarakat, berdasarkan
ketentuan dalam Undang-Undang Nomor. 32 Tahun 2004
Tentang Pemerintah Daerah. Dalam konsep pelaksanaan
Undang-Undang tersebut, khususnya yang menyangkut
pelaksanaan tugas pemerintah di kecamatan, merupakan
penyempurnaan konsep yang dimiliki oleh Lembaga
Ketahanan Masyarakat Kecamatan pada saat berlakunya
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Peme-
rintah Kecamatan. Penyempurnaan konsep tersebut ter-
lihat dari semakin besarnya campur tangan masyarakat
dalam menentukan dan merumuskan sendiri rencana dan
strategi pembangunan di wilayahnya.
Menurut Kartasasmita (1997: 57) bahwa studi
4 | Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan
empiris di berbagai wilayah menunjukkan kegagalan pem-
bangunan atau kegiatan pembangunan tidak mencapai
sasaran karena kurangnya partisipasi masyarakat. Bahkan
banyak kasus menunjukan bahwa rakyat atau masyarakat
menentang upaya pembangunan yang akan dilaksanakan
atau yang sedang berlangsung.
Keberhasilan pembangunan di wilayah kecamatan
sangat bergantung kepada keterlibatan aktif dari seluruh
anggota masyarakat. Bantuan yang diberikan oleh peme-
rintah pusat atau pemerintah daerah kepada setiap keca-
matan pada hakekatnya hanyalah merupakan rangsangan
bagi masyarakat untuk lebih menggalakkan kegiatan pem-
bangunan. Akan tetapi, pada kenyataannya partipasi
masyarakat dalam pembangunan tidaklah selalu sama
untuk setiap tempat. Berbagai faktor turut berpengaruh
terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam pemba-
ngunan, baik yang berasal dari internal individu masya-
rakat sendiri yang bersifat eksternal seperti komunikasi
atau koordinasi serta dukungan para tokoh masyarakat di
kecamatan.
Kecamatan Abeli sebagai salah satu wilayah yang
berada di Kota Kendari yang merupakan daerah yang
sedang melakukan pembangunan, Kecamatan Abeli telah
Adrian Tawai ~ M. Yusuf | 5
masuk dalam wilayah Kota Kendari, yang diharapkan
akan semakin meningkatkan dinamika pembangunannya
melalui peningkatan partisipasi masyarakat karena se-
makin dekatnya akses pemerintah kabupaten/kota dan
provinsi. Namun kenyataannya menunjukkan bahwa ting-
kat partisipasi masyarakat dalam pembangunan masih
rendah. Hal ini ditunjukkan oleh rendahnya tingkat kreati-
vitas masyarakat mengikuti rapat yang diadakan oleh
pemerintah kecamatan, minimnya pembangunan sarana
dan prasarana, minimnya partisipasi masyarakat untuk
memberikan konstribusi dalam bentuk sumbangan dana
bagi pembangunan sarana prasarana dan tidak adanya
dukungan dari para tokoh masyarakat terhadap dinamika
pembangunan.
B. Kontribusi Penelitian
Pada prinsipnya, hasil penelitian ini memberi
kontribusi pada dua aspek yakni aspek teoritis dan praktis.
Secara teoritis, hasil temuan dari penelitian ini diharapkan
dapat menambah wawasan ilmu dan pengetahuan bagi
peneliti, pembaca, para ilmuwan dan pihak terkait. Selain
itu, bagi para peneliti lainnya diharapkan dapat digunakan
sebagai literatur dalam penelitian yang lebih lanjut yang
6 | Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan
relevan di masa yang akan datang. Sementara kontribusi
praktis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan bagi instansi terkait terutama oleh
Camat Abeli dalam menentukan kebijakan yang terkait
peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan.
Hasil kajian ini juga diharapkan dapat memberikan infor-
masi empiris bagi pihak-pihak yang berkompeten me-
ngenai partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Selain
itu, temuan dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai
bahan evaluasi terhadap masyarakat dan pemerintah
bagaimana mengoptimalkan partisipasi masyarakat dalam
pelaksanaan pembangunan.
A. Konsep Partisipasi
Partisipasi dapat diartikan sebagai suatu proses ke-
ikutsertaan, keterlibatan dan kebersamaan warga baik
sebagai individu ataupun kelompok sosial atau organisasi
kemasyarakatan yang didasari oleh kesadaran warga, baik
secara langsung ataupun tidak langsung tanpa paksaan
dari pihak-pihak tertentu. Untuk lebih jelasnya definisi
partipasi menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa yaitu
sebagai penciptaan peluang bagi semua anggota masya-
rakat untuk memberikan sumbangannya bagi pembangu-
nan, memengaruhi proses pembangunan itu dan turut
menikmati hasilnya (Anonim, 1999). Sementara menurut
Badudu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991),
secara etimologi, partisipasi merupakan kata saduran dari
B. Bentuk Partisipasi
Terdapat beberapa macam bentuk partisipasi yang
bergantung kepada situasi dan keadaan keperluan par-
tisipasi tersebut. Menurut Keith Davis dalam Sastropoetro
(1998: 16) bentuk partisipasi tersebut adalah sebagai
berikut: (a) konsultasi dalam bentuk jasa, (b) sumbangan
spontan berupa uang atau barang, (c) mendirikan proyek
yang sifatnya berdikari dan dananya berasal dari sumba-
ngan individu/instansi yang berasal dari luar lingkungan
tertentu (dermawan/pihak ketiga), (d) mendirikan proyek
yang sifatnya berdikari dan dibiayai oleh seluruh komuniti
(biasanya diputuskan oleh rapat komuniti, rapat keca-
matan yang menentukan anggarannya), (e) sumbangan
dalam bentuk kerja, biasanya dilakukan oleh tenaga ahli
setempat, (f) aksi masa, (g) mengadakan pembangunan di
kalangan keluarga kecamatan sendiri, (h) membangun
proyek komuniti yang bersifat otonomi.
Bentuk-bentuk partisipasi ini dalam kegiatan pelak-
sanaannya tentunya memerlukan prasyarat, salah satunya
adalah unsur kesukarelaan dalam melakukan peran serta
tersebut, karena dalam melakukan peran serta atau par-
Adrian Tawai ~ M. Yusuf | 15
tisipasi berarti melakukan keterlibatan terhadap suatu
masalah yang memerlukan peran serta dari berbagai
kalangan di sekelilingnya untuk dapat mencapai tujuan.
Proses peran serta atau partisipasi menggambarkan ke-
terlibatan personal dalam bentuk: (1) proses pengambilan
keputusan, (2) menentukan kebutuhan yang diinginkan,
dan (3) menunjukan dan mewujudkan tujuan dan prioritas
yang ingin dicapai (Santoso Sastropoetro, 1998: 17).
Mengenai bentuk dan tahap partisipasi dapat di-
cermati dari pendapat berbagai ahli sebagai mana
dirangkum Draha (1990) dalam Wanaha (1999, 87-88)
berikut ini: (1) partisipasi dalam/melalui kontak yang lain
(contact change) sebagai salah satu bentuk titik awal per-
ubahan, (2) partisipasi dalam memperhatikan/menyerap
dan member tanggapan terhadap informasi baik dalam arti
menerima, mentaati, memenuhi, melaksanakan, mengiya-
kan, menerima dengan syarat, maupun dalam arti me-
nolaknya, (3) partisipasi dalam perencanaan pemba-
ngunan, termasuk dalam pengambilan keputusan/
penetapan rencana. Perasaan terlibat dalam perencanaan
perlu ditimbulkan sedini mungkin di dalam masyarakat.
Partisipasi ini disebut juga partisipasi dalam pengambilan
keputusan, termasuk keputusan politik yang menyangkut
16 | Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan
mereka, partisipasi yang bersifat teknis/kecamatanin
proyek, (4) partisipasi dalam pelaksanaan operasional
pembangunan, (5) partisipasi dalam menerima, meme-
lihara dan mengembangkan hasil pembangunan yang
disebut “participation in beneffitcs”, (6) partisipasi dalam
menilai pembangunan, yaituu keterlibatan masyarakat
dalam menilai sejauh mana pelaksanaan pembangunan
sesuai dengan rencana dan sejauh mana pelaksanaan
pembangunan sesuai dengan rencana dan sejauh mana
hasilnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
Menurut Sutrisno (1995) ada dua jenis partisipasi
yang berasal dari masyarakat yaitu:
1) Partisipasi rakyat dalam pembangunan sebagai duku-
ngan rakyat terhadap rencana proyek pembangunan
yang akan direncanakan dan ditentukan tujuannya
oleh perencana;
2) Partisipasi rakyat dalam pembangunan merupakan
kerja sama yang erat antara perencana dan rakyat
dalam merencanakan, melaksanakan, melestarikan
dan mengambil hasil pembangunan yang telah di-
capai.
Oetomo (1997) menyatakan bahwa dalam pekerja-
an yang diselenggarakan dan dibiayai oleh pemerintah,
Adrian Tawai ~ M. Yusuf | 17
pada dasarnya dapat diidentifikasi dalam delapan
tingkatan atau jenjang partisipasi masyarakat. Kedelapan
tingkatan tersebut kemudian dikelompokan menjadi tiga
tipe. Dua klasifikasi terendah (manipulasi dan terapi)
tergolong bukan partisipasi, karena masyarakat hanya di-
jadikan sebagai objek kegiatan. Tiga klasifikasi berikut-
nya (informasi, komunikasi dan pendramaan) adalah
merupakan penghargaan. Klasifikasi puncak (kemitraan,
delegasi kekuasaan dan kontrol masyarakat) adalah meru-
pakan peran masyarakat, yaitu pada derajat kekuasaan
masyarakat.
Ngoedijo (2003) mengklasifikasikan delapan meka-
nisme partisipasi tersebut di atas sebagai berikut:
1) Anak tangga pertama mengungkapkan pemerintah
sama sekali tidak peduli untuk menyelesaikan per-
soalan yang timbul daram masyarakat. masyarakat
dan pemerintah menjadi lembaga yang saling terpisah
dan berjalan sendiri-sendiri untuk membuat peren-
canaan berikut implementasinya;
2) Anak tangga kedua menunjukkan tidak adanya par-
tisipasi karena pemerintah menolak setiap usulan dari
masyarakat pemerintah sering memberikan usulan tak
masuk akal atas tindakan yang diambilnya untuk
18 | Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan
menutupi motivasi sesungguhnya;
3) Anak tangga ketiga memperlihatkan informasi satu
arah dari pemerintah kepada masyarakat. Hak
tanggung jawab dan prefensi masyarakat diabaikan
sehingga sering menghasilkan hasil pembangunan
yang kontroversial;
4) Anak tangga keempat diplomasi digunakan sebagai
alat untuk memanipulasi masyarakat, dengan alasan
kurang peduli, tidak memiliki sumber keuangan dan
tidak berkompoten pemerintah sulit mengharapkan
masyarakat mampu merealisasikan kebutuhan pem-
bangunan. Forum konsultasi public hearing dan kun-
jungan lapangan sering dimanfaatkan pemerintah
untuk mengumpulkan opini masyarakat tentang suatu
proyek meskipun kenyataan jaminan tersebut tidak
ada proyek yang turun;
5) Anak tangga kelima berwujud kepura-puraan
(dissimulation) pemerintah dalam menerapkan
metode partisipasi. Alih-alih turut mengambil ke-
putusan, masyarakat ditempatkan sebagai komite atau
dewan penasehat pemerintah. Hal ini ditunjukkan
untuk memperoleh dukungan masyarakat, mesti pe-
merintah sesungguhnya sudah mulai meninggalkan
Adrian Tawai ~ M. Yusuf | 19
mereka;
6) Anak tangga keenam adalah tahap konsolidasi usulan
solusi dari pemerintah yang dapat disahkan masya-
rakat lembaga perwakilan masyarakat dibentuk untuk
bertemu dengan kelompok penasehat pemerintah atau
lembaga pemerintah itu sendiri;
7) Anak tangga ketujuh adalah kejelasan bahwa di antara
unsur masyarakat, pemerintah dan perencana ber-
sepakat untuk berbagi tanggung jawab di dalam pe-
rencanaan dan pengambilan keputusan pembangunan.
Badan kerja sama dibentuk untuk memecahkan
persoalan dan konflik yang mungkin timbul dari
masing-masing petaruh;
8) Anak tangga kedelapan pemberdayaan adalah hirarki
tertinggi partisipasi masyarakat yang memberikan
anggota-anggotanya kekuasaan mayoritas terhadap
badan pengambilan keputusan formal, misalnya le-
luasa mengusulkan perbaikan-perbaikan yang dike-
hendaki bahkan mengendalikan arah dan hasil
pembangunan.
Secara teoritik, perencanaan partisipatif sangat
membantu perencanaan dalam menangani kendala yang
sering terjadi dalam proses pengambilan keputusan
20 | Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan
sebuah progam pembangunan. Informasi yang langsung
datang dari masyarakat dapat dijadikan masukan dalam
perencanaan, dan memiliki tingkat kepercayaan tinggi,
sehingga tujuan yang akan dicapai dapat direalisasikan.
Bagi masyarakat peran sertanya di dalam suatu peren-
canaan pembangunan dapat menghasilkan suatu program
yang sesuai dengan aspirasi, kebutuhan dan kemampuan
ekonominya. Hal ini sesuai dengan prinsip perencanaan
partisipatif yang mengisyaratkan keterlibatan masyarakat
dengan suatu pendekatan yang menempatkan masyarakat
sebagai penentu dalam pengambilan keputusan.
Kondisi transformasi pembangunan dalam bentuk
otonomi saat ini penempatan partisipasi masyarakat
sangat perlu karena pertama; partisipasi masyarakat
adalah kerja sama antara masyarakat dengan pemerintah
dalam merencanakan, melaksanakan dan membiayai pem-
bangunan, kedua; pembangunan dianggap sebagai suatu
kewajiban moral bagi seluruh bangsa, ketiga, pikiran
alternatif yang muncul dalam masyarakat sebagai akibat
dinamika pembangunan itu sendiri dalam hal ini meru-
pakan satu bentuk partisipasi masyarakat.
Menurut Sutarta (2002) partisipasi masyarakat
dapat diartikan sebagai keikutsertaan, keterlibatan dan ke-
Adrian Tawai ~ M. Yusuf | 21
bersamaan anggota masyarakat dalam suatu kegiatan ter-
tentu, baik langsung maupun tidak langsung. Partisipasi
secara langsung berarti anggota masyarakat tersebut ikut
memberikan bantuan tenaga dalam kegiatannya yang di-
laksanakan. Partisipasi tidak langsung adalah berupa
bantuan keuangan atau materi yang dibutuhkan dalam ke-
giatan yang akan dilaksanakan.
Bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dalam proses
pembangunan menurut Sutarta (2002: 23) adalah sebagai
berikut:
1) Partisipasi dalam pengambilan keputusan, yaitu peran
serta yang dilakukan pada tahap satu kegiatan sedang
direncanakan, dipersiapkan serta penetapan segala ke-
tentuan-ketentuan yang akan dipakai nantinya dalam
pelaksanaan kegiatan pembangunan;
2) Partisipasi dalam pelaksanaan rencana yaitu peran
serta yang dilaksanakan pada tahap yang mencakup
kegiatan yang direncanakan tersebut sedang berjalan;
3) Partisipasi dalam menikmati hasil, mereka yang me-
nikmati hasil atau keuntungan dari suatu kegiatan;
4) Partisipasi dalam evaluasi, partisipasinya terlihat pada
saat telah selesai kegiatan fisik. Misalnya respon
masyarakat dapat diartikan umpan balik (feed back)
22 | Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan
sebagai masukan bagi kegiatan sejenis untuk rencana
tindak lanjut.
Secara singkat dapat dikatakan, unsur utama dalam
pembangunan partisipatif adalah:
1) Keterlibatan, peran serta keikutsertaan masyarakat
dalam menyumbangkan ide, tenaga atau materil
dalam suuatu kegiatan;
2) Keterlibatan semua pihak yang berkepentingan secara
sukarela tanpa ada paksaan dari pihak lain;
3) Tujuan merupakan tekad bersama yang telah ditentu-
kan sebelumnya;
4) Dapat memberikan keuntungan untuk semua pihak
tanpa merugikan kepentingan pribadi, kelompok atau
organisasi;
5) Kesepakatan langkah-langkah untuk mencapai suatu
tujuan;
6) Pembagian kerja dan kesetaraan dengan mendahulu-
kan kepentingan masyarakat sebagai pelaku utama;
dan adanya pendampingan oleh pihak yang lebih
mampu.
Berbagai bentuk, jenis dan model-model partisipasi
seperti disebutkan di atas dapat diimplementasikan apa-
bila implementor (public actors dan social actors) mem-
Adrian Tawai ~ M. Yusuf | 23
perhatikan secara sunguh-sunguh intensif-intensif materil
sekaligus moral yang dapat dipetik sebagai buah dari
partisipasi yang mereka berikan. Dalam konteks ini
faktor-faktor yang sangat berpengaruh baik secara psiko-
logis maupun kultural terhadap kualitas partisipasi yang
berpengaruh secara timbal balik antara satu dan yang
lainnya.
A. Kerangka Pikir
Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pem-
bangunan merupakan faktor penentu tercapainya tujuan
dari program-program pembangunan yang dilaksanakan
oleh pemerintah daerah hingga di tingkat kecamatan.
Karena masyarakatlah yang lebih memahami kebutuhan
pembangunan yang sesungguhnya sehingga untuk menilai
tepat sasaranya sebuah pembangunan itu dapat dilihat dari
dampak yang diperoleh masyarakat dengan adanya pem-
bangunan tersebut.
Sementara itu dalam pembangunan yang menjadi
perhatian utama adalah proses pelaksanaanya. Apabila se-
buah pembangunan tidak dilaksanakan dengan sebaik
mungkin, maka tidak akan memberikan nilai guna yang
Partisipasi Pembangunan
Masyarakat
1. Pengambilan 1. Pembangunan
keputusan Fisik
2. Pelaksanaan 2. Pembangunan
rencana Non Fisik
3. Menikmati hasil Sumitro dalam Barata
Sutarta (2002) (2002)
C. Jenis Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka jenis
penelitian yang dipergunakan adalah penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang ber-
hubungan dengan ide, persepsi, pendapat, kepercayaan
orang yang akan diteliti dan kesemuanya tidak dapat di-
ukur dengan angka. Dalam penelitian ini, teori yang di-
gunakan dalam penelitian tidak dipaksakan untuk mem-
peroleh gambaran seutuhnya mengenai suatu hal menurut
pandangan manusia yang telah diteliti (Sulistyo-Basuki,
2006:24).
E. Unit Analisis
Unit analisis dalam penelitian ini adalah
keseluruhan (populasi) aspek yang menjadi objek yang
akan diteliti. Dalam penelitian ini, populasi meliputi
seluruh masyarakat pada Kecamatan Abeli Kota Kendari
yaitu berjumlah 24.307 penduduk. Karena jumlahnya
tidak dapat dijangkau secara keseluruhan, maka penentuan
sampel menggunakan teknik purposive sampling, yaitu
teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu
(Sugiyono, 2003:78). Pertimbangan tertentu yang di-
maksudkan adalah dengan mengambil orang-orang yang
telah diketahui mempunyai pengetahuan, pengalaman, dan
memahami permasalahan yang diteliti. Adapaun sampel
penelitian ditetapkan sebanyak 30 orang masyarakat
Kecamatan Abeli.
Untuk mendukung hasil tanggapan dari responden
penelitian, maka ditetapkan informan guna mendapatkan
informasi untuk memperkuat hasil kuisioner. Adapun
42 | Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan
informan penelitian terdiri dari Camat Abeli Kota
Kendari, Sekretaris Camat Abeli Kota Kendari, 13 Kepala
Lurah di Kecamatan Abeli dan 10 orang masyarakat di
Kecamatan Abeli Kota Kendari.
C. Deskripsi Pembangunan
Menurut Bryant dan White (dalam Budiman,
2000:10) melihat pembangunan dari segi perspektif ke-
82 | Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan
manusiaan, dimana pembangunan didefinisikan sebagai
pembebasan dari kemelaratan dan pandangan kerdil
mengenai diri sendiri. Pembangunan berarti juga me-
mupuk harga diri dan rasa penuh daya guna adalah ke-
mampuan untuk membuat pilihan-pilihan mengenai masa
depan. Siagian (1996:3) mengemukakan bahwa pem-
bangunan adalah suatu usaha atau rangkaian usaha per-
tumbuhan dan perubahan yang berencana serta dilakukan
secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah
menuju modernitas dalam rangka pembangunan bangsa.
Dari uraian di atas, pelaksanaan pembangunan
adalah proses melaksanakan kegiatan-kegiatan pem-
bangunan secara sistematis dengan mendayagunakan ber-
bagai sumber daya yang ada dalam rangka mencapai
tujuan yang lebih baik, yang terdiri dari dua dimensi.
Berikut penjelasannya:
1. Pembangunan fisik
Pembangunan fisik adalah serangkaian kerja atau
usaha yang dilaksanakan oleh masyarakat dalam bentuk
pembangunan sarana dan prasarana yang berorientasi
pada kreasi masyarakat dengan adanya kerja sama dalam
rangka mengkoordinasikan dan melaksanakan pem-
bangunan secara berkesinambungan. Pembangunan fisik
Adrian Tawai ~ M. Yusuf | 83
yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pem-
bangunan yang telah dilaksanakan secara fisik oleh
pemerintah Kecamatan Abeli Kota Kendari. Pelaksanaan
pembangunan fisik yakni pelaksanakan pembangunan
pagar mesjid, pos kamling, drainase, dan perbaikan jalan
di bergai kelurahan, dan ada juga yang belum dapat di-
laksanakan oleh pemerintah Kecamatan Abeli Kota
Kendari. Berikut disajikan data sekunder terkait pem-
bangunan yang telah dicapai di Kecamatan Abeli pada
tahun 2016.
Tabel 12.
Pencapaian Pembangunan Di Kecamatan Abeli
Belum
No Jenis Pembangunan Tercapai
Tercapai
1 Tracking Mangrove - √
2 Pembangunan Masjid - √
3 Jembatan Talia - √
4 Pelabuhan Bungkutoko - √
5 Menambah jumlah sekolah √ -
6 Menambah jumlah posyandu √ -
7 Perbaikan jalan √ -
8 Pembuatan drainase - √
9 Pembuatan tanggul air laut √ -
Tanggapan Persentase
No. Jumlah
Responden (%)
1. Baik 18 60
2. Cukup baik 12 40
3. Kurang baik - -
Jumlah 30 100
Sumber: Hasil Olahan Kuisioner, 2016
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa pem-
bangunan yang dilakukan oleh Pemerintah Kecamatan
Abeli Kota Kendari dalam kategori baik dimana sebanyak
18 responden atau sebanyak 60% menyatakan bahwa
88 | Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan
pemerintah Kecamatan Abeli Kota Kendari mampu me-
laksanakan pembangunan fisik di Kecamatan Abeli Kota
Kendari. Dalam artian bahwa Pemerintah Kecamatan
Abeli Kota Kendari mampu melaksanakan program kerja
sebagai pemerintah dalam melaksanakan pembangunan.
Sebanyak 12 responden atau sebanyak 40% menyatakan
dalam kategori cukup baik. Dalam artian bahwa peme-
rintah sudah melaksanakan tugas-tugas dalam melaksana-
kan pembangunan di Kecamatan Abeli Kota Kendari,
namun pembangunan yang dilakukan dirasa belum
maksimal sebab masih terdapat target-target pem-
bangunan yang belum bisa dicapai.
Pernyataan responden di atas juga ditanggapi oleh
informan Camat Abeli Kota Kendari yang menyatakan
bahwa dengan adanya program pembangunan, kami dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini terlihat
dari pembangunan berbagai tempat ibadah, pembangunan
sarana olahraga, perbaikan jalan dan jembatan, rehabilitas
kantor camat, dan rehabilitas berbagai sekolah di
Kecamatan Abeli Kota Kendari serta pembangunan
berbagai fasilitas yang dapat meningkatkan pendapatan-
daerah seperti objek wisata serta pembangunan pelabuhan
(Wawancara, 10 Mei 2016).
Adrian Tawai ~ M. Yusuf | 89
Pernyataan responden di atas senada dengan apa
yang dikatakan oleh La Deni, tokoh masyarakat di
Kecamatan Abeli Kota Kendari yang menyatakan bahwa
pem-bangunan yang dilakukan oleh pemerintah di
Kecamatan Abeli Kota Kendari dapat dikatakan sudah
cukup baik. Dalam artian bahwa pembangunan yang
dilakukan pemerintah dapat dilihat secara nyata, namun
pem-bangunan yang sudah direncanakan lainnya harus
segera diselesaikan agar dapat dinikmati oleh masyarakat
di Kecamatan Abeli Kota Kendari maupun masyarakat di
luar Kecamatan Abeli (Wawancara, 15 Mei 2016).
Berdasarkan hasil wawancara dan tanggapan
responden di atas, maka dimensi pembangunan fisik di
Kecamatan Abeli Kota Kendari dilaksanakan dengan
cukup baik. Dalam artian bahwa sebagian rencana pem-
bangunan telah dilaksanakan dan sudah dapat dinikmati
dan digunakan oleh masyarakat naum masih ada beberapa
rencana pembangunan yang belum dicapai. Oleh karena
itu, sudah menjadi tugas pemerintah dan masyarakat di
Kecamatan Abeli Kota Kendari untuk bekerjasama dalam
mewujudkan pembangunan yang telah direncakan di
Kecamatan Abeli Kota Kendari.
A. Simpulan
Berdasarkan uraian pada hasil penelitian dan
pembahasan, maka penulis menarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Partisipasi masyarakat di Kecamatan Abeli Kota
Kendari secara umum dapat dikatakan cukup baik.
Hal ini terlihat dari partisipasi masyarakat saat
melakukan perencanaan. Dimana masyarakat di
Kecamatan Abeli jarang mengikuti rapat dikarenakan
padatnya aktivitas, kurangnya informasi, serat kurang-
nya kapasitas masyarakat. Selanjutnya dari partisipasi
pelaksanaan pembangunan, partisipasi masyarakat
dalam memberikan bantuan berupa pikiran, tenaga
dan dana dalam kategori cukup. Kemudian partisipasi
dalam menikmati hasil pembangunan, menunjukkan
bahwa masyarakat di Kecamatan Abeli sangat
98 | Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan
antusias dalam menjaga dan memelihara hasil-hasil
pembangunan walaupun sebagian masyarakat kurang
berpartisipasi saat perencanaan maupun pelaksanaan
pembangunan di Kecamatan Abeli Kota Kendari.
2. Pelaksanaan pembangunan di Kecamatan Abeli Kota
Kendari secara umum dapat dikatakan sudah baik.
Hal ini terlihat dari pembangunan berbagai sarana dan
prasarana di Kecamatan Abeli sebagian sudah dicapai
seperti pembangunan tracking mangrove, pelabuhan,
jembatan tali, pembangunan pos kampling, rumah-
rumah ibadah, dan masih banyak lagi. Selain itu,
kualitas pelayanan pegawai di Kecamatan Abeli juga
mengalami peningkatan. Hal ini juga terlihat dari ter-
ciptanya suasana yang aman dan nyaman disekitar
lingkungan masyarakat di Kecamatan Abeli. Walau-
pun begitu, pembangunan di Kecamatan Abeli masih
perlu ditingkatkan lagi agar menunjang kesejahteraan
masyarakat di Kecamatan Abeli Kota Kendari.
B. Saran
Adapun saran dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, sebaik-
nya informasi terkait rapat perencanaan pembangunan
Adrian Tawai ~ M. Yusuf | 99
disebarkan dengan merata dan jelas, sehingga masya-
rakat paham tentang agenda rapat yang akan dilaku-
kan di Kecamatan Abeli. Selain itu, pemilihan hari
saat pelaksanaan rapat perencanaan pembangunan se-
baiknya dipilih sesuai dengan hari libur agar jumlah
masyarakat yang mengikuti rapat perencanaan pem-
bangunan meningkat jumlahnya.
2. Untuk meningkatkan pelaksanaan pembangunan baik
pembangunan fisik maupun pembangunan non fisik,
maka diharapkan pemerintah dan masyarakat di
Kecamatan Abeli dapat bekerjasama agar semua
rencana pembangunan yang telah ditetapkan dapat di-
realiasasikan. Sehingga masyarakat dapat menikmati
hasil pembangunan di Kecamatan Abeli Kota
Kendari.