Anda di halaman 1dari 2

PEMANFAATAN BUNGA KITOLOD

SEBAGAI HAND SANITIZER


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mencuci tangan pakai sabun merupakan salah satu dari sepuluh indikator perilaku
hidup bersih dan sehat yang dianjurkan oleh Kementerian Kesehatan. Jika tidak, bisa
terjangkit berbagai penyakit karena tangan yang penuh kuman maupun bakteri.
Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Koesmedi Priharto mengungkapkan, tidak mencuci
tangan pakai sabun, salah satunya bisa menyebabkan diare. "Masalah diare berdasarkan Riset
Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan Tahun 2013 sebanyak 10,2 persen pada balita. Di
DKI Jakarta juga cukup tinggi, yaitu 8,9 persen," kata Koesmedi dalam acara Perayaan Hari
Cuci Tangan Sedunia oleh Lifebuoy di Jakarta, Kamis (15/10/2015).

Menurut UNICEF, Indonesia merupakan satu dari 15 negara dengan jumlah tertinggi
kematian anak di bawah 5 tahun akibat diare dan infeksi saluran pernapasan, yaitu 29.000
kasus per tahun. Berdasarkan penelitian Valerie Curtis dari London School of Hygiene &
Tropical, kebiasaan mencuci tangan pakai sabun terbukti efektif menekan angka diare sekitar
47 persen.Data UNICEF pun menunjukkan, mencuci tangan pakai sabun mampu mencegah
kematian sekitar 2/3 anak di bawah usia 5 tahun di seluruh dunia. Bertepatan dengan Hari
Cuci Tangan Sedunia yang jatuh pada 15 Oktober 2015, Koesmedi mengingatkan cara
mencuci tangan yang benar.

Kosmedi menjelaskan, mencuci tangan yang efektif, yaitu dengan air mengalir dan
pakai sabun. Jika tidak pakai sabun, kuman maupun bakteri tetap ada di tangan. "Kita perlu
giat lagi mengajarkan cuci tangan pakai sabun, karena tindakan pencegahan lebih penting,"
kata Koesmedi.Untuk menyebarluaskan edukasi cuci tangan pakai sabun, Koesmedi mengaku
pihaknya bekerja sama dengan ibu-ibu PKK. Eva Arisuci Rudjito selaku Head of Marketing
Skin Cleansing and Body Care PT Unilever Indonesia menambahkan, cuci tangan pakai
sabun harus dilakukan selama 21 hari untuk membentuk kebiasaan.

Mencuci tangan adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan
jari jemari dengan menggunakan air oleh manusia dengan tujuan untuk menjadi bersih,
sebagai bagian dari ritual keagamaan, ataupun tujuan-tujuan lainnya, tetapi pada saat ini
mencuci tangan sudah tidak praktis dan masyarakat menjadi malas untuk melakukannya.
Mencuci tangan kini dimudahkan dengan hadirnya berbagai produk hand sanitizer. Namun,
produk tersebut tidak selalu bisa menggantikan peran air dan sabun dalam membasmi kuman
pada tangan.

Hand sanitizer merupakan cairan pembersih tangan yang tidak memerlukan air untuk
membilasnya. produk ini bisa dikatakan menggantikan sabun yang tidak praktis, Komposisi
produk ini terdiri dari alkohol dan triklosan yang berfungsi sebagai antiseptik untuk
membunuh virus dan bakteri. Penggunaan hand sanitizer ini marak di kalangan masyarakat
bahkan di Amerika Serikat industri hand sanitizer memperoleh omset penjualan hingga 200
juta dollar per tahun. Di Indonesia sendiri, penggunaan cairan pembersih tangan ini juga
bukanlah sesuatu hal yang asing. Di kantor-kantor pelayanan publik maupun tempat-tempat
umum lainnya, botol berisi cairan hand sanitizer diletakkan tersebar di berbagai sudut
ruangan.

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan penggunaan hand sanitizer. Ia dapat
berfungsi sebagai pembunuh bagi virus dan bakteri yang menempel pada tangan. Namun,
cara penggunaannyalah yang seringkali salah. Hand Sanitizer efektif digunakan untuk
membersihkan tangan yang bervirus (secara nyata terlihat bersih namun diduga
terkontaminasi mikroorganisme yang invisible atau tidak terlihat). Saat tangan dalam kondisi
kotor (yang terlihat secara nyata) maka tidak dianjurkan untuk membersihkannya
menggunakan hand sanitizer. Pilihan terbaiknya adalah mencuci tangan dengan sabun di air
mengalir. Penting untuk diingat bahwa fungsi hand sanitizer adalah sebagai antiseptik atau
disinfektan yang gunanya untuk membunuh virus dan bakteri bukan untuk membersihkan
tangan dari kotoran. Hampir seluruh merk dan jenis hand sanitizer mengandung alkohol dan
triklosan sebagai bahan utamanya. Triklosan dapat terserap oleh kulit dan dalam beberapa
penelitian diketahui bahwa kandungan ini dapat memberi dampak negatif terhadap sistem
hormonal saraf dan sistem hormonal tubuh terutama hormone tiroid dan esterogen. Selain itu,
triklosan juga dapat mempengaruhi fungsi hati. Kandungan triklosan tidak hanya terdapat
pada hand sanitizer, beberapa produk pasta gigi dan sabun cair juga banyak yang
mengandung triklosan.Oleh karena itu, dengan menggunakan minyak esensial murni
contohnya dari ekstrak bunga dan bahan yang mengandung antiseptik dan antibakteri, yang
lebih aman tentunya, kami menciptakan inovasi sebuah produk berbahan alami yaitu hand
sanitizer dari Bunga Kitolod

Bunga Kitolod (lsotoma longiflora Presi.)adalah Tanaman yang berasal dari Hindia
Barat ini tumbuh liar di pinggir saluran air atau sungai, pematang sawah, sekitar pagar dan
tempat-tempat lainnya yang lembab dan terbuka. Ki tolod dapat ditemukan dari dataran
rendah sampai 1.100 m dpl. Terna tegak, tinggi mencapai 60 cm, bercabang dari pangkalnya,
bergetah putih yang rasanya tajam dan mengandung racun. Daun tunggal, duduk, bentuknya
lanset, permukaan kasar, ujung runcing, pangkal menyempit, tepi melekuk ke dalam, bergigi
sampai melekuk menyirip. Panjang daun 5-17 cm, lebar 2-3 cm, warnanya hijau. Bunganya
tegak, tunggal, keluar dari ketiak daun, bertangkai panjang, mahkota berbentuk bintang
berwarna putih. Buahnya berupa buah kotak berbentuk lonceng, merunduk, merekah menjadi
dua ruang, berbiji banyak. Perbanyakan dengan biji, stek batang atau anakan.Biasanya
tanaman ini dijadikan obat mata minus,yang akan kami jadikan sebagai hand sanitizer

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa kelebihan hand sanitizer dari bunga kitolod?
2. Kandungan apa saja yang dapat mempengaruhi produk?
3. Bagaimana cara membuat hand sanitizer dari bunga kitolod?
4. Berapa persentase bahan yang dicampurkan dalam pembuatan hand sanitizer dari
bunga kitolod?
5. Apakah produk ini aman bagi seluruh usia dan kulit (sensitif)?

1.3 Hipotesis

Anda mungkin juga menyukai