Anda di halaman 1dari 63

2. Pengertian Dan Definisi Konsep.

A. Pengertian Desa

Desa berasal dari bahasa Sansekerta dhesi yang berarti “tanah kelahiran”. Desa identik dengan
kehidupan agraris dan keseherhanaannya. Ada beberapa istilah desa, misalnya gampong (Aceh),
kampung (Sunda), nagari (Padang), wanus (Sulawesi Utara), dan huta (Batak). Berikut adalah
pengertian desa menurut para ahli kependudukan dan undang-undang. Langsung saja kita simak yang
pertama:

1. R. Bintarto

Desa adalah perwujudan atau kesatuan geografi, sosial, ekonomi, politik, serta kultural yang terdapat di
suatu daerah dalam hubungan dan pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah lain.

2. Kamus Besar Bahasa Indonesia

Desa adalah kesatuan wilayah yang dihuni oleh sejulah keluarga yang mempunyai sistem pemerintahan
sendiri (dikepalai oleh seorang Kepala Desa) atau desa merupakan kelompok rumah di luar kota yang
merupakan kesatuan.

3. Bambang Utoyo

Desa adalah tempat sebagian besar penduduk yang bermata pencarian di bidang pertanian dan
menghasilkan bahan makanan.

4. Rifhi Siddiq

Desa adalah suatu wilayah yang mempunyai tingkat kepadatan rendah yang dihuni oleh penduduk
dengan interaksi sosial yang bersifat homogen, bermatapencaharian dibidang agraris serta mampu
berinteraksi dengan wilayah lain di sekitarnya.

5. Sutarjo Kartohadikusumo

Desa adalah kesatuan hukum tempat tinggal suatu masyarakat yang berhak menyelenggarakan
rumahtangganya sendiri merupakan pemerintahan terendah di bawah camat.

6. P.J. Bournen

Desa adalah salah satu bentuk kuno dari kehidupan bersama sebanyak beberapa ribu orang, hampir
semuanya saling mengenal; kebanyakan yang termasuk didalamnya hidup dari pertanian, perikanan,
dan usaha-usaha yang dapat dipengaruhi oleh hukum dan kehendak alam lainnya; dan dalam tempat
tinggal itu terdapat banyak ikatan-ikatan keluarga yang rapat, ketaatan, dan kaidah-kaidah sosial.

7. William Ogburn dan M.F. Nimkoff

Desa merupakan keseluruhan organisasi kehidupan sosial di dalam daerah terbatas.

8. S.D. Misra

Desa adalah suatu kumpulan tempat tinggal dan kumpulan daerah pertanian dengan batas-batas
tertentu yang luasnya antara 50 – 1.000 are.

9. UU No. 6 Tahun 2014

Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan
prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

10. Paul H. Landis

Desa adalah suatu wilayah yang jumlah penduduknya kurang dari 2.500 jiwa dengan ciri-ciri sebagai
berikut :

1. Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antar ribuan jiwa
2. Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukuan terhadap kebiasaan
3. Cara berusaha (ekonomi) adalah agraris yang paling umum yang sangat dipengaruhi alam
sekitar seperti iklim, keadaan alam, kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris
adalah bersifat sambilan.

11. UU No. 5 Tahun 1979

Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat
termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat dan hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan
terendah langsung di bawah camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam
ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

12. UU No. 22 Tahun 1999

Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam
sistem pemerintahan Nasional dan berada di daerah Kabupaten.
13. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005

Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat
setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

14. I Nyoman Beratha

Desa atau dengan nama aslinya yang setingkat yang merupakan kesatuan masyarakat hukum
berdasarkan susunan asli adalah suatu “badan hukum” dan adalah pula “Badan Pemerintahan”, yang
merupakan bagian wilayah kecamatan atau wilayah yang melingkunginya.

15. R.H. Unang Soenardjo

Desa adalah suatu kesatuan masyarakat berdasarkan adat dan hukum adat yang menetap dalam suatu
wilayah yang tertentu batas-batasanya: memiliki ikatan lahir dan batin yang sangat kuat, baik karena
seketurunan maupun karena sama-sama memiliki kepentingan politik, ekonomi, sosial dan keamanan:
memiliki susunan pengurus yang dipilih bersama; memiliki kekayaan dalam jumlah tertentu dan berhak
menyelenggarakan urusan rumah tangga sendiri.

16. Saniyanti Nurmuharimah

Desa merupakan wilayah yang dihuni oleh masyarakat yang memiliki sistem pemerintahan sendiri.

B. Pembangunan

Di Indonesia istilah pembangunan seringkali berkonotasi atau berarti dalam membangun infrastruktur
atau fasilitas fisik. Pada dasarnya, pengertian pembangunan secara umum adalah proses
perubahan yang terus menerus untuk menuju kekeadaan yang lebih baik yang berdasarkan
norma-norma tertentu. Dalam pengertian pembangunan, para ahli kemudian memberikan definisi
yang juga bermacam-macam sama halnya dengan perencaan.

Istilah pembangunan dapat juga didefinisikan atau diberikan pengertian yang berbeda-beda oleh satu
orang dengan orang lainya, negara satu dengan negara lainnya. Namun secara umum terdapat
kesepakatan bahwa pembangunan merupakan proses untuk melakukan perubahan. Pembangunan
adalah seperangkat usaha yang terencana dan terarah dalam menghasilkan sesuatu yang dapat
dimanfaatkan dalam memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kesejahteraan hidup manusia.

Definisi dari pembangunan adalah perkataan yang digunakan secara luas dalam seluruh media massa
di seluruh dunia dan merupakan konsep yang biasa diperbincangkan oleh seluruh lapisan masyarakat,
baik dari timur dan juga barat. Walaupun sangat sering diucapkan dan didengar namun pengertian
pembangunan begitu luas cakupannya.

Pengertian pembangunan juga butuh dihayati sebelum seseorang dapat memahami keseluruhan proses
dan juga teori dari pembangunan. Usaha tersebut konsep pembangun jauh lebih suka dari pada
memahmi proses dan teori dari pembangunan. Namun terdapat beberapa pengertian pembangunan
atau definisi pembangunan yang dapat dikatakan bahwa pengertian pembangunan adalah konsep
pertumbuhan ekonomi, modernisasi, industrialsiasi, normatif atau hak keperluan asas, dan
environmentalisme.

Berikut beberapa pengertian pembangunan menurut para ahli..

1. Menurut Todaro bahwa pengertian pembangunan dibagi dalam tiga komponen dasar, sebagai
basis konseptual dan pedoman praktis dalam memahami pembangunan yang paling hakiki
yakni kecukupan yang memenuhi kebutuhan pokok, meningkatkan rasa harga diri atau jati diri
serta kebebasan dalam memilih. Selanjutnya pengertian pembangunan menurut Todaro bahwa
sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai mendasar atas struktur sosial,
sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap mengejar akselerasi
pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan.
2. Menurut Dudley Seer's dalam bukunya yang berjudul The Meaning of Development bahwa
definisi pembangunan atau pengertian pembangunan adalah proses merealisasikan potensi
personaliti manusia.
3. Menurut ILO (Pertubuhan Buruh Antarabangsa) bahwa pengertian pembangunan adalah suatu
yang berpaksikan manusia dengan maksud bahwa setiap proses dapat memenuhi keperluan
asas setiap kehidupan manusia di sebuah negara.
4. Menurut Ginanjar Kartasasmita, bahwa definisi pembangunan adalah sebagai suatu proses
perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana.
5. Pembangunan atau development adalah proses perubahan yang mencakup seluruh dari sistem
sosial, misalnya politik, ekonomi pertahanan, infrastruktur, pendidikan dan juga teknologi,
kelembagaan, dan juga kebudayaan.
6. Menurut Deddy T. TIkson, bahwa pembanguna ndapat diartikan sebagai transformasi ekonomi,
strategi, dan budyaa yang secara sengaja melalui kebijakan dan juga strategi menuju ke arah
yang dinginkannya.
7. Menurut Surkino, bahwa pengertian Pembangunan adalah suatu usaha proses yang
menyebabkan pendapatan perkapita masyarakat dapat meingkatkan dalam jangka panjang.
8. Menurut Siagan, bahwa pengertian pembangunan adalah rangkaian usaha mewujudkan
pertumbuhan dan perubahan secara terencana dan sadar yang ditempuh oleh suatu negara
atau bangsa dalam menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation bulding).
9. Menurut Surna, bahwa pengertian pembangunan adalah kegiatan-kegiatan yang direncanakan
dalam mengolah sumber daya alam dan sumber daya manusia dengan memanfaatkan ilmu
pengetahuan dan juga teknologi digunakan untuk kelangsungan hidup manusia.
10. Salah satu tahapan penting dalam suatu pembangunan adalah perencanaan. Menurut
Waterson, bahwa perencanaan mencakup penghematan sumber-sumber daya langka oleh
otoritas yang dibentuk oleh masyarakat banyak. Olehnya itu, perencanaan harus mencakup
upaya yang terorganisasi, sadar dan kontinyu demi menemukan alternatif-alternatif terbaik yang
bisa ditempuh untuk mencapai tujuan khusus. Hal tersebut, dibedakan dalam perencanaan
alokatif dan inovatif. Alokatif adalah mementingkan distribusi sumber daya yang terbatas di
kalangan para pemakai bersaing mendapatkannya, sedangkan definisi dari perencanaan
inovatif adalah mementingkan untuk adanya perubahan struktural dalam suatu sistem
hubungan kemasyarakatan.
11. Menurut Iskandar, bahwa pembangunan dapat dikatakan bermutu bahwa pembangunan harus
memperhatikan yakni 1. Kesesuaian tujuan dengan hasil, 2. Pendayagunaan dan mobilisasi
sumber daya, 3. Tingkat kemudahan mengimplementasikan terencana, 4. Ketepatan
penggunaan metode perencaan pembangunan , 5. Efisiensi dan efektivitas pembangunan.
12. Menurut akademis ilmu ekonomi, bahwa istilah pembangunan secara tradisional diartikan
sebagai kapasitas dari sebuah perekonomian nasional yang untuk menciptakan dan
mempertahankan kenaikan Pendapatan Nasional Bruto atau GNI tahunan.

Tujuan pembangunan

Menimbang banyaknya aspek yang harus dibangun, maka pembangunan seringkali dilakukan secara
bertahap. Tahapan pembangunan tersebut tidak dapat di sesuaikan dengan skala prioritas.
Pembangunan tersebut menyangkut kepentingan yang didahulukan.

Adapun tujuan pembangunan Indonesia yang tersirat. Secara umum terdapat dalam pembukaan
UUD 1945 dimana tujuan pembangunan adalah sebagai berikut..

1. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia


2. Memajukan kesejahteraan umum
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa
4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan perdamaian abadi dan juga keadilan
sosial.

Tujuan pembangunan tersebut dapat terlihat menjadi tujuan bukan hanya pembangunan kebendaan
(fisik) saja. Namun, dalam tujuan pembangunan tersebut dapat tersirat tujuan pembangunan non fisik
yang dapat berupa kecerdasan, kesejahteraan dan juga kedamaian. Pembangunan kebendaan atau
pembangunan fisik merupakan suatu sarana dalam mencapai tujuan pembangunan non fisik.

Agar tujuan pembangunan dapat tercapai sebagaimana mestinya dan sebagaimana seharusnya, maka
dibutuhkan sebuah perencanaan pembangunan yang sebagaimana telah dijelaskan diatas.
Ciri-Ciri Pembangunan

Perencanaan pembangunan tersebut harus direncanakan dalam setiap tahap-tahap dari pembangunan,
dari hal tersebut, dibutuhkan sebuah pembangunan berkelanjutan yang mempertibangkan berbagai
aspek khususnya lingkungan hidup. Olehnya, terdapat ciri-ciri pembangunan yang memperhatikan
berbagai aspek yang dapat dilihat dibawah ini.

1. Menjamin dalam pemerataan dan keadilan. Strategi pembangunan berkelanjutan yang


dilandasi oleh pemerataan distribusi sumber lahan dan faktor produksi, pemerataan
kesempatan bagi perempuan, dan juga pemerataan ekonomi demi peningkatakn
kesejahteraan.
2. Menghargai keanekaragaman hayati. Keanekaragaman tersebut yang merupakan dasar
dari tata lingkungan. Pemerintahan ini mempunyai kepastian bahwa sumber daya alam
selalu tersedia secara berlanjut demi masa kini dan masa akan datang.
3. Menggunakan pendekatan yang integratif karena dengan menggunakan metode dari
pendekatan tersebut, maka keterkaitan yang kompleks antara manusia dengan
lingkungannya dapat dimungkinkan, baik untuk masa kini maupun juga untuk masa yang
akan datang.
4. Menggunakan pandangan jangka panjang untuk merencanakan pengelolaan dan
pemanfaatan dari sumber daya yang dapat mendukung pembangunan. Dengan demikian,
sumber daya yang dapat digunakan dan dimanfaatkan yang tentunya secara
berkelanjutan.

Di Indonesia istilah pembangunan seringkali berkonotasi atau berarti dalam membangun infrastruktur
atau fasilitas fisik. Pada dasarnya, pengertian pembangunan secara umum adalah proses perubahan
yang terus menerus untuk menuju pada keadaan yang lebih baik yang berdasarkan norma-norma
tertentu. Dalam pengertian pembangunan, para ahli kemudian memberikan definisi yang juga
bermacam-macam sama halnya dengan perencaan.

Istilah pembangunan dapat juga didefinisikan atau diberikan pengertian yang berbeda-beda oleh satu
orang dengan orang lainya, negara satu dengan negara lainnya. Namun secara umum terdapat
kesepakatan bahwa pembangunan merupakan proses untuk melakukan perubahan. Pembangunan
adalah seperangkat usaha yang terencana dan terarah dalam menghasilkan sesuatu yang dapat
dimanfaatkan dalam memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kesejahteraan hidup manusia.

Definisi dari pembangunan adalah perkataan yang digunakan secara luas dalam seluruh media massa
di seluruh dunia dan merupakan konsep yang biasa diperbincangkan oleh seluruh lapisan masyarakat,
baik dari timur dan juga barat. Walaupun sangat sering diucapkan dan didengar namun pengertian
pembangunan begitu luas cakupannya.
Pengertian pembangunan juga butuh dihayati sebelum seseorang dapat memahami keseluruhan proses
dan juga teori dari pembangunan. Usaha tersebut konsep pembangun jauh lebih suka dari pada
memahmi proses dan teori dari pembangunan. Namun terdapat beberapa pengertian pembangunan
atau definisi pembangunan yang dapat dikatakan bahwa pengertian pembangunan adalah konsep
pertumbuhan ekonomi, modernisasi, industrialsiasi, normatif atau hak keperluan asas, dan
environmentalisme.

C. Pembangunan Pedesaan

Pembangunan pedesaan adalah pembangunan berbasis pedesaan dengan mengedepankan kearifan


lokal kawasan pedesaan yang mencakup struktur demografi masyarakat, karakteristik sosial budaya,
karakterisktik fisik/geografis, pola kegiatan usaha pertanian, pola keterkaitan ekonomi desa-kota, sektor
kelembagaan desa, dan karakteristik kawasan pemukiman.

Pembangunan desa adalah suatu pembangunan yang diarahkan untuk meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan masyarakat desa da didasarkan kepada tugas dan kewajiban masyarakat desa secara
keseluruhan.

Fenomena kesenjangan perkembangan antar wilayah di suatu negara, meliputi wilayah-wilayah yang
sudah maju dan wilayah-wilayah yang sedang berkembang memicu kesenjangan sosial antar wilayah.
Salah satu faktor terjadi kesenjangan antara desa dan kota karena pembangunan ekonomi sebelumnya
cenderung bias kota (urban bias). Sebagai dampak pemberlakuan model pembangunan yang bias
perkotaan, sektor pertanian yang identik dengan ekonomi perdesaan mengalami kemerosotan.
Dibandingkan dengan pertumbuhan sektor industri dan jasa, yang identik dengan ekonomi perkotaan,
sektor pertanian menjadi semakin tertinggal. Untuk mengatasi hal tersebut, setiap negara mencoba
melakukan tindakan intervensi untuk mengurangi tingkat kesenjangan antar wsilayah dengan
melakukan pembangunan pedesaan.

Faktor-faktor kemiskinan yang terjadi di masyarakat pedesaan cenderung lebih bersifat struktural
dibandingkan bersifat kultural. Dalam kasus ini, masyarakat pedesaan diidentikkan dengan perilaku dan
sikap yang dianggap kolot dan tradisional dihadapkan dengan sikap dan perilaku orang kota yang maju
dan modern.Terjadinya keterbelakangan sosial masyarakat desa dalam pembangunan dinisbatkan
karena sulitnya masyarakat desa menerima budaya modernisasi, sulit untuk menerima teknologi baru,
malas, dan tidak mempunyai motivasi yang kuat, merasa cukup puas dengan pemenuhan kebutuhan
pokok yang paling dasar, dan budaya berbagi kemiskinan bersama.

Pembangunan yang berbasis pedesaan diberlakukan untuk memperkuat fondasi perekonimian negara,
mempercepat pengentasan kemiskinan dan pengurangan kesenjangan perkembangan antar wilayah,
sebagai solusi bagi perubahan sosial, desa sebagai basis perubahan. Dalam realisasinya,
pembangunan pedesaan memungkinkan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi digerakkan ke
pedesaan sehingga desa menjadi tempat yang menarik sebagai tempat tinggal dan mencari
penghidupan. infrastruktur desa, seperti irigasi, sarana dan prasarana transportasi, listrik, telepon,
sarana pendidikan, kesehatan dan sarana- sarana lain yang dibutuhkan, harus bisa disediakan
sehingga memungkinkan desa maju dan berkembang.

Skala prioritas pembangunan pedesaan yang berbasis pada pengembangan pedesaan (rural
based development), meliputi :

(1) pengembangan ekonomi lokal;

(2) pemberdayaan masyarakat;

(3) pembangunan prasarana dan sarana; dan

(4) pengembangan kelembagaan.

Selanjutnya, model intervensi terhadap proses pembangunan pedesaan bertumpu pada pandangan
yang menganggap bahwa pengkotaan pedesaan (rural urbanization) yang berdasarkan pengembangan
perkotaan dan pedesaan sebagai kesatuan ekonomi dan kawasan serta pengembangan kegiatan
pertanian secara modern melalui mekanisasi dan industrialisasi pertanian dan penerapan standar
pelayanan minimum yang sama antara desa dan kota. Dalam intervensi pembanguan pedesaan
digunakan analisis terhadap anatomi desa sehingga tidak kontraproduktif dalam merealisasikan
pembangunan pedesaan. Anatomi tersebut mencakup struktur demografi masyarakat, karakteristik
sosial- budaya, karakterisktik fisik/geografis, pola kegiatan usaha pertanian, pola keterkaitan ekonomi
desa-kota, sektor kelembagaan desa, dan karakteristik kawasan pemukiman sehingga dalam
pembangunan pedesaan berlandaskan pada kearifan lokal.

Berikut beberapa pengertian Pembangunan Pedesaan menurut para ahli..

1. Mosher, 1974 : Pembangunan Pedesaan diartikan sebagai “Pembangunan usaha tani atau
pembangunan pertanian”.
2. Bertrand 1971 : Pembangunan Pedesaan adalah “pembangunan wilayah pedalaman
(hinsterland) terintegrasi”.
3. Huie, 1976 : “Pembangunan masyarakat pedesaan adalah proses pembuatan keputusan dan
pengembangan program-program yang dirancang untuk meningkatkan kinerja dan kehidupan
masyarakat pedesaan”.
4. Ismail, 1989 : Pembangunan masyarakat adalah suatu proses pergerakan masyarakat yang
dirancang dan disusun sedemikian rupa untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dalam
bidang ekonomi, social, budaya dan kerohanian melalui inisiatif dan partisipasi aktif
masyarakat itu sendiri dan bantuan paling minim dari luar.
 Prinsip-Prinsip Pembangunan Pedesaan
Ada tiga prinsip pembanguan pedesaan yaitu:
1. Kebijaksaan dan langkah-langkah pembangunan di setiap desa mengacu kepada
pencapaian sasaran pembangunan berdasarkan Trilogi Pembangunan.
Ketiga unsur Trilogi Pembangunan tersebut yaitu (a) pemerataan pembangunan dan hasil-
hasilnya, (b) pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, dan (c) stabilitas yang sehat dan
dinamis, diterapkan di setiap sektor, temasuk desa dan kota, di setiap wlayah dan antar
wilayah secara saling terkait, serta dikembangkan secara selaras dan terpadu.
2. Pembangunan desa dilaksanakan dengan prinsip-prinsip pembangunan yang
berkelanjutan. Penerapan prinsip pembangunan berkelanjutan mensyaratkan setiap
daerah lebih mengandalkan sumber-sumber alam yang terbaharui sebagai sumber
pertumbuhan. Disamping itu setiap desa perlu memanfaatkan SDM secara luas,
memanfaatkan modal fisik, prasarana mesin-mesin, dan peralatan.
3. Meningkatkan efisiensi masyarakat melalui kebijaksanaan deregulasi, debirokratisasi dan
desentralisasi dengan sebaik-baiknya.

 Ciri-Ciri Masyarakat Desa (karakteristik)


Dalam buku Sosiologi karangan Ruman Sumadilaga seorang ahli Sosiologi “Talcot Parsons”
menggambarkan masyarakat desa sebagai masyarakat tradisional (Gemeinschaft) yang mengenal
ciri-ciri sebagai berikut :
a. Afektifitas ada hubungannya dengan perasaan kasih sayang, cinta , kesetiaan dan kemesraan.
Perwujudannya dalam sikap dan perbuatan tolong menolong, menyatakan simpati terhadap musibah
yang diderita orang lain dan menolongnya tanpa pamrih.
b. Orientasi kolektif sifat ini merupakan konsekuensi dari Afektifitas, yaitu mereka mementingkan
kebersamaan , tidak suka menonjolkan diri, tidak suka akan orang yang berbeda pendapat, intinya
semua harus memperlihatkan keseragaman persamaan.
c. Partikularisme pada dasarnya adalah semua hal yang ada hubungannya dengan keberlakuan
khusus untuk suatu tempat atau daerah tertentu. Perasaan subyektif, perasaan kebersamaan
sesungguhnya yang hanya berlaku untuk kelompok tertentu saja.(lawannya Universalisme)
d. Askripsi yaitu berhubungan dengan mutu atau sifat khusus yang tidak diperoleh berdasarkan
suatu usaha yang tidak disengaja, tetapi merupakan suatu keadaan yang sudah merupakan
kebiasaan atau keturunan.(lawanya prestasi).
e. Kekabaran (diffuseness). Sesuatu yang tidak jelas terutama dalam hubungan antara pribadi tanpa
ketegasan yang dinyatakan eksplisit. Masyarakat desa menggunakan bahasa tidak langsung, untuk
menunjukkan sesuatu. Dari uraian tersebut (pendapat Talcott Parson) dapat terlihat pada desa-desa
yang masih murni masyarakatnya tanpa pengaruh dari luar.

 Strategi Pembangunan Pedesaan


Pembangunan masyarakat pedesaan merupakan bagian dari pembangunan masyarakat yang
diarahkan pula kepada pembangunan kelembagaan dan partisipasi serta pemberdayaan masyarakat
dalam meningkatkan kesejahteraan pada satuan wilayah pedesaan. Di negara-negara berkembang,
secara demografis sebagian besar penduduk tinggal di pedesaan dan memiliki tingkat pendidikan
rendah.
Konsep pembangunan pedesaan menjadi pusat perhatian negara-negara berkembang sejak
tahun 1950-an sampai sekarang. Setiap negara menerapkan strategi pembangunannya untuk
memecahkan masalah yang dihadapi terutama menyangkut pertumbuhan penduduk, kemiskinan,
urbanisasi, dan pengangguran masyarakatnya. Program dan kegiatan pembangunan pedesaan secara
menyeluruh menyangkut bidang ekonomi, sektor-sektor pendidikan, jesehatan, kesempatan kerja, dan
bidang sosial budaya dan lainnya.
Seperti dalam pembangunan ekonomi pada umumnya, maka dalam mewujudkan tujuan
pembangunan pedesaan, terdapat paling sedikit empat jenis strategi, yaitu:

1. Strategi Pertumbuhan
Strategi pertumbuhan umumnya dimaksudkan untuk mencapai peningkatan secara cepat
dalam nilai ekonomis melalui -peningkatan pendapatan perkapita, produksi dan produktivitas
sektor pertanian, permodalan, kesempatan kerja dan peningkatan kemampuan partisipasi
masyarakat pedesaan.
2. Strategi Kesejahteraan
Strategi kesejahteraan pada dasarya dimaksudkan untuk memperbaiki tanaf hidup atau
kesejahteraan penduduk pedesaan melalui pelayanan dan peningkatan program-program
pembangunan sosial yang berskala besar atau nasional, seperti peningkatan pendidikan,
perbaikan kesehatan dan gizi, penanggulangan urbanisasi, perbaikan permukiman penduduk,
pembangunan fasilitas transportasi, penyediaan prasarana dan sarana sosial lainnya.
3. Strategi Responsif terhadap Kebutuhan Masyarakat
Strategi mi merupakan reaksi terhadap strategi kesejahteraan yang dimaksudkan untuk
menanggapi kebutuhan-kebutuhan masyarakat dan pembangunan yang dirumuskan oleh masyarakat
sendini mungkin saja dengan bantuan pihak luar (self need and assistance) untuk memperlancar usaha
mandiri melalui pengadaan teknologi dan tersedianya sumber-sumber daya yang sesuai kebutuhan di
pedesaan.
Ketiga strategi pertumbuhan di atas memiliki kelemahannya masing-masing. Strategi
pertumbuhan mempunyai kelemahan yaitu semakin lebamya ketimpangan anggota masyarakat yang
kaya dan yang miskin. Kelemahan strategi kesejahteraan yaitu menciptakan ketergantungan
masyarakat yang sangat kuat kepada pemerintah. Strategi yang responsif terhadap kebutuhan
masyarakat sangat sulit untuk direalisasikan, diadaptasikan dan ditransformasikan secara luas karena
terlalu idealis, sehingga sukar dilaksanakan secara efektif.
4. Strategi Terpadu dan Menyeluruh
Strategi terpadu dan menyeluruh ini ingin mencapai tujuan-tujuan yang menyangkut
kelangsungan pertumbuhan, persamaan, kesejahteraan dan partisipasi aktif masyarakat secara
simultan dalam proses pembangunan pedesaan
 Program Pembangunan Pedesaan

Berikut ini program-program yang harus dilakukan :

1. Pengembangan Ekonomi Kerakyatan

Pembangunan ekonomi kerakyatan pada intinya adalah mengelola seluruh potensi ekonomi yang
menguasi hajat hidup orang banyak dengan menerapkan prinsip atau asas ekonomi kerakyatan.
Pengembangan ekonomi perdesaan sejalan dengan pembangunan ekonomi kerakyatan.

Program prioritas pengembangan ekonomi kerakyatan meliputi:

a. Program Pemberdayaan Usaha Kecil Perdesaan dengan kegiatan berupa penyediaan kredit
tanpa bunga.
b. Pembangunan pertanian dalam arti luas dalam rangka meningkatkan ketersediaan pangan
dan meningkatkan pendapatan petani, nelayan dan peternak
c. Pengembangan dan pemberdayaan koperasi serta pengusaha mikro kecil dan menengah
melalui pembinaan pengusaha kecil, pengembangan industri kecil dan pembangunan
prasarana dan sarana ekonomi desa.
d. Pengembangan potensi dan pemanfaatan teknologi tepat guna dalam rangka menunjang
industri kecil perdesaan

2. Pengembangan Kualitas Sumber Daya Manusia

Sumber Daya Manusia memegang peranan penting dalam proses pembangunan. Semakin tinggi
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) maka semakin mendorong kemajuan suatu negara atau daerah.

Program untuk peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia wilayah perdesaan


diprioritaskan pada:

a. Program pengembangan pendidikan

b. Program peningkatan pelayanan kesehatan

c. Pembinaan generasi muda, seni budaya, pemuda dan olah raga

d. Program perluasan lapangan kerja dan kesempatan kerja.

e. Pembinaan kehidupan beragama

f. Peningkatan kualitas dan kuantiítas pelayanan masyarakat

3. Pembangunan Infrastruktur
Pembangunan infrastruktur diharapkan mampu mendukung prioritas pembangunan lainnya,
khususnya pengembangan ekonomi kerakayatan dan peningkatan kualitas SDM. Program
pembangunan infrastruktur pada dasarnya adalah pembangunan sarana dan prasarana yang mampu
memberikan pelayanan guna mendukung kegiatan ekonomi produktif, pelayanan sosial, kegiatan sosial
kemasyarakatan dan meningkatkan aksesibilitas untuk menciptakan keterkaitan ekonomi antar wilayah.

Program yang dilakukan untuk pembangunan infrastruktur wilayah perdesaan adalah:

a. Membuka isolasi daerah-daerah yang terisolasi dengan pembangunan jalan-jalan perdesaan.

b. Pembangunan prasarana perekonomian dan pertanian

c. Pembangunan prasarana pemerintahan desa/kelurahan

4. Pengembangan Pariwisata

Pengembangan pariwisata daerah diarahkan pada upaya pelestarian nilai-nilai luhur warisan
budaya lokal sebagai pendukung obyek wisata daerah. Pengembangan pariwisata daerah juga
diharapkan menjadi salah satu sektor unggulan diperdesaan yang memiliki sektor pariwisata yang
banyak.

Berikut ini Pengembangan pariwisata yang dimaksud:

a. Pemeliharaan dan Peningkatan manfaat obyek wisata local

b. Pengembangan obyek wisata baru

c. Pelestarian dan Pengembangan nilai-nilai budaya lokal.

d. Pengembangan kesenian tradisional

e. Pengembangan industri cendera mata

5. Pelestarian Pembangunan desa yang berwawasan lingkungan

Pembangunan perdesaan yang baik tentunya harus yang berwawasan lingkungan.


Misalnya dengan program ini :

a. Reboisasi pada kawasan hutan serta penghijauan pada kawasan budidaya.

b. Pembangunan tambak dengan sistem silfofishery, sistem tandon dan empang parit

 Faktor penghambat pembangunan Desa


1. Sikap tradisionalistis
2. Prasangka buruk terhadap sesuatu yang baru
3 Kekhawatiran terjadi kegagalan pada integrasi budaya
4 Hambatan yang bersifat ideologis
5. komunikasi yang belum lancar
6. tingkat pendidikan rendah
selain itu, terdapat pula sikap mental yang tidak cocok untuk pembangunan, seperti:

a. sikap pasrah menerima


b. sikap kurang disiplin
c. sikap kurang suka kerja keras
d. sikap kurang jujur
e. sikap hidup boros
f. sikap ketergantungan terhadap orang lain
g. sikap prasangka buruk terhadap pembaruan
h. ikap mengisolasi terhadap pembaruan

3. Pembangunan Pertanian

A. Sejarah Pembangunan Pertanian Di Indonesia

Sejarah pembangunan pertanian berawal pada masa orde baru. Pada awal masa orde baru
pemerintahan menerima beban berat dari buruknya perekonomian orde lama. Tahun 1966-1968
merupakan tahun untuk rehabilitasi ekonomi. Pemerintah orde baru berusaha keras untuk menurunkan
inflasi dan menstabilkan harga. Dengan dikendalikannya inflasi, stabilitas politik tercapai yang
berpengaruh terhadap bantuan luar negeri yang mulai terjamin dengan adanya Inter-Governmental
Group On Indonesia IGGI.) adalah kelompok internasional yang didirikan oleh Belanda tahun 1967 dan
bertujuan untuk mengkoordinasikan dana bantuan multilateral kepada Indonesia. Maka sejak tahun
1969, Indonesia dapat memulai membentuk rancangan pembangunan yang disebut Rencana
Pembangunan Lima Tahun (REPELITA). Berikut penjelasan singkat tentang beberapa REPELITA.

1. REPELITA I (1969-1974)
Repelita I mulai dilaksanakan sejak tanggal 1 April 1969 hingga 31 Maret 1974. Repelita I ini
merupakan landasan awal pembangunan pertanian di orde baru. Tujuan yang ingin dicapai adalah
pertumbuhan ekonomi 5% per tahun dengan sasaran yang diutamakan adalah cukup pangan, cukup
sandang, perbaikan prasarana terutama untuk menunjang pertanian. Tentunya akan diikuti oleh adanya
perluasan lapangan kerja dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Titik berat Repelita I ini adalah
pembangunan bidang pertanian sesuai dengan tujuan untuk mengejar keterbelakangan ekonomi
melalui proses pembaharuan bidang pertanian, karena mayoritas penduduk Indonesia masih hidup dari
hasil pertanian.
Banyak program yang dilakukan oleh pemerintah untuk merealisasikan programnya tersebut,
antara lain :
a. Memberikan bibit unggul kepada petani dan melakukan beberapa eksperimen untuk
mendapatkan bibit unggul yang tahan hama tersebut.
b. Memperbaiki infrastuktur yang digunakan oleh sektor pertanian seperti jalan raya, sarana
irigasi sawah dan pasar yang menjadi tempat dijualnya hasil pertanian.
c. Melakukan transmigrasi agar lahan yang berada di kalimantan, sulawesi, maluku dan papua
dapat diolah agar menjadi lahan yang mengahasilkan bagi perekonomian.

2. REPELITA II (1974-1979)
Repelita II mulai dilaksanakan sejak tanggal 1 April 1974 hingga 31 Maret 1979. Target
pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 7,5% per tahun. Prioritas utamanya adalah sektor pertanian
yang merupakan dasar untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri dan merupakan dasar
tumbuhnya industri yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku. Selain itu sasaran Repelita
II ini juga perluasan lapangan kerja. Repelita II berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi rata-
rata penduduk 7% setahun. Perbaikan dalam hal irigasi. Di bidang industri juga terjadi kenaikna
produksi. Lalu banyak jalan dan jembatan yang di rehabilitasi dan di bangun.

3. REPELITA III (1979-1984)


Repelita III mulai dilaksanakan sejak tanggal 1 April 1979 – 31 Maret 1984. Repelita III
lebih menekankan pada Trilogi Pembangunan yang bertujuan pada erciptanya masyarakat yang
adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Arah dan kebijaksanaan ekonominya
adalah pembangunan pada segala bidang. Pedoman pembangunan nasionalnya adalah Trilogi
Pembangunan dan Delapan Jalur Pemerataan.

4. REPELITA IV (1984-1989)
Repelita IV mulai dilaksanakan sejak tanggal 1 April 1984 – 31 Maret 1989. Repelita IV
adalah peningkatan dari Repelita III. Peningkatan usaha-usaha untuk memperbaiki kesejahteraan
rakyat, mendorong pembagian pendapatan yang lebih adil dan merata, memperluas kesempatan
kerja. Prioritasnya untuk melanjutkan usaha memantapkan swasembada pangan dan
meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin-mesin industri sendiri.
Hasil yang dicapai pada Repelita IV antara lain swasembada pangan. Pada tahun 1984
Indonesia berhasil memproduksi beras sebanyak 25,8 ton. Kebijakan yang ditempuh pada saat itu
adalah menitikberatkan kepada usaha intensifikasi, dengan menaikkan produksi terutama
produktivitas padi pada areal yang telah ada.
Pada waktu itu rata-rata petani hanya memiliki setengah hektare dan kemampuan
penguasaan teknologi tanam juga belum banyak dikuasai kecuali bercocok tanam secara
tradisional. Pemerintah pun mencetak sejumlah tenaga penyuluh pertanian, membentuk unit-unit
koperasi untuk menjual bibit tanaman unggul, menyediakan pupuk kimia dan juga insektisida untuk
membasmi hama.
Sistem pengairan diperbaiki dengan membuat irigasi ke sawah-sawah sehingga banyak
sawah yang semula hanya mengandalkan air hujan, kini bisa ditanami pada musim kemarau
dengan memanfaatkan sistem pengairan. Lahan-lahan percontohan pun dibangun, kelompok
petani dibentuk di setiap desa untuk mengikuti bimbingan dari para penyuluh pertanian yang
disebut Intensifikasi massal (Inmas) dan Bimbingan massal (Bimas). Bukan hanya lewat tatap
muka, tetapi juga disiarkan melalui radio dan televisi bahkan juga sejumlah media cetak
menyediakan halaman khusus untuk koran masuk desa dengan muatan materi siaran yang khas
pedesaan, membimbing petani.
Hasilnya Indonesia berhasil swasembada beras. Kesuksesan ini mendapatkan
penghargaan dari FAO (Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia) pada tahun 1985. Hal ini
merupakan prestasi besar bagi Indonesia.

5. REPELITA V (1989-1994)
Repelita V mulai dilaksanakan sejak tanggal 1 April 1989 – 31 Maret 1994. Pada Repelita
V ini, lebih menitik beratkan pada sektor pertanian dan industri untuk memantapakan swasembada
pangan dan meningkatkan produksi pertanian lainnya serta menghasilkan barang ekspor. Pelita V
adalah akhir dari pola pembangunan jangka panjang tahap pertama. Lalu dilanjutkan
pembangunan jangka panjang ke dua, yaitu dengan mengadakan Repelita VI yang di harapkan
akan mulai memasuki proses tinggal landas Indonesia untuk memacu pembangunan dengan
kekuatan sendiri demi menuju terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan
Pancasila.

6. REPELITA VI (1994-1999)
Repelita VI mulai dilaksanakan sejak tanggal 1 April 1994 – 31 Maret 1999. Pada Repelita
VI titik beratnya masih pada pembangunan pada sektor ekonomi yang berkaitan dengan industri
dan pertanian serta pembangunan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai
pendukungnya. Sektor ekonomi dipandang sebagai penggerak utama pembangunan. Pada periode
ini terjadi krisis moneter yang melanda negara-negara Asia Tenggara termasuk Indonesia. Karena
krisis moneter dan peristiwa politik dalam negeri yang mengganggu perekonomian menyebabkan
rezim Orde Baru runtuh.

Memasuki era globalisasi yang dicirikan oleh persaingan perdagangan internasional yang
sangat ketat dan bebas, pembangunan pertanian semakin dideregulasi melalui pengurangan
subsidi, dukungan harga dan berbagai proteksi lainnya. Kemampuan bersaing melalui proses
produksi yang efisien merupakan pijakan utama bagi kelangsungan hidup usahatani. Sehubungan
dengan hal tersebut, maka partisipasi dan kemampuan wirausaha petani merupakan faktor kunci
keberhasilan pembangunan pertanian.

Pemerintahan pada Kabinet Indonesia Bersatu telah menetapkan program


pembangunannya dengan menggunakan strategi tiga jalur (triple track strategy) sebagai
manifestasi dari strategi pembangunan yang lebih pro-growth, pro-employment dan pro-poor.
Operasionalisasi konsep strategi tiga jalur tersebut dirancang melalui hal-hal sebagai berikut:
1. Peningkatan pertumbuhan ekonomi di atas 6.5 persen per tahun melalui percepatan investasi
dan ekspor.
2. Pembenahan sektor riil untuk mampu menyerap tambahan angkatan kerja dan menciptakan
lapangan kerja baru.
3. Revitalisasi pertanian dan perdesaan untuk berkontribusi pada pengentasan kemiskinan.
Revitalisasi pertanian diartikan sebagai kesadaran untuk menempatkan kembali arti penting
sektor pertanian secara proporsional dan kontekstual, melalui 26 peningkatan kinerja sektor
pertanian dalam pembangunan nasional dengan tidak mengabaikan sektor lain. Revitalisasi
pertanian dimaksudkan untuk menggalang komitmen dan kerjasama seluruh stakeholder dan
mengubah paradigma pola piker masyarakat dalam melihat pertanian tidak hanya sekedar
penghasil komoditas untuk dikonsumsi. Pertanian harus dilihat sebagai sektor yang multi-fungsi
dan sumber kehidupan sebagian besar masyarakat Indonesia.
Kegiatan pembangunan pertanian tahun 2005-2009 dilaksanakan melalui tiga
program, yaitu:
1. Program peningkatan ketahanan pangan
Operasionalisasi program peningkatan ketahanan pangan dilakukan melalui peningkatan
produksi pangan, menjaga ketersediaan pangan yang cukup aman dan halal di setiap
daerah setiap saat, dan antisipasi agar tidak terjadi kerawanan pangan.
2. Program pengembangan agribisnis
Operasionalisasi program pengembangan agribisnis dilakukan melalui pengembangan
sentra/kawasan agribisnis komoditas unggulan.
3. Program peningkatan kesejahteraan petani.
Operasionalisasi program peningkatan kesejahteraan petani dilakukan melalui
pemberdayaan penyuluhan, pendampingan, penjaminan usaha, perlindungan harga gabah,
kebijakan proteksi dan promosi lainnya.
Selama periode 2005-2009 pembangunan pertanian juga terus mencatat berbagai
keberhasilan. Salah satu yang patut disyukuri dan membanggakan adalah Indonesia berhasil
mencapai swasembada beras sejak tahun 2007, serta swasembada jagung dan gula konsumsi
rumah tangga di tahun 2008.
Pembangunan pertanian pada periode 2010-2014, Kementerian Pertanian
mencanangkan 4 (empat) target utama, yaitu sebagai berikut:

1. Pencapaian Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan.


Dalam rangka peningkatan produksi pertanian pada periode lima tahun ke depan
(2010-2014), Kementerian Pertanian akan lebih fokus pada peningkatan 39 komoditas
unggulan nasional. Komoditas unggulan nasional tersebut terdiri dari 7 komoditas
tanaman pangan, 10 komoditas hortikultura, 15 komoditas perkebunan, dan 7 komoditas
peternakan.

2. Peningkatan Diversifikasi Pangan.


Diversifikasi pangan atau keragaman konsumsi pangan merupakan salah satu
strategi mencapai ketahanan pangan. Sasaran percepatan keragaman konsumsi pangan
adalah tercapainya pola konsumsi pangan yang aman, bermutu, dan bergizi seimbang
yang dicerminkan oleh tercapainya skor Pola Pangan Harapan (PPH) sekurang-
kurangnya 93,3 pada tahun 2014. Konsumsi umbi-umbian, sayuran, buah-buahan,
pangan hewani ditingkatkan dengan mengutamakan produksi lokal, sehingga konsumsi
beras diharapkan turun sekitar 3% per tahun.

3. Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing, dan Ekspor.


Peningkatan nilai tambah akan difokuskan pada dua hal yakni peningkatan
kualitas dan jumlah olahan produk pertanian untuk mendukung peningkatan daya saing
dan ekspor. Peningkatan kualitas produk pertanian (segar dan olahan) diukur dari
peningkatan jumlah produk pertanian yang mendapatkan sertifikasi jaminan mutu (SNI,
Organik, Good Agricultural Practices, Good HandlingPractices, Good Manucfacturing
Practices). Peningkatan daya saing akan difokuskan pada pengembangan produk
berbasis sumberdaya local yang bisa meningkatkan pemenuhan permintaan untuk
konsumsi dalam negeri dan bisa mengurangi ketergantungan impor (substitusi impor).
Peningkatan ekspor akan difokuskan pada pengembangan produk yang punya daya
saing di pasar internasional, baik segar maupun olahan, yang kebutuhan di pasar dalam negeri
sudah tercukupi. Indikatornya adalah pertumbuhan volume ekspor. Sedangkan indikator utama,
strategi, dan rencana aksi dalam rangka peningkatan nilai tambah, daya saing, dan ekspor
produk pertanian pada periode lima tahun ke depan (2010-2014).

4. Peningkatan Kesejahteraan Petani.


Unsur penting yang berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan petani adalah tingkat
pendapatan petani. Walaupun demikian tidak selalu upaya peningkatan pendapatan petani
secara otomatis diikuti dengan peningkatan kesejahteraan petani, karena kesejahteraan petani
juga tergantung pada nilai pengeluaran yang harus dibelanjakan keluarga petani serta faktor-
faktor non-finansial seperti factor sosial budaya. Walaupun demikian, sisi pendapatan petani
merupakan sisi yang terkait secara langsung dengan tugas pokok dan fungsi Kementerian
Pertanian. Oleh karena itu, dalam kerangka peningkatan kesejahteraan petani, prioritas utama
Kementerian Pertanian adalah upaya meningkatkan pendapatan petani.

B. Kebijakan Pembangunan Pertanian dan Hasil Yang Harus Dicapai

Pada dasarnya formulasi kebijakan didasarkan pada berbagai pertimbangan baik politik,social,ekonomi,
institusi, lingkungan, sumber daya, tingkat kelayakan, disamping faktor-faktor teknis. Sebagaimana telah
dipahami bersama, pembangunanpertanian memiliki arti yang sangat strategis, tidak hanya bagi
negara-negara berkembang,bagi negara maju pun pertanian tetap mendapat perhatian dan
perlindungan yang sangat serius.
Merumuskan kebijakan pertanian memang tidak mudah. Posisi di persimpangan banyak kepentingan,
baik ekonomi maupun politik,membuat kebijakan
pertanian kerap kali sulit melepaskan diri dari berbagai kontroversi. Kentalnya warna politik dalam
berbagai kebijakan tampaknya menyulitkan perbaikan sektor potensial perekonomian Indonesia ini.Titik
berat pembangunan ekonomi di Indonesia sejak dulu menekankan di bidang industri, walaupun
diharapkan adanya keseimbangan pertumbuhan industri dan pertanian, ternyata dunia pertanian yang
nota bene lebih banyak berlangsung di wilayah pedesaan dan menjadi gantungan hidup lebih dari 75%
penduduk Indonesia tidak mengalami perkembangan yang menyenangkan. Hal ini karena segala
kebijakandan subsidi negara lebih banyak ke dalam industri. Petani kesulitan dalam mengembangkan
akses-akses sumber daya alam yakni tanah dan air, sarana produksi hingga kredit. Pengusaha dan
sektor bisnislah yang menerima keuntungan pembangunan pertanian yang selama ini ada, karena
mereka menguasai akses tersebut.
Menurut Bustanul (Kompas, 2004) mandeknya sektor pertanian berakar pada terlalu berpihaknya
pemerintah pada sektor industri sejak pertengahan 1980-an. Menyusul periode pertumbuhan tinggi
sektor pertanian satu dekade sebelumnya, pemerintah seolah menganggap pembangunan pertanian
dapat bergulir dengan sendirinya. Asumsi ini membuat pemerintah mengacuhkan pertanian dalam
strategi pembangunannya. Ini tidak terlepas dari pengaruh paradigma pembangunan saat itu yang
menekankan industrialisasi. Pemerintah mencurahkan perhatiannya pada sektor industri, yang
kemudian diterjemahkan dalam pelbagai kebijakanproteksi yang sistematis. Entah sadar atau tidak,
proteksi besar-besaran ini telah merapuhkan basis pertanian pada tingkat petani.Selain itu,
kebijakanpertanian sejak tahun 1980-an itu pun cenderung distortif. Alasan memperpendek rantai tata
niaga dipakai menciptakan lembaga-lembaga pemasaran baru. Namun, alih-alih meningkatkan efisiensi,
upaya ini justru merusak kelembagaan pengelolaan pertanian. Kelemahan kelembagaan ini diperburuk
oleh lemahnya penegakan hukum. Tanpa penegakan hukum, pemburu rente, baik pengusaha maupun
birokrat, dapat mengambil kesempatan dalam kesempitan dari kelemahan kelembagaan. Tata niaga
yang pendek dan wewenang yang terpusat di birokrasi membuka lebih jauh kesempatan perburuan
rente ini.
Menurut Tito Pranolo (2000), kebijakan nasional pembangunan pertanian di suatu negara juga
tentunya tidak lepasdari pengaruh faktor eksternal, apalagi dicirikan adanya keterbukaan ekonomi dan
perdagangan yang lebih bebas, akan sulit ditemukan adanya
kebijakan nasional pembangunan pertanian yang steril dari pengaruh- pengaruh factor eksternal. Faktor
eksternal yang mempengaruhi kebijakan nasional pembangunan pertanian di Indonesia antara lain; (i)
kesepakatan-kesepakatan internasional, seperti WTO, APEC dan AFTA; (ii) kebijaksanaan
perdagangan komoditas pertanian di negara-negara mitra perdagangan indonesia; (iii) lembaga-
lembaga internasional yang memberikan bantuan kepada Indonesia terutama dalam masa krisis.Dalam
situasi normal dimana tidak terjadi krisis, maka 2 (dua) faktor pertama itulah yang lebih banyak
mempengaruhi kebijakan pembangunan pertanian, namun dalam situasi krisis seperti pada saat ini
pengaruh dari lembaga-lembaga internasional seperti IMF dan Bank Dunia akan lebih besar dari pada
kesepakatan internasional seperti WTO, APEC dan AFTA, dalam mewarnai kebijakan pangan nasional
 Komponen Kerangka Kebijakan Pertanian (Policy Framework)
Ada empat komponen utama dari framework kebijakan pertanian, yaitu: tujuan (objectives), kendala
(constraints), kebijakan (policies), dan strategi (strategies). Objectives adalah tujuan yang diharapkan
akan dicapai oleh sebuah kebijakan yang dibuat oleh para pembuat kebijakan. Constraints (kendala)
adalah suatu keadaan yang membuat apa yang bisa dicapai menjadi terbatas. Kebijakan(policies) terdiri
atas berbagai instrumen yang bisa digunakan pemerintah untuk merubah outcome pertanian. Sebuah
kebijakan yang efektif akan merubah perilaku produsen, pedagang, dan konsumen dan menciptakan
outcome baru dari sebuah perekonomian. Strategi (strategies) adalah seperangkat instrumen kebijakan
yang digunakan oleh pemerintah untuk mencapai objective yang telah ditetapkan. Setiap strategi
dilaksanakan melalui penerapan berbagai kebijakan yang terkordinasi dengan baik.Strategi para
pengambil kebijakan terdiri atas seperangkat kebijakan yang dimaksudkan untuk meningkatkan
outcome ekonomi yang telah ditetapkan oleh para pengambil kebijakan).
Berbagai kebijakan tersebut pada pelaksanaannya akan menghadapi berbagai kendala ekonomi baik
yang diakibatkan oleh aspek supply,demand, serta harga dunia yang bisa meningkatkan atau
menghambat tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Penilaian dampak kebijakan terhadap
pencapaian tujuan memungkinkan untuk melakukan penyesuaian strategi yang telah ditetapkan bila
memang diperlukan. Singkatnya, pemerintah membuat strategi pembangunan pertanian dengan
menentukan seperangkat kebijakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dengan
mempertimbangkan berbagai kendala ekonomi pada sektor pertanian.

 Tujuan Dasar kebijakan pemerintah.

Pada hakikatnya, kebijakan pemerintah memiliki tiga tujuan utama yaitu efisiensi (efficiency),
pemerataan (equity), dan ketahanan/ stabilitas (security/stability).
a. Efisiensi tercapai apabila alokasi sumberdaya ekonomi yang langka keberadaannya mampu
menghasilkan pendapatan maksimum, serta alokasi barang dan jasa yang menghasilkan tingkat
kepuasan konsumen yang paling tinggi.
b. Pemerataan diartikan sebagai distribusi pendapatan di antara kelompok masyarakat atau wilayah
yang menjadi target pembuat kebijakan. Biasanya, pemerataan yang lebih baik akan dicapai melalui
distribusi pendapatan yang lebih baik atau lebih merata. Namun, karena kebijakan adalah aktivitas
pemerintah, maka para penentu kebijakan (secara tidak langsung juga voters dalam sebuah sistem
demokrasi) yang menentukan definisi pemerataan itu. Sebagai contoh,
salah satulangkah menurut Awang Faroek Ishak untuk mencapai tujuan pemerataan di Kalimantan
Timuradalah melalui revitalisasi pertanian dalam arti luas yaitu dengan membuat kebijakan di sektor
agribisnis di bidang perkebunan kelapa sawit. Tujuan kebijakan ini adalah untuk meningkatkan
kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat melalui pengembangan perkebunan.
d. Ketahanan (pangan) akan meningkat apabila stabilitas politikmaupun ekonomi memungkinkan
produsen maupun konsumen meminimumkan adjustment costs. Ketahanan pangan diartikan sebagai
ketersediaan pangan pada tingkat harga yang stabil dan terjangkau.
Terdapat tiga komponen kebijakan ketahanan pangan :
1) Ketersediaan Pangan : Indonesia secara umum tidak memiliki masalah terhadap ketersediaan
pangan. Produksi beras nasional menurut BPS pada tahun 2008 sekitar 60.251.073ton dan
konsumsi sedikit diatas tingkat produksi tersebut. Untuk Kalimantan, Propinsi Kalimantan Timur
yang secara nasional berada di peringkat 3 terbawah, menuruthasil analisis kajian yang dilakukan
oleh PKP2A III LAN
Samarinda (2008), ternyata berada pada posisi cukup rawan pangan, dilihat dari tingkat konsumsi
dan ketersediaan pangan yang cenderung berimbang (mendekati 1,0 per kapita)
Adapun beberapa kebijakan kunci yang mempunyai pengaruh terhadap ketersediaan pangan nasional
meliputi :
 Larangan impor beras
 Upaya Kementerian Pertanian/Dinas Pertanian
untuk mendorong produksi pangan
 Pengaturan BULOG mengenai ketersediaan stok beras

2) Keterjangkauan Pangan : Elemen terpenting dari kebijakan ketahanan pangan ialah adanya jaminan
bagi kaum miskin untuk menjangkau sumber makanan yang mencukupi. Jumlah penduduk miskin
merupakan gambaran dari penduduk yang tidak memiliki akses yang produktif terhadap mata
pencaharian yang memadai. Semakin besar jumlah penduduk miskin, maka semakin rendah pula
akses mereka terhadap keterjangkauan pangan Peta Kerawanan Pangan Propinsi Kaltim
(2004).Berdasarkan data dari BPS Indonesia empat tahun terakhir ini, ada kecenderungan Jumlah
penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mengalami
penurunan.

Cara yang dapat ditempuh untuk mencapai tujuan ini ialah dengan memperluas strategi
pertumbuhan ekonomi, khususnya pertumbuhan yang memberikan manfaat bagi kaum miskin.
Sejumlah kebijakan penting yang mempengaruhi keterjangkauan pangan meliputi: Program Raskin
atau program bantuan langsung kepada masyarakat miskin Upaya BULOG untuk mempertahankan
harga pagu beras Hambatan perdagangan yang mengakibatkan harga pangan domestik lebih tinggi
dibandingkan harga dunia. Sedangkan pada bulan Desember 2008, Pemerintah berencana
menaikkan subsidi pertanian dalam Rencana Anggaran Pembangunan dan Belanja Negara
(RAPBN) 2009. Kenaikan ini adalah prioritas pemerintah untuk mencapai keterjangkauan harga
pangan bagi masyarakat miskin
3) Kualitas Makanan dan Nutrisi : bagian dari kebijakan untuk menjamin ketersediaan pangan, ialah
kualitas pangan itu sendiri. Artinya penduduk dapat mengkonsumsi nutrisi-nutrisi mikro (gizi dan
vitamin) yang mencukupi untuk dapat hidup sehat. Konsumsi pangan pada setiap kelompok
pengeluaran rumah tangga telah meningkat pada jenis-jenis pangan yang berkualitas lebih baik.
Namun, seperti catatan diatas, keadaan nutrisi makanan belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan
sejak akhir krisis. Sejumlah kebijakan penting yang berpengaruh terhadap kualitas pangan dan
nutrisi meliputi:
 Upaya melindungi sejumlah komoditas pangan penting
 Memperkenalkan program pangan tambahan setelah krisis
 Penyebarluasan dan pemasaran informasi mengenai nutris

 Kendala-kendala yang Membatasi Kebijakan Pertanian Sejak Indonesia menganut perdagangan


bebas yang ditandai dengan masuknya menjadi anggota Organisasi Perdagangan Dunia (WTO)
tahun 1995, masalah pertanian menjadi semakin komplekssebagai konsekuensi dari hasil
kesepakatan terhadap pasal pasal AoA (Agreement on Agriculture). Persoalan yang ada bukan lagi
hanya disawah, kebun, dan ladang saja, tetapi juga terkait dengan sektor lain, seperti perdagangan
dan fiskal. Masalah yang muncul bukan lagi hanya soal hama penyakit, pupuk, dan iklim, tetapi juga
masalah efisiensi, serangan produk impor, surplus produksi, penyelundupan, dan lain-lain
Produktivitas hasil pertanian beberapa tahun terakhir mengalami kemunduran, penyebabnya
adalah karena banyaknya persoalan yang melingkupinya. Ada tiga kendala utama yang membatasi
gerak sebuah kebijakan yaitu :

a.Penawaran dan produksi


Penawaran dan produksi dibatasi oleh ketersediaan sumberdaya (lahan, tenaga kerja, dan
modal), teknologi, harga input, dan kemampuan manajemen. Parameter-paremeter ini merupakan
komponendari fungsi produksi sehingga membatasi kemampuan perekonomian dalam menghasilkan
komoditas pertanian

b.Permintaan dan konsumsi


Permintaan dan konsumsi dibatasi oleh jumlah penduduk, pendapatan, selera, dan harga
output. Parameter ini merupakan komponen dari fungsi permintaan sehingga membatasi kemampuan
perekonomian dalam mengkonsumsi produk-produk pertanian.

c.Harga
Harga komoditas yang diperdagangkan baik input maupun output, menentukan dan membatasi
peluang untuk mengimpor dalam rangka meningkatkan supply domestik, dan mengekspor dalam rangka
memperluas pasar bagi produk domestik.Konsep harga dasar gabah yang tidak bisa dipertahankan lagi
karena membutuhkan perangkat, baik dukungan dana maupun kebijakan lain, akhirnya harus menyerah
pada sistem perdagangan dunia itu. Setidaknya harus dicari bentuk perlindungan harga baru lagi yang
tidak membebani anggaran.

 Kebijakan yang Mempengaruhi Sektor Pertanian.

Sektor pertanian jelas tidak dapat berdiri sendiri, apalagi jika harus dijadikan beban ekonomi politik
sektor non pertanian seperti manufaktur, industri jasa, dan lain sebagainya yang pernah tumbuh dan
berkembang dalam konteks yang sangat semu dan cenderung distortif. Harus ada upaya kongkrit untuk
merestorasi kebijakan pertanian demi kepentingan nasional. Kebijakan - kebijakan yang dapat
mempengaruhi sektor pertanian dapat digolongkan kepada tiga kategori sebagai berikut :
 Kebijakan Harga Pertanian
Kebijakan harga komoditas pertanian merupakan kebijakan yang bersifat spesifik komoditas. Setiap
kebijakan diterapkan untuk satu komoditas (misalnya, beras). Kebijakan harga juga bisa mempengaruhi
input pertanian.
 Kebijakan Makroekonomi yang Mempengaruhi Pertanian.
Kebijakan makroekonomi mencakup seluruh wilayah dalam satu negara, sehingga kebijakan ini akan
mempengaruhi seluruh komoditas. Ada tiga kategori kebijakan makroekonomi yang mempengaruhi
sektor pertanian, yaitu :
a. Kebijakan fiskal dan moneter merupakan inti dari kebijakan makroekonomi, karena secara bersama-
sama mereka mempengaruhi tingkat kegiatan ekonomi dan tingkatinflasi dalam perekonomian
nasional, yang diukur melalui peningkatan indeks harga konsumen dan indeks harga produsen.
b. Kebijakan nilai tukar, secara langsung berpengaruh terhadap harga output dan biaya produksi
pertanian. Nilai tukar adalah nilai konversi mata uang domestik terhadap mata uang asing.
c. Kebijakan harga faktor domestik, secara langsung mempengaruhi biaya produksi pertanian. Faktor
domestik utama terdiri atas lahan, tenaga kerja dan modal.

 Kebijakan Investasi Publik yang Mempengaruhi Pertanian


Kebijakan investasi publik dalam bentuk barang-barang modal pada infrastruktur, sumberdaya
manusia, dan penelitian dan pengembangan teknologi dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Investasi publik dalam bentuk modal, yaitu dengan mengalokasikan pengeluaran investasi (modal)
yang bersumber dari anggaran belanja negara (APBN).
b. Investasi publik dalam bentuk infrastruktur adalah barang modal penting, seperti jalan, pelabuhan,
dan jaringan irigasi untuk meningkatkan pendapatan produsenpertanian atau menurunkan biaya
produksi.
c. Investasi publik dalam bentuk sumberdaya manusia termasuk didalamnya berbagai jenis
pengeluaran pemerintah untuk meningkatkan tingkat keahlian atau keterampilan serta kondisi
kesehatan produsen dan konsumen.

 Strategi Para Pengambil Kebijakan Pertanian


Dalam rangka memperlancar pelaksanaan pembangunan pertanian, sinkronisasi antar subsector
dan lintas sektor, serta koordinasi antara pusat dan daerah, dikembangkan manajemen yang terpadu
yang mencakup aspek perencanaan, implementasi, pengendalian, pemantauan, evaluasi, pelaporan
dan pengawasan yang sesuai dengan prinsip good governance.
Ada empat aspek menurut Syaiful Bahari10 (2004) yang menjadi prasyarat melaksanakan
pembangunan pertanian,yaitu:
a. Akses terhadap kepemilikan tanah
b. Akses input dan proses produksi
c. Akses terhadap pasar
d. Akses terhadap kebebasan
Strategi pembangunan pertanian harus dijabarkan dalam bentuk program yang konkrit, realiable,
workable dan dilaksanakan secara bertahap dan berkelanjutan. Sebagai contoh, menurut Hanung
(2003), sebuah program pembangunan pertanian dapat meliputi :
a. program peningkatan produksi
b. Program pengembangan SDM
c. Program Pengembangan sarana dan Prasarana
d. Program Pengembangan Usaha
e. Program Pengembangan Teknologi dan rekayasa pertanian
f. Program penataan aset dan kelembagaan pertanian
g. Program Peningkatan nilai tambah, daya saing, distribusi dan pemasaran
h. Program Pembangunan Pertanian Wilayah Terpencil, perbatasan, KAPET dan KTI

 Solusi
Di masa yang akan datang, di Indonesia maupun Kalimantan Timur pada khususnya diharapkan
yang akan memimpin adalah sektor pertanian. Karena itu harus dimulai dengan pertanian yang
menghormati ekosistem, serta diperlukan juga usaha-usaha mitigasi perubahan iklim. Karena
manusia tidak mungkin dapat bertahan hidup tanpa lingkungan yang mampu memenuhi kebutuhan
manusia.

Ada lima upaya yang harus dan segera dilakukan agar momentum akselerasi pertumbuhan sektor
pertanian dapat terus dipertahankan secara berkelanjutan yaitu:
(a) Merenovasi dan memperluas infrastruktur fisik, utamanya sistem irigasi, system transportasi, sistem
telekomunikasi dan kelistrikan pedesaan;
(b) Revitalisasi sistem inovasi pertanian melalui penelitian dan pengembangan dan diseminasi teknologi
pertanian;
(c) Pengembangan kelembagaan agribisnis (tata pemerintahan, organisasi pengusaha dan jejaring
usaha);
(d) Rekonstruksi sistem insentif berproduksi dan investasi;
(e) Pengelolaan pasar input dan output.

Berdasarkan hal tersebut, maka perlu adanya pengembangan usaha pertanian melalui
pemanfaatan alsintan dan peningkatan keterampilan petani melalui pembinaan dan pelatihan, demi
terwujudnya visi pembangunan pertanian yaitu untuk mewujudkan keluarga tani yang mampu mengelola
pertanian yang tangguh dan mandiri, efisiensi serta berwawasan agribisnis menuju keluarga sejahtera,
sehingga pertanian mampu menjadi komoditas unggulan dan menjadi sokoguru perekonomian
Kalimantan Timur, maka perlu adanya keterpaduan program baik intern maupun lintas sektoral.

Dalam hal rekonstruksi kebijakan ekonomi pertanian, pemerintah perlu melakukan integrasi
sektor pertanian dalam kebijakan makro agar tidak berat sebelah mendukung sector industri. Selain itu,
pemerintah perlu menyediakan sarana dan prasarana (termasuk untuk penelitian) serta memberikan
subsidi bagi kelompok miskin yang kebanyakan berada di
pedesaan.
Pendek kata, pemerintah perlu strategi peningkatan daya saing pertanian yang tidak
menciptakan distorsi perekonomian. Pesan keberpihakan yang netral ini perlu menjadi perhatian politisi
dan perumus kebijakan di tengah gencarnya politisasi isu pertanian danpretensi perlindungan petani
miskin. Pembangunan pertanian di Indonesia selama ini menunjukan perkembangan pertanian, industri
dan jasa yang saling terlepas dan berjalan sendiri sendiri. Pembangunan pertanian yang terlepas dari
pembangunan industri dan jasa telah menyebabkan hal-hal yang

4 Bentuk-bentuk Pembangunan Pedesaan dan Permasalahhannya

A,. Agro bisnis

Agribisnis adalah bisnis berbasis usaha pertanian atau bidang lain yang mendukungnya, baik di sektor
hulu maupun di hilir. Penyebutan "hulu" dan "hilir" mengacu pada pandangan pokok bahwa agribisnis
bekerja pada rantai sektor pangan (food supply chain). Agribisnis mempelajari strategi memperoleh
keuntungan dengan mengelola aspek budidaya, pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap
pemasaran.
Pengertian Agribisnis Menurut Sjarkowi dan Sufri (2004): Agribisnis adalah setiap usaha yang berkaitan
dengan kegiatan produksi pertanian, yang meliputi pengusahaan input pertanian dan atau pengusahaan
produksi itu sendiri atau pun juga pengusahaan pengelolaan hasil pertanian.
Agribisnis, dengan perkataan lain, adalah cara pandang ekonomi bagi usaha penyediaan pangan.
Sebagai subjek akademik, agribisnis mempelajari strategi memperoleh keuntungan dengan mengelola
aspek budidaya, penyediaan bahan baku, pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap pemasaran.
Pengertian Agribisnis menurut John H. Davis dan Ray A. Goldberg (1957): The sum total of all
operations involved in the manufacture and distribution of farm supplies; production operations on the
farm; and the storage, processing, and distribution of farm commodities and items made from them.
Definisi Agribisnis menurut Drilon Jr. dalam Saragih (1998): Agribisnis adalah mega sektor yang
mencakup “… the sum total of operations involved in the manufacture and distribution of farm supplies,
production activities on the farm, storage, processing and distribution of farm commodities and items for
them …”
Pengertian Agribisnis Menurut Downey and Erickson (1987) dalam Saragih (1998): Agribisnis adalah
kegiatan yang berhubungan dengan penanganan komoditi pertanian dalam arti luas, yang meliputi salah
satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan masukan dan keluaran produksi
(agroindustri), pemasaran masukan-keluaran pertanian dan kelembagaan penunjang kegiatan. Yang
dimaksud dengan berhubungan adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan
kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian.
Pengertian Agribisnis menurut Arsyad dkk: Agribisnis adalah kesatuan kegiatan usaha yang meliputi
salah satu atau keseluruhan dari matarantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran produk-produk
yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas.
Pengertian Agribisnis Menurut Wibowo dkk, (1994): Pengertian agribisnis mengacu kepada semua
aktivitas mulai dari pengadaan, prosesing, penyaluran sampai pada pemasaran produk yang dihasilkan
oleh suatu usaha tani atau agroindustri yang saling terkait satu sama lain.
Dengan demikian agribisnis dapat dipandang sebagai suatu sistim pertanian yang memiliki beberapa
komponen sub sistim yaitu, sub sistim usaha tani/yang memproduksi bahan baku; sub sistim
pengolahan hasil pertanian, dan sub sistim pemasaran hasil pertanian.
Pengertian Agribisnis menurut Austin: Agribisnis adalah kesatuan kegiatan usaha yang meliputi
kegiatan usahatani, pengolahan bahan makanan, usaha sarana dan prasarana produksi pertanian,
transportasi, perdagangan, kestabilan pangan dan kegiatan-kegiatan lainnya termasuk distribusi bahan
pangan dan serat-seratan kepada konsumen.
Pengertian Agribisnis menurut Drillon: Agribisnis adalah sejumlah total dari seluruh kegiatan yang
menyangkut manufaktur dan distribusi dari sarana produksi pertanian, kegiatan yang dilakukan
usahatani, serta penyimpanan, pengolahan dan distribusi dari produk pertanian dan produk-produk lain
yang dihasilkan dari produk pertanian.
Pengertian Agribisnis menurut Cramer and Jensen: Agribisnis adalah suatu kegiatan yang sangat
kompleks, meliputi : industri pertanian, industri pemasaran hasil pertanian dan hasil olahan produk
pertanian, industri manufaktur dan distribusi bagi bahan pangan dan serat-seratan kepada
pengguna/konsumen.
Hanya beberapa pengertian Agribisnis, yang dapat saya sampaikan semoga kehausan anda untuk
mengetahui tentang pengertian Agribisnis dapat terjawab…., Apakah anda memiliki pengertian
agribisnis dari sumber lain? Silahkan berbagi
.
Agribisnis adalah bisnis berbasis usaha pertanian atau bidang lain yang mendukungnya, baik di sektor
hulu maupun di hilir. Penyebutan "hulu" dan "hilir" mengacu pada pandangan pokok bahwa agribisnis
bekerja pada rantai sektor pangan (food supply chain).
Agribisnis mempelajari strategi memperoleh keuntungan dengan mengelola aspek budidaya,
pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap pemasaran.
Pengertian Agribisnis Menurut Sjarkowi dan Sufri (2004): Agribisnis adalah setiap usaha yang berkaitan
dengan kegiatan produksi pertanian, yang meliputi pengusahaan input pertanian dan atau pengusahaan
produksi itu sendiri atau pun juga pengusahaan pengelolaan hasil pertanian.
Agribisnis, dengan perkataan lain, adalah cara pandang ekonomi bagi usaha penyediaan pangan.
Sebagai subjek akademik, agribisnis mempelajari strategi memperoleh keuntungan dengan mengelola
aspek budidaya, penyediaan bahan baku, pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap pemasaran.
Pengertian Agribisnis menurut John H. Davis dan Ray A. Goldberg (1957): The sum total of all
operations involved in the manufacture and distribution of farm supplies; production operations on the
farm; and the storage, processing, and distribution of farm commodities and items made from them.
Definisi Agribisnis menurut Drilon Jr. dalam Saragih (1998): Agribisnis adalah mega sektor yang
mencakup “… the sum total of operations involved in the manufacture and distribution of farm supplies,
production activities on the farm, storage, processing and distribution of farm commodities and items for
them …”
Pengertian Agribisnis Menurut Downey and Erickson (1987) dalam Saragih (1998): Agribisnis adalah
kegiatan yang berhubungan dengan penanganan komoditi pertanian dalam arti luas, yang meliputi salah
satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan masukan dan keluaran produksi
(agroindustri), pemasaran masukan-keluaran pertanian dan kelembagaan penunjang kegiatan. Yang
dimaksud dengan berhubungan adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan
kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian.
Pengertian Agribisnis menurut Arsyad dkk: Agribisnis adalah kesatuan kegiatan usaha yang meliputi
salah satu atau keseluruhan dari matarantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran produk-produk
yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas.
Pengertian Agribisnis Menurut Wibowo dkk, (1994): Pengertian agribisnis mengacu kepada semua
aktivitas mulai dari pengadaan, prosesing, penyaluran sampai pada pemasaran produk yang dihasilkan
oleh suatu usaha tani atau agroindustri yang saling terkait satu sama lain.
Dengan demikian agribisnis dapat dipandang sebagai suatu sistim pertanian yang memiliki beberapa
komponen sub sistim yaitu, sub sistim usaha tani/yang memproduksi bahan baku; sub sistim
pengolahan hasil pertanian, dan sub sistim pemasaran hasil pertanian.
Pengertian Agribisnis menurut Austin: Agribisnis adalah kesatuan kegiatan usaha yang meliputi
kegiatan usahatani, pengolahan bahan makanan, usaha sarana dan prasarana produksi pertanian,
transportasi, perdagangan, kestabilan pangan dan kegiatan-kegiatan lainnya termasuk distribusi bahan
pangan dan serat-seratan kepada konsumen.
Pengertian Agribisnis menurut Drillon: Agribisnis adalah sejumlah total dari seluruh kegiatan yang
menyangkut manufaktur dan distribusi dari sarana produksi pertanian, kegiatan yang dilakukan
usahatani, serta penyimpanan, pengolahan dan distribusi dari produk pertanian dan produk-produk lain
yang dihasilkan dari produk pertanian.
Pengertian Agribisnis menurut Cramer and Jensen: Agribisnis adalah suatu kegiatan yang sangat
kompleks, meliputi : industri pertanian, industri pemasaran hasil pertanian dan hasil olahan produk
pertanian, industri manufaktur dan distribusi bagi bahan pangan dan serat-seratan kepada
pengguna/konsumen.
Dalam konteks manajemen agribisnis di dalam dunia akademik, setiap elemen dalam produksi dan
distribusi pertanian dapat dijelaskan sebagai aktivitas agribisnis. Namun istilah "agribisnis" di
masyarakat umum seringkali ditekankan pada ketergantungan berbagai sektor ini di dalam rantai
produksi.

Objek agribisnis dapat berupa tumbuhan, hewan, ataupun organisme lainnya. Kegiatan budidaya
merupakan inti (core) agribisnis, meskipun suatu perusahaan agribisnis tidak harus melakukan
sendiri kegiatan ini. Apabila produk budidaya (hasil panen) dimanfaatkan oleh pengelola sendiri,
kegiatan ini disebut pertanian subsisten, dan merupakan kegiatan agribisnis paling primitif.
Pemanfaatan sendiri dapat berarti juga menjual atau menukar untuk memenuhi keperluan sehari-hari.

Dalam perkembangan masa kini agribisnis tidak hanya mencakup kepada industri makanan saja karena
pemanfaatan produk pertanian telah berkaitan erat dengan farmasi, teknologi bahan, dan penyediaan
energi.
FAO memiliki bagian yang beroperasi penuh pada pengembangan agribisnis yang bertujuan untuk
meningkatkan pertumbuhan industri pangan di negara berkembang.

 Macam Macam Badan Usaha Agrobisnis

Pembagian badan usaha dapat dibedakan menjadi 4 macam yaitu sebagai berikut:

1. Badan usaha menurut Lapangan usahanya

 Badan usaha pertanian, yaitu badan usaha yang bergerak dibidang pengelolaan tanah misalnya
pertanian, perikanan, perkebunan.
 Badan usaha perdagangan yaitu badan usaha yang bergerak di bidang pembelian barang
barang untuk dijual kembali, tanpa mengubah sifat bentuk barang tersebut
 Badan usaha industri yaitu badan usaha yang bergerak di bidang pengolahan bahan mentah
menjadi barang jadi ataupun setengah jadi
 Badan usaha ekstraktif yaitu badan usaha yang usahanya menggali, mengambil ataupun
mengumpulkan kekayaan alam yang sudah tersedia seperti penambangan pasir, penambangan
emas, penambangan nikel, penambangan minyak bumi, penambangan tembaga,
penambangan uranium, penebangan hutan
 Badan usaha jasa, yaitu badan usaha yang usahanya memberikan ataupun menyewakan jasa
kepada orang ataupun badan lain, contohnya saja perusahaan transportasi, kecantikan, salon,
asuransi dan bank

2. Badan usaha menurut Kepemilikan modalnya

 Badan usaha negara adalah badan usaha yang seluruh modalnya dimiliki oleh negara dari
kekayaan mereka yang telah dipisahkan
 Badan usaha swasta adalah badan usaha yang seluruh modalnya dimiliki oleh pihak swasta,
baik secara perorangan atau sekelompok orang
 Badan usaha campuran, badan usaha yang sebagian modalnya dimiliki oleh pemerintah dan
sebagian lagi dari swasta.

3. Badan usaha berdasarkan tanggungjawab anggotanya

Badan usaha dimana pemiliknya bertanggung jawab penuh terhadap seluruh harta benda yang
diikutsertakan dalam usaha maupun pribadinya. contohnya perusahaan perorangan dan firma.
Badan usaha dimana pemiliknya bertanggungjawab secara parsial atau terbatas pada harta benda yang
diikutsertakan dalam usahanya saja. Kekayaan milik pribadi pemilik tidak menjadi jaminan terhadap
kewajiban badan usaha. Contoh badan usaha yang seperti ini adalah perseroan terbatas.
4. Badan usaha berdasarkan perbandingan penggunaan tenaga mesin dan tenaga kerja manusia

 Badan usaha padat modal, yaitu badan usaha yang dalam kegiatan produksinya lebih banyak
menggunakan peralatan dan mesin mesin daripada tenaga kerja manusia
 Badan usaha padat karya yaitu badan usaha yang dalam kegiatan produksinya lebih
mengutamakan penggunaan tenaga kerja manusia daripada tenaga mesin.

 Bentuk bentuk Badan usaha Agrobisnis

Setiap bentuk badan usaha memiliki ciri ciri tersendiri. Pemilihan bentuk badan usaha yang paling
sesuai untuk bisnis tertentu harus ditetapkan pada saat perusahaan akan didirikan atau akan mulai
melaksanakan operasinya. Untuk menetapkan bentuk badan usaha tersebut diperlukan pertimbangan
yang matang. Pertimbangan bentuk badan usaha tersebut antara lain sebagai berikut:

 Jenis usaha yang akan dilaksanakan, apakah industri, perdagangan, jasa ataupun yang lainnya
 Luas operasi ataupun volume usahanya dan luas pasar yang akan dilayani
 Jumlah modal yang diperlukan untuk usaha dan kemungkinan untuk menambah modal
 Rencana pembagian keuntungan
 Keterlibatan para pemilik dalam manajemen dan pengendalian perusahaan
 Penentuan tanggung jawah yang akan dihadapi
 Prinsip prinsip pengawasan manajemen yang akan digunakan
 Rencana luas organisasi intern
 Faktor stabilitas, kesinambungan, dan pengalihan kepemilikan
 Kewajiban dan hak pilih dalam perpajakan
 Masalah kerahasiaan perusahaan
 Jangka waktu berdirinya perusahaan
 Lokasi, sasaran, serta falsafah pemilik untuk agribisnis tersebut

Penilai dari masing masing faktor tersebut menjadi dasar yang baik dalam pemilihan bentuk badan
usaha yang paling sesuai untuk setiap bidang bisnis.Setelah kita mengetahui pertimbangan
pertimbangan dalam memilih bentuk perusahaan, selanjutnya kita akan membahas bentuk badan
usaha.

Bentuk badan usaha dapat dikelompokkan ke dalam 2 ataupun 3 sektor. Di banyak negara umumnya
terdapat 2 sektor usaha yaitu

 Usaha yang diselenggarakan oleh swasta dan


 Usaha yang diselenggarakan oleh pemerintah.
Dalam pembagian ini, koperasi pada umumnya dikelompokkan menjadi usaha swasta:
Sedangkan negara yang mengelompokkan kegiatan usaha dalam 3 sektor, seperti yang dilakukan di
Indonesia terdiri atas:

1. Badan usaha milik negara atau BUMN


2. Koperasi (Baca pengertian koperasi)
3. Badan usaha milik swasta

Pembagian tiga bentuk badan usaha tersebut bersumber dari UUD 1945, khususnya pasal 33. Di dalam
pasal tersebut dijelaskan adanya konsep demokrasi ekonomi. Dalam demokrasi ekonomi terdapat
kebebasan berusaha bagi seluruh warga negara Indonesia. Hal ini berarti bahwa seluruh warga negara
Indonesia diberikan kebebasan untuk menjalankan usahanya, hanya saja kebebasan itu bukanlah tidak
berbatas, tetapi kebebasan yang dibatasi oleh tanggung jawab. (baca pengertian demokrasi)
Pad hakikatnya, bentuk badan usaha secara terperinci terdiri atas:

B. Teknologi dan Revolusi Angkutan Pendidikan

Teknologi informasi (Information Technology, IT) adalahsama dengan teknologi lainnya, hanya informasi
merupakan komoditas yang diolah dengan teknologi tersebut. Dalam hal ini, teknologi mengandung
konotasi memiliki nilai ekonomi. Bentuk dari teknologi adalah kurnpulan pengetahuan (knowledge) yang
diimplementasikan dalam tumpukan kertas (stacked of papers), atau sekarang dalam bentuk CD-ROM.
Tumpukan kertas inilah yang didapatkan, jika seseorang membeli sebuah teknologi dalam bentuk patent
atau bentuk Hak atas Kekayaan Intelektual atau HaKI (Intellectual Property Rights) lainnya.

Teknologi informasi adalah sarana dan prasarana (hardware, software, useware) sistem dan
metode untuk memperoleh, mengirimkan, mengolah, menafsirkan, menyimpan,
mengorganisasikan dan menggunakan data secara bermakna. Oleh karena itu, teknologi informasi
menyediakan begitu banyak kemudahan dalam mengelola informasi dalam arti menyimpan, mengambil
kembali, dan pemutahiran informasi.

Selain itu, teknologi informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah, memproses,
mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan
informasi yang berkualitas (Wardiana, 2002). Artinya informasi yang relevan, akurat dan tepat Waktu,
yang digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintahan, Serta merupakan informasi yang
strategis untuk pengambilan keputusan.

Revolusi informasi global telah berhasil menyatukan kemampuan komputasi, televisi, radio dan telefoni
secara terintegrasi. Hal ini juga merupakan hasil dari suatu kombinasi revolusi di bidang komputer
personal, transmisi data dan kompresi, lebar pita (bandwidth), teknologi penyimpanan data (data
storage) dan penyampai data (access) integrasi multimedia dan jaringan komputer. Konvergensi dari
revolusi teknologi tersebut telah menyatukan berbagai media, yaitu suara (voice, audio), video, citra
(image) grafik dan teks (Adi Sasono, 2000).

Teknologi informasi dan internet sudah merasuk ke dalam kehidupan kita sehari-hari, termasuk dalam
bidang pendidikan. Maksudnya, saat ini internet bukan lagi menjadi barang "lux", bahkan sudah menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dalam aktivitas kita sehari-hari baik sebagai pelajar, mahasiswa, maupun
bagi para pebisnis. Pelajar dan mahasiswa memanfaatkan internet sebagai salah satu sumber belajar
(learning resources). Sedangkan bagi para pebisnis internet sebagai ujung tombak promosi dan
berinteraksi dengan klien atau rekan bisnisnya (Sudarma, 2008: 2).

Adapun fungsi teknologi informasi dalam pendidikan dapat dibagi menjadi tujuh fungsi, yaitu:

1) sebagai gudang ilmu;

2) sebagai alat bantu pembelajaran;

3) sebagai fasilitas pendidikan;

4) sebagai standar kompetensi;

5) sebagai penunjang administrasi;

6) sebagai alat bantu manajemen sekolah; dan

7) sebagai infrastruktur pendidikan (Indrajit, 2004).

Dengan semakin besar penerapan teknologi jaringan (networking) dengan cakupan dunia atau Wide
Area Network (WAN) dan pemanfaatan media internet untuk kegiatan pembelajaran (cyber education/
virtual university) tanpa adanya kendala waktu, tempat, geografis, dan fasilitas. Demikian halnya dengan
adanya pembelajaran berbasis internet dapat dengan mudah diterapkan secara efektif dan biaya yang
efisien. Dengan kata lain, teknologi informasi merupakan kunci dalam dua hal, yaitu a) efisiensi
proses dan b) memenangkan kompetisi.

Dengan adanya kemudahan berkomunikasi menggunakan teknologi multimedia, teleconference/video


conference, memungkinkan adanya proses pembelajaran jarak jauh melalui internet atau dikenal
dengan istilah cyber education/virtual university. Hal itu rnemungkinkan peserta didik/mahasiswa dapat
kuliah dimana saja di seluruh penjuru dunia dan kapan saja karena jarak geografis dan waktu bukan
merupakan kendala utama.

Teknologi informasi yang dimaksudkan di sini adalah segala bentuk penggunaan atau pemanfaatan
kornputer (beserta seluruh asesoris dan peripheralnya) dan internet untuk pembelajaran.
1. ICT dan Pendidikan

UNESCO bermaksud untuk memastikan bahwa semua Negara, baik yang telah maju maupun yang
sedang berkembnag, telah memiliki akses kepada fasilitas-fasilitas pendidikan yang penting untuk
mempersiapkan anak-anak muda agar bisa memainkan perannya yang utuh dalam masyarakat modern
dan memberikan sumbangsih bagi bangsa yang berpengetahuan. Karena pentingnya ICT dalam tugas
sekolah saat ini, maka UNESCO sebelumnya telah menerbitkan berbagai buku dalam bidang ini
sebagai media praktis untuk membantu Negara-negara anggota, misalnya: Informatics for Secondary
Education: A Curiculum for school (1994) dan Informatic for Primary Education (2000). Perkembangan-
perkembangan yang pesat dalam ICT saat ini menuntut satu dokumen yang sepenuhnya baru sebagai
pengganti atas terbitan-terbitan yang pertama ini.

Semua pemerintah bertujuan menyediakan pendidikan komprehensif yang mungkin bagi para warganya
dalam batasan-batasan keuangan yang tersedia. Karena posisi ICT dalam masyarakat-masyarakat
modern begitu penting, maka pengenalannya ke dalam sekolah-sekolah menengah pada agenda politik
akan menjadi sangat penting.

Pada saat yang sama, ICT menambah nilai kepada proses-proses pembelajaran, dan kepada
pengaturan dan manajemen lembaga-lembaga pendidikan. Internet merupakan kekuatan pendorong
bagi perkembangan dan inovasi tersebut di Negara-negara yang telah maju dan sedang berkembang.

Negara-negara seharusnya bisa mengambil manfaat dari berbagai perkembangan teknologi. Untuk bisa
melakukan hal itu, para kader professional mesti didik dengan latar belakang yang bagus, terlepas dari
platform-platform khusus computer atau sistem-sistem pengoperasian software.

Perkembangan-perkembangan teknologi menciptakan perubahan-perubahan dalam pekerjaan dan


dalam pengaturan kerja, dan kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan pun berubah. Yang terpenting
untuk dimiliki adalah kompetensi-kompetensi berikut ini:

Pemikiran yang kritis

Kompetensi yang generalis (luas)

Kompetensi-kompetensi ICT yang memungkinkan pekerjaan seorang ahli

Pembuatan keputusan

Penanganan situasi-situasi yang dinamis

Bekerja sebgai anggota sebuah tim, dan

Komunikasi yang efektif


Model pengembangan ICT

1. Pengembangan ICT sebagai kontinum yang didalamnya system pendidikan atau sekolah bisa
menunjuk dengan tepat suatu pendekatan yang berhubungan dengan pertumbuhan ICT untuk
konteks khususnya. Model ini disebut kontinum pendekatan terhadap pengembangan ICT.
2. Menggambarkan tahap-tahapan yang berbeda dalam cara di mana orang-orang yang paling
sering terlibat dalam penggunaan ICT di sekolah-sekolah,guru-guru dan siswa-siswa,
menemukan, mempelajari, memahami dan mengkhususkan diri pada penggunaan alat-alat ICT.
Model ini disebut tahapan-tahapan pengajaran dan pembelajaran dengan dan melalui ICT.

1. Pembelajaran Berbasis Internet

Internet adalah gabungan dari jarlngan-jaringan computer (LAN) diseluruh dunia yang saling terhubung.
Sedangkan di sisi lain internet juga merupakan sumber informasi global yang memanfaatkan kumpulan
jaringan-jaringan komputer tersebut sebagai medianya. Dengan demikian, internet adalah jaringan
global yang menghubungkan beribu-ribu bahkan berjuta-juta jaringan komputer (local/wide areal
network) dan computer pribadi (stand alone), memungkinkan setiap komputer yang terhubung
kepadanya dapat menghubungi banyak kolnputer kapan saja, dan dari mana saja di belahan bumiini
untuk mengirim berita, memperoleh informasi ataupun mentransfer data (Murni, 2008: 5). Jaringan ini
bukan merupakan suatu organisasi atau institusi karena tidak satu pihak pun yang mengatur dan
memilikinya.

Penggunaan internet untuk keperluan pembelajaran yang semakin meluas terutama di negara-negara
maju merupakan fakta yang menunjukkan bahwa dengan media ini dimungkinkan diselenggarakannya
proses pembelajaran yang lebih efektif. Hal itu terjadi karena dengan sifat dan karakteristik internet yang
cukup khas Sehingga diharapkan bisa digunakan sebagai media pembelajaran sebagaimana media lain
telah dipergunakan sebelumnya seperti radio, televisi, CD-ROM interaktif dan lain-lain.

Di antara keseluruhan fasilitas Internet tersebut terdapat lima aplikasi standar internet yang dapat
digunakan untuk keperluan pembelajaran (Purbo, 1996), yaitu E-mail, Mailing List (milis), Newsgroup,
File Transfer Protocol (FTP), dan World Wide Web (WWW).

Internet sebagai media pembelajaran yang diharapkan akan menjadi bagian dari suatu proses
pembelajaran di sekolah, ada beberapa kondisi yang harus dimiliki oleh internet agar bisa dimanfaatkan
secara optimal dalam kegiatan pernbelajaran. Kondisi yang harus mampu didukung oleh internet
tersebut terutama berkaitan dengan strategi pembelajaran yang akan dikembangkan, yang kalau
dijabarkan secara sederhana, bisa diartikan sebagai kegiatan komunikasi yang dilakukan untuk
mengajak peserta didik mengerjakan tugas-tugas dan membantu peserta didik dalam memperoleh
pengetahuan yang dibutuhkan dalam rangka mengerjakan tugas-tugas tersebut (Boettcher,1999).
Strategi pembelajaran ini meliputi pembelajaran, diskusi, membaca, penugasan, presentasi, dan
evaluasi, secara umum pelaksanaannya tergantung dari satu atau lebih dari tiga model dasar
dialog/komunikasi sebagai berikut: a) dialog/komunikasi antara guru dengan peserta didik; b)
dialog/komunikasi antara peserta didik dengan sumber belajarj dan C) dialog/kornunikasi di antara
peserta didik (Boettcher, 1999).

Apabila ketiga aspek tersebut bisa diselenggarakan dengan komposisi yang serasi, maka, diharapkan
akan terjadi proses pembelajaran yang efektif. Para pakar pendidikan menyatakan bahwa keberhasilan
dalam pencapaian tujuan/kompetensi dari pembelajaran sangat ditentukan oleh keseimbangan antara
ketiga aspek komunikasi tersebut (Pelikan, 1992). Kemudian dinyatakan pula bahwa perancangan suatu
kegiatan pembelajaran dengan mengutamakan keseimbangan antara ketiga dialog/komunikasi tersebut
sangat penting pada lingkungan pembelajaran berbasis Web (Bottcher, 1995).

Program pembelajaran berbasis web atau portal pembelajaran ini ditujukan untuk menyediakan fasilitas
berbasis Web yang memungkinkan pembelajaran lebih mandiri tanpa dibatasi oleh waktu dan jarak.
Fasilitas-fasilitas standar yang dapat disediakan untuk program pembelajaran ini adalah: 1) direktori
pengelolaan modul-modul pembelajaran online; 2) kelas virtual; 3) manajemen komunikasi dan
kolaborasi: bulletin board, chat, forum diskusi; 4) manajemen informasi; dan 5) perpustakaan digital.
Fasilitas-fasilitas standar ini mempunyai fleksibilitas untuk menampung content pembelajaran dalam
jumlah besar dan memungkinkan unltuk di-sharing sebagai aset bersama komunitas pendidikan.

Internet merupakan media yang bersifat multirupa, pada satu sisi intemet bisa digunakan untuk
berkomunikasi secara interpersonal misalnya dengan menggunakan e-inail dan chat sebagai sarana
berkoimunikasi antarpribadi (one-to-one communications), di sisi lain dengan e-mail pun peserta didik
bisa melakukan komunikiasi dengan lebih dari satu orang atau sekelompok peserta didik yang lain (one-
to-many communications). Bahkan, internet juga memiliki kemampuan sebagai media untuk melakukan
diskusi dan kolaborasi oleh sekelompok orang. Di samping itui dengan kemampuannya untuk
menyelenggarakan komunikasi tatap muka (teleconference), memungkinkan pengguna internet untuk
berkomunikasi secara audio visual sehingga dimungkinkan terselenggaranya komunikasi verbal
maupun nonverbal secara real-time.

Dengan demikian, secara nyata internet bisa digunakan dalam pembelajaran di Sekolah karena memiliki
karakteristik yang khas, yaitu:

(1) sebagai media interpersonal dan juga sebagai media massa yang memungkinkan terjadinya
komunikasi one-to-one maupun one-to-money

(2) memiliki sifat interaktif; dan

(3) memungkinkan terjadinya komunikasi secara sinkron (real-time) maupun tertunda (asyncronous)
sehingga memungkinkan terselenggaranya ketiga jenis dialog/komunikasi yang merupakan syarat
terjadinya Suatu proses pembelajaran. Dengan karakteristiknya yang khas ini dimungkinkan pada suatu
saat nanti internet bisa menjadi media pembelajaran yang paling terkemuka dan paling banyak
digunakan secara luas.

1. Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Pendidikan

Teknologi informasi harus mengambil peran sentral dalam upaya mengembangkan pendidikan, bail: itu
proses pendidikan formal maupun pelatihan. Teknologi informasi dapat berperan dalam pendidikan
terbuka jarak jauh. Seperti di Universitas Terbuka, pemanfaatan teknologi informasi rnampu
meningkatkan kualitas pembelajaran dan memperluas jangkauan akses layanan pendidikan. Selain itu,
penerapan teknologi informasi dapat digunakan untuk peningkatan kualitas pendidikan melalui pelatihan
guru dan dosen secara nasional. Demikian pula pendidikan jarak jauh yang memanfaatkan teknologi
informasi untuk pelatihan bagi berbagai kelompok masyarakat, misalnya usaha kecil dan menengah,
birokrasi pada pemerintah daerah, guru dan dosen dan lain-lain.

Teknologi informasi dapat digunakan untuk rnemudahkan kerja sama antara pakar dengan mahasiswa
yang letaknya berjauhan secara fisik. Dahulu, seseorang harus berjalan jauh untuk menemui seorang
pakar guna mendiskusikan sebuah masalah. Saat ini hal itu dapat dilakukan dari rumah dengan
mengirimkan e-mail. Makalah dan penelitian dapat dilakukan dengan saling tukar-menukar data melalui
internet, e-mail, ataupun dengan menggunakan mekanisme file sharing. Bayangkan apabila seorang
mahasiswa di Papua dapat berdiskusi masalah kedokteran dengan seorang pakar di universitas
terkemuka di pulau Jawa. Mahasiswa di manapun di Indonesia dapat mengakses pakar atau dosen
yang terbaik di Indonesia dan bahkan di dunia. Batasan geografis bukan menjadi masalah lagi.

Sharing information juga sangat dibutuhkan dalam bidang penelitian agar penelitian tidak berulang
(reinvent the wheel). Hasil-hasil penelitian di perguruan tinggi dan lembaga penelitian dapat digunakan
bersama-sama sehingga mempercepat proses pengembangan ilmu dan teknologi. Jadi manfaat
teknologi informasi bagi bidang pendidikan dan pembelajaran di Indonesia, antara lain akses ke
perpustakaan, akses ke pakar, menyediakan fasilitas kerja sama, dan berbagai sumber belajar lain.

Secara umum ada tiga pendekatan penggunaan atau pemanfaatan teknologi informasi atau
instruksional computer dan internet untuk pendidikan dan pembelajaran, yaitu:

a. Lenrning about computers and the internet, di mana technological literacy menjadi tujuan
akhir. Komputer dapat dijadikan sebagai objek pembelajaran, misalnya ilmu komputer (computer
science). Artinya menjadikan teknologi informasi sebagai Salah satu mata pelajaran yang
diberikan di sekolah.

b. Learning with computers and the internet, di mana teknologi informasi memfasilitasi
pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku di sekolah. Misalnya Pustekkom,
Depdiknas mengembangkan program CD multimedia interaktif untuk mata pelajaran Bahasa
Inggris, Biologi, Fisika, Kimia dan lain-lain sebagai salah satu alternatif media pembelajaran di
SMA dan SMK.

c. Learning through computers and the internet, yaitu mengintegrasikan pengembangan


keterampilan-keterampilan berbasis teknologi informasi dengan aplikasi-aplikasi dalam
kurikulum. Misahnya di perguruan tinggi, sebagai contoh mahasiswa melakukan riset online,
menggunakan spreadsheet dan program database untuk membantu mengorganisasikan dan
menganalisis data yang telah dikumpulkan atau menggunakan word processing untuk
menyusun laporan penelitian. Oleh karena itu, computer dapat juga dlunakan sebagai alat bantu
untuk melakukan proses tertentu, misalnya penghitungan atau kalkulasi dan penyimpanan data serta
pemrosesan kata dan data (word and data processing).

1. Dampak Internet Bagi masyarakat dan Dunia Pendidikan

Sebagai suatu teknologi, internet telah memberikan perubahan yang besar bagi kehidupan masyarakat
di berbagai bidang seperti bisnis dan industri, pemerintahan dan politik, pendidikan dan riset, dan lain-
lain.

Dalam dunia bisnis dan industri, intemet telah digunakan untuk berbagai Keperluan seperti pemasaran
dan promosi, tender global, hubungan bisnis, perekrutan pegawai, pertemuan dan konferensi, pelatihan,
dan penelitian serta pengembangan bisnis.

Di bidang pemerintahan dan politik, intemet telah digunakan untuk menyebarluaskan infonnasi dan
program-program pemerintah. Banyak departemen maupun pemerintahan daerah telah membuat
perubahan dalam sistem pelayanan dengan membuat situs atau web site yang mereka namakan
dengan e-government;

Di dunia pendidikan dan penelitian, penggunaan internet dirasakan semakin penting. Berbagai sumber-
sumber pembelajaran dan penelitian telah banyak tersedia di intemet, Para mahasiswa, dosen, dan
peneliti dapat mengakses katalog-katalog online dari perpustakaan-perpustakaan besar didunia. Tidak
hanya itu, beberapa perpustakaan hybrid atau perpustakaan maya di internet juga banyak tersedia di
internet di mana kita dapat

mengakses informasi secara full text. Jurnal-jurnal elektronik, .dan database online yang menyajikan
informasi untuk kepentingan akademis juga dapat dilanggan dan diakses melalui internet. Buku-buku
elektronik juga telah banyak diterbitkan di intemet. Mengenai hal ini akan kita bahas lebih lanjut pada
modul berikutnya. Intemet juga dapat dijadikan sarana untuk memublikasikan hasil-hasil penelitian dan
berbagai karya akademis lainnya yang telah dihasilkan.

Melalui web atau situs-situs resmi lembaga pendidikan atau lembaga kajian, mereka mempublikasikan
hasil-hasil penelitian, artikel, makalah seminar, dan bahan-bahan lairmya.
Teknologi transportasi masa lalu dan masa kini

1) Transportasi darat

Masyarakat pada masa lalu menggunakan alat transportasi yang masih sederhana. Sebelum ditemukan
mesin, alat transportasi seperti pedati, delman, dan kuda merupakan alat transportasi andalan.
Teknologi transportasi tersebut masih menggunakan tenaga hewan dan manusia. Kemampuan
jelajahnya juga masih sangat terbatas dan memerlukan waktu yang lama. Sekarang orang masih
menggunakan alat transportasi tersebut namun tidak menjadi alat utama. Seringkali kuda dan delman
digunakan sebagai sarana rekreasi saja.

Sejak ditemukan mesin uap, berkembang pula kendaraan bermesin lainnya. Alat transportasi bermesin
seperti sepeda motor, mobil, kereta api merupakan alat transportasi yang modern. Dengan alat
transportasi tersebut, jarak jauh dapat ditempuh dalam waktu yang singkat.

2) Transportasi air

Masyarakat pada masa lalu menggunakan alat transportasi air seperti perahu dayung, rakit, dan perahu
layar. Perahu dayung dan rakit digerakkan oleh kekuatan tenaga manusia. Sedangkan perahu layar
digerakkan oleh tenaga angin dan tenaga manusia. Seiring dengan ditemukannya mesin bermotor,
masyarakat kini menggunakan perahu bermotor dan kapal sebagai alat transportasi air. Kapal-kapal
modern dapat mengangkut barang berton-ton serta dapat menempuh jarak yang sangat jauh. Bahkan
kini sebuah kapal besar dapat digunakan sebagai landasan pesawat tempur. Kapal ini dinamakan kapal
induk.

3) Transportasi udara

Kamu tentu pernah melihat pesawat terbang, baik secara langsung maupun lewat televisi. Pesawat
terbang merupakan angkutan udara yang sangat canggih. Perjalanan pesawat terbang lebih cepat
dibandingkan dengan angkutan darat atau angkutan laut. Sekarang terdapat berbagai jenis alat
angkutan udara antara lain helikopter, pesawat tempur serta pesawat penumpang. Bahkan kini manusia
dapat menjelajah luar angkasa dengan menggunakan pesawat luar angkasa.

Kelebihan dan Kekurangan Teknologi

Teknologi masa lalu maupun masa kini memiliki kelebihan dan kelemahan. Pada penjelasan di atas
yang banyak nampak adalah kelemahan teknologi masa lalu dan kelebihan teknologi masa kini.
Misalnya teknologi masa lalu lebih lambat sedangkan teknologi masa kini lebih cepat. Namun
sebenarnya teknologi masa lalu juga memiliki kelebihan. Sebaliknya teknologi masa kini juga memiliki
kelemahan.

Pada umumnya teknologi masa lalu masih menggunakan tenaga manual yakni hewan, angin
ataupun manusia. Selain itu prosesnya juga lama atau lambat. Namun di sisi lain teknologi masa
lalu memiliki kelebihan yakni hampir semua bebas polusi. Baik polusi udara, polusi suara
maupun polusi lainnya. Sedangkan teknologi masa kini memiliki kelebihan prosesnya cepat.
Namun di sisi lain memiliki kelemahan yakni menimbulkan polusi. Seperti polusi udara, tanah, air
dan suara. Polusi udara menyebabkan napas menjadi sesak.

Teknologi masa kini khususnya teknologi transportasi juga rawan menimbulkan kecelakaan. Di
negara kita ratusan orang meninggal tiap tahun karena kecelakaan lalu lintas. Baik di darat, laut
maupun udara. Hal ini banyak disebabkan oleh faktor manusia yang lalai dan ceroboh.

Kelemahan teknologi masa kini menjadi koreksi kita bersama. Sekarang kita menghadapi
masalah justru karena kecanggihan teknologi. Pencemaran air, tanah, udara, dan suara terjadi di
mana-mana. Untuk kalian yang tinggal di kota besar tentu sudah merasakan bisingnya suara
kendaraan bermotor, mesin-mesin pabrik, pesawat terbang dan hawa yang begitu panas.

Untuk itu saat ini masyarakat banyak dihimbau agar menggunakan kendaraan bermotor seperlunya
saja. Bahkan di Jakarta dilarang menggunakan mobil yang isinya kurang dari 3 orang. Hal ini selain
menghindari kemacetan juga mengurangi polusi udara dan suara. Marilah kita pilih teknologi yang
ramah lingkungan!

C. Pendekatan Yang Dilakukan Masalah-masalah Pembangunan Pedesaan

1. Metode Pendekatan dalam Pembangunan Pedesaan

Dalam melakukan komunikasi pertanian kepada masyarakat telah dikenal dua metode
pendekatan, yaitu: (1) pendekatan berdasarkan kelompok sasaran dari inovasi, dan (2) pendekatan
berdasarkan cara penyampaian isi pesan yang terkandung dalam inovasi tersebut. Kedua metode
pendekatan ini akan dibahas secara terpisah.

a. Metode Pendekatan Sasaran

Berdasarkan kelompok sasaran, maka metode pendekatan komunikasi ini dapat dilakukan melalui:

1) Metode pendekatan massa (mass approach method)

Cara pendekatan komunikasi ini dilakukan dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan awal
serta kesadaran bagi petani tentang suatu inovasi yang berguna dalam meningkatkan hasil produksi
usahatani mereka. Penyampaian pesan melalui cara ini biasanya disampaikan dalam pertemuan
massal, melalui media massa: televisi, koran, film dan sebagainya. Pendekatan ini kurang efektif
bagi petani-petani di Indonesia umumnya dan di Nusa Tenggara Timur khususnya, karena beberapa
faktor berikut: (a) tidak bisa dipantau ataupun dievaluasi secara pasti keberhasilan yang telah dicapai
oleh para petani; (b) wilayah jangkauan pendekatan sasaran terlalu luas; (c) rendahnya daya
tangkap masyarakat petani, karena mereka rata-rata berpendidikan sangat rendah; dan (d) harga
beberapa media yang digunakan seperti televisi dan koran sangat sulit dijangkau oleh tingkat
ekonomi para petani.

2) Metode pendekatan kelompok (group approach method)

Cara pendekatan komunikasi ini dilakukan melalui penyampaian informasi inovasi kepada petani
yang tergabung dalam kelompok-kelompok petani, baik kelompok-kelompok petani tradisional,
seperti Subak di Bali dan kelompok-kelompok petani yang sengaja dibentuk untuk tujuan-tujuan
tertentu, seperti kelompencapir di TVRI, Kelompok Tani dan Nelayan, Kelompok Swadaya
Masyarakat, dan sebagainya. Dalam kegiatan komunikasi penyuluhan pertanian di Indonesia,
pendekatan kelompok sudah menjadi metode dalam pembinaan dan pengembangan sumberdaya
manusia di desa maupun di kota dalam rangka meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat. Dipandang dari segi komunikasi informasi, maka pendekatan kelompok ini jauh lebih
efektif jika dibandingkan dengan pendekatan massa, karena mempunyai beberapa keuntungan,
sebagai berikut: (a) penyebaran inovasi teknologi dapat dipantau atau dievaluasi secara baik karena
jumlah anggota sasarannya jelas; (b) d antara anggota kelompok yang satu dengan yang lainnya
dapat saling memberi dan menerima informasi, terutama tentang hal-hal yang belum jelas; (c) akan
terjadi akumulasi modal (fisik maupun non-fisik) sehingga dapat memperlancar jalannya komunikasi
dalam kelompok yang bersangkutan; (d) antara anggota kelompok dapat dilakukan reward and
punishment system secara efektif dan efisien; dan (e) lebih menghemat biaya, tenaga dan waktu,
tetap akan diperoleh hasil yang jauh lebih baik.

3) Metode pendekatan individu (personal approach method)

Cara pendekatan ini dilakukan dengan cara mengunjungi para petani satu per satu, baik ke
rumah petani maupun di kebun petani ataupun tempat-tempat tertentu yang memungkinkan untuk
dilakukan komunikasi inovasi. Keuntungan-keuntung an dari metode pendekatan perorangan, antara
lain: (a) petani yang dikunjungi seorang petugas merasa dihargai oleh petugas yang melakukan
komunikasi pertanian; (b) meningkatkan kepercayaan diri petani karena komunikasi ini dapat
dilakukan dari hati ke hati; (c) petani dapat menyampaikan segala macam keluhan/masukan-
masukan bagi petugas/penyuluh tanpa merasa canggung dan malu dengan sesama teman petani;
(d) petugas/penyuluh dapat menggali semua masalah serta kebutuhan maupun hambatan-hambatan
yang dihadapi petani selama berusahatani; dan (e) petugas/penyuluh dapat memberikan informasi
yang cocok dengan kebutuhan serta masalah petani pada saat itu. Sebaliknya, metode pendekatan
ini juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain: (a) tidak bisa menjangkau petani dalam jumlah
yang banyak; (b) memakan waktu yang lama; (c) membutuhkan biaya yang tinggi; dan (d)
membutuhkan banyak tenaga petugas/penyuluh.
b. Metode Pendekatan Materi

Berdasarkan cara penyajian inovasi dalam rangka lebih menjamin efektivitas hasil komunikasi
(khususnya dalam pertemuan kelompok), maka digunakan pendekatan gabungan berikut: (a)
ceramah, diskusi dan tanya jawab; (b) demonstrasi cara dan demonstrasi hasil; dan (c) penggunaan
alat bantu flipchart dan folder. Penggunaan metode gabungan ini cukup efektif, baik dalam
mewujudkan komunikasi dua arah (two-way traffic communication) maupun peningkatan
pemahaman serta kemampuan menerapkan inovasi yang diberikan. Dengan demikian, para petani
akan lebih memahami dan mengerti tentang cara-cara menerapkan inovasi dalam praktek usahatani
mereka.

 Pemetaan Sosial

Masyarakat Mandiri (MM) sebagai sebuah lembaga pemberdayaan masyarakat selalu melakukan
kegiatan pemetaan wilayah dalam setiap perencanaan pelaksanaan kegiatan program. Pemetaan sosial
sangat penting dilakukan untuk memberikan gambaran awal tentang kondisi sosial, ekonomi dan
budaya masyarakat dalam suatu wilayah yang akan menjadi sasaran program.

Pemetaan sosial (social mapping) adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menemukenali
tentang kondisi sosial budaya masyarakat pada wilayah tertentu yang akan dijadikan sebagai wilayah
sasaran program. Pemetaan sosial juga dapat didefinisikan sebagai proses identifkasi karakteristik
masyarakat melalui pengumpulan data dan informasi baik sekunder maupun langsung (primer)
mengenai kondisi masyarakat dalam satu wilayah tertentu.

Hal yang perlu diketahui juga bahwa tidak ada aturan dan bahkan metode tunggal yang secara
sistematik dianggap paling unggul dalam melakukan pemetaan sosial. Prinsip utama bagi para pekerja
sosial (social worker) dalam melakukan pemetaan sosial adalah bahwa ia dapat mengumpulkan
informasi sebanyak mungkin dalam suatu wilayah tertentu secara spesifik yang dapat digunakan
sebagai bahan untuk membuat keputusan dalam rencana pelaksanaan program pengembangan
masyarakat.

Kegiatan pemetaan sosial lazimnya memiliki beberapa tujuan, 1. sebagai langkah awal untuk
mengetahui wilayah calon sasaran program; 2. untuk mengetahui kondisi atau karakteristik masyarakat
calon sasaran program serta; 3. sebagai dasar dalam penyusunan matrik perencanaan kegiatan
program sesuai dengan potensi serta permasalahan yang ada pada wilayah calon sasaran program.

Pemetaan sosial diharapkan dapat menghasilkan data dan informasi tentang : Data geografi yang
terdiri dari letak wilayah, topografi, aksesibilitas lokasi, dan lain-lain. Data demografi yan terdiri dari
jumlah penduduk, komposisi penduduk menurut usia-jenis kelamin-mata pencaharian-agama-
pendidikan, jumlah penduduk miskin (pra sejahtera dan sejahtera 1) dan lainnya. Data lainnya yang
berhubungan dengan kondisi sosial-budaya, kearifan lokal (local wishdom), adat istiadat, karakteristik
masyarakat, pola hubungan antar masyarakat, kekuatan sosial yang berpengaruh, dan lainnya.

Beberapa obyek yang dipetakan dalam kegiatan pemetaan sosial antara lain : Letak geografis
wilayah calon sasaran program, Sarana dan prasarana umum, wilayah, Komposisi penduduk
berdasarkan mata pencaharian-usia-jenis kelamin-agama-pendidikan, Penyebaran atau konsentrasi
masyarakat miskin, Kelompok-kelompok sosial masyarakat serta kegiatan-kegiatan yang dilakukan,
Hubungan sosial antar kelompok masyarakat (relasi sosial), Jenis-jenis profesi atau mata pencaharian
masyarakat, Penggolongan masyarakat berdasarkan status kepemilikan harta (kaya, menengah,
miskin), Tanggapan masyarakat terhadap program-program yang dilaksanakan oleh pemerintah atau
non pemerintah, Keterlibatan masyarakat dala pelaksanaan program baik dari pemerintah maupun non
pemerintah, Penyelesaian permasalahan baik masalah sosial kemasyarakatan, ekonomi, budaya serta
proses pengambilan keputusan dalam masyarakat.

 Pendekatan Partisipatif

Permasalahan sosial yang selayaknya ditangani melalui Program Pemberdayaan Masyarakat


selalu berkembang secara dinamis, sehingga sumber-sumber yang tersedia di lingkungan harus
didayagunakan dan didistribusikan secara efesien, efektif dan berkelanjutan.

Pemetaan sosial merupakan salah satu cara untuk memperoleh informasi secara akurat, lengkap,
dan mempertimbangkan perspektif masyarakat. Informasi yang dibutuhkan bagi para Motivator Program
Pemberdayaan Masyarakat, yaitu bobot masalah sosial, sebaran masalah, potensi sosial yang dapat
didayagunakan dalam Program Pemberdayaan Masyarakat. Keterbatasan informasi tersebut, akan sulit
memberikan jaminan ketepatan sasaran dan alokasi program Pemberdayaan Masyarakat. Analisis
prioritas dalam perencanaan program Pemberdayaan Masyarakat, merupakan salah satu tahapan
penting dalam proses pemberdayaan masyarakat. Untuk itu diperlukan metode yang mampu
memberikan informasi bagi perencanaan dan pengelolaan program. Masalah efisiensi dan efektivitas
program harus diperhitungkan sejak tahap perencanaan program.

Partisipasi dapat diartikan sebagai tingkat keterlibatan anggota sistem sosial dalam pengambilan
keputusan. Namun, bila dicermati dengan baik, maka pengertian tidak hanya terbatas pada keterlibatan
dalam mengambil keputusan, tetapi meliputi pengertian yang lebih luas, meliputi proses perencanaan,
pengambilan keputusan, pelaksanaan, evaluasi dan menikmati hasil pembangunan.

Dalam banyak kenyataan, banyak program pembangunan yang gagal alaupun telah didahului
dengan analisis untuk mengembangkan peran serta aktif masyarakat, tetapi tidak dikomunikasikan
secara efektif dan efisien kepada masyarakat. Oleh karena itu, dalam mengembangkan program
pembangunan yang perlu diutamakan adalah terciptanya peran serta aktif (partisipasi) positif dari
masyarakat dalam pembangunan lewat dilakukannya komunikasi yang baik. Pada umumnya, analisis
proses partisipasi atau peran aktif masyarakat dalam pembangunan meliputi empat tahap, yaitu:
1) Tahap penumbuhan ide untuk membangun dan perencanaan

Dalam tahap ini harus dilihat, apakah pelaksanaan program pembangunan tersebut didasarkan
atas ide atau gagasan yang tumbuh dari kesadaran masyarakat sendiri atau diturunkan atas. Jika ide
atau gagasan untuk membangun datang dari masyarakat sendiri karena didorong oleh tuntutan situasi
dan kondisi yang menghimpit mereka, maka peran serta aktif masyarakat pasti akan lebih baik.
Sebaliknya, ide atau gagasan diturunkan dari atas tanpa melibatkan masyarakat, maka bisa dipastikan
program pembangunan gagal karena tidak ada peran serta aktif masyarakat. Dengan perkataan lain,
jika masyarakat ikut terlibat dalam proses perencanaan untuk membangun daerahnya, maka dapat
dipastikan bahwa seluruh anggota masyarakat merasa dihargai sebagai manusia yang memiliki
potensi atau kemampuan sehingga mereka lebih mudah berperan serta aktif atau berpastisipasi dalam
melaksanakan, melestarikan program pembangunan tersebut.

2) Tahap pengambilan keputusan

Landasan filosofi dalam tahap ini adalah setiap orang akan merasa dihargai jika mereka diajak
untuk berkompromi, memberikan pemikiran-pemikiran dalam membuat suatu keputusan untuk
membangun diri, keluarga, daerah, bangsa dan negaranya. Keikutsertaan anggota atau seseorang di
dalam pengambilan suatu keputusan secara psikososial telah memaksa anggota masyarakat yang
bersangkutan untuk turut bertanggung jawab dalam melaksanakan, mengamankan setiap paket
program yang dikomunikasikan, karena mereka merasa memiliki serta bertanggung jawab secara
penuh atas keberhasilan program yang dilaksanakan. Dengan demikian, dalam diri masyarakat, akan
tumbuh rasa tanggung jawab secara sadar, kemudian berprakarsa untuk berpartisipasi secara positif
terhadap setiap paket pembangunan untuk meningkatkan pendapatan, kesejahteraan diri dan
keluarga semua masyarakat.

3) Tahap pelaksanaan dan evaluasi

Landasan filosofi dalam tahap ini adalah prinsip learning by doing dala metode belajar orang
dewasa. Tujuan melibatkan masyarakat dalam tahap pelaksanaan adalah : (1) agar masyarakat dapat
mengetahui secara baik tentang cara-cara melaksanakan program sehingga nantinya mereka dapat
secara mandiri mampu melanjutkan, meningkatkan, dan melestarikan program pembangunan yang
dilaksanakan, dan (2) untuk menghilangkan kebergantungan masyarakat terhadap pihak luar dalam
hal ini komunikator atau penyuluh yang selama ini selalu terjadi dan akan menjamin bahwa program
pembangunan itu sendiri tidak akan lenyap serta merta setelah kepergian para petugas dari desa atau
wilayah yang bersangkutan.

Sedangkan, dalam hal mengevaluasi, masyarakat diarahkan untuk mampu menilai sendiri,
dengan mengungkapkan tentang apa yang mereka tahu dan lihat. Masyarakat diberikan kebebasan
untuk menilai sesuai dengan apa yang ada dalam benak mereka, pengalaman, kelebihan atau
keuntungan dari program pembangunan, kelemahannya, manfaat, hambatan, faktor pelancar yang
mereka hadapi dalam operasionalisasi program dan secara bersama-sama memcarikan alternatif
terbaik sebagai bahan pertimbangan bagi pelaksanaan program pembangunan atau kegiatan
pembangunan di waktu yang akan datang.

4) Tahap pembagian ekonomis

Tahap ini ditekankan pada pemanfaatan program pembangunan yang diberikan secara merata
kepada seluruh anggota masyarakat dalam desa atau wilayah yang bersangkutan. Pertimbangan
pokok dalam menerapkan suatu program jika dilihat dari aspek keuntungan ekonomis adalah program
tersebut akan memberikan kesuksesan secara ekonomis kepada seluruh atau sebagian besar
masyarakat. Akibatnya, masyarakat sendiri yang tentu melihat dan merasakan aspek ekonomis dari
pembangunan tersebut, apakah manfaat ekonomisnya dirasakan oleh semua anggota masyarakat
dan keluarga, hanya untuk sebagian masyarakat saja, ataukah hanya untuk segelintir orang-orang
tertentu saja.

Di dalam pelaksanaannya harus diakui bahwa tidak mudah untuk menerapkan keempat
tahapan di atas, karena keterbatasan pengetahuan serta keterampilan masyarakat dalam hal
perencanaan, pengambilan keputusan, evaluasi serta menghitung kemanfaatan secara ekonomis.
Akan tetapi dengan pendekatan analisis partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan komunikasi program
pembangunan pertanian kepada masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan, sebaiknya
diwujudkan bottom up planning yang seimbang dengan top down planning yang selama ini diterapkan.

Pola Peran Serta Aktif Masyarakat Pedesaan

Dalam perkembangannya, partisipasi terbagi ke dalam dua pola, yaitu: pola partisipasi secara
individu dan pola partisipasi secara kelompok. Seorang yang inovatif dan aktif dalam setiap kegiatan
pembangunan akan sangat membantu dirinya beserta keluarganya untuk meningkatkan taraf hidup
secara ekonomis maupun spiritual. Namun sebagai makluk sosial (dapat hidup jika ada orang lain),
maka pola individu harus dikembangkan kepada anggota lain sehingga tercipta pola partisipasi secara
kelompok atau secara menyeluruh.

Perkembangan kehidupan masyarakat saat ini yang telah berada dalam era globalisasi, demokrasi
dan keterbukaan, membuka peluang sangat besar untuk saling bersaing dalam berpartisipasi untuk
melaksanakan pembangunan. Bagi para petani yang memiliki berbagai keterbatasan akan selalu terjepit
di antara kaum elite di desa. Hal ini sangat tidak menguntungkan bagi peningkatan produksi usahatani
serta kesejahteraan para petani dan keluarganya. Pada kenyataannya, petani yang memiliki modal
besar akan memiliki peluang yang lebih leluasa dibandingkan dengan petani kecil dalam melaksanakan
pembangunan. Walaupun demikian, partisipasi secara individu dalam memajukan dirinya tidak dilarang
karena dari mereka diharapkan dapat mengimbas kepada petani yang lain (sesuai dengan hubungan
patron klien, atau budaya anut masyarakat Indonesia). Hubungan patron klien yang harmonis akan
dapat mengekang berkembangnya kontradiksi masalah antara yang dihadapi oleh kaum priyayi (orang-
orang yang berkecukupan) dengan yang dihadapi oleh kaum proletariat (kaum miskin yang jumlahnya
sangat banyak).

Berbagai pendekatan program pembangunan dewasa ini lebih banyak menggunakan pendekatan
kelompok. Oleh karena itu, pola partisipasi juga harus dilihat secara berkelompok. Suatu kelompok
memiliki unsur-unsur kelompok yang bekerja dalam satu sistem. Interaksi setiap unsur dalam satu
sistem menimbulkan suatu dinamika, yaitu kekuatan-kekuatan dalam kelompok. Dinamika kelompok
akan membentuk karakteristik bersikap dan bertindak sehingga mewujudkan suatu kemampuan
anggota secara berkelompok untuk berpartisipasi secara aktif dalam pelaksanaan pembangunan.

Pada umumnya, partisipasi petani dalam kelompok dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai
berikut:

(a) Manfaat rencana kerja kelompok; (b) Pengakuan kelompok terhadap karya anggota; (c)
Kebenaran norma yang dijadikan alat ukur; (d) Kemampuan kelompok inti dan kelompok khusus
untuk menyelesaikan masalah; (e) Manfaat informasi yang diterima; (f) Kepemimpinan kelompok
inti; (g) Kejujuran kelompok inti; (h) Pengakuan dan dukungan sesama anggota; (i) Keuntungan
ekonomis yang didapat; dan (j) Kelancaran pelayanan sarana .

Dalam mengembangkan partisipasi anggota biasa digunakan pendekatan ‘Participatry’ Action Model’
(PAM). Landasan filosofi dari PAM adalah ceritera kepada orang dewasa memprovokasi mereka
melakukan reaksi (telling adults provokes reaction), tunjukan kepada mereka membangkitkan imaginasi
(showing them triggers the imagination), ikutsertakan mereka memberi mereka pemahaman (involving
them gives them understanding), berdayakan mereka membuat mereka bertekad dan beraksi
(empoweringthem leads to commitment and action).

Model ini dikembangkan oleh Prof. S. Chamala berdasarkan beberapa pertimbangan berikut: (a)
tujuan pembangunan adalah meningkatkan kemampuan aggota masyarakat lokal khususnya dan
masyarakat umum; (b) masyarakat memiliki hak dan tanggung jawab di dalam pembangunan untuk
menentukan masa depan mereka sendiri, tetapi mereka tidak mengetahui mekanisme dalam
menyalurkan kemampuan mereka untuk berpartisipasi dalam pembangunan di era demokrasi dewasa
ini; (c) masyarakat dapat menciptakan struktur untuk membangun kelompok maupun perorangan yang
memungkinkan mereka dapat berperan aktif dalam berbagai tindakan terutama konservasi lahan dan
air; dan (d) PAM dibutuhkan, karena:

(i) pembangunan pedesaan sekarang ini semakin kompleks,


(ii) pemerintah memiliki keterbatasan dalam sumberdaya, dan
(iii) dibutuhkan sistem keahlian yang didasarkan pada pengetahuan masyarakat bawah (grass
roots).
 Contoh Pendekatan Partisipatif

Tujuan Pemetaan Sosial

Tujuan umum: Diperolehnya program prioritas dan alokasi sumber pembangunan sosial secara efisien,
efektif dan berkelanjutan.

Tujuan khusus:

a. Tersusunnya indikator bobot masalah dan potensi soial dan aksesibilitas fasilitas pelayanan
sosial dan pelayanan publik lainnya.
b. Diperolehnya peta sosial sebagai dasar pengembangan informasi
c. Diperolehnya peta-peta tematik dari hasil Participatory Research Appraisal (PRA)
d. Tersusunnya prioritas rencana program berdasarkan jenis masalah dan satuan wilayah sasaran
program sehingga dapat ditentukannya alokasi program Pemberdayaan Masyarakat prioritas
yang memperhitungkan aspek efisiensi, efektivitas dan kelangsungan program yang telah
didiskusikan dengan masyarakat/ kelompok sasaran.

Kegunaan Praktis

Pemetaan masalah sosial dan potensi/sumber sosial bagian dari analisis situasi dan analisis
kebutuhan. Data yang disajikan dalam struktur ruang /daerah sehingga lebih komunikatif, sehingga
dapat digunakan sebagai bahan untuk analisis prioritas masalah dan lokasi untuk perencanaan

Perspektif Dasar

a. Komponen masyarakat
b. Individu
c. Keluarga
d. Komunitas
e. Masyarakat sipil
f. Institusi Negara
g. Dimensi-dimensi masyarakat
h. Struktur sosial
i. Relasi sosial
j. Proses sosial
k. Nilai social

Kemajuan Sosial

Untuk memperoleh informasi tentang kemajuan sosial, sangat tergantung pada ketersediaaan
indikator sosial.
Definisi indikator sosial: definisi operasional atau bagian dari definisi operasional dari suatu konsep
utama yang memberikan gambaran sistem informasi tentang suatu sistem sosial (Carlisle’s, 1972 :25).

Asumsi

Ada hubungan antara kondisi spasial (tata ruang) dengan fungsi-fungsi yang berlaku pada
masyarakat. Kondisi spasial merupakan fakta sosial yang dapat menggambarkan pola-pola,
keteraturan, perubahan, dinamika social Pemetaan sosial merupakan cara untuk mengkaji “Social
Inquiry”

Metodologi
Social inquiry:

1. Naturalistic inquiry (kualitatif) – etnografis/ cultural mapping


2. Positivistic (kuantitatif) – GIS dengan indikator objektif
3. Kombinasi naturalistic inquiry dan positivistic – PRA.

Metode Pemetaan

1. Survey research (ex: RAP & statistik indikator sosial)


2. Partisipatory research (ex : PRA)
3. Indigenous reseach (ex : Verstehen - etnografis)Triangulation research

Langkah Strategis

1. Membuat batasan wilayah, klasifikasi atau stratifikasi untuk memahami keseluruhan situasi, dan
posisi relatif dalam konteks yang lebih luas
2. Membuat profil dari setiap wilayah dan kelompok sosial untuk menjelaskan karakteristik dari
populasi dan identifikasi faktor sosial ekonomi yang dapat mempengaruhi perkembangan fungsi
sosial masyarakat
3. Identifikasi masalah, potensi, dan indikator dasar yang memberikan gambaran tentang bobot
masalah dan strategi alokasi sumber pada setiap wilayah atau kelompok

Langkah Operasional

1. Penyusunan disain dan instrumen/ scenario


2. Pengumpulan data base masalah sosial dan sumber-sumber sosial sosial
3. Penyusunan indikator bobot masalah dan jangkauan fasilitas pelayanan sosial.
4. Digitasi peta dasar
5. Pembuatan peta tematik dengan PRA dan Sistem Informasi Geografis (Geographycal
Information System
6. Analisis prioritas berdasarkan jenis masalah dan satuan wilayah pembangunan
7. Penentuan alokasi program prioritas
8. Diseminasi hasil

Pengembangan Indikator Sosial Dalam Konteks Pemberdayaan Masyarakat. Kriteria Pengembangan


Indikator Sosial

1. Tidak mengasumsikan hanya ada satu pola pembangunan atau


2. berlaku universal untuk semua wilayah pembangunan,
3. Mengukur hasil disamping dapat digunakan untuk mengetahui masukan dan proses.
4. Menggambarkan tingkatan, rates, pola dan sebaran yang mudah dipahami,
5. Sederhana cara menyusunnya serta metodenya mudah dipahami,
6. Dapat digunakan untuk menentukan skala prioritas masalah dan skala prioritas lokasi/
wilayah pembangunan,
7. Data yang diperlukan sudah tersedia.

Dimensi Indikator Sosial

1. Terkendalinya permasalahan sosial, dilihat dari dua dimensi yaitu: bobot masalah,
kecenderungan masalah dari waktu ke waktu.
2. Terpenuhinya kebutuhan sosial dilihat dari dimensi: cakupan/ aksesibilitas/ jangkauan
pelayanan, baik pelayanan pemerintah maupun Pemberdayaan Masyarakat lingkungan
atau masyarakat
3. Terbukanya peluang sosial yang dilihat dari dimensi: potensi dan sumber sosial yang
meliputi tenaga dana, peran aktif masyarakat.

Indikator Inti

1. Bobot masalah sosial

Bobot Masalah merupakan besaran masalah dilihat dari populasi masalah sosial dan kadar
masalahnya. Dengan mengetahui bobot masalah maka dapat ditentukan skala prioritas
masalah sosial yang akan ditangani dan skala prioritas wilayah program Pemberdayaan
Masyarakat. Contoh: Proporsi penduduk miskin berdasarkan populasi keluarga di lingkungan

2. Kecenderungan masalah sosial ;

Kecenderungan masalahmerupakan laju perkembangan masalah kesejahteraan sosial dalam


kurun waktu tertentu, baik yang sifatnya menurun maupun meningkat. Kecenderungan ini
diperlukan untuk memprediksi perkembangan permasalahan yang ada dan kebutuhan
penanganan.

Contoh: Laju perkembangan proporsi penduduk miskin dengan penduduk umur yang sama.
3. Cakupan pelayanan;

Cakupan pelayananmerupakan kemampuan atau daya jangkau perangkat pembangunan sosial


dalam penanganan masalah kesejahteraan sosial. Luasnya cakupan akan mewarnai dasar
penentuan target penanganan yang tercemin pada hasil yang dicapai dari waktu ke waktu.

Contoh:

a. Proporsi penduduk miskin yang akses terhadap program


b. Pemberdayaan Masyarakat dibandingkan dengan populasi penduduk miskin
c. Proporsi penduduk miskin yang akses terhadap program penanganan kemiskinan dari
pemerintah kota dibandingkan dengan populasi penduduk miskin
d. Ratio penduduk miskin yang akses terhadap program Pemberdayaan Masyarakat

4. Potensi & sumber sosial;

Potensi dan sumber merupakan fasilitas yang secara potensial dikendalikan dalam berbagai
bentuk pelayanan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan. Fasilitas sebagai sumber sosial
mencakup pelaksana, dana, dan keberadaan institusi sosial. Potensi dan sumber menentukan
luasnya jangkauan pelayanan dalam penanganan masalah sosial. Contoh:

a. Kualitas dan kapasitas tenaga

i. Ratio tenaga/petugas Pemberdayaan Masyarakat dengan sasaran komunitas yang


dilayani
ii. Ratio supervisor dengan motivator Pemberdayaan Masyarakat
iii. Indeks pendidikan motivator Pemberdayaan Masyarakat
iv. Indeks pendidikan Supervisor

b. Ketersediaan dana

i. Persentase Anggaran Pemberdayaan Masyarakat dengan APBD


ii. Ratio Anggaran Pemberdayaan Masyarakat dengan Anggaran Sektor Fisik
iii. Persentase Anggaran Pemberdayaan Masyarakat dengan Anggaran yang
diusulkan masyarakat

5. Peran aktif masyarakat.

Peran aktif masyarakat diberikan kesempatan yang lebih besar dalam penanganan masalah
sosial di lingkungannya. Dalam hal ini aparat lingkungan selayaknya lebih memberat pada
fungsinya sebagai fasilitator dan motivator Pemberdayaan Masyarakat. Dimensi ini dipilih,
mengingat Pemberdayaan Masyarakat harus diarahkan kepada kemandirian dan ketahanan
sosial berbasis komunitas. Contoh:

a. Persentase sumber daya swadaya masyarakat dengan sumber dari lingkungan


b. Ratio relawan sosial dengan sasaran Pemberdayaan Masyarakat

5.Interaksi Desa dan Kota

A. Fungsi dan Potensi Desa

 Fungsi desa untuk NKRI diantaranya adalah :

1. Desa sebagai hinterland (desa/daerah pedalaman).

Desa bisa menjadi hinterland dimana desa biasanya lebih banyak memproduksi dibanding
mengkonsumsi. Seringkali kita mendapatkan banyak pasokan kebutuhan untuk perkotaan yang
datang dari desa. Seperti layaknya bahan pangan, kopi (Baca: Negara Penghasil Kopi Terbesar
di Dunia), bahan kerajinan tangan, kayu untuk kebutuhan rumah hingga hal kecil seperti cabai
atau bawang.

2. Desa sebagai sumber tenaga

Apakah anda sadar bahwa rata-rata pekerja di kota merupakan mereka yang berasal dari
desa. Tak jarang masyarakat desa mau berpergian jauh atau merantau untuk bisa mendapatkan
pekerjaan, tak hanya untung dari satu sisi saja. Perusahaan yang membuka cabang pekerjaanya di
daerah yang jauh dan terpencilpun mudah mencari tenaga kerja yang mau bekerja yakni dari
pedesaan. Terkadang mereka tak jauh berbeda dengan masyarakat perkotaan bahkan tak jarang
lebih kreatif atau lebih cekatan dalam bekerja.

3. Desa sebagai bentuk pemerintahan

Desa merupakan bentuk pemerintahan terkecil di NKRI. Jika presiden harus mengurus setiap
desa tentu saja hal ini akan menghabiskan waktu. Mengingat Indonesia merupakan negara
kepulauan yang sangat luas dan membentang. Adanya pemerintahan terkecil membantu banyak
petinggi untuk dikelola dan diawasi oleh pihak pemerintahan yang lebih kecil dan lebih dekat
dengan warga.
4. Desa merupakan mitra

Tanpa disadari desa merupakan awal terbentuknya kota, apa itukah kota bisa maju atau justru
tidak berkembang semua bermula dari titik desa. Maka desa bisa disebut mitra bagi pembangunan
kota.

 Potensi Desa

Potensi desa untuk negara diantaranya :

 Potensi fisik yang meliputi iklim cuaca , flora dan faunanya dan juga tanah air
 Potensi non fisik sedangkan untuk potensi non fisiknya terbagi menjadi beberapa yakni masyarakat
desa, lembaga-lembaga sosial desa, dan aparatur desa. Jika potensi dimanfaatkan dengan baik, desa
bisa berkembang dan memiliki fungsi bagi daerah lain atau pun bagi kota.

Potensi Desa Menurut Luas Wilayah :

1. Desa terkecil, luasnya wilayah kurang dari 2 km2


2. Desa kecil, luasnya wilayah antara 2 km2 – 4 km2
3. Desa sedang, luasnya wilayah antara 4 km2 – 6 km2
4. Desa besar, luasnya wilayah antara 6 km2 – 8 km2
5. Desa terbesar, luasnya wilayah antara 8 km2 -10 km2

Potensi Desa Menurut Tingkat Penduduknya :

1. Kepadatan penduduknya
2. Desa terkecil, kepadatan penduduknya kurang dari 100 jiwa/km2
3. Desa kecil, kepadatan penduduknya antara 100-500 jiwa/km2
4. Desa sedang, kepadatan penduduknya antara 500-1.500 jiwa/km2
5. Desa besar, kepadatan penduduknya antara 1.500-3.000 jiwa/km2
6. Desa terbesar, kepadatan penduduknya antara 3.000-4.500 jiwa/km2

 Klasifikasi Desa

Desa merupakan unit terkecil dari struktur pemerintahan dalam tingkat kabupaten di Indonesia
dan memiliki satu kepala pemerintahan yakni kepala desa. Sedangkan pengertian secara
universalnya, desa atau udik adalah sebuah aglomerasi permukiman di area pedesaan atau rural.
Di Indonesia sendiri, desa adalah pembagian wilayah administratif tepat dibawah kecamatan yang
dimimpin oleh kepala desa, yang umumnya memiliki panggilan yang berbeda setiap daerah seperti
kepala kampung, petinggi, hukum tua, dan lainnya. Biasanya kantor yang digunakan disebut balai
desa atau kantor kelurahan .
 Klasifikasi Desa Menurut Aktivitasnya :

1. Desa agraris

Desa agraris tentu berisikan mereka yang bekerja dengan pencaharian utama sebagai petani atau
pemilik dan pengelola kebun. Terutama sejak dulu, Indonesia terkenal akan Negara agraris atau
pertanian dengan lahan yang sangat luas. Maka menemukan desa agraris di Indonesia bukanlah hal
sulit. Sumber pendapatan utama desa ini juga pasti dengan menjual hasil ladang dan juga sawah yang
dikonsumsi banyak orang, desa yang paling terkenal atau daerah agraris yakni seperti Indramayu atau
Subang.

2. Desa Industri

Desa industri merupakan desa yang mata pencaharian utamanya adalah penduduk yang bekerja di
bidang industri baik berukuran kecil maupun besar. Desa industri sudah tidak lagi sulit ditemukan
terutama di jaman modern seperti ini. Seperti daerah yang menghasilkan barang lokal berkualitas dan
juga desa yang bisa menghasilkan usaha dan menjadikannya sebagai potensi mendapatkan
pendapatan utama. Contohnya seperti desa penghasil sandal cibaduyut di Bandung, atau desa yang
menjual telur asin di Brebes.

3. Desa Nelayan

Dengan kondisi geografis yang tidak sepenuhnya daratan, nelayan merupakan mata pencaharian yang
sangat wajar ada di Indonesia. Desa nelayan merupakan desa ketiga yang termasuk klasifikasi desa
menurut aktivitasnya. Selain mata pencaharian utamanya yang bekerja sebagai nelayan dan peternak
ikan atau tambak, desa ini juga biasanya menghasilkan bahan utama dari hasil laut seperti ikan dan
juga hasil laut seperti mutiara. Sehingga laut menjadi tempat utama mereka untuk bertahan hidup.

 Klasifikasi Desa Menurut Perkembangannya

Desa Swadaya

Desa swadaya merupakan desa yang memiliki potensi khusus yang dikelola dengan baik sehingga
bisa membantu perekonomian warga disana. Dimana ciri desa swadaya yaitu :’

 Daerah yang terisolir dari desa lain sehingga mempersulit beberapa warganya untuk melakukan
transaksi dengan desa lain, selain itu cukup sulit mendapat fasilitas yang sama karena kondisi daerah
yang cukup jauh
 Penduduk yang jarang, biasanya terjadi jika desa berada di daerah pelosok dan sangat jauh dari pusat
kota
 Bersifat tertutup
 Mata pencaharian homogen, dimana semua masyarakatnya rata-rata melakukan pencaharian yang
sama dan umumnya pekerjaan yang dilakukan adalah agraris atau bercocok tanam
 Hubungan antarmanusia yang sangat erat
 Sarana dan prasarana sangat kurang menyebabkan desa sulit menjangkau berbagai daerah
 Pengawasan sosial dilakukan oleh keluarga saja

2. Desa Swakarya

Desa swakarya adalah klasifikasi desa peralihan atau transisi antara desa swadaya ke desa
swasembada. Desa Swakarya memiliki ciri sebagai berikut :

 Kebiasaan atau adat istiadat yang tidak mengikat penuh namun masih digunakan sebagai panduan
 Sudah mulai menggunakan teknologi dan juga peralatan yang canggih
 Desa swakarya sudah tidak terisolasi lagi seperti layaknya swadaya, sehingga letak desa swakarya tidak
terlalu jauh dari pusat perekonomian kota
 Telah memilih tingkat perekonomian, pendidikan Jalur lalu lintas yang sudah lancar dan jarak tempuh
yang bukan lagi menjadi penghalang

3. Desa Swasembada

Desa swasembada adalah desa yang masyarakatnya telah mampu memanfaatkan dan
mengembangkan sumber daya alam dan potensinya yang sesuai dengan kegiatan pembangunan
regional. Ciri dari desa swasembada diantaranya :

 Kebanyakan berlokasi di ibukota dan kecamatan


 Penduduk padat-padat
 tidak terikat lagi dengan adat istiadat daerah tersebut
 telah memiliki fasilitas yang memadai dan juga maju dibanding warga dari desa lainnya

 Klasifikasi Desa Menurut Ikatannya :

1. Desa genealogis

Desa genealogis, yaitu suatu desa yang dipersatukan dengan penduduknya yang memiliki hubungan
kekeluargaan atau hubungan darah, jika di Indonesia sendiri tidak sulit menemukan satu desa yang
masih bersaudara baik jauh maupun dekat.

2. Desa territorial

Desa territorial, yaitu suatu desa yang dipersatukan oleh kesamaan kepentingan dan wilayah dengan
batas-batas tertentu.
3. Desa campuran

Desa campuran, yaitu suatu desa yang dipersatukan baik dari hubungan darah maupun kesamaan
kepentingan.

 Ciri-Ciri Masyarakat Desa

 Kehidupan keagamaan di kota berkurang dibandingkan keagamaan desa apapun itu agamanya. Mereka
juga cenderung lebih rukun dan juga mengenal sesama dengan baik
 Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung, sedangkan
masyarakat desa cenderung memiliki kehidupan sosialisasi yang sangat tinggi
 Pembagian kerja di warga kota lebih tegas dibandingkan desa.Di kota juga memiliki batasan yang nyata
 Kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan lebih banyak di kota dibandingkan desa. Hal ini terjadi
karena di kota pekerjaan dan jenis usaha lebih heterogen dibanding di desa
 Interaksi yang lebih banyak terjadi berdasarkan pada faktor kepentingan daripada faktor pribadi
 Perubahan sosial tampak nyata di kota dibandingkan di pedesaan, sehingga perubahan sosial sering
menimbulkan persaingan tinggi di kota
 Pembagian waktu yang lebih teliti dan sangatlah penting untuk dapat mengejar kebutuhan individu

 Pola Persebaran Desa

Pola persebaran desa pada dasarnya terbagi menjadi 3, dimana persebaran merupakan pola yang
dibuat desa dari satu titik hingga menyebar ke sebagian wilayah disekitarnya dan menciptakan desa lain
dengan penduduk yang banyak, diantaranya :

1. Pola memanjang (liner)

 Pola memanjang biasanya mengikuti jalan umum atau jalan besar, pola desa yang terdapat di sisi kanan
atau kiri jalan raya atau jalan umum ini bisa anda temui di dataran rendah
 Pola yang mengikuti sungai , pola desa ini berbentuk memanjang mengikuti bentuk sungai dan
umumnya di daerah pedalaman. Seperti halnya di Kalimantan atau didaerah dekat sungai untuk di
Indonesia
 Pola mengikuti rel kereta api, umumnya ada diarah pulau Jawa dan juga di Sumatera karena
penduduknya cukup dekat dengan fasilitas transportasi
 Pola yang mengikuti pantai, umumnya desa ini merupakan desa nelayan yang menggunakan laut
sebagai sumber mata pencaharian.

2. Pola tersebar

Pola desa tersebar terjadi karena adanya kesuburan tanah yang tidak merata, sehingga desa menjadi
tidak teratur dan tumbuh tanpa pola. Dimana desa ini biasanya terjadi didaerah berkapur atau berawa.
Masyarakat cenderung membuat sekelompok kecil rumah saja selama daerah tersebut masih
ditemukan tanah subur, sedangkan jika sudah menemukan tempat lain maka desa harus tersebar ke
tempat lain.

3. Pola Menyebar

Pola desa menyebar beda dengan tersebar, dimana menyebar cenderung terjadi karena relief yang
kasar, misalnya kondisi dataran tinggi dan juga pegunungan. Mereka akan terbatas oleh hutan atau
lereng yang cukup curam. Sehingga menyebar namun dalam satu wilayah yang sama.

B. Pengertian Kota

Kota merupakan kawasan pemukiman yang secara fisik ditunjukkan oleh kumpulan rumah-rumah yang
mendominasi tata ruangnya dan memiliki berbagai fasilitas untuk mendukung kehidupan warganya
secara mandiri.

Pengertian "kota" sebagaimana yang diterapkan di Indonesia mencakup pengertian "town" dan "city"
dalam bahasa Inggris. Selain itu, terdapat pula kapitonim "Kota" yang merupakan satuan administrasi
negara di bawah provinsi.

Kota dibedakan secara kontras dari desa ataupun kampung berdasarkan ukurannya, kepadatan
penduduk, kepentingan, atau status hukum. Desa atau kampung didominasi oleh lahan terbuka bukan
pemukiman.

Kota merupakan hasil cipta, rasa, karsa dan karya manusia yang paling rumit dan muskil
sepanjang peradaban. Kota ditinjau dari aspek administrasi adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh
suatu garis batas kewenangan administrasi pemerintah daerah yang ditetapkan berdasarakan peraturan
perundang-undangan. Definisi kota yang sering kita dengar ialah tempat kegiatan masyarakat yang
sangat kompleks, telah mengalami proses interelasi antarmanusia dan antara manusia dengan
lingkungannya, jawaban ini tidak selalu benar karena tergantung pada sudut pandang seseorang dan
bidang ilmunya. Tetapi merujuk pada pendapat Amos Rapoport, kota adalah suatu permukiman yang
relatif besar, padat dan permanen, terdiri dari individu-individu yang heterogen dari segi sosial.

Kota menurut Alan S. Burger “The City” yang diterjemahkan oleh Dyayadi dalam bukunya Tata Kota
menurut Islam adalah suatu permukiman yang menetap (permanen) dengan penduduk yang heterogen,
dimana di kota itu dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang terintegrasi membentuk suatu sistem sosial
dan seterusnya.

Menurut Prof. Bintarto (1983) Dari segi geografis kota diartikan sebagai suatu sistim jaringan
kehidupan yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata ekonomi
yang heterogen dan bercorak materialistis atau dapat pula diartikan sebagai bentang budaya yang
ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang
cukup besar dengan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistis dibandingkan dengan
daerah dibelakangnya.

Kota dalam pengertian administrasi pemerintah diartikan suatu bentuk pemerintahan daerah yang
mayoritas wilayahnya merupakan daerah perkotaan. Wilayah kota secara administratif tidak selalu
semuanya berupa daerah terbangun perkotaan (urban), tetapi umumnya juga masih mempunyai bagian
wilayah yang berciri pedesaan (rural)..

Menurut Max Weber kota adalah suatu tempat yang penghuninya dapat memenuhi sebagian besar
kebutuhan ekonominya di pasar lokal.

Kota menurut undang-undang penataan ruang tahun no. 26 tahun 2007 Kawasan perkotaan adalah
wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai
tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan
sosial, dan kegiatan ekonomi.

Kota menurut Ditjen Cipta Karya (1997) adalah merupakan permukiman yang berpenduduk relative
besar, luas areal terbatas, pada umumnya bersifat nonagraris, kepadatan penduduk relatif tinggi, tempat
sekelompok orang dalam jumlah tertentu dan bertempat tinggal dalam suatu wilayah geografis tertentu,
cenderung berpola hubungan rasional, ekonomis, dan individualistis.

C. Interaksi Desa dan Kota

Interaksi wilayah (Spartial Interaction) adalah hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi
antara dua wilayah atau lebih, yang dapat melahirkan gejala, kenampakkan dan permasalahan
baru, secara langsung maupun tidak langsung, sebagai contoh antara kota dan desa.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa interaksi antar wilayah memiliki tiga prinsip pokok
sebagai berikut :

1. Hubungan timbal – balik terjadi antara dua wilayah atau lebih


2. Hubungan timbal balik mengakibatkan proses pengerakan yaitu a. Pergerakan manusia
(Mobilitas Penduduk)
b. Pergerakan informasi atau gagasan, misalnya : informasi IPTEK, kondisi suatu
wilayah
c. Pergerakan materi / benda, misalnya distribusi bahan pangan, pakaian, bahan bangunan
dan sebagainya
3. Hubungan timbal balik menimbulkan gejala, kenampakkan dan permasalahan baru yang
bersifat positif dan negatif, sebagai contoh :
a. kota menjadi sasaran urbanisasi
b. terjadinya perkawinan antar suku dengan budaya yang berbeda
Apabila berbicara mengenai terjadinya kontak atau hubungan antara dua wilayah atau lebih dan
dari hasil kontak itu dapat timbul sesuatu kenyataan yang dalam wujud tertentu, maka apa yang sedang
atau yang sudah terjadi itu diartikan sebagai interaksi. Interaksi ini dapat dilhat sebagai suatu proses
sosial, proses ekonomi, proses budaya ataupun proses politik dan sejenisnya yang lambat ataupun
cepat dapat menimbulkan sesuatu realita atau kenyataan.
Interkasi desa – kota adalah proses hubungan yang bersifat timbal balik antar unsur-unsur yang
ada dan mempunyai pengaruh terhadap perilaku dari pihak-pihak yang bersangkutan melalui kontak
langsung, berita yang didengar atau surat kabar sehingga melahirkan sebuah gejala baru, baik berupa
fisik maupun non fisik.
Faktor-faktor Interaksi Desa Dan Kota
Menurut Edward Ulman ada 3 faktor penyebab interaksi antarwilayah, yaitu :
a. Region Complementary (wilayah yang saling melengkapi)
Wilayah yang memiliki potensi sumber daya yang berbeda-beda baik secara kualitas maupun
kuantitasnya. Perbedaan sumber daya kota dan desa menyebabkan timbulnya interaksi. Jadi ada
kebutuhan saling melengkapi atau komplementaritas. Ini didorong oleh permintaan dan penawaran.
Perancis berdagang anggur dengan Belanda karena Belanda merupakan konsumennya. Relasi
komplementaritas hanya terjadi jika tawaran bermanfaat bagi pihak yang minta. Manfaatnya ditentukan
oleh banyak hal seperti : budaya, pengetahuan, teknik, kondisi kehidupan dan sebagainya. Semakin
besar komplementaritas, semakin besar arus komoditas.
o Manfaat Interaksi Desa-Kota bagi Perkotaan :
1) Terpenuhinya sumber daya alam sebagai bahan mentah/bahan baku industri.
2) Terpenuhinya kebutuhan pokok yang dihasilkan pedesaan.
3) Terpenuhinya kebutuhan tenaga kerja yang dibutuhkan bagi perkotaan.
4) Tersedianya tempat pemasaran hasil industri.

o Manfaat Interaksi Desa-Kota bagi Pedesaan :


1) Terpenuhinya barang-barang yang tidak ada di desa
2) Masuknya pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari kota ke pedesaan.
3) Membuka lapangan kerja baru di sektor pertanian.
b. Intervening Opportunity (kesempatan untuk berintervensi)
Adanya kesempatan untuk timbulnya interaksi antarwilayah dan dapat memenuhi kebutuhan sumber
daya wilayah tersebut. Jadi, semakin besar intervening opportunity, semakin kecil arus komoditas.
c. Spartial Transfer Ability (kemudahan pemindahan dalam ruang)
Kemudahan pemindahan dalam ruang baik berupa barang, jasa, manusia maupun informasi. Proses
pemindahan dari kota ke desa atau sebaliknya dipengaruhi antara lain :
1) Jarak mutlak maupun jarak relatif antarwilayah
2) Biaya transportasi dari satu tempat ke tempat yang lain
3) Kelancaran transportasi antarwilayah
Jadi, semakin mudah transfer abilitas, semakin besar arus komoditas.
Bentuk Interaksi Desa dan Kota
Bentuk interaksi yang dapat terjadi antara desa dan kota adalah sebagai berikut:

a. Kerjasama antar penduduk


b. Penyesuaian terhadap lingkungan
c. Persaingan fasilitas hidup
d. Asimilasi.

Interaksi antara desa – kota melahirkan suatu perkembangan baru bagi desa maupun bagi kota.
Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan potensi yang dimiliki desa maupun kota, dan adanya
persamaan kepentingan.
Timbal-Balik Interaksi Kota dan Desa
Kota selalu mempunyai hubungan erat dengan wilayah sekitarnya. Penduduk kota yang terdiri
dari pedagang, pegawai pemerintah dan swasta, tukang-tukang, seniman, guru dan sebagainya, hidup
dari hasil pertanian yang dihasilkan oleh para petani di pedesaan. Penduduk kota sangat tergantung
secara ekonomis terhadap penduduk pedesaan. Demikian pula sebaliknya, penduduk desa mempunyai
ketergantungan terhadap perkotaan terutama menyangkut sandang, pangan, dan barang jadi.
Timbulnya pasar bias menjadi ajang pertukaran kebutuhan antara penduduk desa dan kota.
Menurut Daldjoeni, majunya komunikasi dan transportasi menjadikan pengaruh kota terhadap
wilayah sekitarnya semakin kuat.
Sosiolog Hoselitz mengemukakan bahwa kota besar melancarkan sifat-sifat paresiternya
terhadap pedesaan dengan perincian: menelaah habis investasi, menyedot tenaga manusia,
mendominasi pola manusiawi, mengganggu perkembangan kota-kota lain yang lebih kecil dan
cenderung memiliki konsumsi yang tinggi di bansing produksinya.
Paul Harrison menyatakan hubungana antara kota dan desa di dunia ketiga mirip sekali dengan
hubungan antara yang kay dan miskin. Pedesaan menghasilkan bahan-bahan yang serba murah di
banding dengan barang yang ada di kota. Pedesaan tidak memiliki system organisasi dan koordinasi
yyang mampu memaksa pihak kota untuk membayaar hasinya dengan harga yang alebih tinggi.
Selanjutnya kota merupakan perpaduan antara pihak penguasa dan para pegawainya untuk memajukan
kota.
Boeke seorang ekonom berpendapat bahwa hubungan antara desa dan kota bersifat dualistic. Di
satu pihak terdapat sector yang maju sedengakan pihak lainnya terbelakang gambaran masyarakat
dualistik dapat saja timbul sebagai akibat dari adanya pembangunan.
Pembangunan pedesaan di tinjukan untuk mencari suatu pemecahan masalah di pedesaan
terutama mesalah peningkatan pendapatan kerja serta pelayanan social. Oleh karena itu strategi
oembangunan pedesaan adalah untuk memberantas kemiskinan dan memperbaiki kualitas hidup
masyarakat pedesaan.

 Dampak Interaksi Desa dengan Kota


Interaksi desa dan kota dapat menimbulkan dampak yang mengntungkan atau merugikan:
a. Di tinjau dari aspek ekonomi, dampak interaksi desa dan kota antara lain sebagai berikut:
1) Memmperlancar hubungan desa dan kota.
2) Meningkatkan volume perdagangan antara desa dan kota.
3) Menimbulkan perubahan orientasi ekonomi penduduk desa.
4) Menimbulkan kawasan perdagangan sebagai tempat untuk melakukan kegiatan jual bali.
5) Meningkatkan pendapatan penduduk desa dan kota.
b. Di tinjau dari aspek social.
1) Terjadi mobilitas antara ke duanya,
2) Terjadi saling ketergantungan antara desa dan kota, khususnya dalam bidang pasokan bahan
mentah.
c. Ditinjau dari aspek budaya
1) Meningkatkan tingkat pendidikan masyarakat desa.
2) Terjadinya tingkah laku, khususnya masyarakat pedesaan.
3) Meningkatkan sumber daya budaya yang dapat menari wisatawan.
Interaksi antara dua wilayah akan melahirkan gejala baru yang meliputi aspek ekonomi, sosial,
maupun budaya. Gejala tersebut dapat memberikan dampak bersifat menguntungkan (positif) atau
merugikan (negatif ) bagi kedua wilayah. Demikian pula halnya gejala interaksi antara dua desa dan
kota.1[7] Dan berikut adalah damapak negatif dan positif dari suatu Interaksi desa dan kota:
o Dampak Interaksi bagi Desa
Interaksi antara dua atau lebih daerah yang berbeda akan berpengaruh pada masing-masing
wilayah sehingga akan memicu terjadinya perubahan. Seberapa besar perubahan yang terjadi
tergantung dari jarak, jumlah penduduk, dan berbagai factor pendukung lainnya seperti sarana
transportasi, komunikasi, listrik, dan lain sebagainya.
a. Dampak positif bagi desa akibat adanya interaksi desa dan kota sebagai berikut.
1) Pengetahuan penduduk desa menjadi meningkat karena banyak sekolah dibangun di desa.
Demikian pula informasi perkembangan dunia dan ilmu pengetahuan yang diterima penduduk kota
dengan mudah menyebar ke desa. Misalnya, pengetahuan tentang bibit unggul, pengawetan
kesuburan tanah, dan pengolahan hasil panen.
2) Jumlah guru dan sekolah yang banyak terdapat di desa memungkinkan menjadi penggerak
kemajuan penduduk desa melalui pendidikan. Angka buta huruf penduduk desa semakin
berkurang.
3) Perluasan jalur jalan desa-kota dan peningkatan jumlah kendaraan bermotor telah menjangkau
daerah perdesaan sehingga hubungan desa-kota semakin terbuka. Hasil panen dari desa menjadi
mudah diangkut ke kota. Kelangkaan bahan pangan di kota dapat dihindari karena suplai bahan
pangan mudah dilakukan.
4) Produktivitas desa makin meningkat dengan hadirnya teknologi tepat guna. Kehadiran teknologi
tepat guna akan meningkatkan kesejahteraan penduduk desa.
5) Pelestarian lingkungan hidup perdesaan , seperti pencegahan erosi dan banjir, penyediaan air
bersih, serta pengaturan pengairan dapat dilakukan dengan hadirnya para ahli dari berbagai
disiplin ilmu.
6) Peningkatan kegiatan wiraswasta yang menghasilkan produk berkualitas, seperti kerajinan tangan,
industri rumah tangga, teknik perhubungan dan perbengkelan, serta peternakan dapat dilakukan
karena pemerintah turun tangan.
7) Pengetahuan tentang kependudukan bisa sampai ke masyarakat desa yang umumnya memiliki
banyak anggota keluarga. Kesadaran memiliki keluarga kecil telah diterima oleh masyarakat desa.
8) Koperasi dan organisasi sosial yang berkembang di perdesaan telah memberi manfaat dalam
peningkatan kesejahteraan penduduk dan pembangunan desa.
b. Sedangkan dampak negatif bagi desa akibat adanya interaksi desa dan kota sebagai
berikut.
1) Modernisasi kota telah melunturkan orientasi pertanian yang menjadi pokok kehidupan mereka.
Misalnya, budaya kontes kecantikan, peragaan busana, dan foto model.
2) Siaran televisi yang dapat ditangkap di pelosok desa dapat meningkatkan konsumerisme dan
kriminalitas. Penduduk desa dengan mudah meniru iklan dan tindak kejahatan dalam film atau
sinetron yang ditayangkan televisi.
3) Pengurangan tenaga produktif bidang pertanian di desa, karena banyak tenaga muda yang lebih
tertarik bekerja di kota. Mereka beranggapan di kota banyak kesempatan kerja dengan upah yang
tinggi. Akibatnya, di desa hanya tinggal orang tua dan anak-anak yang tidak produktif.
4) Perubahan tata guna lahan di perdesaan akibat perluasan wilayah kota dan banyak orang kota
membeli lahan di wilayah perbatasan desa-kota. Tindakan orang kota ini menyebabkan lahan di
perbatasan desa-kota berubah menjadi permukiman atau bangunan lain.
5) Tata cara dan kebiasaan yang menjadi budaya kota masuk ke pelosok desa dan cenderung
mengubah budaya desa. Banyak kebudayaan kota yang tidak sesuai dengan kebudayaan atau
tradisi desa, sehingga sering menimbulkan masalah dalam kehidupan masyarakat desa.
6) Ketersediaan bahan pangan yang berkurang, peningkatan pengangguran, dan pencemaran
lingkungan menjadi masalah penting akibat interaksi desa-kota.
o Dampak Interaksi bagi Kota
Urbanisasi merupakan salah satu bentuk dari interaksi desakota. Menurut Hope Tisdale Eldrige
(1956), pengertian urbanisasi adalah proses perpindahan penduduk ke kota atau daerah
permukiman padat. Istilah urbanisasi juga digunakan untuk mendeskripsikan perubahan kelompok
sosial yang terjadi sebagai akibat konsentrasi manusia. Urbanisasi dapat juga berarti proses
perubahan daerah desa menjadi daerah kota. Pengertian urbanisasi tersebut menunjukkan bahwa
penduduk desa lebih mengenal kota. Banyak penduduk desa meninggalkan daerahnya dan pindah
ke kota terdekat. Sebagian dari mereka bekerja di kota, tetapi bertempat tinggal di desa.
a. Dampak positif bagi kota akibat adanya interaksi desa dan kota sebagai berikut.
1) Tercukupinya kebutuhan bahan pangan bagi penduduk perkotaan yang sebagian besar berasal dari
daerah perdesaan , seperti sayuran, buah-buahan, beras, dan lain sebagainya.
2) Jumlah tenaga kerja di perkotaan melimpah karena banyaknya penduduk dari desa yang pergi ke
kota.
3) Produk-produk yang dihasilkan di daerah perkotaan dapat dipasarkan sampai ke pelosok desa
sehingga keuntungan yang diperoleh lebih besar.
b. Sedangkan dampak negatif bagi kota akibat adanya interaksi desa dan kota sebagai berikut.
1) Jumlah penduduk desa yang pergi ke kota tanpa keahlian menimbulkan permasalahan bagi daerah
perkotaan, yaitu semakin meningkatnya jumlah pengangguran dan penduduk miskin.
2) Penduduk dengan pendapatan rendah kesulitan mencukupi kebutuhan hidupnya seperti sandang,
pangan, papan, kesehatan, pendidikan, hiburan, dan lain sebagainya.
3) Nilai lahan di perkotaan yang mahal, memaksa warga menggunakan lahan atau tempat yang tidak
layak untuk permukiman, misalnya di bantaran sungai, pinggiran rel kereta api, kuburan, dan kolong
jembatan. Umumnya permukiman yang terbentuk adalah permukiman kumuh. Menurut para geograf,
wilayah perkampungan kumuh memiliki empat ciri khas, yaitu tidak tersedia air bersih untuk minum,
tidak ada saluran pembuangan air, penumpukan sampah dan kotoran, serta akses ke luar
perkampungan yang sulit.
4) Terjadi degradasi kualitas lingkungan. Peningkatan jumlah penduduk kota yang pesat mendorong
pembangunan rumah-rumah di wilayah kota. Permukiman baru muncul di kota-kota seperti Jakarta,
Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Medan, Balikpapan, dan Makassar. Pertumbuhan
permukiman yang cepat di perkotaan berpengaruh terhadap penurunan atau degradasi kualitas
lingkungan.

 Permasalahan yang Timbul Akibat Interaksi Desa dan Kota


Permasalahan yang timbul dari interaksi desa dan kota merupakan dampak negatif yang didapati
dari interaksi tersebut. Permasalahan ini tentusaja dari pandangan dua sisi aktor dari interaksi ini yaitu
desa dan kota, berikut permasalahan yang timbul akibat interaksi tersebut antara lain:
Permasalahan untuk desa
1) Modernisasi kota telah melunturkan orientasi pertanian yang menjadi pokok kehidupan mereka.
Misalnya, budaya kontes kecantikan, peragaan busana, dan foto model.
2) Siaran televisi yang dapat ditangkap di pelosok desa dapat meningkatkan konsumerisme dan
kriminalitas. Penduduk desa dengan mudah meniru iklan dan tindak kejahatan dalam film atau
sinetron yang ditayangkan televisi.
3) Pengurangan tenaga produktif bidang pertanian di desa, karena banyak tenaga muda yang lebih
tertarik bekerja di kota. Mereka beranggapan di kota banyak kesempatan kerja dengan upah yang
tinggi. Akibatnya, di desa hanya tinggal orang tua dan anak-anak yang tidak produktif.
4) Perubahan tata guna lahan di perdesaan akibat perluasan wilayah kota dan banyak orang kota
membeli lahan di wilayah perbatasan desa-kota. Tindakan orang kota ini menyebabkan lahan di
perbatasan desa-kota berubah menjadi permukiman atau bangunan lain.
5) Tata cara dan kebiasaan yang menjadi budaya kota masuk ke pelosok desa dan cenderung
mengubah budaya desa. Banyak kebudayaan kota yang tidak sesuai dengan kebudayaan atau
tradisi desa, sehingga sering menimbulkan masalah dalam kehidupan masyarakat desa.
6) Ketersediaan bahan pangan yang berkurang, peningkatan pengangguran, dan pencemaran
lingkungan menjadi masalah penting akibat interaksi desa-kota.
Permasalahan untuk kota
1) Jumlah penduduk desa yang pergi ke kota tanpa keahlian menimbulkan permasalahan bagi daerah
perkotaan, yaitu semakin meningkatnya jumlah pengangguran dan penduduk miskin.
2) Penduduk dengan pendapatan rendah kesulitan mencukupi kebutuhan hidupnya seperti sandang,
pangan, papan, kesehatan, pendidikan, hiburan, dan lain sebagainya.
3) Nilai lahan di perkotaan yang mahal, memaksa warga menggunakan lahan atau tempat yang tidak
layak untuk permukiman, misalnya di bantaran sungai, pinggiran rel kereta api, kuburan, dan kolong
jembatan. Umumnya permukiman yang terbentuk adalah permukiman kumuh. Menurut para geograf,
wilayah perkampungan kumuh memiliki empat ciri khas, yaitu tidak tersedia air bersih untuk minum,
tidak ada saluran pembuangan air, penumpukan sampah dan kotoran, serta akses ke luar
perkampungan yang sulit.
4) Terjadi degradasi kualitas lingkungan. Peningkatan jumlah penduduk kota yang pesat mendorong
pembangunan rumah-rumah di wilayah kota. Permukiman baru muncul di kota-kota seperti Jakarta,
Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Medan, Balikpapan, dan Makassar. Pertumbuhan
permukiman yang cepat di perkotaan berpengaruh terhadap penurunan atau degradasi kualitas
lingkungan.
 Solusi dalam Mengatasi Permasalahan Interaksi Desa dan Kota
Solusi yang dapat diberikan untuk mengatasi permasalahan yang timbul akibat interaksi desa dan
kota antara lain:
Solusi untuk mengatasi permasalahan akibat Interaksi desa dan kota dalam sisi desa
1. Dalam masyarakat desa tradisional kebanykan di Indonesia, sektor pertanian merupakan suatu
sektor yang mendasar dan sangat penting bagi kehidupan masyarakat desa dan pengaruhnya
sanagt besar juga kepada masyarakat pada umumnya. Moderenisasi yang berjalan tidak secara
maksimal dan bahkan dampak yang didapat bukanlah damapk yang baik tau dampak negatif
tentusaja akan membawa suatu permasalahan yang tidak main-main, apalagi membawa pengaruh
dalam pandangan hidup masyarakat desa yang cenderung tergiur dengan kemeriahan
moderenisasi. Sehingga akan meninggalkan segala sesuatu yang bersifat tradisional dan
meninggalkan dasar utama orang desa sebagai prodesen pemenuh kebutuhan hidup. Solusi dari
permasalahan tersebut adalah sebenarnya tidak menuntut untuk melarang masyarakat untuk tidak
bersentuhan dengan moderenisasi tetapi melainkan lebih bijak dalam menagani moderenisasi
supaya tidak sampai terbawa arus yang tidak benar. Akan lebih memberikan dampak yang baik
apabila moderenisasi juga dibarengi dengan kesiapan mental masyarakat desa, sehingga akan
memunculkan dampak yang baik pula bagi semuanya.
2. solusi yang dapat diberikan untuk menanggulangi permasalahan akses komunikasi desa yang
semakin tanpa batas sehingga menimbulkan konsumsi publik tanpa keterangan yang mendasar
mengakibatkan muncul tindakan-tindakan yang sebenarnya bukanlah suatu pengajaran atau
tindakan yang baik. Hal demikian dapat ditanggulangi dengan melakukan suatu penyuluhan dan
penyingkapan tabir media komunikasi masyarakat, supaya masyarakat meskipun masyarakat desa
dapat menjadi orang yang bijak, komunikasi dfimanfaatkan untuk sesuatu yang bermanfaan dan
mendatangkan kebaikan, bukanya untuk sesuatu yang berujung pada suatu tindakan
penyelewengan atau lebih parah dengan kejahatan.
3. Kekosongan masyarakat produktif di desa merupakan sebagai dasar kelumpuhan perekonomian.
Dan dalam hal ini adalah desa yang merupakan penyuplai kebutuhan untuk orang kota selain
memenuhi kebutuhanya sendiri. Dengan sumberdaya manusia yang notabene adalah motor
penggerak suatu roda perekonomian tentusaja mobilitas ekonomi akan lumpuh yang berujung pada
menurunya angka produksi serta menurunya kesejahteraan masyarakat dan juga tidak terpenuhinya
kebutuhan hidupnya. Solusi dari permasalahan tersebut adalah dengan memberikan suatu
kebenaran realita kehidupan gemerlap kota sebenarnya kepada masyarakat desa, supaya
masyarakat desa tidak terlalu mengandai-andai sesuatu yang belum tentu benar. Jadi masyarakat
tidak sampai meninggalkan desa begitu saja, malahan dimotivasi terus untuk tetap berkarya dan
produktif di desa untuk kebaikan semuanya.
4. Solusi dari perluasan lahan perkotaan yang menggerus wilayah desa, akan sangat berdampak bagi
kehidupan keduanya. Apabila lahan perluasan tersebut adalah lahan aktif produktif tentusaja akan
mengurangi produktifitas masyarakat desa. Dan itu tidak hanya berdampak pada masyarakat desa
melainkan pada masyarakat juga sebagi konsumen. Oleh karena itu sebenarnya perluasan kota
memang diperbolehkan, namun harus sesuai dengan pertimbangan yang matang, jangan samapai
hanya mengedepankan keuntungan kolektif semata.
5. Budaya dalam kehidupan merupakan sesuatu yang tidak tampak namun dampaknya akan sangat
terasa dalam kehidupan. Karena hal tersebut adalah sesuatu yang immaterial sehingga untuk
mengatasi atau menanggulangi mobilitasnya akan begitu sulit. Masuknya budaya kota ke desa
dikarenakan adanya interaksi desa dan kota memang merupakan sesuatu yang melekat dalam
aktifitas ini. Sebagai orang desa yang memiliki ciri unik dari pada kehidupan kota, seharusnya
masyarakat tetap memegang kearifan hidup masyarakat desa. Apalagi apabila hidup didesa namun
dengan budaya atau gaya hidup orang kota, hal tersebut bukanlah hal yang sesuai dan nantinya
juga tidak akan melahirkan sesuatu akhir yang indah. Hal ini tidak akan terjadi apabila masyarakat
desa lebih tau diri dan sadar serta selalu menghargai kehidupan budaya yang ada didesa.
6. Seharusnya para penduduk desa terus bergerak sesuai dengan fungsi dan peranya, yaitu sebagai
penyuplai bahan makanan baik bagi penduduk desa sendiri ataupun sebagai penyuplai bahan
makanan untuk masyarakat kota. Sesuai dengan teori struktural fungsional, yang mengatakan
bahwa apabila salah satu komponen suatu sistem tidak berfungsi sesuai dengan peranya maka akan
mengganggu keberlangsungan hidup komponen lainya bahkan mempengaruhi keberlangsungan
sistem. Maka dari itu seharusnya masyarakat desa terus menjalankan peran dan fungsinya. Mselain
itu permasalahan pengangguran orang-orang urban yang semakin menumpuk dikota akan
menjadikan suatu permasalahan yang sulit. Hal demikian terjadi dikarenakan pekerjaan masyarakat
urban tidak sesuai dengan yang ada di kota sehingga tenaga dan kemampuanya tidak relevan
dengan kebutuhan pekerjaan yang ada dikota. Olehnya seharusnya masyarakat desa dapat
memaksimalkan diri untuk mendapatkan pendapatan yang sebaik-baiknya meskipun hidup di desa.
Karena bukan berarti hidup di desa tidak dapat menjadi orang ysng sukses dan baik dalam keadaan
ekonomi. Dan berikutnya adalah masalah pencemaran dari hasil kehidupan masyarakat kota yang
semakin meningkat karena adanya akibat dari iteraksi desa dan kota. Semakin tinggi jumlah
penduduk maka tingkat polusi atau pencemaran yang diproduksi akan semakin tinggi pula. Dari
semua ini yang terpenting adalah masyarakat harus menjalankan hidup sesuai dengan fungsi
strukturalnya dengan sebaik-baiknya dan maksimal supaya mendatangkan kebaikan bagi diri sendiri
ataupun masyarakat secara umum.
Solusi untuk mengatasi permasalahan akibat Interaksi desa dan kota dalam sisi kota
1. Dalam permasalahan penduduk desa yang pergi ke kota atau biasa dengan istilah urbanisasi tetapi
bukanlah urbanisasi yang berkualitas, melaionkan urbanisasi yang hanya modal nekat saja untuk ke
kota. Hal ini tentusaja mengakibatkan mereka kesulitan untuk dapat hidup di kota dengan tuntutan
hidup yang begitu keras tidak seperti di desa, sudah menjadi hal pasti ini akan menimbulkan suatu
beban masyarakat yaitu tingginya angka pengangguran dan apabila selalu menganggur akan sangat
berbanding lurus dengan yang namanya kemiskinan. Soslusi yang dapat diberikan dari
permasalahan klasik ini, adalah memberikan suatu penggambaran realita sebenarnya yang ada
dikota, sehingga masyarakat desa dapat mengestimasi apakah mereka sudah siap apa belum hidup
di kota. Solusi yang lain adalah dengan pemberian suatu pendidikan dan ketrampilan dalam bekerja
supaya apabila hidup dikota sudah siap dengan pekerjaanya supaya tidak menciptakan
pengangguran. Dan solusi yang berikutnya adalah membuat pusat-pusat ekonomi baru tentunya di
desa, supaya masyarakat desa pun dapat menikmati geliat ekonomi modern tanpa tergilas oleh
kehidupan yang keras seperti di kota. Sehingga mereka (orang-orang desa) dapat belajar mulai dari
sistem ekonomi yang modern secara perlahan dan bertahap, nanti akan muncul penyesuaian diri
dan akhirnya mereka akan kuat dalam menghadapi gempuran kehidupan seperti kehidupan di
perkotaan dan tidak akan menjadi orang yang tidak berguna ataupun menjadi beban masyarakat dan
negara.
2. Estimasi seseorang terhadap keadaan memanglah tidak selamanya akan membuahkan hasil yang
sesuai denga keinginan, seperti halnya hasil interaksi desa dan kota yang mengakibatkan
masyarakat desa yang urbanisasi ke kota dengan harapan mendatkan kehidupan yang lebih baik
daripada hidup didesa, namun banyak kejadian orang desa yang urbanisasi kekota hanya menjadi
beban kota saja. Hal tersebut dikarenakan kurangnya kesiapan masyarakat desa menjalankan hidup
di kota dan akhirnya mereka tergilas oleh kehidupan kota, jangankan mendapatkan kesuksesan,
tetapi dapat hidup saja sudah untung. Solusi dari permasalahan ini adalah dalam melakukan
perpindahan dari desa ke kota haruslah dipersiapkan dengan sebaik baiknya, baik dalam bidang
financial maupun keahlian yang dimiliki. Apabila tidak siap akan hal itu, lebih baik menikmati dan
memaksimalkan hidup di daerah asal atau di desa, menunggu sampai siap pergi ke kota apabila
benar-benar menginginkan hidup di kota.
3. Untuk permasalahan munculnya pemukiman liar yang berujung pada pemukiman kumuh karena
kurangnya kemampuan untuk membuat hunian ditempat yang layak karena lahan dan bahan yang
begitu mahal di kota. Solusi yang dapat diberikan dalam hal ini ada bebera cara. Yang pertama
adalah pemberian bekal wawasan kepada para urban, supaya sebelum pindah dari desa ke kota
haruslah memiliki persiapan yang matang dan sedemikian rupa. Karena hidup dikota tidak semudah
dan tidak semurah hidup didesa, dan model kehidupanya juga akan sangat jauh berbeda. Solusi
yang berikutnya adalah dibutuhkanya peran aktif pemerintah untuk menyediakan hunian yang layak
bagi sesama warganegara, meskipun memiliki keterbatasan ekonomi. Tetapi kesejahteraanya
tetaplah beban pemerintah. Maka dari itu pemerintah perlu menyediakan hunian yang layak,
terjangakau dan tentunya memenuhi kebutuhan hidup dasar manusia. Hal tersebut karena
kemampuan masyarakatnya yang kurang dalam hal financial berarti harus ada jalan keluarnya, yaitu
mungkin membangun rumah dan disewakan tentunya dengan subsidi cara lain yaitu menjual dengan
cara kredit yang tidak menyulitkan, tentu saja dengan subsidi dari pemerintah. Dari solusi itulah nanti
akan terentaskan mereka dari belenggu kehidupan kumuh dan akan menjalankan kehidupan yang
lebih baik lagi.
4. Mengenai masalah degradasi lingkungan atau pembangunan yang tidak memperhatikan aspek
lingkungan. Akhirnya keseimbangan lingkungan sekitarpun menjadi rusak. Dari permasalahan
tersebut banyak solusi yang dapat diajukan, antara lain yang pertama dengan upaya pemerintah,
yang seharusnya dalam melakukan perencanaan tataletak kota harus seimbang, benar dan sesuai
dengan pertimbangan-pertimbangan. Dan hal itu bukan hanya menjadi wacana belaka, melainkan
dalam faktanya harus benar-benar dilakukan, yaitu dengan konsistensisitas pemerintah dalam
melaksanakannya.
Begitulah solusi yang dapat diberikan untuk menagatasi permasalahan-permasalahan yag
muncul akibat adanya interaksi antara kota dengan desa. Intinya dalam interaksi tersebut harus ada
pemahaman satu sama lain serta keseimbagan sinergi dari masyarakat keseluruhan dengan
pemerintah sebagai pengolah syistem suatu tatanan. Sehingga semua solusi mudah didapatkan.

6 Menguak Realitas Pedesaan

Anda mungkin juga menyukai