Anda di halaman 1dari 11

PERAN CIVIL SOCIETY DALAM KEBIJAKAN PUBLIK

AHMAD EFENDI

A. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN MASYARAKAT MADANI


Menurut Aristoteles masyarakat madani di pahami sebagai sistem kenegaraan dengan
menggunakan istilah kolonia politik (sebuah komunitas politik tempat warga dapat terlibat dalam
berbagai percaturan ekonomi politik dan pengambilan keputusan).

Konsepsi Aristoteles ini di ikuti oleh Marcos Tullios Cicero dengan istilah Societis
Civilies yaitu sebuah komonitas yang lain, tema yang dikedepankan oleh Cicero ini lebih
menekankan pada konsep Negara kota (city state), yakni untuk menggambarkan kerajaan, kota
dan bentuk lainya sebagai kesatuan yang terorganisir.

Pada tahun 1767, wacana masayarakat madani ini dikembangkan oleh Adam Fergoson
dengan mengambil konteks sosio-kultural, Fergoson menekankan masyarakat madani pada
sebuah visi etis dalam kehidupan bermasyarakat. Pahamnya ini digunakan untuk mengantisipasi
perubahan sosial yang diakibatkan oleh revolusi industri dan munculnya kapitalisme serta
mencoloknya perbedaan antara publik dan individu.

Kemudian pada tahun 1792, muncul wacana masyarakat madani yang memiliki
aksetuansi yang dengan sebelumnya. Konsep ini memunculkan Thomas Paine (1737-1803) yang
menggunakan istilah masyrakat madani sebagai kelompok masyarakat yang memiliki posisi
secara diametral dengan Negara, bahkan dianggap sebagai antithesis dari Negara, dengan
demikian, maka masyrakat madani menurut Thomas Paine adalah ruang dimana warga dapat
mengembangkan kepribadian dan memberi peluang bagi pemuasan kepentingannya secara bebas
dan tanpa paksaan.

Perkembangan civic society selanjutnya dikembangkan oleh G.W.F Hegel (1770-1831),


Karl Mark (1818-1883) dan Antonio Gramsci (1891-1837). Wacana masyarakat madani yang
dikembangkan oleh ketiga tokoh ini menekankan kepada masyarakat madani elemen ideology
kelas dominan, pemahaman ini lebih merupakan sebuah reaksi dari model pemahaman yang
dilakukan oleh Paine (yang menganggap masyarakat madani sebagai bagian terpisahnya dari
Negara), menurut Hegel masyarakat madani merupakan kelompok subordinatif dari Negara,
menurut Ryas Rasid erat kaitannya dengan fenomena masyarakat berjuis Eropa (Burgerlische
gesselscaft) yang artinya pertumbuhannya ditandai dengan perjuangan melepaskan diri dari
dominasi Negara.

Sedangakan Karl Marx memahami masyarakat madani sebagai “masyarakat Borjuis”


dalam konteks hubungan produksi kapitalis keberadaannya merupakan kendala bagi pembebasan
manusia dari penindasan. Menurut pemahaman Gramsci memberikan tekanan pada kekuatan
cendikiawan yang merupakan faktor utama dalam proses perubahan sosial dan politik.

Dalam perkembangannya sebagaimana diungkapkan oleh Prof. Jimli Asshiddiqie dalam


bukunya “Gagasan konstitusi sosial” menunjukkan bahwa istilah civil society berkembang
sedemikian cepat seiring dengan globalisasi dalam berbagai bidang termasuk perkembangan
tekhnologi informasi dan telekomunikasi. Akhirnya civil society mencari bentuknya dengan
berkembangnya organisasi-organisasi kemasyarakAatan atau organisasi-organisasi non
pemerintah (NGO/Non Governmental Organizations) dalam berbagai lingkup kegiatan dan
pengaruhnya.

Sementara itu, istilah masyarakat madani yang sering diidentikkan dengan istilah civil
society, merupakan istilah yang diperkenalkan pertama kali oleh Arief Budiman pada sekitar
tahun 1988 dan istilah ini terus berkembang khususnya disosialisasikan oleh Nurcholis Madjid.

B. KARAKTERISTIK MASYARAKAT MADANI


Dari gambaran masyarakat madani dari para ahli tersebut, timbul pertanyaan apakah yang
menjadi karakteristik masyarakat tersebut. Secara umum dapat disimpulan, bahwa karakteristik
masyarakat madani adalah masyarakat kota, masyarakat yang berperadaban, masyarakat yang
dapat menciptakan peradaban, masyarakat yang memiliki pola kehidupan yang benar yaitu pola
kehidupan masyarakat yang menetap dan bukan masyarakat nomaden. Masyarakat terbuka,
pluralistik, menjamin kebebasan beragama, jujur, adil, kemandirian, harmonis, menjamin
kepemilikan dan menghormati hak-hak asasi manusia. Pelaku sosial akan selalu berpegang teguh
pada peradaban dan kemanusian, yang selalu bercirikan demokratisasi dalam berinteraksi di
masyarakat yang plural dan heterogen.
Katakan saja, masyarakat madani yang akan diwujudkan antara lain memiliki
karakteristik sebagai berikut :
a. Masyarakat beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki
pemahaman mendalam akan agama serta hidup berdampingan dan saling menghargai
perbedaan agama masing-masing.
b. Masyarakat demokratis dan beradab yang menghargai adanya perbedaan pendapat.
Memberi tempat dan penghargaan perbedaan pendapat serta mendahulukan
kepentingan bangsa di atas kepentingan individu, kelompok dan golongan.
c. Masyarakat yang menghargai hak-hak asasi manusia, mulai dari hak untuk
mengeluarkan pendapat, berkumpul, berserikat, hak atas kehidupan yang layak, hak
memilih agama, hak atas pendidikan dan pengajaran, serta hak untuk memperoleh pe-
layanan dan perlindungan hukum yang adil.
d. Masyarakat tertib dan sadar hukum yang direfleksikan dari adanya budaya malu
apabila melanggar hukum, dan
e. Masyarakat yang kreatif, mandiri dan percaya diri. Memiliki orientasi kuat pada
penguasaan ilmu pengatahuan dan teknologi.
f. Masyarakat yang memiliki semangat kompetitif dalam suasana kooperatif, penuh
persaudaraan dengan bangsa-bangsa lain dengan semangat kemanusiaan universal
(pluralistic).1
Karakteristik yang dikemukakan ini sangat ideal, perlu upaya untuk membangun
infrastruktur sosial, budaya, ekonomi, politik dan pendidikan.2
Upaya untuk mengeliminir dan mengatasi berbagai bentuk kekerasan yang terjadi di negeri ini,
sehingga dapat mewujudkan cita-cita masyarakat madani Indonesia. Karakteristik masyarakat
madani merupakan ciri yang sangat ideal, sehingga mengesankan seolah-olah tak ada masyarakat
seideal itu. Kalau ada, hanya masyarakat muslim yang langsung dipimpin oleh Nabi Muhammad
SAW yang relatif memenuhi syarat tersebut. Muncul kesan seolah-olah tak ada masyarakat
seideal masyarakat madinah. Memang hal ini telah diisyaratkan oleh Nabi Muhammad Saw
dalam sabdanya, Tak ada satupun masyarakat di dunia ini yang sebaik masyarakat atau sebaik-
baik masa adalah masaku (ahsanul qurun qarni). Terlepas dari status sahih dan tidaknya sabda

1
Hidayat Syarief,Paradigma Baru Pendidikan Membangun Masayarakat Madani, REPUBLIKA,(30 Oktober
1999), hlm.4.
2
Mufid, Reformasi Hukum Menuju Masyarakat Madani, dalam buku: Membangun Masyarakat Madani, Menuju
Indonesia Baru Milenium Ke-3, Tim Editor Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang,
(Yogyakarta: Aditya Media, 1999), hlm. 213].
ini, ataupun siapa pun periwayatnya.3 Diakui bahwa masyarakat Madinah yang dibangun Nabi
Muhammad Saw sebagai masyarakat terbaik dan berperadaban, karena masyarakat Madinah
yang dipimpin langsung oleh Nabi Muhammad Saw merupakan contoh masyarakat yang ideal.
Dalam wacana ini, orang cenderung mempersamakan konsep masyarakat madani dengan civil
society.4 Karena sama-sama membangun peradaban manusia, Nurchalis Madjid, menyatakan
bahwa masyarakat madani yang dibangun Rasul di Madinah dengan azas yang tertuang dalam
Piagam Madinah, memiliki 6 (enam) ciri utama, yaitu :
1. Egalitarianisme,
2. Penghargaan kepada orang berdasarkan prestasi (bukan kesukuan, keturunan, ras dan
sebagainya).
3. Keterbukaan (partisipasi seluruh anggota masyarakat aktif)
4. Penegakan hukum dan keadilan.
5. Toleransi dan pluralisme serta.
6. Musyawarah. 5
Faktor-faktor tersebut merupakan satu kesatuan yang mengikat dan menjadi karakter khas
masyarakat madani.6
Mungkin saja, ke-Enam karakteristik ini dapat dilaksanakan atau diwujudkan dalam
masyarakat Indonesia, asalkan masyarakat Indonesia siap merubah semua aspek kehidupan.7
Dari uraian di atas, jelas konsep civil society berasal dan muncul dari pandangan pemikir-
pemikir Barat, kemudian konsep ini diakomodasikan dalam wacana pemikiran Islam. Padahal
Islam sendiri telah memiliki konsep yang jelas dan gamblang dalam asas dan perinciannya
tentang masyarakat ideal yang wajib diwujudkan kaum muslimin. Masyarakat tersebut adalah
masyarakat yang di dalamnya dapat merealisasikan nilai-nilai ikhas yang terpancar dari aqidah.
Dari aqidah tersebut, memancarkan apa yang disebut dengan egaliter, pluralisme, toleransi,
demokrasi. Nurcholis Madjid, berusaha menawarkan persepsi yang sama antara masyarakat

3
Sufyanto, Masyarakat Tamaddun, Kritik Hermeneutis Masyarakat Madani Nurchalis Madjid, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar Offset, 2001), hlm. 99.
4
Muhammad AS. Hikam, 1996, Demokrasi dan Civil Soceity, Jakarta, LP3ES, hlm. x-xvi
5
Nurchalis Madjid, 1996, “Menuju Masyarakat Madani”, Jurnal Kebudayaan dan Peradaban, ULUMUL
QUR'AN, (Nomor: 2/VII/1996) - ISSN : 0215-9155, Jakarta, hlm. 52-55
6
Azra, Azyumardi, Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani, (Tim ICCE UIN, Jakarta, 2000) hal
315
7
Nurchalis Madjid, 1996, “Menuju Masyarakat Madani”, Jurnal Kebudayaan dan Peradaban, ULUMUL
QUR'AN, (Nomor: 2/VII/1996) - ISSN : 0215-9155, Jakarta, hlm. 52-55
madani dalam suatu bentuk yang disebut Ijtihad kontemporer sebagai alternatif ideal
masyarakat masa depan Indonesia dengan contoh masyarakat Rasul di Madinah. Ide Nurcholis
Madjid ini, dikiritik oleh pemikir-pemikir Islam lainnya di Indonesia, dikatakan bahwa
Nurcholis Madjid, telah melakukan suatu penganalog yang sangat tidak adil dan tidak beralasan
karena hanya melihat masyarakat madani dari segi kemajemukan semata tanpa mengaitkan
dengan sistem khas yang telah mengatur tatanan masyarakat Madinah tersebut sedemikian rupa,
sehingga dipertanyakan apakah konsep Nurchalis Madjid itu lebih dekat kepada masyarakat
Islam di Madinah atau jangan-jangan lebih mirip dengan masyarakat di Barat liberal. Padahal
negara dan masyarakat Madani yang dibangun Nabi Muhammad Saw adalah negara dan
masyarakat yang kuat dan solid dengan nilai-nilai khas yang terpancar dari keyakinan aqidah
Islamiyah. Negara yang dibangun di atas masyarakat yang bersatu tidak hanya karena
kepentingan yang sama yang menjadi sebab terbentuknya mayoritas negara modern, tetapi
terbentuk karena memiliki perpektif yang sama, perasaan yang sama dan misi yang sama dalam
membangun suatu masyarakat. Maka atas dasar persamaan ini menjadikan seluruh perbedaan
yang ada seperti perbedaan suku, warna, ekonomi dan sebagainya hanya menjadi keberagaman
dan kekayaan bukan sebab perpecahan.
Terlepas dari perdebatan tersebut di atas, karakteristik dan ciri masyarakat madani yang
dikemukakan adalah sangat ideal. Cleary and Watson dalam Antonio Rosmini [1986:vii],
menyatakan bahwa masyarakat madani atau civil soceity adalah organisasi manusia yang
sempurna, sebagai konsekuensi perkembangan hidup dan kuantitasnya, dan manakala bakat-
bakat alamiah yang ia miliki saling bersinggungan dan bergesekan. 8 Banyak pemikir yang
menyatakan, bahwa untuk membangun masyarakat madani diperlukan tingkat pendidikan yang
memadai dan berkualitas, ekonomi yang memadai, suasana dan kesadaran politik yang
kondusif, demokrasi, hukum yang kondusif serta mendukung, dan jaminan keamanan sebagai
prasyarat untuk membangun masyarakat madani. Selain itu, masyarakat madani dengan
karakteristik tersebut hanya dapat diwujudkan melalui pembangunan sumber daya manusia
yang berkualitas dan peran pendidikan untuk membangun masyarakat tersebut

8
Mufid, Reformasi Hukum Menuju Masyarakat Madani, dalam buku: Membangun Masyarakat Madani, Menuju
Indonesia Baru Milenium Ke-3, Tim Editor Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang, Aditya
Media, Yogyakarta 1999, hlm.212.
C. PROSES PERUBAHAN MENUJU MASYARAKAT MADANI DI INDONESIA
Proses perubahan menuju masyarakat madani sangat terkait dengan kehidupan politik
bangsa, budaya, pendidikan, berpikir kritis, hukum, keadilan, keterbukaan, kemajemukan atau
pluralisme serta perlindungan terhadap kaum minoritas. Dalam masyarakat madani tercipta
keseimbangan antara kebebasan individu dan kestabilan masyarakat. Inisiatif individu dalam
bidang pemikiran, seni, ekonomi, teknologi, dan pelaksanaan pemerintahan yang mengikuti
undang-undang dan hukum yang berlaku dengan baik. Tercipta kemandirian individu, keluarga,
lembaga-lembaga sosial lainnya seperti media massa, betul-betul dihargai tanpa ada pengaruh
langsung dari negara atau pemerintah, dan masyarakat yang dapat mengembangkan
sumberdayanya tanpa harus dikontrol oleh negara secara ketat, dan keadilan sosial berjalan
sebagaimana mestinya.9
Masyarakat Indonesia sedang berada dalam masa transformasi, era reformasi telah lahir dan
masyarakat Indonesia ingin mewujudkan perubahan dalam semua aspek kehidupannya menuju
kehidupan masyarakat madani. Muncul tuntutan untuk mewujudkan pemerintahan yang baik
dan bersih (good and clean governance), pada satu sisi dan cita-cita mewujudkan masyarakat
madani (civil society), nampaknya tidak boleh ditawar-tawar lagi.
Sebagai sebuah gagasan tentang sistem kehidupan masyarakat madani, tentu tidak mudah
untuk dicapai begitu saja. Dibutuhkan beberapa persyaratan agar gagasan tersebut dapat
diimplementasikan dengan baik. Beberapa persyaratan yang diperlukan untuk mewujudkan
masyarakat madani, yaitu :
Pertama, pemahaman yang sama (One Standard),
Kedua, adanya keyakinan (Confidence) dan saling percaya (Social Trust),
Ketiga, satu kesatuan atau satu hati dan saling tergantung,
Keempat, perlu adanya kesamaan pandangan tentang tujuan dan misi, menuju masyarakat
madani.
Jika keempat persyaratan di atas dapat dipenuhi, maka relatif akan lebih mudah untuk
merumuskan berbagai kebijakan dan strategi untuk mewujudkan masyarakat madani yang dicita-
citakan. Maka, kunci utama dari keberhasil mewujudkan masyarakat madani yang dicita-citakan
itu, secara kultural antara lain terletak pada prasyarat-prasyarat yang disebutkan di atas.

9
Chandra Muzaffar, Pembinaan Masyarakat Madani: Model Malaysia, dalam Institusi Strategi Pembangunan
Malaysia (MINDS), Masyarakat Madani: Suatu Tinjauan Awal, (Kuala Lumpur: Ras Grafika, 1998), hlm.29
Kemudian selain keempat persyaratan tersebut, yang harus diperhatikan adalah tantangan yang
hadapi dewasa ini untuk menuju masyarakat yang dicita-citakan.
D. CIVIL SOCIETY DALAM PEREKONOMIAN DI KABUPATEN TULUNGAGUNG

Kabupaten Tulungagung berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) arahan


pengembangan Kabupaten Tulungagung yaitu terfokus pada pengembangan sektor sumber daya
alam yang meliputi sektor pertanian, sektor perikanan, sektor peternakan, sektor pariwisata, dan
sektor pertambangan marmer.
Kabupaten Tulungagung merupakan sebuah Kabupaten yang terletak 154 Km Barat daya
Kota Surabaya Provinsi Jawa Timur. Kabupaten Tulungagung memiliki 19 kecamatan dengan
257 kelurahan dan 14 kelurahan yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Tulungagung.
Kabupaten Tulungagung memiliki batas-batas wilayah yaitu sebelah utara berbatasan dengan
Kabupaten Kediri, sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia, sebelah timur berbatasan
dengan Kabupaten Blitar, dan sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Trenggalek. Wilayah
perbatasan Kabupaten Tulungagung tersebut memberikan pengaruh terhadap pengembangan
wilayah Kabupaten Tulungagung.
Kabupaten Tulungagung memiliki luas wilayah yaitu 1.055,65 km2. Berdasarkan data dari
Badan Pusat Statistika Kabupaten Tulungagung diketahui bahwa total penduduk Kabupaten
Tulungagung sebesar 1.002.807 jiwa yang terbagi atas penduduk laki-laki 498.533 (49,71%)
jiwa dan penduduk perempuan 504.274 (50,29%) jiwa, dengan diketahuinya luas wilayah dan
jumlah penduduk Kabupaten Tulungagung maka kepadatan penduduk di Kabupaten
Tulungagung sebesar 949,94 jiwa/ km2 yang terkonsentrasi pada tiga kecamatan yaitu
Kecamatan Tulungagung, Kecamatan Kedungwaru, dan Kecamatan Boyolangu. Pembangunan
Kabupaten Tulungagung terkonsentrasi di ketiga Kecamatan tersebut maksudnya adalah
pembangunan yang berkaitan dengan Pembangunan pemerintahan, pendidikan, perdagangan dan
jasa. Pada Kecamatan Tulungagung sebagai pusat Kabupaten Tulungagung memiliki kantor-
kantor pemerintahan, sedangkan Kecamatan Kedungwaru daan Kecamatan Boyolangu sebagai
kecamatan yang memiliki fungsi sebagai pusat pendidikan, perdagangan dan jasa yang tersebar
merata di kedua kecamatan tersebut, sedangkan kecamatan selain ketiga kecamatan tersebut
dilakukan pengembangan pada bidang industri kecil, industri menengah dan industri besar serta
sebagai pusat pengembangan pada sektor perikanan, pertambangan dan pusat sektor pertanian
E. PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL MELALUI INDUSTRI MARMER

Dalam Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) produk marmer di Tulungagung, kita dapat
menggunakan lima prinsip PEL yaitu pemberdayaan, cluster, ekspor, pemasaran dan kemitraan.
Prinsip PEL tersebut merupakan kunci utama dalam PEL. Berikut penjelasan prinsip-prinsip PEL
yang ada diTulungagung:

Pemberdayaan
Pemberdayaan ialah proses pembangunan dimana masyarakat berinisiatif untuk
meningkatkan suatu kondisi atau memperbaiki situasi dan turut serta berpartisipasi di
dalamnya.Prinsip utama PEL disini yang dimaksud iakah memberdayakan forum kemitraan
untuk saling berbagi (sharing ) dalam merumuskan masalah, solusi, rencana tindakan.
Mendelegasikan kewenangankepada kemitraan dalam pengambilan keputusan yang menyangkut
kepentingan usaha dan kerjasama dengan pihak terkait. Berikut merupakan upaya pemberdayaan
PEL di Tulungagung:
1) Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Tulungagung membuka layanan khusus jasa
konsultasi bisnis secara gratis bagi masyarakat untuk memperkuat tumbuhnya dunia
Koperasi dan UMKM sebagai sarana penyelesaian masalah yang terjadi dalam dunia
Koperasi dan UMKM.
2) Pemerintah kab. Tulungagung juga memiliki beberapa upaya pengembangan yang sesuai
dengan UU RI No.20 Tahun 2008, diantaranya ialah:
a. Memasyarakatkan dan membudayakan kewirausahaan.Upaya ini ditempuh dengan
cara sosialisasi potensi daerah (marmer dan onix) danpeluang untuk mendapatkan
keuntungan ekonomi, melalui pelatihan, penyuluhan sertasharing antar pelaku usaha
maupun masyarakat yang ingin memulai usaha.
b. Meningkatkan ketrampilan teknis.Keterampilan teknis meliputi kemampuan pelaku
usaha dalam proses produksi secara efektif dan efisien, mencari inovasi baru
mengenai model produk yang sedang digemarikonsumen saat ini, serta proses
promosi dan pemasaran produk agar lebih dikenal olehmasyarakat luas
c. Membentuk dan mengembangkan lembaga pendidikan dan pelatihan,
penyuluhan,motivasi, dan kreativitas bisnis, dan menciptakan wirausaha baru.
3) meningkatkan kemampuan SDM, Pemerintah Daerah melakukan pendidikan dan
pelatihan manajemen, peningkatan kualitas dan teknik produksi desain yang diperlukan
oleh IKM
Cluster
Cluster ialah Kelompok industri dengan focal/core industry yang saling berhubungan secara
intensif dan membentuk partnership, baik dengan supporting industry maupun related industry
(Deperindag, 2000); cluster ini memiliki tujuan agar mata-rantai produksi-pasar terbina. Dalam
industri marmerpun terdapat klaster yang dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1) Industri penyedia bahan baku batu marmer di Tulungagung, banyak terdapat tambang
marmer yaitu di Kecamatan Campur Darat, tepatnya di desa Besole, Desa Gamping, Desa
Tanggung Gunung, Desa Wates dan Desa Palem
2) Industri penyedia bahan baku olahan marmer, Marmer olahan lainnya juga ada yaitu
marmer bakar, marmer pahat, dll. Industri ini terletak di Kecamatan Tanggungunung,
Kecamatan Rejotangan dan kecamatan Kalidawir
3) Industri aksesoris pelengkap Industri yang menjual marmer dengan model yang semakin
beraneka ragam, seperti marmer sablon yaitu marmer yang dibuat papan nama dengan
menyablon nama di batu marmer. Industri sablon ini berada di kecamatan campurdarat.
Cluster industri di Tulung agung ini memiliki tipe produksi yang sama, dari bahan baku
yangsama namun produk yang berbeda-beda. Hal ini menunjukkan mata rantai produksi
pasar yangsudah terintegrasi satu sama lainnya.

Ekspor
Ekspor adalah jual barang atau jasa dari dalam negri ke luar negri. Ekspor juga
dapatdigunakan sebagai tingkat keberhasilan dalam penjualan suatu produk. Dimana permintaan
lebih besar, pasar lebih luas dan memberikan devisa bagi daerah tersebut. Di Tulungagung
sendiri sudahada 6 industri yang telah memiliki ijin ekspor dan mengekspor ke Taiwan,
Singapura, Dubai, Kuwait,Perancis, Jerman, Belanda, Malaysia, Madagaskar, Swedia, Serbia,
Italia, Spanyol, dan Vietnam. Hal ini menyatakan bahwa produk marmer tulungagung memiliki
daya saing di kancah internasional dan kualitas produk yang tidak diragukan lagi.
Pemasaran
Pemasaran adalah salah satu kegiatan pokok yang perlu dilakukan oleh perusahaan baik
ituperusahaan barang atau jasa dalam upaya untuk mempertahankan kelangsungan hidup
usahanya.Hal tersebut disebabkan karena pemasaran merupakan salah satu kegiatan perusahaan,
di manasecara langsung berhubungan dengan konsumen. Maka kegiatan pemasaran dapat
diartikan sebagaikegiatan manusia yang berlangsung dalam kaitannya dengan pasar. DIsinilah
peran pemerintah daerah untuk memfasilitasi hasil industri pada forum pameran baik pada
tingkat regional, nasional maupun internasional. Pemerintah daerah telah membantu dengan
mengoptimalkan fasilitas gedung klinik dan pusat promosi produk Koperasi Usaha Mikro Kecil
(KUMKM). Dengan upaya pemerintah seperti itu, produk marmer Tulungagung akhirnya
dikenal dan berhasil dilirik oleh mancanegara.Selain peran pemerintah, peranan pemasaran
marmer oleh warga di sekitar kecamatan campurdarat juga mampu membuat suatu
branding bahwa produk marmer terdapat di Tulungagung. Masyarakat sekitar turut membuka
showroom di rumah masing-masing walaupun sudah terpusat di gedung klinik dan pusat promosi
produk KUMKM.

Kemitraan
Kemitraan adalah hubungan sukarela dan bersifat kerja sama antara beberapa pihak
stakeholders, seperti produsen, pedagang, dinas, pusat pelatihan, lembaga keuangan dan
sebagainya, yang terlibat didalamnya setuju untuk bekerja sama dalam meraih tujuan bersama
danmelaksanakan kewajiban tertentu serta menanggung resiko, tanggung jawab, sumber
daya,kemampuan dan keuntungan secara bersama. Dalam forum yang telah didirikan oleh
pemerintah daerah, sudah terjalin mitra antara produsen dengan pedagang, pengolah dengan
pusat pelatihan dan pemerintah masih berupaya untuk mengakses ke lembaga keuangan
perbankan yaitu Bank BPR Jatim Cabang Tulungagung sebagai lembaga permodalan. Kemitraan
ini sangat penting guna mensukseskan PEL, karena kemitraan akan mengintegrasikan
stakeholders dan mengembangkan PEL ke jenjang yang lebih luas

Anda mungkin juga menyukai