Anda di halaman 1dari 16

SOSIOLOGI DAN POLITIK – EKU116E (B1)

“REKRUTMEN POLITIK”

Dosen Pengampu: Dr. Dra. Ni Luh Nyoman Kebayantini, M.Si

Oleh:

Kelompok 4

Gabriel Chandra Aji Dewanto (1907511029)


Mia Inayah (1907511030)
Daniel Pandapotan Siregar (1907511083)
Matthew Gilbert Sinaga (1907511031)
Verryl Ramadhani Asmadji (1907511034)

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas paper mata kuliah Sosiologi dan Politik yang
berjudul “Rekrutmen Politik” dengan baik.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Dra, Ni Luh Nyoman Kebayantini,
M.Si selaku dosen mata kuliah Sosiologi dan Politik yang telah memberikan tugas ini serta
kepada semua pihak bersangkutan yang membantu kami dalam menyelesaikan paper ini
dengan baik.
Paper ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pihak pembaca diperlukan. Akhir kata, semoga paper ini dapat bermanfaat
bagi pembaca untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan.

Jimbaran, 6 November 2022

Kelompok 3
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................................i
Daftar Isi...................................................................................................................................ii
BAB 1. Pendahuluan................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................2
1.3 Tujuan............................................................................................................................2
BAB 2. Pembahasan.................................................................................................................3
2.1 Pengertian Rekrutmen Politik........................................................................................3
2.2 Bentuk-Bentuk Rekrutmen Politik.................................................................................4
2.3 Partai Politik sebagai Sarana Rekrutmen Politik...........................................................7
2.4 Pilihan Partai Politik dalam Sistem Rekrutmen Politik.................................................8
2.5 Pemilihan dalam Lembaga Legistlatif...........................................................................8
2.6 Mekanisme Rekrutmen Politik......................................................................................10
BAB 3. Penutup........................................................................................................................11
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................11
3.2 Saran...............................................................................................................................11
Daftar Pustaka..........................................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Rekruitmen politik merupakan seleksi dan pemilihan untuk
pengangkatan seseorang atau kelompok agar bisa melaksanakan sejumlah
peranan sistem politik pada umumnya serta pemerintahan pada khususnya.
Pada fungsi ini semakin besar anggotanya manakala partai politik ini
merupakan partai tunggal seperti dalam sistem politik totaliter atau partai
ini sebagai mayoritas dalam badan perwakilan rakyat sehingga
berwewenang membentuk pemerintahan dalam sistem politik demokrasi.
Fungsi rekrutmen merupakan fungsi yang mencari kelanjutan untuk
mempertahankan kekuasaan. oleh karena itu fungsi rekrutmen politik
sangat penting bagi kelangsungan sistem politik sebab tanpa elite yang
mampu melaksanakan peranannya sistem politik akan mengalami
kelangsungan hidup yang akan terancam.
Dalam proses rekrutmen politik ini akan membangun relasi
(linkage) yang baik antara partai politik dan masyarakat sipil. Apabila
masyarakat sipil hanya dipandang secara numerik sebagai angka bukan
sebagai konstituen yang harus dihormati dan dipejuangkan. Ada beberapa
organisasi masyarakat yang hanya ditempatkan sebagai underbow artinya :
sebuah mesin politik yang memobilisasi massa, bukan sebagai basis
perjuangan politik partai. Adapun sebaliknya, pihak aktivis organisasi
masyarakat tidak memandang partai politik sebagai bagian dari gerakan
sosial (social movement) untuk mempengaruhi kebijakan dan mengontrol
negara, melainkan hanya sebagai kendaraan politik untuk meraih
kekuasaan dan kekuasaan. Akibatnya, para anggota parlemen hanya
berorientasi pada kekuasaan dan kekayaan, bukan pada misi perjuangan
politik yang berguna bagi masyarakat. Oleh karena itu, dalam makalah ini
akan dijelaskan mengenai rekrutmen poliitk.

1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah itu pengertian rekrutmen politik?
2. Apa saja bentuk-bentuk rekrutmen politik?
3. Bagaimana fungsi partai politik sebagai sarana rekrutmen politik?
4. Bagaimana pilihan partai politik dalam sistem rekurtmen politik?
5. Bagaimana pemilihan dalam lembaga legislatif?
6. Bagaimana mekanisme rekrutmen politik?

1.3. Tujuan
1. Untuk memahami rekrutmen politik.
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk rekrutmen politik
3. Untuk mengetahui fungsi partai politik sebagai sarana rekrutmen
politik
4. Untuk mengetahui pilihan partai politik dalam sistem rekurtmen
politik
5. Untuk mengetahui pemilihan dalam lembaga legislatif
6. Untuk mengetahui mekanisme rekrutmen politik.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Rekrutmen Politik


Rekrutmen politik adalah proses pengisian jabatan-jabatan pada
lembaga-lembaga politik termasuk partai politik dan administrasi atau
birokrasi oleh orang-orang yang akan menjalankan kekuasaan politik.
Sedangkan menurut Cholisin, rekrutmen politik adalah seleksi dan
pengangkatan seseorang atau kelompok untuk melaksanakan sejumlah peran
dalam system politik pada umumnya dan pemerintahan pada khususnya.
Rekrutmen politik adalah suatu proses seleksi anggota-aggota
kelompok untuk mewakili kelompoknya dalam jabatan administratif
maupun politik. Dalam pengertian lain, rekrutmen politik merupakan fungsi
penyelekksian rakyat untuk kegiatan politik dan jabatan pemerintahan
melalui penampilan dalam media komunikasi, menjadi anggota organisasi,
mencalonkan diri untuk jabatan tertentu dan sebagainya.
Rekrutmen politik dapat diartikan sebagai proses penentuan orang-
orang yang akan menjalankan fungsi sistem politik suatu negara melalui
lembaga politik yang tersedia. Kualitas suatu rekrutmen politik dapat
terlihat dari bagaimana pola dan mekanisme yang digunakan dalam proses
rekrutmen tersebut. Adapun tiga pertimbangan yang perlu diperhatikan
dalam sebuah proses rekrutmen politik, yaitu: (1) indikator yang sensitif
dalam melihat nilai-nilai dan distribusi pengaruh politik dalam masyarakat;
(2) pola-pola rekrutmen politik menjadi bahan refleksi bagi masyarakat; dan
(3) pola-pola rekrutmen politik menjadi indikator penting untuk melihat
pembangunan dan perubahan dalam masyarakat
Dalam praktiknya, proses rekrutmen politik selalu bermakna ganda.
Pertama, proses rekrutmen politik menyangkut seleksi untuk menduduki
posisi-posisi politik yang tersedia. Kedua, proses rekrutmen politik
menyangkut transformasi peran-peran non-politik warga yang berasal dari
berbagai macam budaya agar layak memainkan peran-peran politik. Selain
itu, proses rekrutmen politik juga bersifat dua arah, artinya individu-
individu yang terlibat di dalam politik memiliki kesempatan yang sama

3
untuk menduduki jabatan tertentu dalam struktur politik. Adapun proses
rekrutmen politik tersebut dapat dilakukan secara formal (melalui seleksi
yang selenggarakan oleh lembaga partai politik), maupun secara informal
(melalui mekanisme “orang dalam”, tanpa seleksi). Hal ini tentu saja juga
melalui proses pertimbangan yang panjang apakah seseorang bisa memasuki
ranah politik atau tidak.

2.2. Bentuk-Bentuk Rekrutmen Politik


Bentuk-bentuk atau sistem rekrutmen politik tentu saja memiliki
keragaman yang sangat banyak. Beberapa sistem pengrekrutan dalam
rekrutmen politik, menurut Philip Althof dan Michael Rush, dalam bukunya
Pengantar Sosiologi Politik, antara lain;
a. Seleksi pemilihan melalui ujian atau pelatihan. Ujian dan latihan
merupakan bentuk rekrutmen yang paling umum, biasanya dilakukan
untuk mengisi jabatan-jabatan birokrasi dan administrasi. Terkadang
dilakukan juga oleh partai, seperti di Indonesia disebut pendidikan
kader partai yang dilakukan melalui latihan. Cara ini tentu memiliki
banyak keragaman, dan banyak dia antaranya mempunyai implikasi
penting bagi pengrekrutan politik. Mana cara yang paling penting,
perlu dikemukakan bebrapa peringatan mengenai metode-metode
dalam dalam beberapa hal yang masih dianggap penting dalam
berbagai sistem politik.
b. Seleksi melalui penyortiran. Salah satu metode tertua yang
dipergunakan untuk memperkokoh kedudukan pemimpin-pemimpin
politik adalah dengan penyortiran atau penarikan undian.
c. Seleksi melalui rotasi atau giliran. Suatu metode yang digunakan
untuk mencegah dominasi jabatan dan posisi-posisi berkuasa oleh
orang atau kelompok individu tertentu adalah dengan giliran atau
rotasi. Sistem “pilih kasih” Amerika Serikat, hakikatnya adalah suatu
sistem pengrekrutan bergilir. Pada sejumlah negara lain, sistem ini
didasarkan pada ketentuan-ketentuan konstitusional, yang dibuat
untuk menjamin kadar rotasi personil eksekutif. Bentuk ini dilakukan

4
pada sistem yang menerapkan format kepemimpinan kolektif atau
dalam bentuk presidium atau pada masyarakat yang memiliki
pengelompokan politik yang sangat kental, sehingga untuk
menghindari konflik atau menjaga stabilitas politik, baik itu partai
politik ataupun pemerintahan negara, maka perlu dibuat sistem rotasi
atau giliran.
d. Seleksi melalui perebutan kekuasaan. Suatu metode pengrekutan lain
yang sudah berjalan lama, yang umum terdapat pada banyak sistem
politik adalah perebutan kekuasaan dengan jalan menggunakan atau
mengancam kekerasan. Akibat yang paling langsung dan nyata dari
cara ini adalah penggantian para pemegang jabatan politik dan
perubahan-perubahan dalam personel birokrasi. Cara ini biasanya
menimbukan hasil yang lebih lambat, terutama bila berlangsung
dalam masyarakat yang kompleks dan sangat maju.
e. Seleksi dengan cara patronage. Patronage adalah suatu sistem yang
sampai sekarang masih dilakukan di banyak negara berkembang.
Dahulu, sistem ini terdapat di Amerika Serikat dan Inggris. Pada abad
ke-19, patronage merupakan bagian dari suatu sistem penyuapan dan
sistem korupsi yang rumit, yang memasuki banyak bidang kehidupan
masyarakat Inggris. Sistem ini sebagian merupakan metode yang
cukup mapan untuk mempengaruhi pelaksanaan kekuasaan politik
melalui berbagai taraf pengontrolan terhadap hasil-hasil dari
pemilihan umum, sebagian lagi merupakan sarana bagi pengrekrutan
politik, karena untuk masuk menjadi anggota parlemen dan dinas sipil
embrionik, hampir selalu dapat dipastikan harus melalui sistem
patronage. Tambahanan lagi, hal ini merupakan sistem di mana
kenaikan pangkat dapat dibeli oleh individu-individu yang mencari
jabatan juga menjadi sistem di mana orang-orang dapat dibujuk untuk
“bertindak secara khusus dengan imbalan hadiah-hadiah” tertentu.
Karena itu, sebagai suatu sistem pengrekrutan politik, sistem tersebut
tidak selalu dapat menjamin pengrekrutan pemegang-pemegang

5
jabatan yang “cocok”, baik secara politik maupun diukur dari
kemampuannya.
f. Seleksi dengan memunculkan pemimpin-pemimpin alamiah. Berbeda
dengan sistem patronage, yang juga cenderung untuk mengekalkan
tipe-tipe personel tertentu, ada lagi satu sistem pengrekrutan yang
dapat disebut “mampu memunculkan pemimpin-pemimpin alamiah”.
Peristiwa ini lebih merupakan pembenaran kasar terhadap kekuasaan
aristokratis. Hal ini tetap merupakan suatu faktor konstektual yang
vital dari sebagian besar sistem-sistem politik.
g. Seleksi melalui koopsi. Suatu metode yang lebih terbatas di mana
pemimpin-pemimpin yang ada dapat membantu pelaksanaan
pengrekrutan tipe-tipe pemimpin tertentu adalah “koopsi” (co-option).
Koopsi meliputi pemilihan seseorang ke dalam suatu badan oleh
anggota-anggota yang ada.

Norris (1996) menjelaskan empat tipologi rekrutmen legislatif oleh


partai politik, yaitu :
1. Central patronage, penentu kebijakan adalah para elit partai di tingkat
nasional dan daerah dengan cara mengimplementasi kriteria calon
legislatif yang telah ditetapkan partai secara longgar.
2. Local patronage, penentu kebijakan adalah pengurus partai di tingkat
lokal dengan cara mengimplementasi kriteria calon legislatif yang
telah ditetapkan pengurus partai di tingkat lokal dan bahkan
konstituen partai secara longgar.
3. Local bureaucratic, penentu kebijakan adalah para pengurus partai di
tingkat lokal dengan cara mengimplementasi kriteria calon legislatif
yang telah ditetapkan partai secara ketat.
4. Central bureaucratic, penentu kebijakan adalah para elit partai di
tingkat nasional dengan cara mengimplementasi kriteria calon
legislatif yang telah ditetapkan partai secara ketat.

Sistem merit adalah proses mempromosikan dan mempekerjakan


pegawai pemerintah berdasarkan kemampuan mereka untuk melakukan

6
pekerjaan, bukan pada koneksi politik mereka. Ini adalah kebalikan dari
sistem patronage
Implementasi sistem merit di Indonesia merupakan salah satu
kebijakan dan Manajemen Aparatur Sipil Negara yang tertuang dalam
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara yang
berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajar
dengan tanpa membedakan latarbelakang politik, ras, warna kulit, agama,
asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau kondisi kecacatan.

2.3. Partai Politik sebagai Sarana Rekrutment Politik


Dalam proses rekrutmen politik, partai politik memegang peranan
yang vital dalam menyiapkan kader yang dibutuhkan dalam suatu jabatan
politik tertentu. Miriam Boediarjo (2015) menegaskan bahwa salah satu
fungsi partai politik dalam negara demokrasi yaitu menyelenggarakan
rekrutmen politik. Partai politik inilah yang menjadi perpanjangan tangan
untuk meningkatkan partisipasi politik di tengah masyarakat. Partai politik
memegang tanggung jawab untuk membentuk kader politik agar bisa
menjalankan sistem politik negara dengan baik. Partai politik membedakan
secara tegas antara “kader partai politik” dan “anggota partai politik”.
Anggota partai politik mencakup semua orang yang terdaftar sebagai
anggota partai, baik yang aktif, maupun yang pasif.
Kartawijaya & Kusumah (2003) mengutip pendapat Morlino (1995)
menyebutkan bahwa salah satu fungsi partai politik adalah melakukan
rekruitmen orang-orang untuk menduduki pos-pos jabatan penting di
pemerintahan nasional, parlemen dan pemerintahan lokal. Berdasarkan dua
perdapat ini dapat disimpulkan bahwa partai politik memang berperan
dalam menyeleksi orang-orang untuk untuk menduduki kursi parlemen/
legislatif.
Sementara itu, kader partai politik adalah anggota partai politik yang
sudah dipersiapkan partai melalui proses seleksi dengan melihat
kontribusinya selama mengikuti kegiatan-kegiatan partai politik, maupun
dalam menjalankan tugas-tugas dalam partai politik. Dengan demikian,

7
kader partai politik merupakan anggota partai politik, tetapi seorang anggota
partai politik belum tentu merupakan kader partai politik. Agar kader politik
yang dibentuk dalam proses rekrutmen politik memiliki kualitas yang
unggul, Bambang Yudhoyono (2001) memaparkan enam langkah yang
perlu dilakukan partai politik dalam menjalankan proses rekrutmen politik
tersebut. Pertama, melakuan seleksi calon kader. Kedua, menyelenggarakan
pendidikan dan pelatihan kader tingkat dasar. Ketiga, penugasan pertama
untuk mematangkan pengalaman di lapangan. Keempat, menyelenggarakan
pendidikan dan pelatihan kader tingkat lanjutan. Kelima, kepeloporan
(avangarde), yaitu upaya menempatkan kader pada posisi sebagai pionir
dalam melindungi partai politik tersebut. Keenam, melibatkan para kader
dalam kegiatan diskusi dan seminar, sekaligus mengukur kemampuan akhir
para kader partai tersebut dalam memecahkan permasalahan.

2.4. Pilihan Partai Politik dalam Proses Rekrutment Politik


Adapun beberapa pilihan partai politik dalam proses rekrutmen
politik adalah sebagai berikut;
1. Partisan, yaitu merupakan pendukung yang kuat, loyalitas tinggi
terhadap partai sehingga bisa direkrut untuk menduduki jabatan
strategis.
2. Compartmentalization, merupakan proses rekrutmen yang didasarkan
pada latar belakang pendidikan dan pengalaman organisasi atau
kegiatan sosial politik seseorang, misalnya aktivis LSM.
3. Immediate survival, yaitu proses rekrutmen yang dilakukan oleh
otoritas pemimpin partai tanpa memperhatikan kemampuan orang-
orang yang akan direkrut.
4. Civil service reform, merupakan proses rekrutmen berdasarkan
kemampuan dan loyalitas seorang calon sehingga bisa mendapatkan
kedudukan lebih penting atau lebih tinggi.

2.5. Pemilihan dalam Lembaga Legislatif


Ada beberapa hal menurut Czudnowski, yang dapat menentukan
terpilihnya seseorang dalam lembaga legislatif, sebagaimana berikut;

8
1. Social background: Faktor ini berhubungan dengan pengaruh status
sosial dan ekonomi keluarga, dimana seorang calon elit dibesarkan.
2. Political socialization: Merupakan suatu proses yang menyebabkan
seorang menjadi terbiasa dengan tugas-tugas yang harus diilaksanakan
oleh suatu kedudukan politik.
3. Initial political activity: Faktor ini menunjuk kepada aktivitas atau
pengalaman politik calon elit selama ini.
4. Apprenticeship: Faktor ini menunjuk langsung kepada proses “magang”
dari calon elit ke elit yang lain yang sedang menduduki jabatan yang
diincar oleh calon elit.
5. Occupational variables: Calon elit dilihat pengalaman kerjanyadalam
lembaga formal yang bisa saja tidak berhubungan dengan politik,
kapasitas intelektual dalam kualitas kerjanya.
6. Motivations : Orang akan termotivasi untuk aktif dalam kegiatan politik
karena dua hal yaitu harapan dan orientasi mereka terhadap isu-isu
politik. Selection : Faktor ini menunjukkan pada mekanisme politik
yaitu rekrutmen terbukan dan rekrutmen tertutup.

Kemudian Norris (1997) mengemukakan 4 hal yang turut


mempengaruhi pelaksanaan rekrutmen calon legislatif di berbagai negara:
1. Sistem politik (political system) suatu negara, khususnya aturan hukum,
sistem kepartaian dan sistem Pemilu yang menggambarkan peluang
kandidat dalam ruang pasar politik di negara itu. Proses rekrutmen
(recruitment process) di internal partai, terutama sekali tingkat
demokratitasi di internal partai dalam pembuatan dan pelaksanaan
aturan seleksi kandidat legislatif.
2. Kandidat yang menawarkan diri untuk mengikuti pemilihan (supply),
berhubungan dengan tingkat motivasi dan modal politik yang mereka
miliki.
3. Permintaan kelompok penentu kebijakan partai (demands of
gatekeepers)—misalnya pemilih, anggota partai, donatur partai dan
pimpinan partai yang berhak menyeleksi dan menentukan hasil seleksi
para calon legislatif.

9
Selanjutnya dari empat hal tersebut, jadi atau tidaknya seseorang
menjadi calon legislatif tetap ditentukan oleh para penentu kebijakan partai
(party gatekeepers), sebagaimana dikemukakan oleh Hague dan Harrop
(2001) bahwa seleksi oleh partai politik yang ditujukan mengurangi jumlah
calon sesuai yang dibutuhkan tergantung pada kemampuan calon
meyakinkan bahwa mereka layak menjadi calon legislatif kepada penentu
kebijakan partai.

2.6. Mekanisme Rekrutmen Politik


Menurut Czudnomski dalam bukunya Fadillah Putra yang berjudul
“Partai Politik dan kebijakan Publik” mengemukakan mekanisme
rekrutmen politik antara lain:
1. Rekrutmen terbuka, di mana syarat dan prosedur untuk menampilkan
seseorang tokoh dapat diketahui secara luas. Dalam hal ini partai politik
berfungsi sebagai alat bagi elit politik yang berkualitas untuk
mendapatkan dukungan masyarakat. Cara ini memberikan kesempatan
bagi rakyat untuk melihat dan menilai kemampuan elit politiknya.
Dengan demikian cara ini sangat kompetitif. Jika dihubungkan dengan
paham demokrasi, maka cara ini juga berfungsi sebagai sarana rakyat
mengontrol legitimasi politik para elit. Adapun manfaat yang
diharapkan dari rekrutmen terbuka adalah:
a) Mekanismenya demokratis
b) Tingkat kompetisi politiknya sangat tinggi dan masyarakat akan
mampu memilih pemimpin yang benar-benar mereka kehendaki
c) Tingkat akuntabilitas pemimpin tinggi
d) Melahirkan sejumlah pemimpin yang demokratis dan mempunyai
nilai integritas pribadi yang tinggi.
2. Rekrutmen tertutup, berlawanan dengan cara rekrutmen terbuka. Dalam
rekrutmentertutup, syarat dan prosedur pencalonan tidak dapat secara
bebas diketahui umum. Partai berkedudukan sebagai promotor elit yang
berasal dari dalam tubuh partai itu sendiri. Cara ini menutup
kemungkinan bagi anggota masyarakat untuk melihat dan menilai
kemampuan elit yang ditampilkan. Dengan demikian cara ini kurang

10
kompetitif. Hal ini menyebabkan demokrasi berfungsi sebagai sarana
elit memperbaharui legitimasinya.

11
BAB III
PENUTUP
1.1. Kesimpulan

Rekrutmen politik merupakan sebuah proses awal yang akan sangat


menentukan kinerja dari para wakil rakyat di parlemen (legislatif). Jika
sekarang kapasitas dan legitimasi elit politik sangat lemah, salah satu
penyebabnya adalah proses rekrutmen yang buruk. Partai politik mengubah
mekanisme rekrutmennya agar dapat menghasilkan elit politik yang
berkualitas, berkompeten, kredible, memiliki integritas yang tinggi,
legitimasi dan mempunyai kapasitas yang memadai dalam meningkatkan
taraf hidup serta kesejahteraan rakyat. Sebagai sarana rekrutmen politik,
partai politik berfungsi untuk mencari dan mengajak orang yang berbakat
untuk turut aktif dalam kegiatan politik sebagai anggota partai.

1.2. Saran
Dengan adanya makalah ini penulis berharap semoga dapat
bermanfaat sebagai bahan pembelajaran mengenai rekrutmen politik.
Penulis sadar bahwa makalah ini baik dari penulisan, maupun materi masih
kurang sempurna sehingga penulis menerima saran dan kritik yang
membangun guna untuk memperbaiki makalah ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

Budiardjo, Miriam. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia


Pustaka Utama

Damsar. 2015. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Prenadamedia Group

Rush, Michael dan Althoff, Philip. 2005. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta:
RajaGrafindo Persada.

Sahid, Komarudin. 2015. Memahami Sosiologi Politik. Bogor: Ghalia Indonesia.

13

Anda mungkin juga menyukai