“REKRUTMEN POLITIK”
Oleh:
Kelompok 4
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas paper mata kuliah Sosiologi dan Politik yang
berjudul “Rekrutmen Politik” dengan baik.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Dra, Ni Luh Nyoman Kebayantini,
M.Si selaku dosen mata kuliah Sosiologi dan Politik yang telah memberikan tugas ini serta
kepada semua pihak bersangkutan yang membantu kami dalam menyelesaikan paper ini
dengan baik.
Paper ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pihak pembaca diperlukan. Akhir kata, semoga paper ini dapat bermanfaat
bagi pembaca untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................................i
Daftar Isi...................................................................................................................................ii
BAB 1. Pendahuluan................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................2
1.3 Tujuan............................................................................................................................2
BAB 2. Pembahasan.................................................................................................................3
2.1 Pengertian Rekrutmen Politik........................................................................................3
2.2 Bentuk-Bentuk Rekrutmen Politik.................................................................................4
2.3 Partai Politik sebagai Sarana Rekrutmen Politik...........................................................7
2.4 Pilihan Partai Politik dalam Sistem Rekrutmen Politik.................................................8
2.5 Pemilihan dalam Lembaga Legistlatif...........................................................................8
2.6 Mekanisme Rekrutmen Politik......................................................................................10
BAB 3. Penutup........................................................................................................................11
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................11
3.2 Saran...............................................................................................................................11
Daftar Pustaka..........................................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah itu pengertian rekrutmen politik?
2. Apa saja bentuk-bentuk rekrutmen politik?
3. Bagaimana fungsi partai politik sebagai sarana rekrutmen politik?
4. Bagaimana pilihan partai politik dalam sistem rekurtmen politik?
5. Bagaimana pemilihan dalam lembaga legislatif?
6. Bagaimana mekanisme rekrutmen politik?
1.3. Tujuan
1. Untuk memahami rekrutmen politik.
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk rekrutmen politik
3. Untuk mengetahui fungsi partai politik sebagai sarana rekrutmen
politik
4. Untuk mengetahui pilihan partai politik dalam sistem rekurtmen
politik
5. Untuk mengetahui pemilihan dalam lembaga legislatif
6. Untuk mengetahui mekanisme rekrutmen politik.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
untuk menduduki jabatan tertentu dalam struktur politik. Adapun proses
rekrutmen politik tersebut dapat dilakukan secara formal (melalui seleksi
yang selenggarakan oleh lembaga partai politik), maupun secara informal
(melalui mekanisme “orang dalam”, tanpa seleksi). Hal ini tentu saja juga
melalui proses pertimbangan yang panjang apakah seseorang bisa memasuki
ranah politik atau tidak.
4
pada sistem yang menerapkan format kepemimpinan kolektif atau
dalam bentuk presidium atau pada masyarakat yang memiliki
pengelompokan politik yang sangat kental, sehingga untuk
menghindari konflik atau menjaga stabilitas politik, baik itu partai
politik ataupun pemerintahan negara, maka perlu dibuat sistem rotasi
atau giliran.
d. Seleksi melalui perebutan kekuasaan. Suatu metode pengrekutan lain
yang sudah berjalan lama, yang umum terdapat pada banyak sistem
politik adalah perebutan kekuasaan dengan jalan menggunakan atau
mengancam kekerasan. Akibat yang paling langsung dan nyata dari
cara ini adalah penggantian para pemegang jabatan politik dan
perubahan-perubahan dalam personel birokrasi. Cara ini biasanya
menimbukan hasil yang lebih lambat, terutama bila berlangsung
dalam masyarakat yang kompleks dan sangat maju.
e. Seleksi dengan cara patronage. Patronage adalah suatu sistem yang
sampai sekarang masih dilakukan di banyak negara berkembang.
Dahulu, sistem ini terdapat di Amerika Serikat dan Inggris. Pada abad
ke-19, patronage merupakan bagian dari suatu sistem penyuapan dan
sistem korupsi yang rumit, yang memasuki banyak bidang kehidupan
masyarakat Inggris. Sistem ini sebagian merupakan metode yang
cukup mapan untuk mempengaruhi pelaksanaan kekuasaan politik
melalui berbagai taraf pengontrolan terhadap hasil-hasil dari
pemilihan umum, sebagian lagi merupakan sarana bagi pengrekrutan
politik, karena untuk masuk menjadi anggota parlemen dan dinas sipil
embrionik, hampir selalu dapat dipastikan harus melalui sistem
patronage. Tambahanan lagi, hal ini merupakan sistem di mana
kenaikan pangkat dapat dibeli oleh individu-individu yang mencari
jabatan juga menjadi sistem di mana orang-orang dapat dibujuk untuk
“bertindak secara khusus dengan imbalan hadiah-hadiah” tertentu.
Karena itu, sebagai suatu sistem pengrekrutan politik, sistem tersebut
tidak selalu dapat menjamin pengrekrutan pemegang-pemegang
5
jabatan yang “cocok”, baik secara politik maupun diukur dari
kemampuannya.
f. Seleksi dengan memunculkan pemimpin-pemimpin alamiah. Berbeda
dengan sistem patronage, yang juga cenderung untuk mengekalkan
tipe-tipe personel tertentu, ada lagi satu sistem pengrekrutan yang
dapat disebut “mampu memunculkan pemimpin-pemimpin alamiah”.
Peristiwa ini lebih merupakan pembenaran kasar terhadap kekuasaan
aristokratis. Hal ini tetap merupakan suatu faktor konstektual yang
vital dari sebagian besar sistem-sistem politik.
g. Seleksi melalui koopsi. Suatu metode yang lebih terbatas di mana
pemimpin-pemimpin yang ada dapat membantu pelaksanaan
pengrekrutan tipe-tipe pemimpin tertentu adalah “koopsi” (co-option).
Koopsi meliputi pemilihan seseorang ke dalam suatu badan oleh
anggota-anggota yang ada.
6
pekerjaan, bukan pada koneksi politik mereka. Ini adalah kebalikan dari
sistem patronage
Implementasi sistem merit di Indonesia merupakan salah satu
kebijakan dan Manajemen Aparatur Sipil Negara yang tertuang dalam
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara yang
berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajar
dengan tanpa membedakan latarbelakang politik, ras, warna kulit, agama,
asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau kondisi kecacatan.
7
kader partai politik merupakan anggota partai politik, tetapi seorang anggota
partai politik belum tentu merupakan kader partai politik. Agar kader politik
yang dibentuk dalam proses rekrutmen politik memiliki kualitas yang
unggul, Bambang Yudhoyono (2001) memaparkan enam langkah yang
perlu dilakukan partai politik dalam menjalankan proses rekrutmen politik
tersebut. Pertama, melakuan seleksi calon kader. Kedua, menyelenggarakan
pendidikan dan pelatihan kader tingkat dasar. Ketiga, penugasan pertama
untuk mematangkan pengalaman di lapangan. Keempat, menyelenggarakan
pendidikan dan pelatihan kader tingkat lanjutan. Kelima, kepeloporan
(avangarde), yaitu upaya menempatkan kader pada posisi sebagai pionir
dalam melindungi partai politik tersebut. Keenam, melibatkan para kader
dalam kegiatan diskusi dan seminar, sekaligus mengukur kemampuan akhir
para kader partai tersebut dalam memecahkan permasalahan.
8
1. Social background: Faktor ini berhubungan dengan pengaruh status
sosial dan ekonomi keluarga, dimana seorang calon elit dibesarkan.
2. Political socialization: Merupakan suatu proses yang menyebabkan
seorang menjadi terbiasa dengan tugas-tugas yang harus diilaksanakan
oleh suatu kedudukan politik.
3. Initial political activity: Faktor ini menunjuk kepada aktivitas atau
pengalaman politik calon elit selama ini.
4. Apprenticeship: Faktor ini menunjuk langsung kepada proses “magang”
dari calon elit ke elit yang lain yang sedang menduduki jabatan yang
diincar oleh calon elit.
5. Occupational variables: Calon elit dilihat pengalaman kerjanyadalam
lembaga formal yang bisa saja tidak berhubungan dengan politik,
kapasitas intelektual dalam kualitas kerjanya.
6. Motivations : Orang akan termotivasi untuk aktif dalam kegiatan politik
karena dua hal yaitu harapan dan orientasi mereka terhadap isu-isu
politik. Selection : Faktor ini menunjukkan pada mekanisme politik
yaitu rekrutmen terbukan dan rekrutmen tertutup.
9
Selanjutnya dari empat hal tersebut, jadi atau tidaknya seseorang
menjadi calon legislatif tetap ditentukan oleh para penentu kebijakan partai
(party gatekeepers), sebagaimana dikemukakan oleh Hague dan Harrop
(2001) bahwa seleksi oleh partai politik yang ditujukan mengurangi jumlah
calon sesuai yang dibutuhkan tergantung pada kemampuan calon
meyakinkan bahwa mereka layak menjadi calon legislatif kepada penentu
kebijakan partai.
10
kompetitif. Hal ini menyebabkan demokrasi berfungsi sebagai sarana
elit memperbaharui legitimasinya.
11
BAB III
PENUTUP
1.1. Kesimpulan
1.2. Saran
Dengan adanya makalah ini penulis berharap semoga dapat
bermanfaat sebagai bahan pembelajaran mengenai rekrutmen politik.
Penulis sadar bahwa makalah ini baik dari penulisan, maupun materi masih
kurang sempurna sehingga penulis menerima saran dan kritik yang
membangun guna untuk memperbaiki makalah ini.
12
DAFTAR PUSTAKA
Rush, Michael dan Althoff, Philip. 2005. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta:
RajaGrafindo Persada.
13