Anda di halaman 1dari 20

Tugas Kelompok I

Mata Kuliah Kependudukan

Critical Review Teori Marxist

Nama Kelompok I :

1. Rizqia Mintarsih (3612100010)


2. Rachman Adhi Nugroho (3612100014)
3. Amelia Puspasari (3612100019)
4. Ariska Ciptaning W.A (3612100022)
5. Dita Suwirni Maswan (3612100049)

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota

Institut Teknologi Sepuluh Nopember

2013
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT, karena limpahan rahmat,
kemudahan, kelancaran dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Critcal Review Teori Marxis” dapat terselesaikan.
Tugas ini merupakan syarat wajib bagi mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh
Nopember Surabaya dalam penyelesaian mata kuliah Kependudukan. Makalah ini juga
berisi tentang tokoh teori marxist, penjelasan dan argumentasi dalam teori marxis, isu teori
marxist, asumsi teori marxist, kritik teori marxis, dan relevansi teori marxist dengan
perkembangan kependudukan terkini.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa penulisan dan
penyusunan ini masih jauh dari sempurna, mengingat terbatasnya waktu dan kemampuan
penulis. Kritik dan saran sangat diperlukan untuk dijadikan sebagai acuan tugas-tugas
selanjutnya.

Dalam penyelesaian penulisan makalah ini penulis tidak lepas dari bantuan semua
pihak yang telah memberikan kesempatan, bimbingan, sarana dan prasarana selama
penulisan makalah ini. Atas semua bantuan yang telah diberikan kepada penulis, penulis
ingin mengucapkan terima kasih dan semoga atas bantuan yang telah diberikan selama
penulisan dan penyusunan makalah ini mendapatkan balasan dari Allah SWT.

Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.

Surabaya, September 2013

Penulis

ii Tugas Kelompok I_Mata Kuliah Kependudukan_Critical Review Teori Marxist


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................4
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan...............................................................................................5
1.4 Manfaat Penulisan.................................................................................................................5
1.5 Sistematika Penulisan............................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................................6
2.1 Tokoh Teori Marxis...............................................................................................................6
2.2 Penjelasan dan Argumentasi dalam Teori Marxis................................................................10
2.3 Isu Teori Marxis..................................................................................................................11
2.4 Asumsi Teori Marxis...........................................................................................................12
2.4 Kritik Teori Marxis..............................................................................................................12
2.5 Relevansi Teori Marxis dengan Perkembangan Kependudukan Terkini..............................13
BAB III KESIMPULAN....................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................14
3.2 Saran....................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Munculnya teori penduduk berkaitan tentang pertumbuhan penduduk yang demikian
cepat dan dampak yang dimbulkan. Berdasarkan beberapa catatan kependudukan dunia, sejak
tahun 1650 laju pertumbuhan penduduk dunia meningkat dengan cepat, terutama di negara-
negara Eropa, USA, Amerika Tengah dan Amerika Selatan, dalam 2 abad jumlah penduduk
bertambah 3 kali lipat. Misalnya pada tahun 1650 jumlah penduduk berjumalah 113 juta jiwa
dan pada tahun 1850 menjadi 325 juta jiwa. Untuk Asia dan Afrika dalam jangka waktu yang
sama jumlah penduduk menkadi 2 kali lipat, misalnya pada tahun 1650 jumlah penduduk 430
juta dan pada tahun 1859 menjadi 844 juta jiwa. Dengan meningkatnya laju pertumbuhan
penduduk dunia menyebabkan jumlah penduduk menigkat dengan cepat dan dibeberapa
bagian dunia telah terjadi kemiskinan dana kekurangan pangan.

Tingginya laju pertumbuhan penduduk di beberapa bagian dunia ini menyebakan


jumlah penduduk meningkat dengan cepat. Di beberapa bagian di dunia ini telah terjadi
kemiskinan dan kekurangan pangan. Fenomena ini mengelisahkan beberapa ahli, dan masing-
masing dari mereka berusaha mencari faktor-faktor yang menyebabkan kemiskinan tersebut.
Kalau faktor-faktor penyebab tersebut bisa ditemukan maka masalah kemiskinan akan dapat
diatasi.

Teori-teori kependudukan tersebut terbagi menjadi teori kependudukan awal dan teori
kependudukan modern. Teori-teori kependudukan awal yang dikemukakan oleh para ahli,
lebih memungkinkan dalam mengendalikan pertumbuhan penduduk terutama di negara-
negara yang sudah berkembang. Dengan teori mereka tentang kependudukan, mereka mampu
menjawab dan menggambarkan bagaimana kondisi terkait isu kependudukan yang terjadi
dewasa ini. Salah satu teori yang fenomenal adalah teori. Teori kependudukan aliran marxis
dipelopori oleh Karl Marx dan Friedlich Engels. Teori kependudukan ini menyatakan bahwa
masalah kemiskinan di sebuah negara disebabkan bukan karena tekanan penduduk terhadap
makanan tetapi tekanan penduduk terhadap kesempatan kerja. Adapun memalui makalah ini
akan dibahas lebih lanjut tentang teori Marxisme tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Pada pembahasan makalah ini memiliki rumusan masalah sebagai berikut :
1.2.1 Siapakah tokoh dibalik teori marxis?
1.2.2 Bagaimanakah penjelasan dan argumentasi dari teori marxis?
1.2.3 Bagaimanakah isu teori marxis?
1.2.4 Bagaimanakah kritikan terhadap teori marxis?
1.2.5 Bagaimana relevansi teori marxis dengan perkembangan kependudukan
terkini?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan


Tujuan dari penulisan ini adalah :
1.3.1 Sebagai salah satu prasyarat tugas mata kuliah kependudukan.
1.3.2 Mengetahui tentang tokoh dibalik teori marxis
1.3.3 Mengetahui bagaimana penjelasan dan argumentasi dalam teori marxis
1.3.4 Mengetahui isu-isu terkait tentang teori marxis
1.3.5 Mengetahui asumsi dari teori marxis
1.3.6 Mengetahui kritik-kritik yang disampaikan untuk teori marxis
1.3.7 Mengetahui bagaimana relevansi teori marxis dengan perkembangan
kependudukan terkini

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat penulisan ini adalah :
1.4.1 Membantu mahasiswa dalam memahami tokoh dibalik teori marxis, penjelasan
dan argumentasi dalam teori marxis, isu teori marxis, asumsi teori marxis,
kritik teori marxis, dan relevansi teori marxis dengan perkembangan
kependudukan terkini.

1.5 Sistematika Penulisan


Pada makalah ini terdapat tiga bab yang berguna untuk mempermudah dalam
memahami isi dari makalah ini secara keseluruhan tentang critical review teori marxist.

Bab I merupakan bab pendahuluan dari makalah ini. Bab ini berisikan latar belakang,
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, serta sistematika penulisan dari tugas
kependudukan tentang critical review teori marxist.
Bab II merupakan bab pembahasan dari makalah ini. Bab ini berisikan pembahasan
tentang tokoh teori marxist, penjelasan dan argumentasi dalam teori marxis, isu teori marxist,
asumsi teori marxist, kritik teori marxis, dan relevansi teori marxist dengan perkembangan
kependudukan terkini.

Bab III merupakan bab kesimpulan. Bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari critical
review teori marxis.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tokoh Teori Marxis


Tokoh-tokoh yang merumuskan teori marxis adalah Karl Marx dan Friedrich Engels.
Berikut deskripsi tokoh-tokoh penggagas teorimarxis :

2.1.1 Karl Marx


Karl Marx, lahir pada tanggal 5 mei 1818 di kota Trier daerah Rhein, di Prusia
Jerman. Karl Marx mewarisi kecerdasan yang luar biasa dari kedua orang tuanya. Ayahya
Hendrich Marx dan ibunya Henriette. Keduanya berasal dari Rabbi Yahudi. Kendati
demikian Marx besar melalui proses pendidikan sekuler dan kemudian menjadi pengacara
ternama dan melangsungkan perkawianan dengan Jenny Von Westphalen seorang aristokrat
non Yahudi, dan hidup bersamanya sepanjang hidupnya dan sejak kecil.

Masa kuliah, Karl Marx dipengaruhi Hegelianisme yang masih berjaya, disamping
oleh pemberontakan Feuerbach terhadap Hegel menuju materialisme. Ia terjun ke dunia
jurnalisme dan sebentar menjadi direktur Rheinische Zeitung di Cologne. Pandangan
politiknya yang radikal menyeretnya dalam rupa-rupa kesulitan dan memaksa pindah ke
Paris. Jurnal yang ia sunting, diboikot oleh pemerintahan lantaran pemikiran yang radikal. Di
situlah dia mula pertama bertemu dengan Friederich Engels.

Pengalaman keagamaan Karl Marx sedikit unik,. Pada usia 6 tahun, Karl Marx
sekeluarga dibabtis sebagai penganut Protestan pada Gereja Luteran. Upaya ini dilakukan
sebagai strategi politik, karena tekanan politik penguasa. Bahwa keinginan ayahnya untuk
menjaga pemapanan sosial ekonominya melalui profesional sebagai pengacara. Tapi bagi
Karl Marx, proses keberagamaan ayahnya yang lebih dipengaruhi oleh kesadaran politik
sangat mengganggu sikap mental atau kesadaran kejiwaan Karl Marx.

Bagi Karl Marx, agama bukanlah merupakan persoalan essensial dalam kehidupan.
Anggapan Marx, kepercayaan agama tidak memberikan pengaruh paling penting terhadap
perilaku kehidupan manusia, namun sebaliknya justru perkembangan agama di pengaruhi
oleh situasi sosial ekonomi manusia.

Setelah Karl Marx menyelesaikan belajarnya di usia 18 tahun, ia hijrah dari daerah
kelahirannya (Trier) menuju Berlin untuk melanjutkan studinya di universitas Berlin tahun
1836. Dan pada tahun 1841 Marx menyelesaikan studi dengan desertasi doktornya berjudul
filsafat epikuros, dan dipromosikan menjadi doktor filsafat.

Sebagai seorang mahasiswa, Karl Marx sangat mengagumi pemikiran dari ajaran
Hegel. Karl Marx mengkaji secara intensif terhadap pemikiran analisis idealisme Hegel
dipengaruhi oleh pengetahuannya mengenai ide-ide pengikut Hegelian yang kritis juga pada
Hegel sendiri. Kemudian dalam mengembangkan posisi teoritis dan fillosofisnya sendiri,
Marx tetap menggunakan bentuk analisa dialektika, tapi dia menolak idealisme filososfis dan
mengganti dengan pendekatan materialistis.

Pemikiran Karl Marx tentang dialektika materialisme dan materialisme historis yang
dikembangkan oleh pengikutnya menjadi marxisme banyak berkembang diberbagi Negara.
Di Amerika Serikat misalnya, sebagai pusat gerakan demokrasi liberal juga berkembang
pemikir-pemikiran ilmiah marxisme, sebagai contoh tidak sedikit para profesor
mengembangkan antropologi marxisme, sosiologi marxisme. Dengan ini ajaran Karl Marx
yang telah distruktur menjdi ideologi marxis, seakan-akan menjadi paradigma yang cukup
dominan di dalam perkembangan ilmu-ilmu sosial modern.

Karl Marx sebagai ilmuan besar dan filosof besar abad 19, merumuskan tiga teori
yang menjadi kerangka dasar bangunan sistem ilmu pengetahuan dan politik. Menurut Sidney
Hook ada tiga pemikiran besar Karl Marx yang mempengaruhi perkembangan masyarakat.

1. Materialime Historis (dialektika), sekalipun segala sesuatu dalam masyarakat saling


berhubungan dan berbagai hal saling mempengaruhi, kunci atau basis dalam masyarakat
adalah cara produksi ekonomi.
2. Teori perjuangan kelas, yang dikemukakan pada bagian pertama karya Karl Marx,
Manifesto Komunis, semua sejarah adalah perjuangan ekonomi. Konflik yang utuma
dalam kelas adalah antara kapitalis dan proletar. Sedang ideologi hanya menjadi alat
legimitasi kepentingan memiliki modal dan alat-alat produksi (kapitalis).
3. Teori nilai dan teori nilai lebih, masyarakat kapitalis akan tumbuh terus dan akhirnya
akan menimbulkan kesengsaraan masal, sehingga suatu perubahan masyarakat akan
terjadi.

Cita-cita Karl Marx untuk menunjukan karir dalam bidang akademisakademis setalah
menyelesaikan desertasi doktornya dengan judul “Filsafat Epikuros” tahun 1841. Namun
cita-cita ini mengalami kegagalan, karena Bruno Bauer yang semula menjadi sponsornya
dipecat dari jabatan akademisnya. Sebab ia dianggap pelopor dan pemikir yang kritis yang
mengembangkan pemikiran yang membahayakan eksistensi agama Kristen.

Kondisi terseut, cukup membingungkan Karl Marx dan akhirnya memutuskan untuk
mencari jalan keluar yaitu dengan terjun ke dalam kancah politik. Karl Marx terlihat dalam
berbagai kegiatan politik di Paris, dan akhirnya ia terpaksa melarikan diri ke Brussel dan
kemudian ke London, dimana ia meninggal, tahun 1883.

2.1.2 Friedrich Engels


Friedrich Engels (lahir di Barmen, Wuppertal, Jerman, 28 November 1820 –
meninggal di London, 5 Agustus 1895 pada umur 74 tahun) adalah anak sulung dari
industrialis tekstil yang berhasil, sewaktu ia dikirim ke Inggris untuk memimpin pabrik tekstil
milik keluarganya yang berada di Manchester, ia melihat kemiskinan yang terjadi kemudian
menulis dan dipublikasikan dengan judul Kondisi dari kelas pekerja di Inggris (Condition of
the Working Classes in England) (1844) Pada tahun 1844 Engels mulai ikut berkontribusi
dalam jurnal radikal yang yang ditulis oleh Karl Marx di Paris. kolaborasi tulisan Engels dan
Marx yang pertama adalah The Holy Family. Mereka berdua sering disebut "Bapak Pendiri
Komunisme", di mana beberapa ide yang berhubungan dengan Marxisme sudah kelihatan.
Bersama Karl Marx ia menulis Manifesto Partai Komunis (1848).
Setelah Karl Marx meninggal, ialah yang menerbitkan jilid-jilid lanjutan bukunya
yang terpenting Das Kapital. Das Kapital (Capital, dalam terjemahan bahasa Inggris, atau
Modal) adalah suatu pembahasan yang mendalam tentang ekonomi politik yang ditulis oleh
Karl Marx dalam bahasa Jerman. Buku ini merupakan suatu analisis kritis terhadap
kapitalisme dan aplikasi praktisnya dalam ekonomi dan juga, dalam bagian tertentu,
merupakan kritik terhadap teori-teori terkait lainnya. Jilid pertamanya diterbitkan pada 1867.
Komunisme adalah sebuah ideologi. Penganut faham ini berasal dari Manifest der
Kommunistischen yang ditulis oleh Karl Marx dan Friedrich Engels, sebuah manifes politik
yang pertama kali diterbitkan pada 21 Februari 1848 teori mengenai komunis sebuah analisis
pendekatan kepada perjuangan kelas (sejarah dan masa kini) dan ekonomi kesejahteraan yang
kemudian pernah menjadi salah satu gerakan yang paling berpengaruh dalam dunia politik.
Komunisme pada awal kelahiran adalah sebuah koreksi terhadap faham kapitalisme di
awal abad ke-19an, dalam suasana yang menganggap bahwa kaum buruh dan pekerja tani
hanyalah bagian dari produksi dan yang lebih mementingkan kesejahteraan ekonomi. Akan
tetapi, dalam perkembangan selanjutnya, muncul beberapa faksi internal dalam komunisme
antara penganut komunis teori dengan komunis revolusioner yang masing-masing
mempunyai teori dan cara perjuangannya yang saling berbeda dalam pencapaian masyarakat
sosialis untuk menuju dengan apa yang disebutnya sebagai masyarakat utopia.
Marxisme adalah sebuah paham yang mengikuti pandangan-pandangan dari Karl
Marx. Marx menyusun sebuah teori besar yang berkaitan dengan sistem ekonomi, sistem
sosial dan sistem politik. Pengikut teori ini disebut sebagai Marxis.
Teori ini merupakan dasar teori komunisme modern. Teori ini tertuang dalam buku
Manisfesto Komunis yang dibuat oleh Marx dan sahabatnya, Friedrich Engels. Marxisme
merupakan bentuk protes Marx terhadap paham kapitalisme. Ia menganggap bahwa kaum
kapital mengumpulkan uang dengan mengorbankan kaum proletar. Kondisi kaum proletar
sangat menyedihkan karena dipaksa bekerja berjam-jam dengan upah minimum sementara
hasil keringat mereka dinikmati oleh kaum kapitalis. Banyak kaum proletar yang harus hidup
di daerah pinggiran dan kumuh. Marx berpendapat bahwa masalah ini timbul karena adanya
"kepemilikan pribadi" dan penguasaan kekayaan yang didominasi orang-orang kaya. Untuk
mensejahterakan kaum proletar, Marx berpendapat bahwa paham kapitalisme diganti dengan
paham komunisme. Bila kondisi ini terus dibiarkan, menurut Marx, kaum proletar akan
memberontak dan menuntut keadilan. Itulah dasar dari marxisme.

2.1.3 Mantan Penganut marxisme


a. Frederich Von Hayek dalam : "The Road to Serfdom” menyimpulkan bahwa
Marxisme selalu mengarah kepada kelaliman.
b. Leszek Kolakowsky mengatakan “Banyak betul hal yang salah dalam Marxisme.
Paling pertama adalah pengakuannya bahwa ia teori ilmiah, yang tak sah sama sekali.
Marxisme bukan teori empirik, bukan teori yang dapat dibuktikan atau dipalsukan.
Pada dasarnya ia sebuah ideologi, termasuk pula berbagai ideologi kecil di dalam
badannya : misalnya teori nilai, yang adalah akal-akalan ideologi tanpa pembuktian
empirik sama sekali”.
c. Sedangkan menurut Alexander Zinoviev, “Marxisme ternyata menjadi bentuk
ideologi yang sangat menguntungkan tokoh-tokohnya, karena ideologi ini
menghasilkan teks-teks ideologi yang luar biasa banyaknya, janji-janji, dan slogan-
slogan yang demagogis, yang kelihatannya seperti ilmiah, tapi tak memerlukan latihan
keilmuan untuk memproduksinya. Siapa saja mampu dalam waktu singkat
memproduksi tulisan atau pidato yang sempurna secara Marxistis untuk situasi apa
saja. Sebabnya adalah karena konsep-konsep Marxisme itu bisa bermakna begini, dan
begitu. Tidak berbentuk jelas sehingga ia ideal sekali bagi pemegang kekuasaan,
karena penafsiran Marxisme menjadi hak istimewa kepemimpinan yang tinggi dalam
partai. Begitulah cara sistem ini dipertahankan”.
d. A.L. Rowse menambahkan, “Ketika saya masih muda dulu saya berlangganan
majalah Unter dem Banner des Marxismus (Di bawah Bendera Marxisme). Di dalam
tumpukkan pemikiran majalah itu, orang tidak dapat menyaksikan dunia yang benar-
benar nyata.
e. Stanislav Andreski dengan sangat tegas, dan gamblang menyatakan, “Kelebihan
utama Marxisme sebagai senjata ideologis adalah bahwa Marxisme menghasut
kebencian terhadap orang kaya, bukan menganjurkan cinta pada orang miskin, dan
tingkahnya yang mencampakkan etika sehingga meringankan beban penganut-
penganutnya dari susahnya memilih strategi dalam perjuangan merebut kekuasaan”.

2.2 Penjelasan dan Argumentasi dalam Teori Marxis


Aliran ini dipelopori oleh Karl Marx dan Friedrich Engels. Ketika Thomas Robert
Malthus meniggal di Inggris tahun 1834, mereka berusia delapan belas tahun. Keduanya lahir
di Jerman kemudian secara sendiri-sendiri hijrah ke Inggris. Pada waktu itu teori Malthus
sangat berpengaruh di Inggris maupun di Jerman. Marx dan Engels tidak sependapat dengan
teori Malthus yang menyatakan bahwa apabila tidak dilakukan pembatasan terhadap
pertumbuhan penduduk, maka manusia akan kekurangan bahan pangan. Menurut Marx,
tekanan penduduk yang terdapat di seebuah negara bukanlah tekanan penduduk terhadap
bahan makanan namun tekanan penduduk terhadap kesempatan kerja. Kemelaratan terjadi
karena bukan disebabkan oleh petumbuhan penduduk yang terlalu cepat, tetapi karena
kesalahan masyarakat itu sendiri seperti yang terdapat di negara-negara kapitalis. Kaum-
kaum kapitalis akan mengambil sebagian pendapatan dari buruh sehingga mengakibatkan
kemelaratan buruh tersebut. Sebagai contoh, seorang buruh yang bekerja di bengkel
kendaraan bermotor 8 jam, tetapi buruh tersebut hanya dibayar hanya untuk kerja 6 jam
karena upah selama 2 jam digunakan untuk mambayar sewa alat-alat bengkel yang dipunyai
oleh bengkel kendaraan bermotor tersebut. Semakin banyak kaum kapitalis memotong gaji
buruh yang menyebabkan mereka semakin rendah pendapatan yang diterima oleh buruh yang
menyebabkan meeka semakin melarat.

Selanjutnya Marx berkata, kaum kapitalis membeli mesin-mesin untuk menggantikan


pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh para buruh. Jadi, penduduk yang melarat bukan
disebabkan karena kekurangan bahan pangan, tetapi karena kaum kapitalis mengambil
sebagian dari pendapatan mereka. Jadi menurut Marx dan Engels sistem kapitalislah yang
menyebabkan kemelaratan tersebut, dimana kaum kapitalis menguasai alat-alat produksi.
Untuk mengatasi hal-hal tersebut maka struktur masyarakat harus diubah dari sistem kapitalis
menjadi sistem sosialis.

Menurut Marx dalam sistem sosialis alat-alat produksi dikuasai oleh buruh, sehingga
gaji buruh tidak akan terpotong. Buruh akan menikmati seluruh hasil kerja mereka dan oleh
karena itu masalah kemelaratan akan dapat dihapuskan. Selanjutnya Marx berpendapat
bahwa semakin banyak jumlah manusia semakin tinggi produksi yang dihasilkan, jadi dengan
demikian tidak perlu diadakan pertumbuhan penduduk. Marx dan Engels menentang usaha-
usaha moral restraint seperti penundaan perkawinan dan segala usaha mengekang nafsu
seksual yang disarankan oleh Malthus (Weeks,1992).

Menyangkut solusi yang ditawarkan oleh Marx, dia berpendapat bahwa sistem
kapitalis harus diubah menjadi sistem sosialis. Implikasinya seperti alat-alat produksi
dikuasai buruh, serta gaji buruh tidak dipotong. Solusi tersebut menurut beberapa tokoh
sendiri kurang tepat. Memang pada saat itu kaum buruh menjadi kaum yang tertindas, namun
memberikan alat produksi kepada buruh adalah tindakan yang belum bisa dijadikan solusi.
Sebagian besar buruh belum memiliki pengetahuan dan ilmu yang cukup untuk mengelola itu
semua. Selain itu, biaya perawatan dan pembiayaan alat-alat produksi juga lumayan mahal.
Jika itu semua diserahkan kepada buruh, dikhawatirkan itu akan menambah beban ekonomi
mereka karena sebagian penghasilan digunakan untuk membiayai perawatan alat-alat
produksi.

Lalu, mengenai gaji buruh yang tidak dipotong. Kita tentu sependapat mengenai hal
itu, bagaimanapun mendapatkan gaji yang layak adalah hak setiap buruh. Namun, jika
kondisi perusahaan sedang tidak baik untuk menggaji itu semua, peran pemerintah sangatlah
besar di sini. Pemerintah bisa menalangi sementara gaji buruh hingga perusahaan mampu
untuk membayarnya.

Sama dengan Thomas Robert Malthus dimana teorinya banyak dianut, maka pendapat
Karl Marx dan Friedrich Engels pun banyak pula pengikutnya. Setelah Perang Dunia II,
dunia dibagi menjadi tiga kelompok; pertama negara-negara kapitalis yang umumnya
cenderung membenarkan teori Malthus seperti Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Aaustralia,
Kanada, dan Amerika Latin; kedua negara yang menganut sistem sosialis seperti Uni Soviet,
negara-negara Eropa Timur, Republik Rakyat Cina, Korea Utara, dan Vietnam; ketiga adalah
negara-negara non-blok seperti India, Mesir, dan Indonesia.

2.3 Isu Teori Marxis


Konflik Aceh memiliki pandangan dalam teori Marxist. Untuk menganalisis konflik
di Aceh dalam teori Marxist tentu saja tidak terlepas dari pandangan Karl Marx atas
perjuangan kelas yang dilakukannya dengan mengaitkan kesenjangan  antar kelas social dan
ekonomi. Dengan kata lain, pembagian kelas tersebut muncul ketika masyarakat  yang non-
produksi (proletar)  hidup bergantung kepada pihak produksi (borjuis).  Dengan begitu, Marx
berpandangan bahwa siapa yang bisa mengontrol alat-alat produksi, maka mereka lah yang
akan menjadi kelas penguasa di masyarakat tersebut.
            Selain itu, Marx juga berpendapat bahwa dunia menganut prinsip limited resources,
karena prinsip sumber daya Alam yang terbatas, maka akan terjadi perebutan basis material
yaitu melakukan ekspansi dengan cara akumulasi. Akumulasi dilakukan dengan cara saving
(penyimpanan) dimana hasil dari saving tersebut dapat digunakan untuk kembali melakukan
ekspansi.  Dengan kata lain, marx menyatakan bahwa ketika suatu masyarakat kelas bawah
memiliki kekayaan sumber daya alam yang terbatas, maka pihak penguasa yang menjadi
dominan dalam masyarakat tersebut akan berusaha merebut basis-basis material itu, sehingga
terjadilah kesenjangan kelas-kelas social atas system produksi yang dimiliki tersebut.

            Karena keserakahan atas penguasalah maka yang sebelumnya masyarakat yang
”produksi” tadi berubah menjadi eksploitatif yaitu ingin menguasai pihak yang “non-
produksi”, maka kedua kelas ini menjadi bersinggungan. Pembagian kelas semacam ini
memicu konflik dan mendorong perjuangan kelas, yang oleh Marx disebut sebagai penggerak
perkembangan sejarah. Lebih lanjut, Marx menjelaskan bahwa pada suatu saat kaum proletar
akan menyadari kepentingan bersama mereka sehingga bersatu dan memberontak. Dalam
konflik yang terjadi maka Marx melihat bahwa dalam perjuangan kelas tersebut kaum borjuis
akan dapat dikalahkan, Ia meramalkan bahwa kaum proletar kemudian akan mendirikan suatu
masyarakat tanpa kelas.

            Dalam hal ini melihat kasus di Aceh, jelas sekali terlihat pada masa orde baru yang
telah mengeksploitasi sumber daya alam yang ada di Aceh melalui sistem sentralistik yang
mereka terapkan, dimana segala aspek sumber daya alam dikumpulkan di pusat sedangkan
Aceh tidak memiliki hak untuk ikut campur didalamnya, hal ini membuat masyarakat Aceh
geram karena pembagian yang tidak merata dalam hal pembangunan daerah yang dilakukan
oleh pemerintah.

            Dengan kata lain, teori Marxist melihat bahwa perlu adanya perjuangan kelas yang
harus dimunculkan oleh masyarakat Aceh untuk menuntut ketidakadilan yang terjadi dengan
membuat gerakan protes untuk menuju perubahan social yang diinginkan, yaitu dengan
munculnya Gerakan Aceh Merdeka (GAM) sebagai bentuk perlawanan untuk menuntut hak
mereka terhadap pemerintah. GAM inipun awalnya hanya sebuah perkumpulan kaum
intelektual Aceh yang memprotes pemerintahan dan menyatakan keinginan mereka untuk 
memisahkan diri dari NKRI.

            Dalam hal ini gerakan protes itu bukanlah bentuk untuk menumbangkan NKRI,
melainkan untuk memperjuangkan Surplus Value, atau nilai lebih dari hasil produksi yang
diperoleh, gerakan-gerakan inipun haruslah menempuh prosedur lembaga demokrasi agar
terciptalah perubahan social dengan masyarakat yang bersolidaritas tinggi.  Jadi pada intinya
dalam teori Marxist disini, gerakan protes yang dibentuk adalah karena terjadinya perebutan
basis-basis material sumber daya alam yang telah di eksploitasi oleh pihak luar yakni dari
pemerintah Republik Indonesia.

Selain isu tentang kasus eksploitasi sumber daya di Aceh, isu kependudukan yang
mendunia dan terkait dengan teori Marxist ini antara lain meningkatnya angka pengangguran
yang menimbulkan masalah kemiskinan kemudian menjadi mata rantai masalah lingkungan.
Pengangguran di kawasan Uni Eropa meningkat tajam pada periode Maret dan April 2012.
Penigkatan angka pengangguran tersebut bahkan merupakan yang tertinggi sejak Uni Eropa
mulai melakukan pendataan pada tahun 1995.

Berdasarkan data yang dilansir kantor statistik Uni Eropa, Eurostat, sekitar 17,4 juta
orang tidak memiliki pekerjaan di 17 negara anggota di seluruh Eropa. Jumlah tersebut setara
dengan 11 persen populasi. Angka tersebut sedikit lebih tinggi dari capaian pada bulan Maret
pada 10,9 persen. Angka pengangguran meningkat drastis seiring ketidakpastian krisis utang
Eropa beberapa bulan terakhir. Spanyol menjadi negara yang paling terdampak dengan
peningkatan pengangguran sebesar 24,3 persen. Yunani menguntit di belakang dengan
peningkatan 21,7 persen. Sejumlah raksasa ekonomi Eropa juga terkena imbas. Prancis dan
Italia sebagai negara dengan ekonomi terbesar kedua dan ketiga di Eropa juga mengalami
peningkatan dalam angka pengangguran hingga 10,2 persen.
Isu lain yang terkait adalah di beberapa negara berkembang seperti Indonesia terjadi
peningkatan jumlah penduduk usia produktif. Isu ini dapat mengancam kesempatan kerja
berdasarkan aliran Marxist, namun hal itu dapat dihindari apabila ada pengelolaan sumber
daya manusia yang baik dari pemerintahan. Oleh karena itu isu yang juga disebut sebagai
bonus demografi ini dapat menjadi potensi maupun masalah. Potensi nya adalah angkatan
kerja akan lebih banyak dan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi suatu negara namun
dengan syarat ada pengelolaan yang baik, terintegrasi dan berkelanjutan. Dapat menjadi
masalah apabila sebaliknya, tidak ada pengelolaan yang baik serta di beberapa negara dengan
paham kapitalis dan sosialis isu ini akan selalu menjadi polemic yang harus dihadapi oleh
negara tersebut.

2.4 Asumsi Teori Marxis


Pada dasarnya, teori Marxist merupakan isu yang muncul akibat paham sosialis dan
kapitalis pada masanya. Aliran Marxist memiliki koridor berpikir terbatas pada paham ini.
Elemen yang mereka yakini adalah pemilik modal dan buruh. Pada paham sosialis, pemilik
modal menyerahkan segala alat produksi kepada buruh dengan catatan biaya perawatan
ditanggung sepenuhnya oleh buruh. Hal ini tentunya menjadi pembatas bagi buruh-buruh lain
yang tidak memiliki kemampuan untuk mengelola dan merawat alat yang di tanggungkan
kepadanya, akibatnya hanya orang-orang tertentu saja yang mendapat pekerjaan. Disisi lain
mereka juga harus menanggung biaya perawatan yang terkadang tidak sebanding dengan
hasil jerih payah mereka. Pertumbuhan penduduk menyebabkan persaingan untuk
mendapatkan pekerjaan sesuai dengan kapasitas mereka. Asumsi ini terbatas pada paham
sosialis dimana semua aspek ekonomi secara bebas dapat dimiliki namun dengan persaingan
kapasitas antar manusia.
Berbeda dengan paham sosialis, negara dengan aliran kapitalis yang juga
menunjukkan isu terkait dengan teori Marxist dapat dikatakan sebagai negara yang
memanfaatkan sebesar-besarnya sumberdaya manusia namun dengan feedback yang tidak
relevan dengan usaha para pekerja. Pada dasarnya aliran kapitalis sangat berorientasi pada
produktivitas yang memiliki modal, semakin banyak pekerja maka semakin besar produk
yang dihasilkan sesuai dengan teori Marxist. Di asumsikan bahwa setiap orang disini pasti
mendapat pekerjaan, namun gaji mereka harus dipotong dengan biaya perawatan alat
produksi yang dilakukan oleh si pemilik modal dan itu merupakan otoritas pemilik modal
berapa persen pemotongan terhadap gaji para buruh.
Asumsi-asumsi diatas benar adanya dan dapat dikatakan berlaku hanya pada negara-
negara yang memiliki pengelolaan sumber daya manusia yang baik dan tidak memiliki
paham-paham seperti negara sosialis dan komunis yang merupakan paham yang telah
ditanamkan sejak dulu oleh nenek moyang mereka yang sampai sekarang masih
menggerogoti sistem perekonomian di beberapa negara. Akibatnya masalah kependudukan
yang terkait dengan isu Marxist akan selalu ada.

2.4 Kritik Teori Marxis


Beberapa kritik yang pernah dilontarkan terhadap teori marxis ini sebagai berikut.

2.4.1 Marx menyatakan bahwa hukum kependudukan di negara sosialis merupakan


anthithesa hukum kependudukan di negara kapitalis yang isinya apabila di
negara kapitalis tingkat kelahiran dan kematian sama-sama rendah maka di
negara sosialis tingkat kelahiran dan kematian sama-sama tinggi.
2.4.2 Teori ini tidak memperhatikan pengaruh tingkat pendidikan dan keterampilan
masyarakat dalam bekerja.
2.4.3 Teori ini tidak memperhatikan keterbatasan sumber daya alam sebagai bahan
baku produksi.
2.4.4 Teori ini tidak memperhatikan keseimbangan usia produktif dan usia non
produktif.
2.4.5 Teori ini tidak sesuai untuk negara non blok seperti Indonesia.
2.4.6 Teori ini tidak memperhatikan keterbatan ruang untuk menampung semua
masyarakat yang ada di negara tersebut untuk tempat tinggal.
2.4.7 Teori ini tidak memperhatikan perkembangan teknologi.

2.5 Relevansi Teori Marxis dengan Perkembangan Kependudukan Terkini


Dalam teori Marxist dijelaskan bahwa tekanan penduduk di suatu negara bukanlah
tekanan penduduk terhadap bahan makanan, tetapi tekanan terhadap kesempatan kerja
(misalnya di negara kapitalis). Pada dasarnya setiap orang akan setuju dengan teori Marxist
yang menyebutkan bahwa kesempatan kerja berkurang ketika jumlah penduduk semakin
bertambah. Hal itu merupakan sesuatu yang alamiah dan benar adanya. Namun teori ini
hanya berlaku pada negara-negara berpaham kapitalis yang memang menganut sistem
ekonomi kapitalis. Sedangkan untuk negara-negara yang menganut aliran selain itu, misalnya
non blok, masalah seperti itu masih bisa diatasi, diantaranya dengan berusaha untuk
menciptakan lapangan kerja baru yang berbasis masyarakat, sehingga kesenjangan antara
golongan kaya dengan golongan ekonomi lemah tidak terlalu jauh.
Selain itu pertumbuhan penduduk secara riil memang memberikan tekanan pada
kesempatan kerja, namun hal ini masih dapat dikendalikan dengan berbagai metode serta
konsep-konsep pengelolaan sumber daya manusia yang terpadu berdasarkan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dibeberapa negara maju sendiri pun juga telah diterapkan berbagai konsep
perencanaan pengelolaan usia produktif yang berbasis masyarakat. Artinya, tidak merugikan
masyarakat seperti yang disampaikan oleh Karl Marx dalam teorinya. Bahkan pada abad ke
20 negara–negara industri mengeluarkan peraturan perburuhan yang melindungi hak–hak
buruh.
Faktor-faktor kurangnya kesempatan kerja juga pada dasarnya berkaitan dengan
keterbatasan sumber daya alam sebagai bahan produksi, bukan hanya karena masalah
pertumbuhan penduduk. Dibeberapa negara yang kekayaan alamnya rendah, sulit sekali
menciptakan lapangan pekerjaan, akibatnya banyak pengangguran dan tidak ada investasi di
daerah tersebut dikarenakan sumber daya alam yang terbatas tadi ditambah dengan
pertumbuhan penduduk yang memang sangat cepat.
Semakin banyak usia produktif, maka akan menjadi potensi bagi suatu negara di masa
yang akan datang dalam hal pertumbuhan ekonomi karena memiliki angkatan kerja yang
benarbenar harus dipersiapkan untuk menghadapi tantangan globalisasi. Namun, hal ini harus
diiringi dengan efisiensi energy yang baik dikarenakan energy tak terbarukan juga sudah
mulai menipis, maka dari itu harus di lestarikan energy terbarukan dengan pemanfaatan usia
produktif yang nantinya dapat membangun peradaban baru yang lebih baik.
Jadi, berdasarkan keterangan-keterangan diatas maka teori Marxisme dianggap
kurang relevan dengan perkembangan kependudukan terkini.
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Pertumbuhan penduduk pada kenyataannya akan selalu meningkat sehingga kita
sebagai manusia memiliki tanggung jawab untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk
tersebut. Hal ini dikarenakan pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali dapat
menimbulkan isu-isu global yang memang pada dasarnya merugikan dan membawa bencana
bagi ruang bumi ini dengan segala keterbatasannya. Tekanan kesempatan kerja berdasarkan
teori Marxist memang menjadi salah variabel yang terlibat sebagai dampak dari pertumbuhan
penduduk yang tidak terkendali. Namun hal itu dapat di hindari dengan berbagai macam
solusi, terlebih lagi sekarang teknologi telah membawa peradaban baru. Maka akan semakin
banyak faktor yang dapat mempengaruhi tekanan kesempatan kerja, bukan hanya
pertumbuhan penduduk. Namun yang harus kita fokuskan adalah pengandalian terhadap
pertumbuhan penduduk.

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Mantra, Ida Bagus. 2000. Demografi Umum. Yogyakarta : Pustaka Pelajar , 2000. ISBN :
979-9289-61-0.

Anda mungkin juga menyukai