Nama Kelompok I :
2013
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT, karena limpahan rahmat,
kemudahan, kelancaran dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Critcal Review Teori Marxis” dapat terselesaikan.
Tugas ini merupakan syarat wajib bagi mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh
Nopember Surabaya dalam penyelesaian mata kuliah Kependudukan. Makalah ini juga
berisi tentang tokoh teori marxist, penjelasan dan argumentasi dalam teori marxis, isu teori
marxist, asumsi teori marxist, kritik teori marxis, dan relevansi teori marxist dengan
perkembangan kependudukan terkini.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa penulisan dan
penyusunan ini masih jauh dari sempurna, mengingat terbatasnya waktu dan kemampuan
penulis. Kritik dan saran sangat diperlukan untuk dijadikan sebagai acuan tugas-tugas
selanjutnya.
Dalam penyelesaian penulisan makalah ini penulis tidak lepas dari bantuan semua
pihak yang telah memberikan kesempatan, bimbingan, sarana dan prasarana selama
penulisan makalah ini. Atas semua bantuan yang telah diberikan kepada penulis, penulis
ingin mengucapkan terima kasih dan semoga atas bantuan yang telah diberikan selama
penulisan dan penyusunan makalah ini mendapatkan balasan dari Allah SWT.
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................4
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan...............................................................................................5
1.4 Manfaat Penulisan.................................................................................................................5
1.5 Sistematika Penulisan............................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................................6
2.1 Tokoh Teori Marxis...............................................................................................................6
2.2 Penjelasan dan Argumentasi dalam Teori Marxis................................................................10
2.3 Isu Teori Marxis..................................................................................................................11
2.4 Asumsi Teori Marxis...........................................................................................................12
2.4 Kritik Teori Marxis..............................................................................................................12
2.5 Relevansi Teori Marxis dengan Perkembangan Kependudukan Terkini..............................13
BAB III KESIMPULAN....................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................14
3.2 Saran....................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
Teori-teori kependudukan tersebut terbagi menjadi teori kependudukan awal dan teori
kependudukan modern. Teori-teori kependudukan awal yang dikemukakan oleh para ahli,
lebih memungkinkan dalam mengendalikan pertumbuhan penduduk terutama di negara-
negara yang sudah berkembang. Dengan teori mereka tentang kependudukan, mereka mampu
menjawab dan menggambarkan bagaimana kondisi terkait isu kependudukan yang terjadi
dewasa ini. Salah satu teori yang fenomenal adalah teori. Teori kependudukan aliran marxis
dipelopori oleh Karl Marx dan Friedlich Engels. Teori kependudukan ini menyatakan bahwa
masalah kemiskinan di sebuah negara disebabkan bukan karena tekanan penduduk terhadap
makanan tetapi tekanan penduduk terhadap kesempatan kerja. Adapun memalui makalah ini
akan dibahas lebih lanjut tentang teori Marxisme tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Pada pembahasan makalah ini memiliki rumusan masalah sebagai berikut :
1.2.1 Siapakah tokoh dibalik teori marxis?
1.2.2 Bagaimanakah penjelasan dan argumentasi dari teori marxis?
1.2.3 Bagaimanakah isu teori marxis?
1.2.4 Bagaimanakah kritikan terhadap teori marxis?
1.2.5 Bagaimana relevansi teori marxis dengan perkembangan kependudukan
terkini?
Bab I merupakan bab pendahuluan dari makalah ini. Bab ini berisikan latar belakang,
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, serta sistematika penulisan dari tugas
kependudukan tentang critical review teori marxist.
Bab II merupakan bab pembahasan dari makalah ini. Bab ini berisikan pembahasan
tentang tokoh teori marxist, penjelasan dan argumentasi dalam teori marxis, isu teori marxist,
asumsi teori marxist, kritik teori marxis, dan relevansi teori marxist dengan perkembangan
kependudukan terkini.
Bab III merupakan bab kesimpulan. Bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari critical
review teori marxis.
BAB II
PEMBAHASAN
Masa kuliah, Karl Marx dipengaruhi Hegelianisme yang masih berjaya, disamping
oleh pemberontakan Feuerbach terhadap Hegel menuju materialisme. Ia terjun ke dunia
jurnalisme dan sebentar menjadi direktur Rheinische Zeitung di Cologne. Pandangan
politiknya yang radikal menyeretnya dalam rupa-rupa kesulitan dan memaksa pindah ke
Paris. Jurnal yang ia sunting, diboikot oleh pemerintahan lantaran pemikiran yang radikal. Di
situlah dia mula pertama bertemu dengan Friederich Engels.
Pengalaman keagamaan Karl Marx sedikit unik,. Pada usia 6 tahun, Karl Marx
sekeluarga dibabtis sebagai penganut Protestan pada Gereja Luteran. Upaya ini dilakukan
sebagai strategi politik, karena tekanan politik penguasa. Bahwa keinginan ayahnya untuk
menjaga pemapanan sosial ekonominya melalui profesional sebagai pengacara. Tapi bagi
Karl Marx, proses keberagamaan ayahnya yang lebih dipengaruhi oleh kesadaran politik
sangat mengganggu sikap mental atau kesadaran kejiwaan Karl Marx.
Bagi Karl Marx, agama bukanlah merupakan persoalan essensial dalam kehidupan.
Anggapan Marx, kepercayaan agama tidak memberikan pengaruh paling penting terhadap
perilaku kehidupan manusia, namun sebaliknya justru perkembangan agama di pengaruhi
oleh situasi sosial ekonomi manusia.
Setelah Karl Marx menyelesaikan belajarnya di usia 18 tahun, ia hijrah dari daerah
kelahirannya (Trier) menuju Berlin untuk melanjutkan studinya di universitas Berlin tahun
1836. Dan pada tahun 1841 Marx menyelesaikan studi dengan desertasi doktornya berjudul
filsafat epikuros, dan dipromosikan menjadi doktor filsafat.
Sebagai seorang mahasiswa, Karl Marx sangat mengagumi pemikiran dari ajaran
Hegel. Karl Marx mengkaji secara intensif terhadap pemikiran analisis idealisme Hegel
dipengaruhi oleh pengetahuannya mengenai ide-ide pengikut Hegelian yang kritis juga pada
Hegel sendiri. Kemudian dalam mengembangkan posisi teoritis dan fillosofisnya sendiri,
Marx tetap menggunakan bentuk analisa dialektika, tapi dia menolak idealisme filososfis dan
mengganti dengan pendekatan materialistis.
Pemikiran Karl Marx tentang dialektika materialisme dan materialisme historis yang
dikembangkan oleh pengikutnya menjadi marxisme banyak berkembang diberbagi Negara.
Di Amerika Serikat misalnya, sebagai pusat gerakan demokrasi liberal juga berkembang
pemikir-pemikiran ilmiah marxisme, sebagai contoh tidak sedikit para profesor
mengembangkan antropologi marxisme, sosiologi marxisme. Dengan ini ajaran Karl Marx
yang telah distruktur menjdi ideologi marxis, seakan-akan menjadi paradigma yang cukup
dominan di dalam perkembangan ilmu-ilmu sosial modern.
Karl Marx sebagai ilmuan besar dan filosof besar abad 19, merumuskan tiga teori
yang menjadi kerangka dasar bangunan sistem ilmu pengetahuan dan politik. Menurut Sidney
Hook ada tiga pemikiran besar Karl Marx yang mempengaruhi perkembangan masyarakat.
Cita-cita Karl Marx untuk menunjukan karir dalam bidang akademisakademis setalah
menyelesaikan desertasi doktornya dengan judul “Filsafat Epikuros” tahun 1841. Namun
cita-cita ini mengalami kegagalan, karena Bruno Bauer yang semula menjadi sponsornya
dipecat dari jabatan akademisnya. Sebab ia dianggap pelopor dan pemikir yang kritis yang
mengembangkan pemikiran yang membahayakan eksistensi agama Kristen.
Kondisi terseut, cukup membingungkan Karl Marx dan akhirnya memutuskan untuk
mencari jalan keluar yaitu dengan terjun ke dalam kancah politik. Karl Marx terlihat dalam
berbagai kegiatan politik di Paris, dan akhirnya ia terpaksa melarikan diri ke Brussel dan
kemudian ke London, dimana ia meninggal, tahun 1883.
Menurut Marx dalam sistem sosialis alat-alat produksi dikuasai oleh buruh, sehingga
gaji buruh tidak akan terpotong. Buruh akan menikmati seluruh hasil kerja mereka dan oleh
karena itu masalah kemelaratan akan dapat dihapuskan. Selanjutnya Marx berpendapat
bahwa semakin banyak jumlah manusia semakin tinggi produksi yang dihasilkan, jadi dengan
demikian tidak perlu diadakan pertumbuhan penduduk. Marx dan Engels menentang usaha-
usaha moral restraint seperti penundaan perkawinan dan segala usaha mengekang nafsu
seksual yang disarankan oleh Malthus (Weeks,1992).
Menyangkut solusi yang ditawarkan oleh Marx, dia berpendapat bahwa sistem
kapitalis harus diubah menjadi sistem sosialis. Implikasinya seperti alat-alat produksi
dikuasai buruh, serta gaji buruh tidak dipotong. Solusi tersebut menurut beberapa tokoh
sendiri kurang tepat. Memang pada saat itu kaum buruh menjadi kaum yang tertindas, namun
memberikan alat produksi kepada buruh adalah tindakan yang belum bisa dijadikan solusi.
Sebagian besar buruh belum memiliki pengetahuan dan ilmu yang cukup untuk mengelola itu
semua. Selain itu, biaya perawatan dan pembiayaan alat-alat produksi juga lumayan mahal.
Jika itu semua diserahkan kepada buruh, dikhawatirkan itu akan menambah beban ekonomi
mereka karena sebagian penghasilan digunakan untuk membiayai perawatan alat-alat
produksi.
Lalu, mengenai gaji buruh yang tidak dipotong. Kita tentu sependapat mengenai hal
itu, bagaimanapun mendapatkan gaji yang layak adalah hak setiap buruh. Namun, jika
kondisi perusahaan sedang tidak baik untuk menggaji itu semua, peran pemerintah sangatlah
besar di sini. Pemerintah bisa menalangi sementara gaji buruh hingga perusahaan mampu
untuk membayarnya.
Sama dengan Thomas Robert Malthus dimana teorinya banyak dianut, maka pendapat
Karl Marx dan Friedrich Engels pun banyak pula pengikutnya. Setelah Perang Dunia II,
dunia dibagi menjadi tiga kelompok; pertama negara-negara kapitalis yang umumnya
cenderung membenarkan teori Malthus seperti Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Aaustralia,
Kanada, dan Amerika Latin; kedua negara yang menganut sistem sosialis seperti Uni Soviet,
negara-negara Eropa Timur, Republik Rakyat Cina, Korea Utara, dan Vietnam; ketiga adalah
negara-negara non-blok seperti India, Mesir, dan Indonesia.
Karena keserakahan atas penguasalah maka yang sebelumnya masyarakat yang
”produksi” tadi berubah menjadi eksploitatif yaitu ingin menguasai pihak yang “non-
produksi”, maka kedua kelas ini menjadi bersinggungan. Pembagian kelas semacam ini
memicu konflik dan mendorong perjuangan kelas, yang oleh Marx disebut sebagai penggerak
perkembangan sejarah. Lebih lanjut, Marx menjelaskan bahwa pada suatu saat kaum proletar
akan menyadari kepentingan bersama mereka sehingga bersatu dan memberontak. Dalam
konflik yang terjadi maka Marx melihat bahwa dalam perjuangan kelas tersebut kaum borjuis
akan dapat dikalahkan, Ia meramalkan bahwa kaum proletar kemudian akan mendirikan suatu
masyarakat tanpa kelas.
Dalam hal ini melihat kasus di Aceh, jelas sekali terlihat pada masa orde baru yang
telah mengeksploitasi sumber daya alam yang ada di Aceh melalui sistem sentralistik yang
mereka terapkan, dimana segala aspek sumber daya alam dikumpulkan di pusat sedangkan
Aceh tidak memiliki hak untuk ikut campur didalamnya, hal ini membuat masyarakat Aceh
geram karena pembagian yang tidak merata dalam hal pembangunan daerah yang dilakukan
oleh pemerintah.
Dengan kata lain, teori Marxist melihat bahwa perlu adanya perjuangan kelas yang
harus dimunculkan oleh masyarakat Aceh untuk menuntut ketidakadilan yang terjadi dengan
membuat gerakan protes untuk menuju perubahan social yang diinginkan, yaitu dengan
munculnya Gerakan Aceh Merdeka (GAM) sebagai bentuk perlawanan untuk menuntut hak
mereka terhadap pemerintah. GAM inipun awalnya hanya sebuah perkumpulan kaum
intelektual Aceh yang memprotes pemerintahan dan menyatakan keinginan mereka untuk
memisahkan diri dari NKRI.
Dalam hal ini gerakan protes itu bukanlah bentuk untuk menumbangkan NKRI,
melainkan untuk memperjuangkan Surplus Value, atau nilai lebih dari hasil produksi yang
diperoleh, gerakan-gerakan inipun haruslah menempuh prosedur lembaga demokrasi agar
terciptalah perubahan social dengan masyarakat yang bersolidaritas tinggi. Jadi pada intinya
dalam teori Marxist disini, gerakan protes yang dibentuk adalah karena terjadinya perebutan
basis-basis material sumber daya alam yang telah di eksploitasi oleh pihak luar yakni dari
pemerintah Republik Indonesia.
Selain isu tentang kasus eksploitasi sumber daya di Aceh, isu kependudukan yang
mendunia dan terkait dengan teori Marxist ini antara lain meningkatnya angka pengangguran
yang menimbulkan masalah kemiskinan kemudian menjadi mata rantai masalah lingkungan.
Pengangguran di kawasan Uni Eropa meningkat tajam pada periode Maret dan April 2012.
Penigkatan angka pengangguran tersebut bahkan merupakan yang tertinggi sejak Uni Eropa
mulai melakukan pendataan pada tahun 1995.
Berdasarkan data yang dilansir kantor statistik Uni Eropa, Eurostat, sekitar 17,4 juta
orang tidak memiliki pekerjaan di 17 negara anggota di seluruh Eropa. Jumlah tersebut setara
dengan 11 persen populasi. Angka tersebut sedikit lebih tinggi dari capaian pada bulan Maret
pada 10,9 persen. Angka pengangguran meningkat drastis seiring ketidakpastian krisis utang
Eropa beberapa bulan terakhir. Spanyol menjadi negara yang paling terdampak dengan
peningkatan pengangguran sebesar 24,3 persen. Yunani menguntit di belakang dengan
peningkatan 21,7 persen. Sejumlah raksasa ekonomi Eropa juga terkena imbas. Prancis dan
Italia sebagai negara dengan ekonomi terbesar kedua dan ketiga di Eropa juga mengalami
peningkatan dalam angka pengangguran hingga 10,2 persen.
Isu lain yang terkait adalah di beberapa negara berkembang seperti Indonesia terjadi
peningkatan jumlah penduduk usia produktif. Isu ini dapat mengancam kesempatan kerja
berdasarkan aliran Marxist, namun hal itu dapat dihindari apabila ada pengelolaan sumber
daya manusia yang baik dari pemerintahan. Oleh karena itu isu yang juga disebut sebagai
bonus demografi ini dapat menjadi potensi maupun masalah. Potensi nya adalah angkatan
kerja akan lebih banyak dan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi suatu negara namun
dengan syarat ada pengelolaan yang baik, terintegrasi dan berkelanjutan. Dapat menjadi
masalah apabila sebaliknya, tidak ada pengelolaan yang baik serta di beberapa negara dengan
paham kapitalis dan sosialis isu ini akan selalu menjadi polemic yang harus dihadapi oleh
negara tersebut.
3.1 Kesimpulan
Pertumbuhan penduduk pada kenyataannya akan selalu meningkat sehingga kita
sebagai manusia memiliki tanggung jawab untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk
tersebut. Hal ini dikarenakan pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali dapat
menimbulkan isu-isu global yang memang pada dasarnya merugikan dan membawa bencana
bagi ruang bumi ini dengan segala keterbatasannya. Tekanan kesempatan kerja berdasarkan
teori Marxist memang menjadi salah variabel yang terlibat sebagai dampak dari pertumbuhan
penduduk yang tidak terkendali. Namun hal itu dapat di hindari dengan berbagai macam
solusi, terlebih lagi sekarang teknologi telah membawa peradaban baru. Maka akan semakin
banyak faktor yang dapat mempengaruhi tekanan kesempatan kerja, bukan hanya
pertumbuhan penduduk. Namun yang harus kita fokuskan adalah pengandalian terhadap
pertumbuhan penduduk.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Mantra, Ida Bagus. 2000. Demografi Umum. Yogyakarta : Pustaka Pelajar , 2000. ISBN :
979-9289-61-0.