“Strategi Jokowi Sebagai Kandidat Presiden dalam Meraih Simpati Para Pemilih
pada Pilpres 2019”
Disusun Oleh :
Nurul Vidya Urbach 1801112308
Pira Yunita 1801110297
Reski Salsa Oktaviani 1801124675
Resti Maharani 1801112273
Riri Ratua Sari 1801124284
Windy Aulia Asshafa 1801123857
Zulatmiati 1801112284
Nurul Aisyah Aprillia 1801123977
ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS RIAU
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur rahmat kelapangan waktu kepada kami sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa salawat beriringkan salam marilah kita
hadiahkan kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kehadirat nabi besar Muhammad SAW, yang mana berkat beliau lah kita bisa
terlepas dari era jahiliyah sehingga kita dapat hidup tentram di era islamiyah saat
ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PEMBAHASAN......................................................................................................4
A. Latar Belakang (Rencana Program)..............................................................4
B. Analisis Masalah...........................................................................................6
C. Tujuan Program Kampanye..........................................................................6
D. Khalayak Sasaran Kampanye........................................................................7
E. Strategi / Metode / Taktik.............................................................................7
BAB II....................................................................................................................12
PENUTUP..............................................................................................................12
Kesimpulan.........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
3
BAB I
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang (Rencana Program)
Pemilu Serentak tahun 2019 tengah memasuki tahap krusial bagi peserta pemilu
yaitu tahapan kampanye. Pemilu kali ini berbeda dengan sebelumnya karena
pemilihan yang berbarengan untuk memilih anggota legislatif nasional dan daerah
serta pemilihan presiden dan wakil presiden. Oleh karena sifat yang serentak
tersebut, saat ini peserta pemilu (partai politik, para calon anggota legislatif dan
juga calon presiden dan wakil presiden) bergerak bersama-sama melakukan
kampanye, baik untuk memperkenalkan dirinya masing-masing ataupun tim
pemenangan calon presidennya. Berdasarkan kontestasi pemilihan presiden dan
wakil presiden mencapai perhatian lebih besar yaitu 65,2% dibandingkan
perkembangan dan dinamika pemilihan legislatif. Masa kampanye yang relatif
panjang ternyata memiliki implikasi bagi tim sukses dalam mengatur strategi yang
tepat dan substantif. Sementara itu, media sosial juga mendapat perhatian khusus
sebagai bagian dari metode penyampaian visi misi dan agenda kampanye peserta
pemilu kepada pemilih.
Belakangan ini hadirnya sosial media sebagai alat penyebaran informasi yang
ditujukan kepada masyarakat ataupun pemilih dalam pemilu dianggap sebagai
langkah yang efektif dan penting, terlebih khusus dalam membentuk opini dan
pengaturan agenda politik.
Disini kami sebagai tim kampanye jokowi ingin merancang program kampanye
dengan fokus tim kampanye medsos. Yaitu dengan menyiapkan berbagai media
sebagai sumber resmi dalam penyebarluasan materi kampanye dan memanfaatkan
konten-konten dalam menyebarluaskan gagasan dan program Jokowi-Ma’ruf
kepada pemilih melalui berbagai platform media sosial yang tersedia. Adapun
media sosial yang dimaksud adalah Facebook, Instagram, Youtube dan Twitter
yang memiliki pengaruh signifikan dalam interaksi pengguna internet terbesar di
Indonesia. Media massa atau elektronik dan media sosial tetap memiliki kapasitas
dan kemampuan dalam memengaruhi khalayak terutama dalam membentuk citra
politik dan opini publik. Media memiliki status, prestise dan kredibilitas dalam
4
masyarakat dan sekaligus memperoleh citra nya dari khalayak yang dikenal
dengan sebutan citra media, yang sangat penting bagi pemakai media. Khalayak
akan memilih media yang sesuai dengan citra diri nya, visi dan misi nya sebagai
politikus, kandidat atau pejabat negara dalam membentuk citra politik dan opini
publik. Dan salah satu keunggulan media adalah daya jangkauannya (coverage)
yang sangat luas dan kecepatannya dalam menyebarkan informasi dan opini.
Menggunakan media sosial merupakan salah satu strategi tim kampanye politik,
yang pada umumnya dimotivasi oleh hasrat untuk meraih kekuasaan. Tujuan dari
tim kampanye ini adalah untuk memenangkan dukungan masyarakat terhadap
kandidat-kandidat yang dicalonkan agar dapat menduduki jabatan politik yang
diperebutkan lewat proses pemilihan. Kegiatan untuk membangun citra atau
image merupakan bagian penting dalam kampanye politik untuk memperoleh
dukungan. Kampanye ini merupakan tindakan komunikasi yang terencana dengan
tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan
secara berkelanjutan secara kurun waktu tertentu. Fungsi utama strategi tim
kampanye media sosial adalah menciptakan keteraturan dan kejelasan arah
tindakan. Indonesia disebut sebagai ibukota media sosial di dunia, karena
pengguna akun media sosial yang sangat aktif, dengan jumlah lebih dari 69 juta
akun Twitter dan 30 juta orang memiliki akun Facebook. Tak heran jika para
capres dan cawapres tahun lalu menaruh perhatian besar terhadap tim kampanye
media sosial untuk berkampanye. Tim kampanye capres dan juga para
pendukungnya semakin gencar menggunakan media sosial dengan mengunggah
beragam video, foto atau pun konten seputar pilpres melalui media sosisal.
B. Analisis Masalah
Strategi Kampanye yang dilakukan pada pilpres 2019 ini salah satunya melalui
media sosial. Penggunaan media sosial dijadikan salah satu platform berkampanye
5
karena seiring melonjaknya penggunaan akun media sosial di Indonesia. Karena
pada zaman saat ini teknologi bisa saja dibilang sebagai alat pengaruh yang sangat
utama di kalangan masyarakat. Bukan hanya dari kalangan remaja bahkan orang
tua yang sudah lanjut usia pun sudah mengenal teknologi yang serba canggih dan
juga mengerti untuk mendapatkan sesuatu yang dapat di akses lewat media online
bahkan sesuatu yang jauh pun dapat terlihat dekat sedangkan yang dekat terlihat
begitu jauh. Selain alasan itu penggunaan strategi lewat media sosial lebih efektif
dan efisien waktu karena dapat dijangkau dan di akses masyarakat luas dengan
begitu cepat. Data terakhir jumlah pengguna media sosial di Indonesia naik 64%
dari 79 juta orang tahun 2016 menjadi 130 juta orang tahun 2017.
Banyak isu-isu negatif yang tersebar pada masa jabatan dan kandidat pilpres 2019
bapak jokowi . banyak masyarakat Indonesia yang mengetahui dan
mengkonsumsi berita-berita negatif yang tersebar terhadap bapak jokowi. Salah
satunya isu-isu politik identitas yang sebelumnya masih abstrak mengalami
konkretisasi karena ditautkan dengan peristiwa dan kebijakan yang dilakukan atau
tidak dilakukan pemerintahan Jokowi. Keberadaan tenaga kerja asing (TKA) asal
China, misalnya, dipergunakan untuk mengonkretkan pesan-pesan ”bahaya aseng
dan asing”.Begitupun kasus-kasus hukum yang melibatkan sejumlah pemuka
agama dimanfaatkan sebagian pendukungnya untuk mengonkretkan pesan-pesan
”anti Islam”. Keberadaan Ma’ruf Amin sebagai cawapres Jokowi ternyata tidak
juga merontokkan pesan-pesan jenis ini. Selain karena telah ditransformasi
menjadi ”bela Islam”, Ma’ruf yang notabene ketua Majelis Ulama Indonesia juga
di de-”sakralisasi” dengan berbagai stigma (mulai dari isu ”dimanfaatkan” sampai
dengan sikap oportunis untuk mengejar kekuasaan). Dengan banyaknya isu-isu
negative yang tersebar tim kampanye jokowi berusaha melakukan atau
membentuk citra baik terhada bapak jokowi yang jauh dari SARA dan isu-isu
negative yang tersebar melalui media sosial yang banyak digunakan dan di
konsumsi oleh masyarakat indonesia
6
itu benar-benar mengenai sasaran para kandidat, baik yang berasal dari partai
politik maupun yang independen, secara umum memiliki tujuan yang sama yakni:
1.) Membangkitkan kesetiaan alami para pengikut suatu partai, agar mereka
merasa yakin untuk memilih kandidat yang ditampilkan partai yang didukungnya
pada kampanye pilpres ini.
(2) Menjajagi warga negara yang tidak terikat pada suatu partai atau
mengidentifikasi kelompok independen untuk mengukur sejauhmana partisipasi
mereka terhadap pemilihan presiden. Dalam penjajagan ini, kandidat presiden
yang melakukan kampanye ini berusaha mengalihkan perhatian dan sikap
kelompok independen kepada sikap mendukung kandidat presiden dari partai
tertentu.
(3) Dengan kampanye ini masyarakat Indonesia dapat melihat setiap gagasan
yang timbul, wawasan berpikir, prakiraan dedikasi dan perhatian kandidat
presiden dalam merespons aspirasi masyarakat. Penampilan dan penampakan ini
akan berpengaruh terhadap pengumpulan suara dukungan.
1.Pemilih Pemula Pemilih pemula adalah mereka yang baru kali pertama
menggunakan hak pilihnya berusia minimal 17-25 tahun dalam pemilihan
presiden.
7
"Pak Jokowi sudah menginstruksikan kepada kami bahwa pilpres itu adalah ajang
demokrasi yang harus dilaksanakan oleh kita dengan cara yang demokratis, sehat
juga gembira. Kami akan terus menyusun strategi bagaimana melakukan
sosialisasi capaian-capaian prestasi Pak Jokowi dengan angka dan data yang
bersumber dari BPS," kata Maman Imanulhaq, direktur Tim Relawan Nasional
Jokowi. Kebijakan ekonomi Jokowi, terkait dengan infrastruktur misalnya,
dipandang sebagian pihak akan menyebabkan Indonesia lebih menjadi pasar
barang impor saja.
Tetapi berdasarkan data yang ada, sebenarnya tidak dipungkiri terjadi perbaikan
ekonomi selama empat tahun terakhir di bawah Presiden Joko Widodo, kata
Kresnayana Yahya, pengamat ekonomi dari Institut Teknologi 10 November,
Surabaya.
"Negara ini belum pernah inflasi di bawah 4%, kalau sekarang ini malah di bawah
3%. Dan itu menunjukkan stabilitas, daya beli dan ada kesamaan harga seluruh
Indonesia. Komponen ini menjadi penting untuk menunjukkan gejolak-gejolak
yang menjadi indikator ekonomi turun, itu tidak ada," kata Kresnayana.
"Rata-rata pertumbuhan ekonomi dalam empat tahun ini sudah mencapai 5%.
Keadaan ini merangsang timbulnya dan tumbuhnya partisipasi masyarakat dalam
perekonomian. Investasi masih masuk. Pengangguran itu relatif kecil, di bawah
10%. Kemiskinan turun di bawah 9%. Kesenjangan antara yang kaya dengan yang
miskin relatif itu turun, di sekitar 0,4 atau 0,39," tambah Kresnayana yang juga
ahli statistik.
Masalah agama
8
Selain masalah ekonomi, berbagai hal lain diperkirakan juga akan mempengaruhi
pilihan yang akan diambil 187 juta warga yang memiliki hak pilih pada tahun
2019, seperti masalah agama. Salah satu hal yang dipandang bagian dari strategi
kubu Jokowi untuk tetap berkuasa adalah memasukkan KH. Ma'ruf Amin, tokoh
Nahdatul Ulama yang saat di Majelis Ulama Indonesia sempat mengeluarkan
fatwa yang dipandang menyudutkan kelompok minoritas seperti Ahmadiyah atau
LGBT.
"Pemilihan Kiai Ma'ruf Amin bukan pemilihan simbol, tetapi lebih kepada
kualitas. Bahwa Pak Jokowi sangat mengetahui posisi tokoh agama itu di
Indonesia sangat penting, karena nilai-nilai agama itu penting dalam kehidupan di
Indonesia," kata Maman Imanulhaq. "MUI melakukan keputusan itu tidak
berdasarkan personal tetapi keputusan bersama yang di dalamnya mungkin ada
kelompok-kelompok yang ekstrem radikal," Maman membela lebih jauh
pemilihan Ma'ruf Amin sebagai pasangan Jokowi untuk memenangkan pilpres.
"Kita akan terus melakukan sosialisasi ini, kampanye ini baik lewat udara, lewat
penggalangan sosial media dan juga lewat darat, door to door. Kami juga
melakukan edukasi politik dan juga pelatihan-pelatihan, seperti pelatihan saksi
sehingga pilpres ini betul-betul menghasilkan pemimpin yang bermartabat,
berkualitas dan berdaulat, " kata Maman Imanulhaq, pimpinan tim yang
jumlahnya sudah mencapai 425 organ relawan, baik di pusat maupun daerah.
Taktik/Evaluasi
9
kasus-kasus hukum yang melibatkan sejumlah pemuka agama dimanfaatkan
sebagian pendukungnya untuk mengonkretkan pesan-pesan ”anti Islam”.
Keberadaan Ma’ruf Amin sebagai cawapres Jokowi ternyata tidak juga
merontokkan pesan-pesan jenis ini. Selain karena telah ditransformasi menjadi
”bela Islam”, Ma’ruf yang notabene ketua Majelis Ulama Indonesia juga di
de-”sakralisasi” dengan berbagai stigma (mulai dari isu ”dimanfaatkan” sampai
dengan sikap oportunis untuk mengejar kekuasaan).
Jokowi adalah petahana. Sebagai petahana, kinerjanya pasti dievaluasi dari dua
belah pihak: pemilihnya pada 2014 ataupun pemilih yang cenderung ke Prabowo.
Tindak komunikasinya yang banyak menonjolkan dimensi baru personalitasnya
dengan nge-vlog, ber-sneaker, bermotor besar, dan sejenisnya hanya menguatkan
sisi personalitas sebelumnya.
10
diabaikan atau justru dimaknai secara berlawanan. Sebaliknya, sosok Jokowi yang
andal (baca: penguasaan masalah dan responsif), misalnya, lebih sejalan dengan
personalitas sebelumnya dan sesuai dengan posisinya sebagai petahana.
Rekomendasi
Elektabilitas partai
Para elite parpol Indonesia meyakini adanya coattail effect atau down-ballot effect
di Pilpres 2019. Terminologi ini menjelaskan mengenai kecenderungan pemimpin
partai politik yang populer bakal bisa menarik pemilih untuk memilih kandidat
dari partai yang sama di pemilu. Di Amerika Serikat, misalnya, partai yang
memiliki kandidat presiden populer dan berpeluang besar menang seringkali
memenangkan banyak kursi di Kongres. Untuk Indonesia, diprediksi bakal ada
tendensi yang sama di Pilpres dan Pemilihan Legislatif (Pileg) 2019. Parpol yang
kadernya masuk di dalam kertas suara sebagai capres atau cawapres diyakini
memiliki peluang lebih tinggi untuk dipilih publik di Pileg 2019.
Persiapan Pilpres 2024 Faktor ketiga mengapa posisi cawapres di Pilpres 2019
sangatlah "seksi" adalah kepentingan para parpol koalisi di Pilpres 2024. Bagi
11
pendukung Jokowi, posisi cawapres sangatlah strategis mengingat jika terpilih di
2019, Jokowi tidak bisa maju lagi sebagai presiden di 2024. Dengan kata lain,
tahun 2024 tidak ada lagi petahana. Di sinilah keuntungan yang bakal didapatkan
cawapres. Jika Jokowi terpilih, cawapresnya bakal ikut mendapatkan ekspose luar
biasa dan gratis selama lima tahun.
Soliditas koalisi Posisi cawapres di Pilpres 2019 ini menjadi semakin penting
mengingat kedua capres ingin menjaga soliditas koalisi. Jika tidak bisa
memuaskan semua pihak, setidaknya bisa meminimalisir ketidakpuasan dari
semua pihak. Bila ada yang tidak puas, bisa saja ada parpol pendukung yang
beralih ke kubu sebelah, bahkan membentuk poros baru. Pembentukan poros baru
ini tentu saja dihindari kedua kubu capres. untuk kubu Jokowi, pembentukan
poros baru membuat situasi persaingan menjadi semakin tidak pasti dan lebih sulit
untuk diprediksi.
12
BAB II
PENUTUP
Kesimpulan
Kampanye, bagi setiap kandidat presiden, adalah suatu kegiatan penting dalam
upaya memperoleh simpati dan dukungan massa sebanyak-banyaknya, sehingga
dengan dukungan itu seorang kandidat presiden mampu memenangkan pemilihan.
Setiap kandidat disyaratkan berlaku jujur, agar kampanye berlangsung aman,
tertib, dan lancar. Setiap pelanggaran yang dilakukan pihak tertentu, seperti yang
pernah dilakukan Nixon pada pemilihan presiden tahun 1972, yang terkenal
dengan peristiwa Watergate, merupakan pengalaman pahit yang menurunkan
kepercayaan massa terhadapnya, sekaligus mengganggu kelancaran pemilihan
presiden, padahal “citra bersih/positif” diri kandidat merupakan bahan
pertimbangan dan perhitungan utama para pemilih.
Kampanye yang dilakukan para kandidat pada dasarnya memiliki tujuan yang
sama, yaitu membangkitkan kesetiaan alami para pendukung partai dan menjajagi
serta mengajak warga negara untuk memilih kandidat presiden dari partai tertentu.
Bagi kandidat presiden, kampanye itu sangat penting dan berguna untuk
memperkenalkan dirinya kepada khalayak, sehingga khalayak tahu identitas
(ringkas) kandidat. Kegunaan lain adalah sebagai uji diri keterampilan kandidat
dalam berbicara di hadapan umum, berdebat dengan sesama kandidat, dan
berdiskusi dengan pihak pendukung atau lawan. Kandidat presiden melaksanakan
kampanye secara bertahap, yang diawali dari kampanye pemilihan pendahuluan
(primary) di lingkungan partainya sendiri sampai kampanye akhir memperebutkan
kursi presiden dengan melawan saingannya dari partai lain atau kelompok
independen. Kampanye ini dilakukan berhari-hari, melelahkan, membutuhkan
dana yang sangat besar, dan tenaga yang cukup, serta personel/ petugas kampanye
yang memadai.
13
Untuk memenangkan pemilihan, setiap kandidat memiliki dan membuat strategi
yang dianggap paling baik untuk diterapkan. Sebagai contoh, setiap kandidat
sengaja menampilkan gagasan dan tema-tema, atau slogan kampanye yang
menjadi trade mark-nya. Strategi lain adalah dengan melakukan pendekatan-
pendekatan personel secara persuasif kepada (mendatangi) berbagai lapisan dan
kelompok masyarakat, dan mengundang mereka ke tempat-tempat tertentu. Pada
momen ini diadakan dialog dalam suasana santai dan penuh keakraban. Dalam
melaksanakan kampanye, kandidat tidak sendirian. Ia dibantu petugas kampanye
yang senantiasa mendampinginya. Ia senantiasa berkonsultasi dengan pemuka
pendapat, memperhatikan pokok-pokok pikiran mereka, petunjuk, informasi,
saran, dan nasihatnya. Ia pun dibantu oleh manajer kampanye yang mengatur lalu
lintas dan pemrograman kampanye, di samping para pembantu lain yang
dipercaya.
14
DAFTAR PUSTAKA
https://news.detik.com/kolom/d-4269393/menggali-slogan-politik-yang-inspiratif
15