: 49 - 53
Abstract
Mass media is the instrument for looking out our surrounding, it reflects the society culture wherein the media
presents. The media must be influenced by the political system, it could be seen on the reportage of social reality.
The development of technology brings a new era in human life especially in media activities. New media activities
like citizen journalism, blog journalism, was not regulated in the media law. The Indonesian media law should
anticipate and facilitate the technology development to make the life of media become more democratic.
50
Riptek Vol.6, No.I, Tahun 2012, Hal.: 49 - 53
wakil presiden, pejabat pemerintah, pegawai Baru yang demokratis bergeser ke sistem
negeri dan penghinaan terhadap golongan otoriter yang berimbas juga pada hukum media
masyarakat yang dapat menerbitkan keonaran. massa.
Pada bulan September 1957, sepuluh surat
kabar dan tiga kantor berita serentak ditutup Masa Reformasi (1998- Sekarang)
karena dianggap menyiarkan berita yang tidak Perubahan gambaran politik yang tajam
berasal dari juru bicara resmi sebuah pada tahun 1998, yang tercermin dalam TAP
musyawarah nasional. MPR RI No. XVII Tahun 1998 tentang Hak
Peraturan PEPERTI No.10 Tahun 1960 Asasi Manusia mengatur jaminan dan
tentang Ijin Penerbitan Surat Kabar dan Majalah perlindungan dalam hal berkomunikasi,
ditandatangani Presiden Soekarno selaku memperoleh dan menyampaikan informasi
Penguasa Perang Tertinggi menyatakan larangan melalui media massa.
menerbitkan surat kabar atau majalah tanpa ijin. Penyebab terjadinya perubahan
Bagi yang melanggar, dapat dirampas atau gambaran politik terkait dengan krisis moneter
dimusnahkan. Ketika Manifesto Politik menjadi yang melanda indonesia sejak tahun 1997 yang
haluan negara muncul Tap MPR No berdampak serius dalam segala aspek kehidupan
II/MPR/1960 tentang Penerangan Massa masyarakat di tanah air. Runtuhnya
merupakan Landasan Pelaksanaan Manipolisasi pemerintahan Rezim Soeharto dan digantikan
Pers Nasional dalam Sistem Demokrasi dengan pemerintahan B.J. Habibie membawa
Terpimpin. Ketentuan ini mengharuskan setiap dampak yang positif di dalam perkembangan
perusahaan media massa cetak menjadi alat hukum media massa di Indonesia
kepentingan pemerintah dan ketentuan Peran pers pasca reformasi 1998 makin
mengatur kewajiban untuk memiliki Surat Ijin menguat. Pers tidak lagi terkungkung oleh
Terbit (SIT) SIUPP sehingga mampu menjalankan tugasnya
sebagai agen perubahan dan kontrol sosial, juga
Masa Orde Baru sebagai kekuatan keempat dala demokrasi.
Pada masa Orde Baru, sensor represif Euforia kebebasan berpendapat dan
dimulai dengan terbitnya TAP MPR RI No. kebebasan berorganisasi, ditanggapi dengan
IV/MPR/1978 menggambarkan pergeseran banyak diterbitkannya suratkabar atau
sistem politik Orde Baru yang demokratis ke media,serta didirikannya partai-partai politik.
sistem otoriter. Fenomena euforia kebebasan politik
Munculnya UU No 21/1982 sebagai berdampak pada kualitas pelaksanaan kebebasan
penegasan TAP MPR tersebut bersifat pers. Dalam realitasnya keberhasilan gerakan
mengekang media massa dengan diharuskannya reformasi membawa pengaruh pada kekuasaan
setiap penerbitan pers mempunyai SIUPP ( pemerintah jauh berkurang (Hamad,2004:65).
Surat Ijin Usaha Penerbitan Pers) menggantikan Terbitnya Undang-Undang Pers pada
SIT. Permenpen No 1/1984 yang merupakan tanggal 23 September 1999 dirasakan membawa
peraturan pelaksana UU No 21/1982 dampak positif bagi perusahaan pers. Dalam
mempertegas SIUPP. ketentuan ini dengan tegas diatur mengenai
Secara praktis, pers kita selama Orde penghapusan penyensoran, pelarangan
Baru mengambil posisi sebagai slave, budak penyiaran dan masalah pembreidelan
pemerintah. Kemitraan hanya tumbuh di antara Dr.Ibnu Hamad (2004: 66),pengamat
yang setingkat, yang equal. Dalam hubungan media, mengidentifikasi fenomena pertumbuhan
yang supra dan subordinasi, pers hanya menjadi industri media dalam era reformasi di Indonesia
kuda tunggangan pemerintah. Apalagi Pedang dalam 3 pemikiran: pertama, memberi basis
Damocles siap memancung leher pers yang kuat bagi lahirnya pers industri dengan
Indonesia, kapan saja dan karena apa saja. menggeser gejala pers idealis; kedua,
mengundang para pemodal untuk masuk ke
Ketiga, Periode Kebebasan Pers dunia pers yang belum tentu menjadi bisnis
Awal pemerintahan Orde Baru, pers utama mereka; ketiga, memunculkan kelompok-
mengalami masa kebebasan dengan kelompok usaha penerbitan pers. Fenomena
dikeluarkannya TAP MPRS RI No media pada era Reformasi adalah pers yang
XXXII/MPRS/1966 tentang Pembinaan Pers, telah menjadi industri ditengah kebebasan
yang memberi pengakuan kebebasan hak setiap politik yang baru diperolehnya.Keterbukaan
warga negara untuk mengeluarkan pendapat dan yang sangat luar biasa dalam bidang politik saat
pikiran melalui pers. Tap MPRS ini menjadi itu hanyalah menguatkan kecenderungan
dasar perumusan UU No 11/1966 yang kapitalisasi pers.
menyatakan bahwa kebebasan pers Indonesia Andi Muis menilai masalah pokok sistem
adalah kebebasan untuk menyatakan serta pers Indonesia saat ini adalah masalah
menegakan kebenaran daan keadilan, bukan keseimbangan antara kebebasan dan
kebebasan dalam arti liberalisme. Akan tetapi pembatasannya atau tanggungjawabnya
akibat peristiwa Malari, sistem politik Orde (1999:75). Bagaimana keseimbangan itu dapat
51
Hukum Media : Dulu, Kini dan Esok (Sinung)
terjadi? Daniel Dhakidae menilai, tanggungjawab memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah,
adalah garis batas kebebasan.Dan yang dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk
sebaliknya tidak kurang benarnya, yakni tulisan, suara dan gambar, serta data dan grafik
kebebasan adalah garis batas maupun dalam bentuk lainnya dengan
tanggungjawab.Tanpa kebebasan tidak mungkin menggunakan media cetak, media elektronik,
menuntut tanggungjawab,dan tanpa dan segala jenis saluran yang tersedia. Definisi
tanggungjawab tidak mungkin menuntut ini sekaligus menjadi titik mula untuk
kebebasan. Keduanya tidak bisa dipisahkan mempertanyakan, apakah kegiatan media berita
(Akhmadi,1997:29) yang terbaru sebagai akibat dampak dari
Praktik kebebasan pers betul-betul perkembangan teknologi informasi sekaligus
dinikmati pers dan dirasakan manfaatnya oleh pula terakomodasi dalam berbagai klausul UU
masyarakat melalui kebebasan menyampaikan No 40 Tahun 1999?
informasi tersebut. Praktik kebebasan pers pada UU Pers mendefiniskan wartawan
akhirnya harus dapat dikelola sendiri oleh sebagai orang yang secara teratur melakukan
masyarakat pers sehingga tidak menjerumuskan kerja jurnalistik,namun demikian, definisi yang
media itu dan tidak merugikan masyarakat luas. seperti itu bukannya tanpa masalah. Pada era
Tidak ada kebebasan pers yang tanpa bata.s pra internet, memang demikianlah adanya
seorang pencari berita yang dikenal dengan
Bagaimana Hukum Media di Indonesia sebutan wartawan itu. Ia melakukan kegiatan
Esok ? jurnalistik yang meliputi mencari, mengolah, dan
Perkembangan di dalam bidang teknologi menyampaikan informasi. Namun inovasi
informasi tak pelak menimbulkan berbagai teknologi membuat definisi tersebut dapat
perubahan dalam segenap aspek kehidupan dipertanyakan relevansinya.
umat manusia termasuk dalam media. Internet Sebagaimana telah disebutkan di atas,
memungkinkan terciptanya interaksi yang lebih teknologi informasi memungkinkan setiap orang
intens antara media berita dan pembaca. Hal ini untuk melakukan kerja sebagaimana didefiniskan
membuat para pembaca tidak hanya mampu sebagai kerja wartawan sekaligus menjalankan
memberikan feedback atas suatu pemberitaan bisnis media. Seorang yang mempunyai situs
secara realtime, para pembaca juga dapat terlibat internet yang dikelolanya sendiri, yang mencari,
dalam proses pembuatan berita. Inilah yang mengolah dan menyampaikan informasi
disebut sebagai citizen journalism, dimana setiap melaluinya adalah juga melakukan kerja
warga dunia, ketika ia terhubung dengan piranti jurnalistik. Fenomena seperti ini tidak lagi
komputer dan terhubung dengan jaringan berada di alam ide dan wacana belaka,
internet akan mampu menjalankan fungsi sebagai melainkan telah dipraktikkan secara masif.
penulis berita. Bukan perusahaan pers atau Dengan sebuah blog, orang maupun
wartawan pengisi berita saja yang menentukan sekelompok orang dapat mengelola sendiri
konten suatu media, melainkan pula para user suatu situs internet dan menjadikannya sebagai
yang terdiri dari pengguna dari belahan negara wahana komunikasi massa, menjadikannya
manapun tanpa memandang asal-usul. sebagai media berita (news media). Singkat kata,
Kira-kira satu dasawarsa ini, dunia blog pula menjalankan fungsi seperti yang
media terutama media berita ada teknologi diemban media tradisional pada umumnya yakni
cetak jarak jauh. Dengan teknologi ini, media mencari dan menyampaikan informasi. Kerapkali
massa mendistribusi tugas cetak penerbitan ke bahkan apa yang ditulis dan disampaikan melalui
titik-titik yang tersebar jauh dari kantor pusat blog lebih lengkap daripada media tradisional,
media hingga surat kabar bisa sampai ke tangan apa yang disebut sebagai partcipatory journalism.
pembaca dengan lebih awal. Sementara itu Dalam beberapa hal, blog pula adalah
teknologi satelit membuat orang mampu journalisme.
mendengar dan atau menyaksikan suatu Dari paparan di atas, maka kita dapat
peristiwa yang terjadi di tempat lain yang simpulkan bahwa perubahan teknologi informasi
berjauhan degan secara real time. Kini, internet nyatalah menjadi hal yang amat berpengaruh
memberikan tawaran yang lebih dari dua dalam kehidupan media berita kita. Batas-batas
teknologi di atas: kebaharuan informasi bahkan dan definisi sebagaimana tertuang dalam
partisipasi dalam pembuatan serta penyampaian perundangan maupun peraturan hukum
berita dan informasi, menciptakan tipe mengenai pers menjadi semakin tidak relevan
tersendiri dalam jurnalisme, apa yang disebut dan tak berkesesuaian lagi dengan realita di
sebagai online journalism. masa kini. UU Pers masih menyibukkan diri
Undang-undang Pers sebagai regulasi dengan mengatur media berita dan segala
utama bidang media berita dengan sendirinya aspeknya, namun dalam paradigma lama yang
tercabar relevansinya dalam menyesuaikan diri tak lagi sesuai dengan kebutuhan dan praktik
dengan perubahan jaman. media kekinian.
Definisi pers dalam UU Pers meliputi Oleh karena itu, sesungguhnya
segala hal yang mencakup kegiatan mencari, perubahan dalam UU Pers menjadi sesuatu yang
52
Riptek Vol.6, No.I, Tahun 2012, Hal.: 49 - 53
harus dilakukan. Perubahan ini penting untuk pada perlindungan hukum yang lebih kuat
menjangkau berbagai hal yang kini berada di terhadap insan pers.
dalam ranah abu-abu (grey areas). Untuk itu,
perlu berbagai terobosan untuk mengatasi DAFTAR PUSTAKA
berbagai perubahan yang berada dalam ruang
vakum tanpa pengaturan oleh hukum. .................2004. Critical Discourse Analysis terhadap
Perubahan undang-undang misalnya perlu Berita-berita Politik. Jakarta: Granit.Adji,
memberikan batasan yang lebih tegas lagi Oemar Seno. 1973. Mass Media dan
kepada apa yang hendak didefinisikan sebagai Hukum, Jakarta : Erlangga.
wartawan. Hal ini penting untuk menghindari
adanya orang yang menjadi korban manakala Bachsan, Mustafa. 1999.Sistem Hukum
melakukan kegiatan jurnalistik namun tak Komunikasi Massa Indonesia, Bandung : PT.
dianggap sebagai wartawan dan oleh karenanya Citra Aditya Bakti.
tak dilindungi oleh hukum.
Selain itu, penting pula mengadakan Muis,A, 1999.Jurnalistik Hukum dan Komunikasi
pelbagai perubahan lainnya dalam UU pers Massa, Jakarta : Dharu Anutama.
sekalipun tak bersangkut paut dengan dampak
perkembangan teknologi terkini terhadap Hamad, Ibnu, Konstruksi Realitas Politik Dalam
kelangsungan media. Perubahan dimaksud Media Massa- Sebuah Studi
adalah langkah yang dirasakan telah mendesak
dilakukan untuk mengakhiri keberpihakan UU http://gudangilmu-
Pers pada pengusaha daripada kepada blooddy.blogspot.com/2010/04/sejarah-
wartawan. Posisi wartawan dalam konteks media-dan-sejarah-hukum-media.html
keberadaannya sebagai buruh dari perusahaan diunduh pada 12-10-2011
amat sangat kentara tak diuntungkan.
Rakhmat, Jalaludin. 2000.Psikologi Komunikasi,
Kesimpulan Bandung : Remaja Rosdakarya.
Perkembangan yang begitu pesat dalam
bidang media serta aktifitas jurnalistik warga Wiryawan, Hari. 2007. Dasar-Dasar Hukum
yang dipicu oleh perkembangan di bidang Media. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
teknologi informasi nyatalah tidak cukup
terakomodir dalam hukum pers yang kini Undang-Undang No 40 Tahun 1999 tentang Pers
berlaku di Indonesia. Aktivitas-aktivitas seperti
citizen journalism, blog journalism yang telah nyata
dijalankan oleh media berita seolah merupakan
ranah abu-abu yang tak jelas pengaturannya,
karena hukum pers yang ada belum disesuaikan
dengan perkembangan.
Adalah penting untuk menyadari bahwa
perkembangan yang pesat terutama di bidang
teknologi informasi telah membawa manusia
kepada babak baru peradaban dimana manusia
kian mampu mengolah informasi yang
didapatnya. Di sini, monopoli informasi
termasuk dalam mengolah, menyampaikan
informasi tidak lagi dimiliki oleh perusahaan
pers besar yang mensyaratkan akumulasi kapital
yang besar. Semakin murahya teknologi juga
membuat media berita menjadi dapat dimiliki
dan dilakukan oleh semua.
Perundangan pers Indonesia seharusnya
mengantisipasi dan memfasilitasi perkembangan
teknologi, sehingga kehidupan pers menjadi
lebih demokratis. Sudah saatnya pemerintah dan
DPR memahami hal ini dan untuk kemudian
melakukan perubahan terhadap UU Pers.
Perubahan yang dilakukan tidak ditujukan untuk
membatasi namun lebih kepada memfasilitasi
pers nasional agar tetap dapat berfungsi
maksimal sebagai kontrol sosial di tengah
perubahan teknologi. Justru di sini yang perlu
ditekankan adalah bahwa perubahan ditujukan
53