Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Beberapa hari tepatnya beberapa minggu lalu di kota Serang Banten terjadi
peristiwa yang cukup mendapatkan perhatian publik. Apalagi peristiwa tersebut
terjadi pada bulan Ramadhan ini. Bagaimana tidak, peristiwa tersebut sangat
berhubungan dengan esensi Ramadhan yang terkenal dengan bulan suci, bulan
yang penuh berkah dan bulan yang sangat spesial bagi umat muslim di dunia tak
terkecuali di Indonesia.
Peristiwa ini terjadi berawaldari amanah Peraturan Daerah (Perda) Nomor
2 Tahun 2010 tentang Pencegahan, Pemberantasan, dan Penanggulangan Penyakit
Masyarakat, yang salah satu pasalnya yaitu setiap orang dilarang merokok,
makan, minum di tempat umum atau tempat yang dilintasi oleh umum pada siang
hari di bulan Ramadhan. Berdasarkan perda tersebut, pemilik restoran, kafe,
rumah makan, warung nasi, dan pedagang makanan atau minuman dilarang
melakukan kegiatan di atas pada bulan Ramadhan 1437 H, sejak pukul 04.30 WIB
sampai dengan pukul 16.00 WIB. Khusus untuk pemilik kafe dan sejenisnya yang
menyediakan sarana hiburan diwajibkan tutup mulai awal Ramadhan 1437 H
hingga akhir Ramadhan 1437 H. Berdasarkan amanah perda yang dianggap publik
bertentangan dengan nilai-nilai toleransi tersebut pemerintah kota Serang melalui
SATPOLPP (Satuan Polisi Pamong Praja) melakukan razia warung makan atau
warung nasi yang tetap buka atau melaksanakan aktivitasnya pada waktu yang
menyalahi aturan perda Nomor 2 Tahun 2010. Sehingga pada akhirnya Ibu Saeni
salah satu pemilik warung makan di kota Serang yang masih melaksanakan
aktivitasnya sebagai pemilik warung nasi di bulan ramadhan terkena razia
SATPOLPP pada hari Rabu 8 Juni 2016. Seluruh dagangan masakan warung
makannya disita pihak SATPOLPP kota Serang dan meninggalkan luka yang
cukup mendalam bagi Ibu Saeni, ia menangis meratapi masakan miliknya sebagai

alat usahanya harus rela disita aparat SATPOLPP Pemkot Serang Banten. Pada
hari itu Ibu Saeni menderita kerugian kurang lebih sekitar Rp. 600.000, bukan
untung yang diperoleh tetapi rugi yang didapatkan.
Peristiwa razia warung makan di Serang oleh SATPOLPP terhadap warung
makan milik Ibu Saeni tersebut menyedot perhatian publik termasuk media.
Media memberitakan peristiwa tersebut dari berbagai versidan berakhir pada
polemik yang timbul di masyarakat.Polemik yang terjadi ditimbulkan oleh kesan
pemaksaan yang dilakukan oleh SATPOLPP kota serang terhadap pemilik warung
makan dalam menyita barang dagangannya. Sikap tersebut dianggap sangat
melanggar nilai-nilai toleransi, tidak manusiawi dan lebih parah dianggap sebuah
tindakan kekerasan yang berimplikasi pada kesucian bulan ramadhan serta
dianggap mencederai kekhusukan bulan yang penuh berkah ini.
Polemik yang terjadi atas peristiwa razia warung makan Ibu Saeni oleh
SATPOLPP di Serang banten ada yang diberitakan oleh media dengan
pengemasan yang tendensius, negatif dan antisyariat Islam. Misalnya oleh
pemberitaan oleh Kompas.com dalam judul Cerita Pilu Penjual Nasi Saeni dan
Kritik Atas Intoleransi, Polemik Razia Warung Nasi, Pantaskah Serang Dilabeli
Kota Islami?,Larangan Warung Buka Saat Bulan Puasa Dinilai Merusak Citra
Islam dan Toleransi, dan sebagainya. Sedikit banyak pemberitaan pada
Kompas.com tersebut menimbulkan citra negatif Islam serta menimbulkan
Intoleransi pada benak masyarakat luas akan ajaran Islam. Oleh sebab itu menarik
bagi penulis untuk mengkaji framing yang dilakukan Kompas.com tentang
pemberitaan razia warung makan di Serang Banten.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah yang penulis rumuskan
adalah Bagaimana Framing Pemberitaan Razia Warung Makan Di Serang
Banten Pada Laman Kompas.com yang berdampak polemik khususnya
Intoleransi Islam?
C. OBJEK DAN FOKUS PENELITIAN

Objek dan Fokus pada penelitian ini adalah berita pada laman
Kompas.com tentang seputar Razia Warung Makan di Serang Banten pada tanggal
11 Juni 2016 pada jam 03.40, 18.45, 18.58, dan 22.49 WIB.
D. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam makalah ini adalah pendekatan kualitatif.
Menurut Boghdan dan Taylor, metode kualitatif adalah suatu prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong,2006)
Teknik analisis penelitian yang digunakan adalah Analisis Framing.
Analisis Framing adalah satu metode analisis media, seperti halnya analisis isi dan
analisis semiotik. Framing secara sederhana adalah membingkai sebuah peristiwa
digunakan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang wartawan
ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang dan perspektif itu pada
akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan
dihilangkan serta hendak dibawa kemana berita tersebut (Kriyantono,2007).
Peneliti akan menganalisis berita razia warung nasi di Serang Banten pada laman
berita Kompas.com, menyimpulkan hasil temuan dari analisis tersebut.

BAB II

PEMBAHASAN

Media massa pada dasarnya melakukan konstruksi terhadap realitas yang


ada. Upaya media massa ialah melakukan perekayasaan sehingga terbentuk
realitas yang baru dari realita yang ada dan nyata. Dalam pandangan
konstruksionis, media massa tidak akan pernah bisa lepas dari pemaknaan realitas.
Dalam pandangan konstruksi sosial (konstruksionisme) berita bukan merupakan
peristiwa atau fakta dalam arti yang rill atau sebenarnya.
Pada kenyataannya, realitas sosial tidak berdiri sendiri tanpa kehadiran
individu baik dalam maupun luar realitas tersebut.Realitas sosial itu memiliki
makna ketika realitas sosial dikonstruksi dan dimaknakan secara subjektif oleh
individu. Jadi individu mengonstruksi realitas sosial dan merekonstruksikannya
dalam dunia nyata serta memantapkan realitas itu berdasarkan pandangan
subjektif individu. Konstruksi juga sarat dengan kepentingan, masyarakat selalu
berupaya mengenalkan diri mereka melalui hal-hal yang mereka miliki. Menurut
Berger dan Luckmann (dalam Bungin,2008), realitas sosial adalah pengetahuan
yang bersifat keseharian yang hidup dan berkembang di masyarakat seperti
konsep, kesadaran umum, wacana publik, sebagai hasil dari konstruksi sosial.
TEORI AGENDA SETTING
Teori ini mengasumsikan adanya hubungan positif antara penilaian yang
diberikan media pada suatu persoalan dengan perhatian yang diberikan khalayak
pada persoalan itu. Teori ini dikemukakan oleh Mc. Comd dan Donald L. Shaw
pada sekitar 1968. Teori ini termasuk salah satu dari teori komunikasi massa.
Singkatnya menurut teori ini apa yang dianggap penting oleh media, akan
dianggap penting pula oleh masyarakat. Dan apa yang dilupakan media, akan
luput juga dari perhatian masyarakat.

Sumber : Kriyantono, 2007


ANALISIS FRAMING
Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis
untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok, atau apa saja)
dibingkai oleh media. Pembingkaian tersebut tentu saja melalui proses konstruksi.
Dalam hal ini, realitas dimaknai dan dikonstruksi dengan makna tertentu.
Peristiwa dipahami dalam bentukan tertentu. Hasilnya pemberitaan media pada
sisi tertentu atau wawancara dengan orang-orang tertentu.Semua elemen tersebut
tidak hanya bagian dari teknis jurnalistik, tetapi menandakan bagaimana peristiwa
dimaknai dan ditampilkan. Pada dasarnya framing adalah metode untuk melihat
cara bercerita media atas berita.
MODEL FRAMING ROBERT N. ENTMAN
Menurut Entman, meskipun analisis framing dipakai dalam berbagai
bidang studi yang beragam, satu faktor yang menghubungkannya adalah
bagaimana teks komunikasi yang disajikan, bagaimana representasi yang
ditampilkan secara menonjol mempengaruhi khalayak. Konsep framing Entman
digunakan untuk menggambarkan proses seleksi dan menonjolkan aspek tertentu
dari realitas oleh media. Framing dapat dipandang sebagai penempatan informasiinformasi dalam konteks yang khas sehingga isu tertentu mendapatkan alokasi
lebih besar daripada isu yang lain. (Eriyanto,2002:186)
Robert N. Entman, melihat framing dalam dua dimensi besar, yaitu
sebagai berikut :

Seleksi isu, Aspek ini berhubungan dengan pemilihan fakta. Dari realitas
yang kompleks dan beragam itu akan dipilih satu aspek yang diseleksi
untuk ditampilkan. Dari proses ini selalu terkandung didalamnya ada
bagian berita yang dimasukkan, tetapi ada juga yang dikeluarkan. Tidak

semua aspek atau bagian berita ditampilkan.


Penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas/isu, Aspek
ini berhubungan dengan penulisan fakta. Ketika aspek tertentu dari suatu
peristiwa/isu tersebut telah dipilih, kemudian memikirkan bagaimana
aspek itu diceritakan. Hal tersebut sangat berkaitan dengan pemilihat kata,
kalimat, gambar, dan citra tertentu untuk dapat ditampilkan pada khalayak.
(Eriyanto,2002:187)
Dalam makalah ini menggunakan analisis Robert N. Entman karena

konsep Entman dipraktikkan dalam studi kasus pemberitaan media dan digunakan
pula pada praktik jurnalistik, melihat bagaimana frame mempengaruhi kerja
wartawan dan bagaimana wartawan membuat satu informasi menjadi lebih
penting dan menonjol dibanding dengan cara yang lain. Analisis terhadap teks
berita bukan merupakan langkah akhir dari penelitian yang akan dilakukan.
Namun ingin diketahui sekilas, bagaimana kecenderungan atau perbedaan setiap
media dalam memproduksi informasi.
Model Framing Robert N. Entman mengoperasionalkan empat dimensi
struktural teks berita sebagai perangkat framing : define problems (pendefinisian
masalah), diagnose causes (sumber masalah), make a moral judgement
(keputusan), dan treatment recommendation (menekankan penyelesaian).
Skema Framing Robert N. Entman :
Define Problems

Bagaimana suatu peristiwa/isu dilihat?

(Pendefinisian masalah)
Diagnose causes

Sebagai apa? Sebagai masalah apa?


Peristiwa itu dilihat disebabkan oleh

(Memperkirakan masalah atau sumber apa? Apa


masalah)

yang

dianggap

sebagai

penyebab dari suatu masalah? Siapa

(aktor)

yang

dianggap

sebagai

Make moral judgement

penyebab masalah?
Nilai moral apa yang disajikan untuk

(Membuat keputusan moral)

menjelaskan masalah? Nilai moral apa


yang dipakai untuk melegitimasi atau

Treatment recommendation

mendelegitimasi suatu tindakan?


Penyelesaian apa yang ditawarkan

(Menekankan penyelesaian)

untuk mengatasi masalah/isu? Jalan apa


yang ditawarkan dan harus ditempuh
untuk mengatasi masalah?

Sumber: Eriyanto, 2002:188


1.

Define Problems (Pendefinisian masalah) adalah elemen yang merupakan

master frame atau bingkai yang paling utama. Ia menekankan bagaimana


peristiwa dipahami oleh wartawan ketika ada masalah atau peristiwa, bagaimana
peristiwa atau isu tersebut dapat dipahami. Karena peristiwa yang sama dapat
dipahami secara berbeda.
2. Diagnose Causes (memperkirakan masalah atau sumber masalah) merupakan
elemen framing untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai aktor dari suatu
peristiwa. Penyebab disini berarti apa (what), tetapi bisa juga berarti siapa (who),
bagaimana peristiwa dipahami, tentu saja menentukan apa dan siapa yang
dianggap sebagai sumber masalah, karena itu masalah yang dipahami berbeda.
3. Make Moral Judgement (membuat keputusan moral) adalah elemen framing
yang dipakai untuk membenarkan atau memberikan argumentasi pada
pendefinisian masalah yang sudah dibuat. Ketika masalah sudah didefinisikan,
penyebab masalah sudah ditentukan, dibutuhkan argumentasi yang kuat untuk
mendukung gagasan tersebut.Gagasan yang dikutip berhubungan dengan sesuatu
yang familiar dan dikenal oleh khalayak.
4. Treatment Recommendation (menekankan penyelesaian) dipakai untuk menilai
apa yang dikehendaki oleh wartawan, jalan yang dipilih untuk menyelesaikan

masalah. Penyelesaian itu tentu saja tergantung pada bagaimana peristiwa itu
dilihat dan siapa dipandang sebagai penyebab masalah. (Eriyanto, 2002:191)
ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN RAZIA WARUNG MAKAN DI
SERANG BANTEN
1. Berita tentang razia warung makan oleh Pemkot Serang (SATPOLPP) pada
laman Kompas.com diawali dengan adanya pemberitaan dengan judul Ibu
Ini Menangis saat Dagangannya Disita karena Berjualan Siang Hari di Bulan
Ramadhan pada 11 Juni 2016 pada pukul 03.40 WIB.
Pembingkaian Kompas.com pada berita tersebut adalah :

Define Problems : Razia barang dagangan (masakan) secara paksa


terhadap warung makan milik Ibu Saeni oleh SATPOLPP Pemkot Serang

Banten.
Diagnose Causes : SATPOLPP Pemkot Serang Banten dan Ibu Saeni

sebagai korban.
Moral Judgement : Razia dilakukan oleh SATPOLPP Pemkot Serang
Banten karena warung makan milik Ibu Saeni buka di siang hari dan

melayani warga yang tidak puasa.


Treatment Recommendations : Penyitaan barang dagangan(masakan) oleh

SATPOLPP Pemkot Serang pada warung makan milik Ibu Saeni.


ANALISIS : Pada berita Ibu Ini Menangis saat Dagangannya Disita karena
Berjualan Siang Hari di Bulan Ramadhan pada 11 Juni 2016 pada pukul 03.40
WIB, Kompas.com membingkai peristiwa tersebut sebagai peristiwa yang
memprihatinkan, dimulai dari pemilihan judul sampai isi dari berita tersebut yang
mendeskripsikan bahwa pedagang warung makan menangis karena barang
dagangannya disita secara paksa oleh aparat Pemkot Serang karena berjualan di
siang hari pada bulan ramadhan. Berita ini menyiratkan kesucian bulan ramadhan
ternodai dengan adanya kejadian tersebut seolah-olah memperlihatkan pada
publik nilai toleransi Islam terganggu.
2. Berita berikutnya masih pada tanggal 11 Juni 2016 pada 18.45 WIB dengan
judul Larangan Warung Buka Saat Bulan Puasa Dinilai Merusak Citra Islam

dan Toleransi. Kompas.com membingkai berita hasil wawancara dengan


Muhammad Ali SyafiI seorang Intelektual Islam NU tentang peristiwa razia
warung makan di Serang Banten.
Define Problems : Larangan warung makan buka siang hari di bulan
Ramadhan oleh Pemkot Serang justru bisa merusak citra agama Islam dan

mengganggu iklim toleransi di masyarakat.


Diagnose Causes : Pemkot Serang Banten lewat SATPOLPP.
Moral Judgement : Adanya kutipan wawancara Ini memperburuk citra
Islam yang membuat seolah-olah Islam ini adalah agama yang selalu
memaksa orang, Ini juga akan merusak iklim toleransi. Ada banyak
orang di Indonesia butuh makan di siang hari karena misalnya mereka
bukan beragama Islam atau tidak sedang berpuasa", Ini masalah,
menunjukkan seolah umat islam itu keimanannya lemah sehingga jika ada
warung buka seolah-olah membuat puasa menjadi batal. Apa mereka kira

keimanan umat Islam itu hanya setebal kulit ari?".


Treatment Recommendations : Pemkot Serang justru seolah meragukan
keimanan umat Islam dan akan muncul anggapan bahwa dengan adanya
warung yang buka akan menjadi pemicu seseorang untuk membatalkan
puasanya.

ANALISIS : Berita pada tanggal 11 Juni 2016 pada 18.45 WIB dengan judul
Larangan Warung Buka Saat Bulan Puasa Dinilai Merusak Citra Islam dan
Toleransi membeberkan tentang kelemahan Islam secara masif dalam hal
toleransi. Citra Islam seolah menjadi buruk dengan adanya pemberitaan tersebut.
Pengemasan berita yang bersifat tendensius Kompas.com lewat wawancara
dengan Muhammad Ali SyafiI dalam pernyataan-pernyataannya dalam berita
tersebut menegaskan dengan sangat gamblang bahwa dengan adanya larangan
warung makan yang buka pada siang hari oleh Pemkot Serang tersebut
menganggap Islam lemah dalam toleransi dan meragukan umat Islam akan
keimanannya. Hal ini jelas merusak citra Islam secara umum di mata publik yang
membaca berita tersebut.

3. Pada judul berita Intelektual NU: Hukum Islam Tak Melarang Warung Buka
Siang Hari pada Bulan Puasapada 11 Juni 2016 pukul 18.58 masih
mengetengahkan wawancara dengan Muhammad Ali Syafii. Bingkai
Kompas.com pada berita tersebut adalah sebagai berikut :
Define Problems : Dasar hukum Pemkot Serang melarang warung makan

buka siang hari pada Bulan Ramadhan dipertanyakan.


Diagnose Causes : Pemkot Serang Banten.
Moral Judgement : Tidak ada satu pun peraturan perundang-undangan di
Indonesia yang bisa menjadi dasar bagi larangan tersebut. Hukum Islam
pun sama sekali tidak ada aturan yang melarang seseorang menjual

makanan pada siang hari saat bulan ramadhan.


Treatment Recommendations : Jika alasannya toleransi, hal tersebut harus
dilihat sebagai bagian dari seruan dakwah yang tidak bisa dipaksakan.

ANALISIS : Berita Intelektual NU: Hukum Islam Tak Melarang Warung Buka
Siang Hari pada Bulan Puasapada 11 Juni 2016 pukul 18.58 benar-benar
dibingkai oleh Kompas.com sebagai pemberitaan yang tendensius berisi tentang
Intoleransi umat Islam. Kali ini Kompas.com membingkai terjadinya pertentangan
antara hukum Islam dengan kenyataan yang terjadi pada peristiwa razia warung
makan di Serang Banten. Toleransi umat islam menjadi sesuatu yang
dipertanyakan dalam berita tersebut.
4. Berita terakhir yang berjudul Polemik Razia Warung Nasi, Pantaskah Serang
Dilabeli Kota Islami? pada tanggal 11 Juni 2016 jam 22.49 dibingkai
Kompas.com

sebagai

dampak

dari

berita-berita

sebelumnya

yang

membeberkan Intoleransi umat Islam berdampak pada kota Serang kota asal
peristiwa razia warung makan berasal. Kota Serang dipertanyakan sebagai
Kota Islami paling aman di Indonesia.
Define Problems : Predikat kota Serang sebagai kota Islami paling aman di
Indonesia dipertanyakan bahkan dianggap suatu kebohongan buntut
dampak adanya peristiwa razia warung makan di bulan ramadhan oleh

Pemkot Serang Banten.


Diagnose Causes : Kota Serang dan Pemkot Serang Banten.

Moral Judgement : Tidak elok membuat label kota berdasarkan agama


atau kepercayaan. Alasannya, kurang universal karenakota adalah melting

pot (tempat bertemu) yang pluralistik.


Treatment Recommendations : Labelisasi kota oleh berbagai pihak sah-sah
saja, namun hendaknya tidak dipakai sebagai ukuran teknokratik
penyusunan rencana dan struktur kota, seharusnya seluruh warga kota
berhak untuk mendapatkan pelayanan, baik dari kotanya maupun penyedia
jasa lainnya.

ANALISIS : Berita Polemik Razia Warung Nasi, Pantaskah Serang Dilabeli


Kota Islami? pada tanggal 11 Juni 2016 jam 22.49 menjelaskan bahwa toleransi
dibingkai Kompas.com sebagai hal yang betul-betul dipertanyakan akibat
peristiwa razia warung makan di Serang Banten. Kota asal peristiwa yaitu Serang
yang memperoleh predikat sebagai kota islami paling aman pun ikut merasakan
dampaknya. Sebagai kota islami yang menjunjung tinggi nilai-nilai islam dan
toleransi seakan-akan tercoreng dengan adanya pemberitaan razia warung makan
tersebut, apalagi diperkuat dengan statement-statement publik yang menyatakan
kebohongan dan pengamat perkotaan yang menyebutkan tidak pantas label kota
berdasarkan agama atau kepercayaan.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah menganalisa pemberitaan peristiwa razia warung makan di Serang


Banten pada laman Kompas.com melalui Analisis Framing model Robert N.
Entman dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pembingkaian Kompas.com pada berita Ibu Ini Menangis saat
Dagangannya Disita karena Berjualan Siang Hari di Bulan Ramadhan
pada 11 Juni 2016 pada pukul 03.40 WIB menjelaskan sebagai peristiwa
yang memprihatinkan, dimulai dari pemilihan judul sampai isi dari berita
tersebut yang mendeskripsikan bahwa pedagang warung makan menangis
karena barang dagangannya disita secara paksa oleh aparat Pemkot Serang
karena berjualan di siang hari pada bulan ramadhan. Berita ini
menyiratkan kesucian bulan ramadhan ternodai dengan adanya kejadian
tersebut seolah-olah memperlihatkan pada publik nilai toleransi Islam
terganggu.
2. Pembingkaian Kompas.com pada berita pada tanggal 11 Juni 2016 pada
18.45 WIB dengan judul Larangan Warung Buka Saat Bulan Puasa
Dinilai Merusak Citra Islam dan Toleransi membeberkan tentang
kelemahan Islam secara masif dalam hal toleransi. Citra Islam seolah
menjadi buruk dengan adanya pemberitaan tersebut. Pengemasan berita
yang bersifat tendensius oleh Kompas.com menegaskan dengan sangat
gamblang bahwa dengan adanya larangan warung makan yang buka pada
siang hari oleh Pemkot Serang tersebut menganggap Islam lemah dalam
toleransi dan meragukan umat Islam akan keimanannya. Hal ini jelas
merusak citra Islam secara umum di mata publik yang membaca berita
tersebut.
3. Pembingkaian Kompas.com pada berita Intelektual NU: Hukum Islam
Tak Melarang Warung Buka Siang Hari pada Bulan Puasa pada 11 Juni
2016 pukul 18.58 WIB benar-benar dibingkai oleh Kompas.com sebagai
pemberitaan yang tendensius berisi tentang Intoleransi umat Islam. Kali ini
Kompas.com membingkai terjadinya pertentangan antara hukum Islam
dengan kenyataan yang terjadi pada peristiwa razia warung makan di

Serang Banten. Toleransi umat Islam menjadi sesuatu yang dipertanyakan


dalam berita tersebut.
4. Pembingkaian Kompas.com pada berita Polemik Razia Warung Nasi,
Pantaskah Serang Dilabeli Kota Islami? pada tanggal 11 Juni 2016 jam
22.49

menjelaskan

secara

tendensius

bahwa

toleransi

dibingkai

Kompas.com sebagai hal yang betul-betul dipertanyakan akibat peristiwa


razia warung makan di Serang Banten. Kota asal peristiwa yaitu Serang
yang memperoleh predikat sebagai kota islami paling aman pun ikut
merasakan dampaknya. Sebagai kota islami yang menjunjung tinggi nilainilai islam dan toleransi seakan-akan tercoreng dengan adanya
pemberitaan razia warung makan tersebut, apalagi diperkuat dengan
statement-statement publik yang menyatakan kebohongan dan pengamat
perkotaan yang menyebutkan tidak pantas label kota berdasarkan agama
atau kepercayaan.
Secara umum, pembingkaian Kompas.com pada berita razia warung
makan di Serang Banten pada bulan ramadhan memang menyiratkan pemberitaan
yang tendensius akan nilai-nilai toleransi dan seolah-olah memperlihatkan kepada
publik tentang kelemahan Islam. Kompas.com telah berhasil membingkai dan
memberitakan peristiwa tentang Intoleransi yang terjadi sehingga menimbulkan
polemik di masyarakat.
B. SARAN
Berdasarkan penelitian atas peristiwa razia warung makan di Serang
Banten ini, ada beberapa poin sebagai saran antara lain :
1. Bagi Media yang memberitakan berbagai peristiwa apapun, diharapkan
memiliki data dan fakta yang lebih bervariasi untuk menjaga pemberitaan
yang lebih berimbang dari berbagai sumber agar tidak terkesan
mendiskreditkan salah satu pihak sehingga tidak menimbulkan polemik.
2. Bagi para pembaca umumnya diperlukan media literasi yang baik agar
tidak terjebak oleh satu isu yang bisa menyesatkan, membuat pandangan
yang belum tentu kebenarannya oleh pemberitaan media.

3. Bagi para peneliti selanjutnya akan lebih menarik apabila sebuah


penelitian diteliti dengan perspektif, metode atau pendekatan yang berbeda
agar terciptanya khazanah dalam bidang komunikasi umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan. 2008. Konstruksi Sosial Media Massa, Kekuatan Pengaruh


Media Massa, Iklan Televisi, dan Keputusan Konsumen serta Kritik
Terhadap Peter L. Berger dan Thomas Luckman. Jakarta : Kencana

Eriyanto. 2002. Analisis Framing : Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media.


Yogyakarta : Lkis
Kriyantono, Rachmat. 2007. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana
Moleong, Lexy J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya
https://m.tempo.co/read/news/2016/06/14/058779708/saeni-banjir-bantuan-ulamakota-serang-tersinggung
https://m.tempo.co/read/news/2016/06/16/078780515/soal-razia-warung-makandi-serang-fpi-datangi-kompas
Sumber Berita :
http://regional.kompas.com/read/2016/06/11/03400091/Ibu.Ini.Menangis.saat.
Dagangannya.Disita.karena.Berjualan.Siang.Hari.di.Bulan.Ramadha
n?utm_source=RD&utm_medium=inart&utm_campaign=khiprd
http://nasional.kompas.com/read/2016/06/11/18450861/larangan.warung.buk
a.saat.bulan.puasa.dinilai.merusak.citra.islam.dan.toleransi?
utm_source=news&utm_medium=bpkompas&utm_campaign=related&
http://nasional.kompas.com/read/2016/06/11/18583451/intelektual.nu.hukum.
islam.tak.melarang.warung.buka.siang.hari.pada.bulan.puasa?
utm_source=news&utm_medium=bpkompas&utm_campaign=related&
http://properti.kompas.com/read/2016/06/11/224904121/polemik.razia.warun
g.nasi.pantaskah.serang.dilabeli.kota.islami.

Anda mungkin juga menyukai