Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menghadapi seluruh kenyataan dalam hidupnya, manusia kagum atas apa yang
dilihatnya, manusia ragu-ragu apakah ia tidak ditipu oleh panca-inderanya, dan mulai
menyadari keterbatasannya. Dalam kehidupan sehari-harinya manusia juga tak dapat
terpisahkan dari aktivitas. Baik itu dilakukan secara individu maupun kelompok. Dalam
aktivitas tersebut kadang-kadang (bahkan harus) terdokementasikan. Baik itu dalam catatan
pribadi maupun media, baik cetak atau elektronik.

Dalam mengkaji suatu hal, perlu adanya teori, metode, dan teknik. Pengkajian yang
dilakukan bukan semata-mata tanpa garis pengarah, sebab dalam melakukan kajian terhadap
suatu hal, perlu adanya penentuan cara dalam mengkaji. Penentuan cara pada intinya akan
mengarahkan pengkaji untuk lebih mengtahui perspektif kajian yang digunakan dan
kemudian akan jelaslah hasil kajian yang tentunya sesuai dengan pilihan cara pengkajian.
Dalam hal ini lebih terfokus pada pengkajian karya sastra.
Banyak teori-teori yang diungkapkan oleh pakar peneliti, antara lain: formalism,
strukturalisme, semiotika, strukturalisme genetik, naratologi, resepsi, enterteks, feminis, post-
kolonial, dekonstruksi, postrukturalisme, analisis isi (content analysis) dan teori pendekatan
lain yang memang memiliki perbedaan karakteristik. Perbedaan karakteristik dalam setiap
teori bergantung pada titik inti pengkajian setiap teori dan kiblat pengkajian.
Berlandaskan pada jumlah teori pendekatan yang tinggi, penulis ingin mengkaji satu
di antara teori pendekatan tersebut. dalam kertas karya ini, penulis akan mengkaji lebih dalam
mengenai pendekatan analisis isi (content analysis).

1
1.2 Rumusan Masalah
Dalam kertas karya ini ada beberapa hal yang menjadi permasalahan, antara lain:
a. Apa pengertian metode analisis isi (content analysis)?
b. Apa kegunaan, tujuan, jenis, dan prosedur metode analisis isi?
c. Apa saja dasar rancangan analisis isi?
d. Apa teknik pembuatan skala pada penggunaan metode analisi isi?

1.3 Tujuan
a. Mengetahui dan mendeskripsikan pengertian metode analisis isi (content analysis).
b. Mengetahui dan mendeskripsikan kegunaan, tujuan, jenis, dan prosedur metode
analisis isi.
c. Mengetahui dan mendeskripsikan dasar rancangan anslisis isi.
d. Mengetahui dan mendeskripsikan teknik pembuatan skala pada penggunaan metode
analisi isi.

1.4. Metode Penulisan


Dalam kertas karya ini penulis menggunakan metode kepustakaan (library research),
yaitu metode mengumpulkan data atau informasi dari buku atau jurnal ilmiah yang berkaitan
dengan permasalahan yang akan dibahas dalam kertas karya ini. Setelah membaca dan
mengkaji berbagai sumber, penulis melakukan analisis dan dirangkum untuk kemudian
dideskripsikan ke dalam kertas karya ini.

2
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Dasar dan Kegunaan Analisis Isi


Menurut Vredenbreght (1983:66-68), secara eksplisit metode analisis isi pertama kali
digunakan di Amerika Serikat tahun 1926. Tetapi secara praktis, telah digunakan jauh
sebelumnya. Sesuai dengan namanya analisis isi terutama berhubungan dengan isi
komunikasi, baik secara verbal, dalam bentuk bahasa, maupun nonverbal, seperti arsitektur,
pakaian, alat rumah tangga, dan media elektronik. Dalam ilmu sosial, isi yang dimaksudkan
berupa masalah-masalah sosial, ekonomi, dan politik, termasuk propaganda. Jadi,
keseluruhan isi dan pesan komunikasi dalam kehidupan manusia. Tetapi dalam karya sastra,
isi yang dimaksudkan adalah pesan-pesan, yang dengan sendirinya sesuai dengan hakikat
sastra. Analisis isi, khususnya dalam ilmu sosial sekaligus dapat dimanfaatkan secara
kualitatif dan kuantitatif.

Isi dalam metode analisis isi terdiri atas dua macam, yaitu isi laten dan isi komunikasi.
Isi laten adalah isi yang terkandung dalam dokumen dan naskah, sedangkan isi komunikasi
adalah pesan yang terkandung sebagai akibat komunikasi yang terjadi. Isi laten adalah isi
sebagimana dimaksudkan oleh penulis, sedangkan isi komunikasi adalah isi Sebagaimana
terwujud dalam hubungan naskah dengan konsumen. Dengan kalimat lain, isi komunikasi
pada dasarnya juga mengimplikasikan isi laten, tetapi belum tentu sebaliknya. Objek formal
metode analisi isi ini adalah isi komunikasi. Analisis terhadap isi laten akan menghasilkan
arti, sedangkan analisis terhadap isi komunikasi akan menghasilkan makna.

Sebagaimana metode kuantitatif, dasar pelaksanaan metode analisi isi adalah


penafsiran. Apabila proses penafsiran dalam metode kualitatif memberikan perhatian pada
situasi alamiah, maka dasar penafsiran dalam metode analisi isi memberikan perhatian pada
isi pesan. Oleh karena itulah, metode analisi isi dilakukan dalam dokumen-dokumen yang
padat isi. Peneliti menekankan bagaimana memaknakan isi komunikasi, memaknakan isi
interaksi simbolik yang terjadi dalam peristiwa dalam peristiwa komunikasi. Dalam karya
sastra, misalnya, dilakukan untuk meneliti gaya tulisan seorang pengarang. Dalam media
massa penelitian dengan metode analisis isi dilakukan terhadap paragrap, kalimat, dan kata,
temasuk volume ruangan yang diperlukan, waktu penulisan, di mana ditulis, danj
sebagaimana, sehingga dapat diketahui isi pesan secara tepat. Cara yang sama juga dapat

3
dilakukan untuk menganalisis kumpulan surat-surat pribadi, seperti surat-surat Kartini.
Vrendenbreght (ibid.) menyebutkan penelitian Max Weber dalam buku The Protestant Ethic
and The Spirit of Capitalism sebagai contoh penerapan metode analisis isi yang sangat
berhasil.

Sesuai tujuannya, maka metode Analisis Isi menjadi pilihan untuk diterapkan pada
penelitian yang terkait dengan isi komunikasi dalam sebuah teks. Ada beberapa pertanyaan
tipikal yang dapat dijawab dengan menggunakan metode Analisis Isi, yaitu:
a. Pertanyaan tentang prioritas/ hal penting dari isi teks, seperti frekuensi, dimensi,
aturan dan jenis-jenis citra atau cerita dari peristiwa yang direpresentasikan.
b. Pertanyaan tentang bias informasi dalam teks, seperti komparasi relatif tentang
durasi, frekuensi, prioritas, atau hal yang ditonjolkan dalam berbagai representasi.
c. Perubahan historis dalam modus representasi.

2.2 Syarat Pengguaan Analisis Isi

Analisis isi tidak dapat diberlakukan pada semua penelitian sosial. Analisis isi dapat
dipergunakan jika memiliki syarat berikut.

1. Data yang tersedia sebagian besar terdiri dari bahan-bahan yang terdokumentasi (buku,
surat kabar, pita rekaman, naskah/manuscript).
2. Ada keterangan pelengkap atau kerangka teori tertentu yang menerangkan tentang dan
sebagai metode pendekatan terhadap data tersebut.
3. Peneliti memiliki kemampuan teknis untuk mengolah bahan-bahan/data-data yang
dikumpulkannya karena sebagian dokumentasi tersebut bersifat sangat khas/spesifik.

2.3 Tujuan Analisis Isi

Analisis isi bisa dikatakan ekuivalen dengan studi dokumen untuk penelitian survey.
Disini digunakan hipotesis formal dan sampel luas yang dilukiskan secara ilmiah serta dapat
dianalissis dengan menggunakan bantuan teknik statistik modern, bahkan dengan bantuan
komputer. Dengan demikian, tujuan dari analisis isi meliputi semua bidang spesialisasi yang
sebenarnya juga tercakup dalam penelitian survey. Selain itu, analisis isi juga memiliki
beberapa tujuan khusus seperti determinasi (penentuan) kepengarangan bagi dokumen yang

4
ditulisnya yang bisa dipertanyakan. Disamping pengujian hipotesisi, ada sembilan tujuan
analisis isi, yakni sebagai berikut :

1. Menjelaskan kecenderungan isi komunikasi


2. Menjelaskan karakteristik yang diketahui dari sumber-sumber kepada pesan-pesan
yang dihasilkan
3. Memeriksa atau mengaudit isi komunikasi terhadap standar yang berlaku
4. Menganilisis teknik persuasi
5. Menganalisis gaya suatu tulisan
6. Menghubungkan atribut (sifat dan perlengkapan) yang diketahui dari audiens kepada
pesan-pesan yang dihasilkan bagi mereka
7. Menjelaskan pola-pola kumunikasi.
8. Melacak perkembangan ilmu
9. Mengidentifikasikan maksud dan sifat komunikator/penulis

2.4 Jenis Analisis Isi


Terdapat dua jenis analisis isi, yaitu analisis isi kuantitatif (Quantitative Content
Analysis) dan analisis isi kualitatif (Qualitative Content Analysis). Prinsip analisis isi
kuantitatif adalah prinsip objektifitas yang diukur dari pembuatan atau penyusunan
kategorisasi. Metode yang diterapkan dalam analisis isi haruslah tersistematisasi, dimana
mulai unit analisis yang diteliti sampai pembuatan kategorisasi dan operasionalisasi tidak
tumpang tindih. Pesan-pesan yang tampak tadi haruslah dapat dihitung/dikuantifikasi untuk
mendapatkan frekuensi penghitungan pesan-pesan yang dimaksudkan. Sedangkan analisis isi
media kualitatif lebih banyak dipakai untuk meneliti dokumen yang dapat berupa teks,
gambar, simbol, dan sebagainya untuk memahami budaya dari suatu konteks sosial tertentu.
Dokumen dalam analisis isi kualitatif ini merupakan pada metode analisis yang integratif dan
lebih secara konseptual untuk enemukan, mengidentifikasi, mengolah dan menganalisa
dokumen untuk memahami makna, signifikansi dan relevansinya. Tujuan dari penelitian
analisis isi kualitatif ini sebenarnya adalah sistematis dan analitis, tetapi tidak kaku (rigid)
seperti analisis isi kuantitatif. Dengan kata lain, analisis isi kuantitatif hanya mampu
mengetahui atau mengidentifikasi manifest messages (pesan-pesan yang tampak) dari isi
media yang diteliti. Sedangkan analisis isi yang sifatnya kualitatif tidak hanya mampu
mengidentifikasi pesan-pesan manifest, melainkan juga latent messages dari sebuah dokumen

5
yang diteliti. Jadi lebih mampu melihat kecenderungan isi media berdasarkan context (situasi
yang sosial di seputar dokumen atau teks yang diteliti), process (bagaimana suatu proses
produksi media/isi pesannya dikreasi secara actual dan diorganisasikan secara bersama) dan
emergence (pembentukan secara gradual/bertahap dari makna sebuah pesan melalui
pemahaman dan intepretasi) dari dokumen-dokumen yang diteliti (Bungin, 2004 : 144-147).

2.4.1 Pendekatan Kualitatif dan Pendekatan Kuantitatif

Analisis isi kuantitatif memfokuskan risetnya pada isi komunikasi yang


tersurat (tampak atau manifest). Karena itu tidak dapat digunakan untuk mengetahui
isi komunikasi yang tersirat (latent). Misalnya mengapa Tvone memberitakan berita
penggerebekan teroris dengan cara berbeda dengan SCTV, ataupun dengan Global Tv,
mengapa corporate blog virtual communication dan prespektif wimar berbeda dalam
melihat komunikasi dan dalam membangun content untuk menjaga hubungan dengan
publiknya, dan lainnya. Karena itu diperlukan suatu analisis isi yang lebih mendalam
dan detail untuk memahami produk isi media dan mampu menghubungkanya dengan
konteks sosial/realitas yang terjadi sewaktu pesan dibuat. Karena semua pesan (teks,
simbol, gambar dan sebagainya adalah produk sosial dan budaya masyarakat. Inilah
yang di sebut analisis isi kualitatif.

Altheide (1996:2) mengatakan bahwa analisis isi kualitatif disebut pula


sebagai Ethnographic Content Analysis (ECA), yaitu perpaduan analisis isi objektif
dengan observasi partisipan. Artinya, istilah ECA adalah periset berinteraksi dengan
material-material dokumentasi atau bahkan melakukan wawancara mendalam
sehingga pertanyaan-pertanyaan yang spesifik dapat diletakkan pada konteks yang
tepat untuk di analisis.

Karena itu beberapa yang harus diperhatikan oleh periset:

1. Isi (content) atau situasi sosial seputar dokumen (pesan/teks) yang diriset.
Misalnya, periset harus mempertimbangkan faktor ideologi institusi media,
latar belakang wartawan & bisnis, karena faktor-faktor ini menentukan isi
berita dari media tersebut.
2. Proses atau bagaimana suatu produk media/isi pesannya dikreasi secara
aktual dan diorganisasikan secara bersama. Misalnya bagaimana berita

6
diproses, bagaimana format pemberitaan TV yang dianalisis tadi
disesuaikan dengan keberadaan dari tim pemberitaan, bagaimana realitas
objektif diedit ke dalam realitas media massa, dan lainnya.
3. Emergence, yakni pembentukan secara gradual/bertahap dari makna
sebuah pesan melalui pemahaman dan interprestasi. Di sini periset
menggunakan dokumen atau teks untuk membantu memahami proses dan
makna dari aktivitas-aktivitas sosial. Dalam proses ini periset akan
mengetahui apa dan bagaimana si pembuat pesan di pengaruhi oleh
lingkungan sosialnya atau bagaimana si pembuat pesan mendefinisikan
sebuah situasi.

Analisis isi kualitatif ini bersifat sistematis, analitis tapi tidak kaku seperti
dalam analisis isi kuantitatif. Kategorisasai dipakai hanya sebagai guide,
diperbolehkan konsep-konsep atau kategorisasi yang lain muncul selama proses riset.
Saat ini telah banyak metode analisis yang berpijak dari pendekatan analisis isi
kualitatif. Antar lain: analisis framing, analisis wacana, analisis tekstual, semiotik,
analisis retorika, dan ideological criticism. Periset dalam melakukan analisis bersikap
kritis terhadap realitas yang ada dalam teks yang dianalisis.

Pendekatan kritis tersebut dipengaruhi oleh pandangan Marxis yang melihat


media bukanlah kesatuan netral, tetapi media dipandang sebagai alat kelompok
dominan untuk memanipulasi dan mengukuhkan kekuasaan dengan memarjinalkan
kelompok yang tidak dominan. Pada dasarnya analisis isi kualitatif (kritis)
memandang bahwa segala macam produksi pesan adalah teks, seperti berita, iklan,
sinetron, lagu dan simbol-simbol lainnya yang tidak bisa lepas dari kepentingan-
kepentingan sang pembuat pesan. Berita, misalnya bukanlah realitas sebenarnya.
Berita adalah realitas yang sudah di seleksi dan disusun menurut pertimbangan-
pertimbangan redaksi, istilahnya disebut second-hand reality. Artinya, ada faktor-
faktor subjektivitas awak media dalam proses produksi berita. Karena itu, fakta atau
peristiwa adalah konstruksi awak media.

Analisis wacana adalah analisis isi yang lebih bersifat kualitatif dan dapat
menjadi salah satu alternatif untuk melengkapi dan menutupi kelemahan dari analisis
isi kuantitatif yang selama ini banyak digunakan oleh para peneliti. Jika pada analisis
kuantitatif, pertanyaan lebih ditekankan untuk menjawab apa (what) dari pesan atau
7
teks komunikasi, pada analisis wacana lebih difokuskan untuk melihat pada
bagaimana (how), yaitu bagaimana isi teks berita dan juga bagaimana pesan itu
disampaikan.
Beberapa perbedaan mendasar antara analisis wacana dengan analisis isi yang
bersifat kuantitatif adalah sebagai berikut. Analisis wacana lebih bersifat kualitatif
daripada yang umum dilakukan dalam analisis isi kuantitatif karena analisis wacana
lebih menekankan pada pemaknaan teks daripada penjumlahan unit kategori, seperti
dalam analisis isi. Analisis isi kuantitatif digunakan untuk membedah muatan teks
komunikasi yang bersifat manifest (nyata), sedangkan analisis wacana justru
memfokuskan pada pesan yang bersifat latent (tersembunyi). Analisis isi kuantitatif
hanya dapat mempertimbangkan apa yang dikatakan (what), tetapi tidak dapat
menyelidiki bagaimana ia dikatakan (how). Analisis wacana tidak berpretensi
melakukan generalisasi, sedangkan analisis isi kuantitatif memang diarahkan untuk
membuat generalisasi.
Model analisis wacana yang diperkenalkan oleh van Dijk sering kali disebut sebagai
kognisi sosial, yaitu suatu pendekatan yang diadopsi dari bidang psikologi sosial.
Menurut van Dijk, ada 3 dimensi yang membentuk suatu wacana sehingga analisis
yang dilakukan terhadap suatu wacana harus meliputi ketiga dimensi tersebut, yaitu
teks, kognisi sosial, dan konteks sosial.

2.5 Prosedur Analisis Isi


Ada enam pertanyaan yang harus diperhatikan dalam melakukan metode analisi isi:
1. Data yang dianalisis?
2. Bagaimana cara pendefinisian?
3. Hal apa saja yang terkait?
4. Apa konteks data analisis?
5. Apa batas-batas analisis?
6. Apa target dari kesimpulan?

Asumsinya adalah bahwa kata-kata dan frasa yang paling sering disebutkan adalah
hal-hal yang mencerminkan kekhawatiran penting dalam setiap komunikasi. Oleh karena itu,
analisis isi kuantitatif dimulai dengan frekuensi kata, ukuran ruang (kolom cm/inci dalam
kasus surat kabar), menghitung waktu (untuk radio dan televisi waktu) dan frekuensi kata
kunci.

8
Kualitatif, analisis isi dapat melibatkan segala jenis analisis, komunikasi konten
(pidato, teks tertulis, wawancara, gambar, dan sebagainya) dikategorikan dan diklasifikasikan.
Pada permulaannya, menggunakan surat kabar pertama di akhir abad ke-19, analisis
dilakukan secara manual dengan mengukur jumlah baris dan jumlah ruang subjek. Pada
zaman sekarang ini, fasilitas komputerisasi umum seperti PC, komputer berbasis metode
analisis yang semakin meningkat popularitasnya. Artikel koran, manifesto partai politik,
catatan medis atau pengamatan sistematis dalam percobaan, semua dapat terselesaikan
menggunakan analisis sistematis dari data tekstual.

Satu perbedaan lagi adalah antara isi nyata (komunikasi) dan makna latennya.
"Manifest" menggambarkan apa yang (seorang penulis atau pembicara) telah tertulis,
sementara makna laten menjelaskan apa yang diinginkan penulis dalam karyanya. Biasanya,
analisis isi hanya dapat diterapkan pada konten nyata, yaitu kata-kata, kalimat, atau teks itu
sendiri.

Sebuah langkah lebih lanjut dalam analisis adalah perbedaan antara pendekatan
kamus berbasis kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Kamus pendekatan berbasis mengatur
daftar kategori yang berasal dari daftar frekuensi kata dan mengontrol distribusi kata-kata dan
masing-masing kategori di teks. Sementara metode dalam analisis isi kuantitatif melakukan
pengamatan kategori yang ditemukan yakni seperti data statistik kuantitatif, analisis isi
kualitatif lebih memfokuskan pada intensionalitas dan implikasinya.

Penelitian Analisis Isi berusaha melihat konsistensi makna dalam sebuah teks.
Konsistensi ini dapat dijabarkan dalam pola-pola terstruktur yang dapat membawa peneliti
kepada pemahaman tentang sistem nilai dibalik teks itu. Metode Analisis Isi menuntut
beberapa persyaratan: objektif, sistematis, dan dapat digeneralisasikan. Objektif berarti
prosedur dan kriteria pemilihan data, pengkodean serta cara interpretasi harus didasarkan
pada aturan yang telah ditentukan sebelumnya. Sistematis berarti inklusi dan ekslusi atau
kategori harus berdasarkan aturan yang konsisten. Dapat digeneralisasikan, berarti tiap
temuan harus memiliki relevansi teoretis.
Neuman (2000: 296-298) menyebutkan langkah-langkah dalam meneliti dengan
metode Analisis Isi, yaitu (1) menentukan unit analisis (misalnya jumlah teks yang ditetapkan
sebagai kode), (2) menentukan sampling (3) menentukan variable dan menyusun kategori
pengkodean, dan (5) menarik kesimpulan.

9
Philip Bell lebih detail menjelaskan proses mengkodekan isi dengan menentukan
variabel (variables) dan nilai (values). Sebuah variabel isi adalah macam-macam dimensi
(ukuran, jangkauan range warna, posisi dalam sebuah halaman atau dalam sebuah buletin
berita). Sebuah variabel terdiri atas nilai-nilai (values) yang dapat disubstitusikan satu sama
lain karena mereka mempunyai kelas yang sama. Nilai yang didefinisikan dalam setiap
variabel sebaiknya juga saling ekslusif dan mendalam. Hasil kuantitatif dan kualitatif dari
Analisis Isi berupa perbandingan (comparison) dan tabulasi silang (cross tabulations) dapat
digunakan untuk menguji eksplisitas/ ketegasan hipotesis komparatif, serta kualifikasi
kategori-kategori dari manifestasi wujud/ isi.
Prosedur Analisis Isi yang disusun oleh beberapa pakar di atas sebenarnya
menunjukkan prinsip-prinsip yang tidak terlalu berbeda satu sama lain, hanya varian yang
bisa diterapkan dengan menyesuaikan objek dan lingkup penelitian. Secara umum, penulis
mencoba menyimpulkan langkah-langkah umum dalam metode Analisis Isi yang akan
dikembangkan dalam penelitian teks arsitektur, yaitu:
1. Tentukan topik penelitian
2. Tentukan objek yang akan diteliti dan dan sampel penelitiannya
3. Tentukan hipotesis secara jelas agar dapat dibuktikan secara terukur. Hipotesis
sebaiknya diturunkan dari sebuah teori yang berlaku.
4. Tentukan unit analisisnya (variabel dan nilai yang bisa dikodekan)
5. Analisis secara kuantitatif dan atau kualitatif tiap variabel dan nilainya.
6. Penyimpulan, interpretasi dari data penelitian.

2.6 Dasar-Dasar Rancangan Penelitian Analisis Isi

Prosedur dasar pembuatan rancangan penelitian dan pelaksanaan studi analisis isi
terdiri atas 6 tahapan langkah, yaitu

1. merumuskan pertanyaan penelitian dan hipotesisnya,


2. melakukan sampling terhadap sumber-sumber data yang telah dipilih,
3. pembuatan kategori yang dipergunakan dalam analisis,
4. pendataan suatu sampel dokumen yang telah dipilih dan melakukan pengkodean,
5. pembuatan skala dan item berdasarkan kriteria tertentu untuk pengumpulan data, dan
6. interpretasi/ penafsiran data yang diperoleh.

10
Urutan langkah tersebut harus tertib, tidak boleh dilompati atau dibalik. Langkah
sebelumnya merupakan prasyarat untuk menentukan langkah berikutnya. Permulaan
penelitian itu adalah adanya rumusan masalah atau pertanyaan penelitian yang dinyatakan
secara jelas, eksplisit, dan mengarah, serta dapat diukur dan untuk dijawab dengan usaha
penelitian. Pada perumusan hipotesis, dugaan sementara yang akan dijawab melalui
penelitian, peneliti dapat memilih hipotesis nol, hipotesis penelitian atau hipotesis statistik.
Penarikan sampel dilakukan melalui pertimbangan tertentu, disesuaikan dengan rumusan
masalah dan kemampuan peneliti.

Pembuatan alat ukur atau kategori yang akan digunakan untuk analisis didasarkan
pada rumusan masalah atau pertanyaan penelitian, dan acuan tertentu. Misalnya, kategori
tinggi-sedang-rendah, dengan indikator-indikator yang bersifat terukur. Kemudian,
pengumpulan atau coding data, dilakukan dengan menggunakan lembar pengkodean (coding
sheet) yang sudah dipersiapkan. Setelah semua data diproses, kemudian diinterpretasikan
maknanya.

2.7 Teknik Pembuatan Skala pada Analisis Isi

Berikut ini dua macam teknik penskalaan (scaling) yang bertujuan khusus untuk
mengukur intensitas:

Pertama, metode Q-Sort, menyediakan suatu cara penskalaan universe pernyataan-


pernyataan mengenai variabel tertentu. Skala Q-Sort mempergunakan distribusi skala 9 titik.
Pada lajur pertama, (Y) berisi 9 point nilai, yang menunjukkan tingkat terendah (1) sampai
tingkat tertinggi (9), dan lajur kedua (X) yang menunjukkan persentase pernyataan dalam tiap
kategori. Untuk menentukan item-item masuk pada kategori tertentu pada skala yang telah
tersedia, dipakai orang-orang yang dianggap sebagai juri penilai. Dalam hal ini perlu
ditetapkan keterandalan (reliabilitas) alat ukur, dan kesahihan (validitas) pengukuran.

Kedua, metode skala perbandingan pasangan (pair comparison scaling), yaitu teknik
menentukan skala relatif item-item yang tidak melibatkan distribusi nyata. Penggunaan
metode ini adalah untuk mengetahui pernyataan-pernyataan yang paling intens di antara
pasangan-pasangan yang mungkin. Keseluruhan metode ini akan menghasilkan suatu skala
relatif antaritem.

11
2.8 Reliabilitas dan Validitas

Masalah reliabilitas (keterandalan) dan validitas pengukuran (kesahihan) merupakan 2


hal pokok dalam penelitian yang tidak boleh ditinggalkan. Reliabilitas didefinisikan sebagai
keterandalan alat ukur yang dipakai dalam suatu penelitian. Apakah kita benar-benar dapat
mengukur dengan tepat sesuai dengan alat atau instrumen yang dimiliki.

Dikenal beberapa jenis reliabilitas, yaitu berikut ini.

1. Intercoder dan intracoder, yaitu pemberian kode dari luar dan dari dalam.

2. Pretest, yaitu pengujian atau pengukuran perbedaan nilai antara juri-juri pemberi nilai.

3. Reliabilitas kategori, yaitu derajat kemampuan pengulangan penempatan data dalam


berbagi kategori.

Validitas adalah kesahihan pengukuran atau penilaian dalam penelitian. Dalam analisis isi,
validitas dilakukan dengan berbagai cara atau metode sebagai berikut.

1. Pengukuran produktivitas (productivity), yaitu derajat di mana suatu studi menunjukkan


indikator yang tepat yang berhubungan dengan variabel.

2. Predictive validity, yaitu derajat kemampuan pengukuran dengan peristiwa yang akan
datang.

3. Construct validity, yaitu derajat kesesuaian teori dan konsep yang dipakai dengan alat
pengukuran yang dipakai dalam penelitian tersebut.

12
BAB III
KESIMPULAN

Analisis isi adalah penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu
informasi tertulis atau tercetak dalam media massa, tujuan Analisisi Isi yang utama adalah
pengujian hipotesisi, Samplingnya bisa menggunakan sampling probabilitas, juga bisa
menggunakan sampling nonprobabilitas, Kategorinya harus menggambarkan tujuan
penelitian, lengkap (mendalam), mutually exclusive, dan independent. Tidak ada unit
rekaman yang hanya satu buah, tapi ada bebarapa. Dalam penelitian harus melihat
konteksnya bagaimana. Ada empat cara yang penting dalam mengenumerasi atau
mengkuantifikasi data dalam analisis isi

Ada dua jenis analisis isi, kualitatif dan kuantitatif. Analisis isi kualitatif bersifat
sistematis, analitis tapi tidak kaku seperti dalam analisis isi kuantitatif. Kategorisasai dipakai
hanya sebagai guide, diperbolehkan konsep-konsep atau kategorisasi yang lain muncul
selama proses riset. Analisis isi kuantitatif memfokuskan risetnya pada isi komunikasi yang
tersurat (tampak atau manifest).

Prosedur dasar pembuatan rancangan penelitian dan pelaksanaan studi analisis isi
terdiri atas 6 tahapan langkah, yaitu : merumuskan pertanyaan penelitian dan hipotesisnya,
melakukan sampling terhadap sumber-sumber data yang telah dipilih, pembuatan kategori
yang dipergunakan dalam analisis, pendataan suatu sampel dokumen yang telah dipilih dan
melakukan pengkodean, pembuatan skala dan item berdasarkan kriteria tertentu untuk
pengumpulan data, dan interpretasi/ penafsiran data yang diperoleh.

Terdapat dua macam teknik penskalaan (scaling) yang bertujuan khusus untuk
mengukur intensitas. Pertama, metode Q-Sort, Kedua, metode skala perbandingan pasangan.
Reliabilitas didefinisikan sebagai keterandalan alat ukur yang dipakai dalam suatu penelitian.
Validitas adalah kesahihan pengukuran atau penilaian dalam penelitian.

13

Anda mungkin juga menyukai