Anda di halaman 1dari 9

Nama : Togi Lestari Manurung, S.Pd.

Mahasiswa PPG Daljab


UNP 2022

LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah


Pembelajara Teks Cerita

Masalah yang
No. telah Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi
1 Tidak semua siswa Untuk menemukan penyebab masalah yang telah diidentifikasi, peneliti Berdasarkan hasil eksplorasi penyebab
bersemangat dalam melakukan eksplorasi masalah melalui dua (2) cara, yaitu kajian literatur dan masalah, peneliti melakukan analisis dan
mengidentifikasi wawancara. Berikut ini adalah hasil eksplorasi yang ditemukan. menemukan beberapa masalah yang sesuai
unsur teks cerita. Kajian Literatur dengan kondisi sekolah tempat peneliti
Annisa, Dewi Sry et al. 2020. Pengaruh Media Pembelajaran terhadap Semangat bertugas. Berikut ini adalah hal-hal yang
Belajar Siswa di SD Muhammadiyah 38 Sunggal. Jurnal pada Program menyebabkan kurangnya semangat siswa
Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dalam mengidentifikasi unsur teks cerita.
Universitas Mahammadiyah Sumatera Utara. Medan: 2715-9213. 1. Penggunaan media yang belum
http://dx.doi.org/10.30596%2Fjmp-dmt.v1i4.7763 maksimal.
Dari jurnal tersebut, peneliti menemukan bahwa sebesar 39,18% kontribusi 2. Kompetensi, profesionalisme, dan
pengaruh media pembelajaran terhadap semangat belajar siswa. kinerja tenaga pendidik harus
ditingkatkan.
Fajduani, Abdul Khalik. 2021. Pengaruh Kompetensi, Profesionalisme, dan Kinerja 3. Belum adanya komitmen di kelas.
Dosen terhadap Semangat Belajar Mahasiswa Fakultas Sosial Sains 4. Guru belum melakukan
Universitas Pembangunan Panca Budi Medan. Jurnal Universitas Negeri pemantauan terhadap proses
Padang. Padang: JBMP. pembelajaran siswa dengan
https://doi.org/10.24036/jbmp.v10i2.115376 maksimal.
Dari jurnal tersebut, peneliti menemukan bahwa ada beberapa aspek yang telah 5. Perlu adanya umpan balik terhadap
terbukti berpengaruh terhadap semangat belajar, yaitu hasil belajar siswa.
1. Kompetensi dengan nilai t hitung > t tabel (3,378 > 1,984) dan dengan nilai 6. Belum terlaksana kiat memulai
signifikansi sebesar 0,001<0,05, pembelajaran yang berkesan.
2. Profesionalisme dengan nilai t hitung > t tabel (8,681> 1,984) dan dengan nilai 7. Perlu adanya peninjauan kesiapan
signifikan sebesar 0,001<0,05alpha, dan belajar anak.
3. Kinerja dengan nilai t hitung > t tabel (4,469 > 1,984) dan dengan nilai signifikan 8. Teks yang digunakan kurang
sebesar 0,001<0,05 alpha. variatif.

Wawancara
Informan I : H. Subhan, M.Pd. (54 tahun)
Jabatan dan Prestasi : Kepala SMP Negeri 3 Pontianak, Fasilitator Guru
Penggerak, Juara 1 Guru Berprestasi Tingkat Nasional
Tahun 2012, dan Kepala Sekolah Berprestasi Tingkat
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019.
Tanggal Wawancara : 1 September 2022
Dokumentasi :

Dari wawancara tersebut, peneliti menemukan bahwa ada beberapa hal yang
mempengaruhi semangat belajar siswa. Berikut adalah hasil simpulan dalam
wawancara.
1. Adanya komitmen kelas
2. Guru tidak hanya duduk di meja dan membiarkan siswa bekerja tanpa
pantauan
3. Guru memberikan umpan balik terhadap seluruh hasil belajar siswa.
4. Guru menggunakan media yang menarik.
5. Guru memunculkan kesan awal dalam memulai pembelajaran dengan
menyenangkan.

Informan II : Imam Agus Faisal (26 tahun)


Jabatan dan Prestasi : Guru Bahasa Indonesia Kelas VII SMP Negeri 3
Pontianak dan Instruktur Nasional pada Pembelajaran
Sastra Berbasis Digital
Tanggal Wawancara : 1 September 2022
Dokumentasi :
Dari wawancara tersebut, peneliti menemukan bahwa ada beberapa hal yang
mempengaruhi semangat belajar siswa. Berikut adalah hasil simpulan dalam
wawancara.
1. Adanya kesepakakan kelas
2. Meninjau kesiapan belajar anak sebelum memulai pembelajaran dengan
melakukan asesmen diagnostik nonformatif.
3. Menggunakan variasi pembelajaran teks yang seru dan menyenangkan, seperti
media, lingkungan belajar, dan produk.

2 Ada sejumlah Untuk menemukan penyebab masalah yang telah diidentifikasi, peneliti Berdasarkan hasil eksplorasi penyebab
siswa yang belum melakukan eksplorasi masalah melalui dua (2) cara, yaitu kajian literatur dan masalah, peneliti melakukan analisis dan
kreatif dalam wawancara. Berikut ini adalah hasil eksplorasi yang ditemukan. menemukan beberapa masalah yang sesuai
mereproduksi teks Kajian Literatur dengan kondisi sekolah tempat peneliti
cerita. Nusri, Nadiatul et al. 2019. Kontribusi Keterampilan Membaca Apresiatif Teks bertugas. Berikut ini adalah hal-hal yang
Cerita Fabel terhadap Keterampilan Mereproduksi Teks Cerita Fabel Kelas menyebabkan siswa belum kreatif dalam
VIII SMP Negeri 12 Padang. Jurnal Universitas Negeri Padang. Padang: mereproduksi teks cerita.
JPBSI. 1. Perlu adanya metode pembelajaran
https://doi.org/10.24036/103929-019883 yang sesuai dengan karakteristik
Dari jurnal tersebut, peneliti menemukan bahwa keterampilan membaca apresiatif siswa.
teks ceita fabel memiliki kontribusi sebesar 84,82% terhadap keterampilan 2. Pembelajaran teks belum dilakukan
mereproduksi teks ceirta fabel. Hal ini karena di saat membaca apresiatif (membaca secara bertahap.
indah), siswa lebih memahami cerita sehingga siswa mampu mereproduksi teks 3. Siswa belum mengetahui dasar-
dengan lebih baik. dasar dalam mereproduksi teks.
4. Pembelajaran yang terlaksana
Rahmani, Padmi. 2018. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Menceritakan Kembali masih membatasi kreativitas siswa.
Isi Cerpen melalui Metode Cooperative Script pada Siswa Kelas IX D 5. Teks yang dipilih belum dipilih
Semester 1 SMP Negeri Tawangsari 2 Tahun Pelajaran 2017/2018. Jurnal sesuai topik yang dekat dengan
Ilmiah. Sukoharjo: Edunomika. siswa.
https://bit.ly/3TLMBvE 6. Guru belum memberikan contoh
Dari jurnal tersebut, peneliti menemukan bahwa metode cooperative script dapat menyenangkan.
meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia pada materi menceritakan kembali isi
cerpen secara lisan pada siswa kelas IX D SMP Negeri 2 Tawangsari Sukoharjo
Semester I Tahun Pelajaran 2017/ 2018 dengan hasil yang tercantum di bawah ini.
1. Pada siklus I siswa mencapai KKM , yaitu terjadi peningkatan sebesar 13,34%
dibanding dengan kondisi awal.
2. Pada siklus II siswa mencapai nilai di atas KKM, yaitu terjadi peningkatan
sebesar 16,66% dibanding dengan siklus I.
Wawancara
Informan I : H. Subhan, M.Pd. (54 tahun)
Jabatan dan Prestasi : Kepala SMP Negeri 3 Pontianak, Fasilitator Guru
Penggerak, Juara 1 Guru Berprestasi Tingkat Nasional
Tahun 2012, dan Kepala Sekolah Berprestasi Tingkat
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019.
Tanggal Wawancara : 1 September 2022
Dokumentasi :

Dari wawancara tersebut, peneliti menemukan bahwa ada beberapa hal yang
membuat siswa kurang kreatif dalam pembelajaran menceritakan kembali teks
cerita. Berikut adalah hasil simpulan dalam wawancara.
1. Pembelajaran teks harus dilakukan secara bertahap, bukan meminta anak
membaca teks secara penuh.
2. Pastikan anak memahami hal-hal yang mereka perlukan untuk mereproduksi
teks.
3. Meminta anak melakukan diskusi selama pembelajaran untuk mencapai
pemahaman teori sebelum melalukan tahap reproduksi teks.
4. Tidak membatasi cara siswa mengemukakan cerita yang telah mereka
dengar.

Informan II : Imam Agus Faisal (26 tahun)


Jabatan dan Prestasi : Guru Bahasa Indonesia Kelas VII SMP Negeri 3
Pontianak dan Instruktur Nasional pada Pembelajaran
Sastra Berbasis Digital.
Tanggal Wawancara : 1 September 2022
Dokumentasi :
Dari wawancara tersebut, peneliti menemukan bahwa ada beberapa hal yang
membuat siswa kurang kreatif dalam pembelajaran menceritakan kembali teks
cerita. Berikut adalah hasil simpulan dalam wawancara.
1. Menggunakan cerita yang dekat dengan anak agar mereka tidak lagi harus
terpaku pada teks yang sebelumya mereka terima.
2. Menceritakan kembali teks dapat dilakukan secara berantai untuk memunculkan
tantangan.
3. Menunjukkan berbagai cara kreatif terlebih dahulu kepada siswa.
3 Ada sejumlah Untuk menemukan penyebab masalah yang telah diidentifikasi, peneliti Berdasarkan hasil eksplorasi penyebab
siswa yang belum melakukan eksplorasi masalah melalui dua (2) cara, yaitu kajian literatur dan masalah, peneliti melakukan analisis dan
mampu wawancara. Berikut ini adalah hasil eksplorasi yang ditemukan. menemukan beberapa masalah yang sesuai
menjelaskan hasil Kajian Literatur dengan kondisi sekolah tempat peneliti
analisis teks cerita Simanjuntak, Anju Valentya dan Baharuddin. 2018. Meningkatkan Kemampuan bertugas. Berikut ini adalah hal-hal yang
secara lengkap dan Menganalisis Teks Eksplanasi dengan Ilustrasi Digital. Jurnal Universitas menyebabkan siswa belum mampu
mendalam. Asahan. Asahan: Jurnal Komunitas Bahasa. menjelaskan hasil analisis teks cerita
https://bit.ly/3QneKX5 secara lengkap dan mendalam.
Dari jurnal tersebut, peneliti menemukan bahwa terjadi peningkatan kemampuan 1. Pembelajaran belum menggunakan
menganalisis teks oleh siswa dengan cara penggunaan media ilustrasi digital. teknik analisis yang maksimal.
Berikut ini adalah hasil yang ditemukan. 2. Pembelajaran belum menggunakan
1. Pada siklus I, kemampuan menganalisis teks oleh siswa mendapatkan nilai metode analisis yang maksimal.
tertinggi 87,5 dan nilai terendah 56,25 dengan nilai rata-rata sebesar 68,97. 3. Belum adanya stimulus dengan
2. Pada siklus II, kemampuan menganalisis teks oleh siswa mendapatkan nilai pertanyaan pemantik.
tertinggi 93,75 dan nilai terendah 68,75 dengan nilai rata-rata sebesar 80,35. 4. Belum adanya lembar kerja yang
seseuai untuk mengarahkan proses
Ismayani, Mekar dan Tati Purwasih. 2019. Peningkatan Keaktivan dan Hasil menganalisis teks oleh siswa.
Belajar Menganalisis Teks Anekdot dengan Menggunakan Metode ”Make 5. Siswa harus mengetahui dengan
a Match” pada Siswa SMK. Jurnal pada Program Studi Pendidikan Bahasa baik mengenai teori menganalisis
Indonesia. Siliwangi: STKIP Siliwangi Journals. teks.
https://bit.ly/3QiNJnr 6. Siswa belum mampu
Dari jurnal tersebut, peneliti menemukan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar mengungkapkan hasil analisisnya.
siswa dalam pembelajaran analisis teks anekdot sekaligus terjadi peningaktan
keaktivan siswa dalam pembelajaran tersebut. Berikut ini adalah hal-hal yang
ditemukan.
1. Pada siklus I, persentase keaktivan siswa sebesar 79,23% dan terjadi
peningkatan pada siklus II, yaitu sebesar 82,06%.
2. Pada siklus I, persentase hasil belajar menganalisis teks oleh siswa sebesar
37,84% dan terjadi peningkatan pada siklus II, yaitu sebesar 62,16%.

Wawancara
Informan I : H. Subhan, M.Pd. (54 tahun)
Jabatan dan Prestasi : Kepala SMP Negeri 3 Pontianak, Fasilitator Guru
Penggerak, Juara 1 Guru Berprestasi Tingkat Nasional
Tahun 2012, dan Kepala Sekolah Berprestasi Tingkat
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019.
Tanggal Wawancara : 1 September 2022
Dokumentasi :

Dari wawancara tersebut, peneliti menemukan bahwa ada beberapa hal yang
membuat siswa belum mampu menjelaskan hasil analisis teks cerita. Berikut adalah
hasil simpulan dalam wawancara.
1. Guru harus terlebih dahulu menstimulus siswa dengan pertanyaan-
pertanyaan pemantik untuk membantu pemahaman siswa.
2. Guru harus menggunakan Lembar Kerja agar pekerjaan siswa terarah.

Informan II : Imam Agus Faisal (26 tahun)


Jabatan dan Prestasi : Guru Bahasa Indonesia Kelas VII SMP Negeri 3
Pontianak dan Instruktur Nasional pada Pembelajaran
Sastra Berbasis Digital.
Tanggal Wawancara : 1 September 2022
Dokumentasi :
Dari wawancara tersebut, peneliti menemukan bahwa ada beberapa hal yang
membuat siswa belum mampu menjelaskan hasil analisis teks cerita. Berikut adalah
hasil simpulan dalam wawancara.
1. Guru harus menekankan teori untuk mampu menganalsis.
2. Guru harus memperhatikan cara anak mengomunikasikan hasil analisis,
dapat memilih berbagai cara yang disukai anak.

4 Karakter siswa Untuk menemukan penyebab masalah yang telah diidentifikasi, peneliti Berdasarkan hasil eksplorasi penyebab
masa kini yang melakukan eksplorasi masalah melalui dua (2) cara, yaitu kajian literatur dan masalah, peneliti melakukan analisis dan
tidak puas dengan wawancara. Berikut ini adalah hasil eksplorasi yang ditemukan. menemukan beberapa masalah yang sesuai
cara memproduksi Kajian Literatur dengan kondisi sekolah tempat peneliti
teks yang masih Herwina, Wiwin. 2021. Optimalisasi Kebutuhan Murid dan Hasil Belajar dengan bertugas. Berikut ini adalah hal-hal yang
konvensional. Pembelajaran Berdiferensiasi. Jurnal pada Fakultas Ilmu Pendidikan menyebabkan siswa masa kini belum puas
Universitas Negeri Jakarta. Jakarta: Perspektif Ilmu Pendidikan. dengan cara memproduksi teks yang masih
https://doi.org/10.21009/PIP.352.10 konvensional.
Dari jurnal tersebut, peneliti menemukan bahwa pembelajaran berdiferensiasi 1. Pembelajaran belum
merupakan usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran kelas untuk memenuhi mengoptimalisasi kebutuhan siswa.
kebutuhan belajar individu setiap siswa. Penyesuaikan yang dimaksud yakni terkait 2. Belum adanya metode masa kini
minat, profil belajar, dan kesiapan murid agar tercapai peningkatan hasil belajar. yang tidak konvensional.
Ada empat (4) komponen pembelajaran berdiferensiasi, yaitu isi, proses, produk, 3. Sekolah belum melaksanakan
dan lingkungan belajar. Proses pembelajaran berdiferensiasi juga dapat memberikan pembelajaran berdiferensiasi.
ruang yang luas kepada siswa untuk mendemonstrasikan hal yang telah mereka 4. Selain menulis secara
pelajari sehingga pembelajaran berdiferensiasi secara tidak langsung mendorong konvensional, pembelajaran yang
kreativitas siswa. Selain itu, karena kreativitas yang terus berkembang, terlaksana sebaiknya memberikan
pembelajaran berdiferensiasi termasuk pendekatan yang sangat direkomendasikan peluang kepada siswa untuk
untuk diterapkan dalam pembelajaran sehingga mempermudah ketercapaian tujuan memilih caranya sendiri dalam
pembelajaran. mencapai tujuan pembelajaran
menulis cerita.
Hairul, Mohammad. 2020. Pembelajaran Menulis Teks Cerita Fantasi Berbasis 5. Topik yang dipilih belum aktual
Trikosi (Trisula Kompetensi Literasi). Artikel pada Seminar Nasional #5 dengan hal-hal yang dekat dengan
Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya untuk Mempersiapkan Generasi Eas siswa masa kini.
2045. Jember: FKIP E-Proceeding.
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/fkip-epro/article/view/14080
Dari artikel tersebut ditemukan bahwa ide dasar karya inovasi pembelajaran menulis
teks cerita fantasi berbasis trikosi adalah ingin memadukan dua hal yakni
pembelajaran berbasis teks dengan pembelajaran berbasis literasi. Rancangan karya
inovasi pembelajaran adalah pembelajaran dengan berdasarkan pada tahapan
berbahasa dan berlitersi. Tahapan terdiri atas logikal, lingual, dan sosiokultural.
Pada pembelajaran teks cerita fantasi trisula kompetensi literasi (trikosi) berupa
logis-temporal, lingual anatomis-onotatif, dan sosiokuluran empati-atensi.Data
hasil aplikasi praktis inovasi pembelajaran menulis teks cerita fantasi berbasis
trikosi membuat siswa antusias secara mandiri maupun berdiskusi kelompok,
Kemampuan motorik-ginestetik siswa juga terlatih. Kemampuan berbahasa lisan
dan tulisan siswa sama-sama berkembang.

Wawancara
Informan I : H. Subhan, M.Pd. (54 tahun)
Jabatan dan Prestasi : Kepala SMP Negeri 3 Pontianak, Fasilitator Guru
Penggerak, Juara 1 Guru Berprestasi Tingkat Nasional
Tahun 2012, dan Kepala Sekolah Berprestasi Tingkat
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019.
Tanggal Wawancara : 1 September 2022
Dokumentasi :

Dari wawancara tersebut, peneliti menemukan bahwa ada beberapa hal yang dapat
membuat siswa merasa puas dengan cara menulis yang sesuai dengan masa
sekarang ini. Berikut adalah hasil simpulan dalam wawancara.
1. Dengan kondisi ini, sekolah sebaiknya menerapkan pembelajaran
berdiferensiasi.
2. Cara yang tepat untuk mengatasi masalah ini adalah memberikan peluang
kepada siswa untuk membuat berbagai produk, seperti audio, audiovivsual,
visual.
3. Berikan topik yang bersumber dari pengalaman pribadi dan berikan
kesempatan siswa masa kini untuk bebas berekplorasi mengenai cara
mereka mencapai tujuan pembelajaran.

Informan II : Imam Agus Faisal (26 tahun)


Jabatan dan Prestasi : Guru Bahasa Indonesia Kelas VII SMP Negeri 3
Pontianak dan Instruktur Nasional pada Pembelajaran
Sastra Berbasis Digital.
Tanggal Wawancara : 1 September 2022

Dari wawancara tersebut, peneliti menemukan bahwa ada beberapa hal yang dapat
membuat siswa merasa puas dengan cara menulis yang sesuai dengan masa
sekarang ini. Berikut adalah hasil simpulan dalam wawancara.
1. Untuk mengatasi anak yang gemar menulis, tentu guru harus meperbolehkan
mereka membuat karya berupa tulisan.
2. Jika anak menyukai berbicara, anak bisa menyampaikan hasil tulisannya
dengan suara atau bercerita dalam video.
3. Jika ada siswa yang menyukai visual, mereka bisa membuat cerita
bergambar dengan tampilan yang mereka sukai, bisa dengan gambar digital,
bisa pula dengan gambar dengan kertas.
4. Guru dan sekolah harus bersama-sama berkomitmen untuk berubah agar
mampu menyesuaikan dengan kondisi siswa saat ini.

Anda mungkin juga menyukai