Anda di halaman 1dari 36

Nama : Togi Lestari Manurung, S.Pd.

Mahasiswa PPG Daljab


UNP 2022

LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi


Pembelajaran Teks Cerita Fantasi
Kelas VII

Masalah
Akar
Terpilih yang Analisis Alternatif
No. Penyebab Eksplorasi Alternatif Solusi
akan Solusi
Masalah
Diselesaikan
1 Sebagian siswa Guru belum Judul Artikel : Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning pada Materi Teks Berdasarkan hasil
belum aktif menerapkan Cerita Rakyat Kelas X SMK Negeri Palang eksplorasi alternatif
dalam model Penulis : Iin Yuliatin solusi, saya memilih
mengidentifikasi pembelajaran Tahun : 2020 satu (1) solusi
unsur-unsur yang relevan Sumber : Edu-Kata, Jurnal Pascasarjana PBSI Universitas Islam Darul Ulum Lamongan terbaik yang paling
cerita fantasi dengan Tautan : https://bit.ly/3Qv83SS relevan dengan
yang diberikan. karakteristik karakteristik Siswa
siswa. Isi Artikel : Kelas 7 di SMP
Kompetensi 1. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) merupakan pendekatan yang Negeri 3 Pontianak.
Dasar efektif untuk mengajarkan proses-proses berpikir tingkat tinggi. Model :
3.3 2. Penerapan pembelajaran dengan penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning Problem Based
Mengidentifikasi memberikan pengalaman memecahkan masalah ketika mempelajari materi dan konsep baru, Laerning (PBL)
unsur-unsur bekerjasama dalam kelompok sehingga dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi belajarMedia :
cerita fantasi dan bekerja dalam tim. Dalam model pembelajaran ini juga, siswa dapat mengembangkan Komik Digital
yang dibaca dan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Alokasi Waktu:
didengar. 3. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning dapat dijadikan salah satu alternatif 4 x 40 Menit
untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Jika siswa aktif dalam(2 Pertemuan)
pembelajaran, proses melatih siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri sehingga
prestasi siswa akan meningkat pula. Langkah persiapan
4. Tahapan Model PBL pelaksanaan
a. Orientasi peserta didik terhadap masalah. pembelajaran:
b. Mengorganisasikanpeserta didik. 1. Menyusun RPP;
c. Membimbing penyelidikan individu dan kelompok. 2. Menyusun
d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. materi ajar
e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. mengidentifikasi
5. Hasil Penerapan Model PBL unsur teks cerita
a. Jumlah rata-rata aktivitas siswa yang terlibat dalam pembelajaran sebesar 88,5%. fantasi;
b. Aktivitas guru sebesar 100% dilakukan dengan baik. 3. Membuat
c. Diperoleh hasil siswa yang merespon positif 86% dan yang merespon negatif 14% hal ini instrumen
menunjukkan lebih dari 75 %. diagnostik
d. Hasil belajar siswa sebesar lebih dari 75% dinyatakan tuntas dan sesuai dengan KKM. nonkognitif;
6. Keunggulan Model PBL 4. Membuat media
a. Model PBL mampu mengembangkan motivasi belajar siswa. power point;
b. Model PBL mendorong siswa untuk mampu berfikir tingkat tinggi. 5. Membuat media
c. Model PBL mendorong siswa mengoptimalkan kemampuan metakognisinya. komik digital;
d. Model PBL menjadikan pembelajaran bermakna sehingga mendorong siswa memiliki rasa 6. Menyusun
percaya diri yang tinggi. LKPD;
e. Mampu belajar secara mandiri. 7. Menyusun kisi-
7. Kekurangan Model PBL kisi soal;
a. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak memiliki kepercayaan bahwa masalah yang 8. Menyusun soal;
dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba. 9. Menyusun
b. Keberhasilan strategi pembelajaran malalui Problem Based Learning membutuhkan cukup rubrik penilaian;
waktu untuk persiapan. 10. Membuat
c. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang lembar
dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari. observasi
Judul Artikel : Penggunaan Model Pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) keaktifan siswa;
dalam Meningkatkan Kemampuan Mengidentifikasi dan Menceritakan 11. Menyusun
Kembali Teks Narasi (Penelitian Tindakan Kelas pada Peserta Didik Kelas VII instrumen
SMP Negeri 18 Tasikmalaya Tahun Ajaran 2019/2020) umpan balik.
Penulis : Mulkam Aulia Fauzan
Tahun : 2020
Sumber : eprints repository software, Tesis pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Unsil
Tautan : http://repositori.unsil.ac.id/id/eprint/6420

Isi Artikel :
1. Model Pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) adalah model pembelajaran
yang berkonsep pada kerja sama tim.
2. Model pembelajaran STAD merupakan variasi pembelajaraan kooperatif yang memacu siswa
agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang
diajarkan olah guru. Selain itu, model STAD dapat membatu para peserta didik dalam
meningkatkan kecakapan sosial untuk meningkatkan rasa percaya diri pada peserta didik.
3. Tahapan Model STAD.
a. Fase 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Menyampaikan semua tujuan pelajaran
yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
b. Fase 2 Menyajikan/ menyampaikan informasi Menyajikan informasi kepada siswa dengan
jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan.
c. Fase 3 Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar Menjelaskan kepada
siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar
melakukan transisi secara efisien.
d. Fase 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar Membimbing kelompok - kelompok
belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
e. Fase 5 Evaluasi Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan atau masing-
masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Fase 6 Memberikan penghargaan
Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
4. Hasil Penerapan Model STAD
a. Pada siklus kedua dalam mengidentifikasi unsur teks cerita fantasi semua peserta didik
(100%) mencapai KKM.
b. Pada pembelajaran menceritakan kembali isi teks cerita fantasi semua peserta didik (100%)
mencapai KKM.
c. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran Student Team Achievement Division
(STAD) dapat meningkatkan kemampuan mengidentifikasi unsur teks cerita fantasi dan
menceritakan kembali teks cerita fantasi pada peserta didik.
5. Berikut ini kelebihan- kelebihan model STAD.
a. Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma
kelompok.
b. Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama.
c. Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok.
d. Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.
6. Berikut ini kelemahan-kelemahan model STAD.
a. Sejumlah siswa mungkin banyak yang bingung karena belum terbiasa dengan perlakuan
seperti ini.
b. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit mencapai target kurikulum.
c. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada umumnya guru tidak mau
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD.
d. Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat melakukan
pembelajaran kooperatif STAD.
e. Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja sama.

Judul Artikel : Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading


And Composition (CIRC) terhadap Kemampuan Mengidentifikasi dan
Menceritakan Kembali Isi Teks Cerita Fantasi (Eksperimen pada Peserta
Didik Kelas VII Semester 1 SMP Negeri 1 Cibalong Garut Tahun Ajaran
2017/2018)
Penulis : Seli Lidiya
Tahun : 2019
Sumber : eprints repository software, Tesis pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Unsil
Tautan : http://repositori.unsil.ac.id/id/eprint/397

Isi Artikel :
1. Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) merupakan
model yang lebih cocok dan tepat diaplikasikan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia khusus
pada materi membaca, menemukan ide pokok, struktur teks, pokok pikiran atau tema sebuah
wacana. Dalam pembelajaran terpadu setiap siswa bertanggung jawab terhadap tugas kelompok.
Setiap anggota kelompok saling mengeluarkan ide-ide untuk memahami suatu konsep dan
menyeleseikan tugas, sehingga terbentuk pemahaman dan pengalaman belajar yang lama.
2. Tahapan Model Pembelajaran CIRC
a. Fase pengenalan konsep
b. Fase eksplorasi dan aplikasi
c. Fase publikasi
3. Hasil Penerapan CIRC
a. Rata-rata skor tes akhir di kelas eksperimen pada KD 3.3 mencapai nilai 80, dan KD 4.3
mencapai nilai 80, sedangkan untuk kelas kontrol pada KD 3.3 mencapai nilai 57 dan KD 4.3
mencapai nilai 55.
b. Model pembelajaran yang diterapkan berpengaruh dalam pembelajaran mengidentifikasi dan
menceritakan kembali isi teks cerita fantasi pada peserta didik.
(tidak ditemukan catatan mengenai kelebihan dan kekurangan penerapan model ini)
Guru belum Judul Artikel : Media Pembelajaran Teks Cerita Fantasi Berbasis Komik
menggunakan Penulis : Destia Noprianti dan Ariesty Fujiastuti
media yang Tahun : 2021
interaktif. Sumber : E-Proceeding, Jurnal FKIP Universitas Ahmad Dahlan
Tautan : https://jurnal.unej.ac.id/index.php/fkip-epro/article/view/23985
Isi Artikel :
1. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menciptakan pembelajaran yang menarik adalah
mengembangkan media pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan teknologi, salah
satunya ialah media komik.
2. Komik merupakan cerita bergambar yang umumnya mudah dicerna dan lucu. Komik juga
mempunyai kelebihan yaitu penyajiannya mengandung unsur visual dan cerita yang kuat.
Ekspresi yang divisualisasikan membuat pembaca terlibat secara emosional sehingga
membuat pembaca untuk terus membacanya hingga selesai. Secara empirik siswa lebih
cenderung menyukai buku yang bergambar, berwarna dan divisualisasikan dalam bentuk realitis
maupun kartun.
3. Adapun macam-macam komik murni, yaitu
a. komik strip dan komik buku,
b. komik humor dan komik petualang, dan
c. komik biografi dan komik ilmiah.
4. Adapun karakteristik komik dilihat dari segi bahasa, yaitu
a. komik sebagai petunjuk penggunaan media pembelajaran komik disampaikan dengan
jelas kepada pembaca,
b. istilah-istilah yang digunakan dalam komik harus tepat dan jelas,
c. pada komik penggunaan bahasa mendukung kemudahan dalam memahami alur materi,
d. teks dialog yang digunakan dalam pembuatan komik dapat menyampaikan materi dengan
tepat,
e. komik pada kalimat tidak menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian, dan
f. dalam penggunaan media komik harus konsistensi huruf dan gambar.
5. Tahapan Pembuatan Media
a. Development (Pengembangan)
Pada tahap ini dilakukan pengembangan produk yang telah direncanakan pada tahap desain.
Pengembangan media pembelajaran teks cerita fantasi berbasis komik akan dikembangkan
dengan menggunakan aplikasi Comicker. Adapaun langkah pengembangan yang telah
diuraiukan pada tahap desain meliputi bagian awal, isi, dan penutup.
b. Validasi Ahli Media
c. Validasi Ahli Materi
d. Validasi Ahli Pengajaran
6. Hasil
a. Kriteria kelayakan pengembangan media pembelajaran teks cerita fantasi berbasis komik
berdasarkan hasil penilaian oleh para ahli dan pengguna media (peserta didik) dapat
dikatakan bahwa produk media pembelajaran “Sangat Layak”.
b. Adapun nilai rata-rata yang didapat yakni 86,63. Skor rata-rata yang diperoleh dari ahli
media sebasar 82,35, dari ahli materi sebesar 92, dari ahli pengajaran sebesar 85,55.
(tidak ditemukan catatan mengenai saran dalam pembuatan media ini)
Judul Artikel : Pengembangan Media Audio Pembelajaran untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Materi Mengidentifikasi Unsur-Unsur Cerita Rakyat Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia Kelas V di SDN Lidah Wetan II Surabaya
Penulis : Ririn Rismawati dan Soeprajitno
Tahun : 2016
Sumber : Core, Jurnal Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya
Tautan : https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jmtp/article/view/10534

Isi Artikel :
1. Media Audio adalah bahan ajar yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (pita suara), yang
dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa, sehingga terjadi proses belajar
mengajar.
2. Tujuan dari media audio diharapkan dapat memberikan perubahan dalam metode pembelajaran
guru, dimana yang awalnya. hanya terpusat oleh guru bisa menjadi pembelajaran yang terpusat
kepada siswa. Jadi, penggunaan media audio dirancang sesuai kebutuhan guna memotivasi siswa
dan meningkatkan keterampilan yang dimiliki.
3. Karakteristik media audio berhubungan dengan aspek-aspek keterampilan mendengarkan.
Menurut Sudjana (2009:130) kecakapan-kecakapan yang bisa dicapai dengan menggunakan
media audio meliputi:
a. Pemusatan perhatian dan mempertahankan pemusatan perhatian.
b. Mengikuti pengarahan
c. Digunakan untuk melatih daya analisis siswa dari apa yang mereka dengar.
d. Memperoleh arti dari suatu konteks
e. Memisahkan arti yang relevan dan yang tidak relevan.
f. Mengigat dan mengemukakan kembali ide atau bagian-bagian dari cerita yang mereka dengar.
4. Media audio pembelajaran ini dibuat dengan menggunakan format feature dan didukung oleh
pengisi suara yang memiliki karakter yang sesuai dengan unsur musik dan sound effect yang dapat
menarik perhatian dan motivasi siswa untuk belajar.
5. Langkah Pembuatan Media
a. Tahap Perancangan Produksi
1) Analisis Kebutuhan
2) Penyusunan Garis Besar Isi Materi (GBIM) dan Jabaran Materi (JM)
3) Penulisan Naskah
b. Tahap Produksi
1) Tahap persiapan
2) Tahap pelaksanaan
3) Tahap penyelesaian
c. Tahap Evaluasi
6. Hasil
a. Diuji cobakan dan melakukan revisi dari ahli materi I dengan hasil, yaitu dinyatakan sangat
baik.
b. Diuji cobakan dan melakukan revisi dari ahli materi II dengan hasil, yaitu dinyatakan sangat
baik.
c. Hasil revisi ahli media 1 dinyatakan sangat baik dan dari ahli media II dinyatakan sangat baik.
d. Terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar siswa sebelum menggunakan dan
sesudah menggunakan media audio pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Tentang
Asal Mula Gunung Tangkuban Perahu.
7. Saran pengembangan produk lebih lanjut
Media audio pembelajaran untuk dikembangkan lebih lanjut sebaiknya lebih memperhatikan
pemilihan kualitas suara pemain terutama pemain yang memiliki karakter suara anak-
anak.selanjutnya, lebih disarankan pemilihan format media audio yang lain dan lebih baik banyak
berkonsultasi dengan ahli materi dan ahli media untuk mendapatkan kesempurnaan sebuah media.
Judul Artikel : Penerapan Media Pembelajaran Digital Book Menggunakan Aplikasi Anyflip
untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam
Mengidentifikasi Unsur Intrinsik Cerita Siswa Kelas 4 SD N Bagusan
Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung
Penulis : Kristina Dewi Martani
Tahun : 2020
Sumber : Jurnal Pendidikan dan Profesi Pendidik, Jurnal Universitas PGRI Semarang.
Tautan : http://103.98.176.9/index.php/JP3/article/download/7296/3630

Isi Artikel :
1. Penggunaan media digital book pada pembelajaran daring di masa pandemi ini, sangat membantu
dalam penyampaian materi pelajaran. Media ini dikemas secara menarik, efisien, menyenangkan
dan mudah diakses oleh siswa melalui HP atau laptop. Aplikasi anyflip.com merupakan
Interactive HTML5 Flipping Book platfom bagi menerbitkan majalah, katalog, brosur dan lain-
lain untuk dibaca, diunggah dan diunduh kepada pengguna yang lain.
2. Melalui media ini, siswa dapat menemukan ide tulisan, dapat meningkatkan minat baca, menjadi
lebih aktif dalam pembelajaran, menjadikan suasana pembelajaran yang menyenangkan.
3. Manfaat media ini adalah guru dapat memahami hal-hal yang perlu dilakukan untuk
menyampaikan pembelajaran secara aktif dan menarik sehingga siswa mampu menyimak
pelajaran yang sedang diajarkan dan apa yang diharapkan oleh guru dapat tercapai.
4. Langkah-langkah untuk menggunakan anyflip.com adalah seperti berikut.
a. Pendaftaran akun di laman web http://anyflip.com/ secara gratis.
b. Menggugah dokumen yang dikehendaki dalam bentuk pdf.
c. Data dikonvert / diubah dalam bentuk buku digital.
d. Penerbitan Buku Digital dan Link untuk dibagikan.
e. Buku Digital tersimpan di aplikasi.
5. Hasil
Media Digital Book menggunakan aplikasi Anyflip terbukti pada tindakan siklus I ketuntasan
klasikal hanya 36 %, maka pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 73%. Pada siklus III
ketuntasan klasikal meningkat lagi menjadi 100 %.
6. Saran penerapan media
Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran secara daring diharapkan peserta didik dapat lebih
fokus dan memperhatikan pembelajaran agar hasil belajar yang dicapai dapat maksimal. Peneliti
yang hendak mengkaji permasalahan yang sama hendaknya lebih cermat dan lebih
mengupayakan pengkajian teori-teori yang berkaitan dengan pembelajaran Bahasa Indonesia
dengan menerapkan media digital book anyflip guna melengkapi kekurangan yang ada serta
sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan hasil belajar siswa yang belum tercakup dalam
penelitian ini agar diperoleh hasil yang lebih baik
Wawancara
Kegiatan wawancara dilakukan kepada tiga (3) narasumber
1. Ibu Fatmawati, M.Pd. (Kepala Bidang Pengembangan Kompetensi Manajerial dan Fungsional
Prov. Kalbar, pernah menjadi kepala sekolah, dan Guru Bahasa Indonesia)
2. Bp. Rudy Fitriyanto, M.Pd. (Pengawas Pembina SMP, Dinas Pendidikan Kota Pontianak)
3. Bp. Subhan, M.Pd. (Kepala SMP Negeri 3 Pontianak, pernah menjadi guru Bahasa Indonesia)

Dari hasil wawancara, ditemukan beberapa alternatif solusi model dan media pada masalah
pembelajaran mengidentifikasi unsur-unsur teks cerita fantasi. Berikut ini simpulan hasil wawancara
tersebut.
1. Guru melakukan pembelajaran secara bertahap.
2. Guru memberikan kesan baik di awal pembelajaran dengan menggunakan lagu atau nyanyian.
3. Guru memahami kesiapan belajar anak dan kebutuhan anak.
4. Guru harus terlebih dahulu memperbaiki kompetensi dan profesionalisme dirinya.
5. Guru harus mampu menentukan model, metode, media, dan komponen pembelajaran lainnya.
6. Guru juga harus menyiapkan sarana dan prasarana yang mendukung.
7. Guru harus menjadi sosok yang dinilai baik oleh siswa.
8. Pembelajaran berbasis teks harus dijadikan pembiasaan.
9. Guru bisa menggunakan gambar bergerak atau animasi, contohnya media komik.
2 Sebagian siswa Guru belum Judul Artikel : Model Pembelajaran Project Based Learning dengan Memanfaatkan Media Berdasarkan hasil
yang belum menerapkan Podcast untuk Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Kembali Isi Cerita eksplorasi alternatif
kreatif dalam model Fabel pada Siswa SMP N 14 Cimahi solusi, saya memilih
mereproduksi pembelajaran Penulis : Ilham Mahadika Ramdha satu (1) solusi
teks cerita. yang relevan Tahun : 2021 terbaik yang paling
dengan Sumber : UPI Repository, Skripsi pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UPI relevan dengan
Kompetensi karakteristik Bandung karakteristik Siswa
Dasar siswa. Tautan : http://repository.upi.edu/id/eprint/68385 Kelas 7 di SMP
4.3 Menceritakan Negeri 3 Pontianak.
kembali isi teks Isi Artikel : Model :
cerita fantasi yang 1. Model Pembelajaran Project Based Learning (PJBL) adalah model pembelajaran yang Project Based
didengar dan menggunakan proyek atau kegiatan sebagai sarana pembelajaran untuk mencapai komptensi Laerning (PJBL)
dibaca secara sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Media :
lisan, tulis, dan 2. Tujuan penerapan model PJBL Podcast
visual. a. Melatih sikap proaktif peserta didik dalam memecahkan suatu masalah. Alokasi Waktu:
b. Mengasah kemampuan peserta didik dalam menguraikan suatu permasalahan di kelas. 4 x 40 Menit
c. Meningkatkan keaktifan peserta didik di kelas dalam menyelesaikan permasalahan yang (2 Pertemuan)
kompleks sampai diperoleh hasil nyata.
d. Mengasah keterampilan peserta didik dalam memanfaatkan alat dan bahan di kelas guna Langkah persiapan
menunjang aktivitas belajarnya. pelaksanaan
e. Melatih sifat kolaboratif peserta didik. pembelajaran:
3. Podcast dapat meningkatkan hasil belajar pada beberapa materi, salah satunya adalah kemampuan 1. Menyusun RPP;
menyimak berbagai informasi dalam bahasa indonesia siswa. Penggunaan podcast memiliki 2. Menyusun
kemudahan dalam prosesnya dimana siswa akan lebih merasa santai dalam memaparkan sesuatu. materi ajar
Kebanyakan siswa dalam memaparkan cenderung merasa lebih gugup jika pemaparan dilakukan menceitakan
secara langsung. teks cerita
4. Sintak Pembelajaran dengan Model PJBL fantasi;
a. A challenging problem or question
b. Sustained Inquiry 3. Membuat
c. Authenticity instrumen
d. Student Voice and Choice diagnostik
e. Reflection nonkognitif;
f. Critique and Revision 4. Membuat media
g. Public Product power point;
5. Hasil Penerapan 5. Membuat
a. Nilai rata-rata prates peserta didik kelas eksperimen yaitu 37,66 dan pascates yaitu 91,00. contoh
Sedangkan nilai rata-rata prates peserta didik kelas kontrol yaitu 14,00 dan pascates 75,3. mereproduksi
b. Hal ini dapat dilihat dari hasil rata-rata nilai prates dari kelas eksperimen sebesar 37,66, cerita fantasi
sedangkan hasil prates kelas kontrol sebesar 14. Hasil pascates kelas eksperimen 91,00, pada media
sedangkan hasil pascates kelas kontrol 75,3. Podcast.
c. Media podcast efektif digunakan dalam pembelajaran menceritakan kembali teks fabel pada 6. Menyusun
siswa kelas VII SMPN 14 Cimahi melalui moda daring zoom meeting. LKPD;
6. Kelebihan dari menggunakan media podcast melalui model project based learning adalah 7. Menyusun
efisiensi waktu dan pembelajaran menjadi menyenangkan dengan adanya media ini rubrik penilaian
7. Kelemahan terdapat pada model project based learning karena kita harus menyiapkan tahapan reproduksi teks
proyek sebelumnya serta memastikan sarana dan prasarana yang akan digunakan dalam metode cerita;
ini mudah untuk digunakan dan setiap siswa mempunyai alatnya dalam hal podcast contohnya 8. Membuat
kita haruslah mempunya alat perekam suara yang baik untuk bias menunjang suara rekaman lembar
siswa. observasi
Judul Artikel : Peningkatan Kemampuan Mengidentifikasi Unsur-Unsur dan Menceritakan keaktifan siswa;
Kembali Teks Narasi (Cerita Fantasi) dengan Menggunakan Model 9. Menyusun
Pembelajaran Cooverative, Integrated, Reading and Composition (CIRC) instrumen
(Penelitian Tindakan Kelas Pada Peserta Didik Kelas VII C SMP N 15 umpan balik.
Tasikmalaya Tahun Ajaran 2019/2020)
Penulis : Rahayu Anggreani
Tahun : 2021
Sumber : eprints repository software, Skripsi pada Fakultas Pendidikan Bahasa Indonesia
Unsil
Tautan : http://repositori.unsil.ac.id/id/eprint/2557

Isi Artikel :
1. Model Pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated and Composition) merupakan pembelajaran
terpadu yang terutama diperuntukkan pada mata pelajaran yang menggunakan bahasa dalam
rangka membaca dan menemukan ide pokok, pokok pikiran, atau tema sebuah wacana.
Maksudnya adalah peserta didik membaca materi yang diajarkan, selanjutnya menuliskannya ke
dalam bentuk tulisan yang dilakukan secara kooperatif.
2. Model Pembelajaran CIRC ini dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik
dalam membaca dan menerima umpan balik dari kegiatan membaca yang telah dilakukan.
3. Prinsip Pembelajaran CIRC
a. Learning to know
b. Learning to do
c. Learning to be
d. Learning to live togerher
4. Berikut ini langkah-langkah pembelajaran Model CIRC.
a. Guru membagi peserta didik dalam beberapa kelompok, di mana satu kelompok
beranggotakan 4-5 orang peserta didik.
b. Guru memberikan materi bacaan sesuai dengan topik pembelajaran.
c. Peserta didik bekerja sama saling membacakan dan berusaha menemukan ide pokok dari
materi bacaan tersebut serta memberikan tanggapan terhadap apa yang telah dibacanya
dengan menuliskannya pada selembar kertas.
d. Peserta didik mempresentasikan atau membacakan hasil dari diskusi kelompok, selanjutnya
guru memberikan masukan yang bersifat menguatkan (reinforcement).
e. Guru dan peserta didik membuat kesimpulan bersama.
f. Penutup kegiatan.
5. Hasil Penerapan
a. Pada siklus I aspek pengetahuan pertemuan pertama pelaksanaan pembelajaran sedikit
terganggu sehingga peserta didik yang memperoleh nilai dibawah KKM 21 orang (70%) dan
di atas KKM 9 orang (30%) pada aspek keterampilan nilai dibawah KKM 15 orang (50%)
dan di atas KKM 15 orang (50%). Lalu pada siklus II aspek pengetahuan semua peserta didik
mencapai KKM baik aspek pengetahuan maupun keterampilan.
b. Data di atas menunjukan bahwa hipotesis tindakan penelitian ini diterima artinya model
pembelajaran Cooverative, Integrated, and Composition (CIRC) dapat meningkatkan
kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi unsur-unsur dan meceritakan kembali teks
narasi (cerita fantasi).
6. Berikut ini adalah kelebihan Model CIRC
a. Model ini sangat tepat untuk meningkatkan ketrampilan peserta didik dalam menyelesaikan
soal cerita.
b. Dominasi guru dalam proses pembelajaran berkurang.
c. Pelaksanaan program sederhana sehingga mudah diterapkan.
d. Peserta didik termotivasi pada hasil secara teliti, karena belajar dalam kelompok.
e. Para peserta didik dapat memahami makna soal dan saling mengecek pekerjaannya.
f. Meningkatkan hasil belajar khususnya dalam menyelesaikan soal cerita.
g. Peserta didik yang lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalahnya.
h. Peserta didik dapat lebih memahami makna dari soal yang dihadapi dan dapat saling
mengecek hasil pekerjaannya dengan anggota kelompok yang lain.
i. Memotivasi peserta didik untuk mencapai hasil yang lebih baik dan teliti, karena proses
belajar dilakukan secara kelompok.
j. Pelaksanaan program sederhana sehingga mudah diterapkan.
k. Peserta didik dituntut untuk aktif, sehingga peran dan dominasi guru dalam proses
pembelajaran berkurang.
7. Berikut ini adalah kekurangan Model CIRC.
a. Menimbulkan kesulitan apabila diterapkan pada peserta didik yang kurang bisa membaca.
b. Menimbulkan kejenuhan dan kelelahan pada peserta didik apabila mereka diminta membaca
terlalu banyak.
c. Jika diterapkan terlalu sering peserta didik akan merasa bosan.
Judul Artikel : Peningkatan Kemampuan Mengidentifikasi Unsur-Unsur dan Menceritakan
Kembali Isi Teks Narasi (Cerita Fantasi) dengan Menggunakan Model
Pembelajaran Number Head Together (NHT)
Penulis : Tsani Nurmaisah
Tahun : 2021
Sumber : eprints repository software, Skipsi pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Unsil.
Tautan : http://repositori.unsil.ac.id/id/eprint/3556

Isi Artikel :
1. Model Pembelajaran NHT adalah satu tipe dari pembelajaran kooperatif.
2. Model ini secara tidak langsung melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan
dengan cermat, serta berbicara dengan penuh perhitungan sehingga siswa lebih produktif
dalam pembelajaran.
3. Berikut ini adalah tahapan pelaksanaannya.
a. Pengarahan, buat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu, berikan
persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tetapi untuk tiap siswa tidak sama
sesuai dengan nomor siswa, tiap siswa dengan nomor yang sama mendapat tugas yang sama).
b. Bekerja dalam kelompok, presentasi kelompok dengan nomor siswa yang sama sesuai tugas
masing-masing sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan
tiap siswa, umumkan hasil kuis dan beri reward.
4. Hasil Penerapan
a. Pada KD 3.3 mengidentifikasi unsur-unsur teks narasi (cerita fantasi) yang dibaca, siklus
kesatu peserta didik yang mencapai nilai sesuai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu
sebanyak 14 orang (46,6%) dan peserta didik yang belum mencapai sebanyak 16 orang
(53,3%), pada siklus kedua semua peserta didik sebanyak 30 orang mampu mencapai nilai
sesuai KKM dengan presentase 100%.
b. Pada KD 4.3 menceritakan kembali isi teks narasi (cerita fantasi) yang dibaca, siklus kesatu
peserta didik yang mencapai nilai sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu
sebanyak 13 orang (43,33%) dan peserta didik yang belum mencapai sebanyak 17 orang
(56,67%), pada siklus kedua semua peserta didik sebanyak 30 orang mampu mencapai nilai
sesuai dengan KKM dengan presentase 100%. Artinya, hipotesis tindakan yang penulis
rumuskan dalam penelitian ini dapat diterima.
c. Model pembelajaran Number Head Together (NHT) dapat meningkatkan kemampuan
mengidentifikasi unsur-unsur dan menceritakan kembali isi teks narasi (cerita fantasi) pada
peserta didik.
(tidak ditemukan catatan mengenai kelebihan dan kekurangan penerapan model ini)
Guru belum Judul Artikel : Model Pembelajaran Project Based Learning dengan Memanfaatkan Media
menggunakan Podcast untuk Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Kembali Isi Cerita
media masa Fabel pada Siswa SMP N 14 Cimahi
kini yang Penulis : Ilham Mahadika Ramdha
menarik bagi Tahun : 2021
siswa. Sumber : UPI Repository, Skripsi pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UPI
Bandung
Tautan : http://repository.upi.edu/id/eprint/68385

Isi Artikel :
1. Penggunaan podcast saat ini telah menyentuh pendidikan yaitu sebagai media pembelajaran.
2. Podcast dapat meningkatkan hasil belajar pada beberapa materi, salah satunya adalah kemampuan
menyimak berbagai informasi dalam bahasa indonesia siswa. Penggunaan podcast memiliki
kemudahan dalam prosesnya dimana siswa akan lebih merasa santai dalam memaparkan sesuatu.
Kebanyakan siswa dalam memaparkan cenderung merasa lebih gugup jika pemaparan dilakukan
secara langsung.
3. Podcast telah menjangkau lebih dari 155 negara dan memiliki lebih dari 18,5 juta episode.
Pertumbuhan itu terus berlanjut hingga saat ini. Selain persyaratan teknis minimum, aksesibilitas
dan ketersediaan podcast juga umum.
4. Podcast memiliki kelebihan dan kekurangan yang menarik dibandingkan perangkat teknologi
lainnya. Podcast dapat didengarkan sambil melakukan aktivitas lain. Anda juga dapat
mengizinkan pendengar Anda melakukan banyak tugas seperti bepergian, bekerja, atau
menulis.Itulah salah satu manfaat terpenting dari teknologi podcasting dan dapat digunakan kapan
saja, di mana saja.
5. Podcast ini disebut efektif karena podcast dapat digunakan sebagai media belajar dan
pembelajaran yang variatif, perangkat pemutarnya (player) sederhana dan mudah ditemukan dan
dapat didengarkan di mana saja kapan saja bahkan bagi yang terbiasa multitasking, dapat
mendengarkan sambil melakukan aktifitas atau pekerjaan rumah lainnya. Melalui podcast, kuota
data internet tidak banyak tersedot, sehingga akan meringankan orang tua siswa.
6. Sintak Pembelajaran dengan Media Podcast
a. Siswa telah memahami unsur pembangun teks cerita fantasi.
b. Siswa diberikan teks cerita fantasi secara berkolompok.
c. Siswa dinuliskan teks kreasi mereka untuk menceritakan kembali teks cerita fantasi yang
sebelumnya mereka terima .
d. Siswa menginstall aplikasi Anchor sebagai alat publikasi teks reproduksi mereka.
e. Siswa diminta untuk melakukan perekaman suara dan membagikan ceritanya pada platform
Anchor.
f. Siswa lainnya diarahkan untuk mendengar setiap podcast kelompok lainnya.
g. Guru memberikan penghargaan bagi podcast yang paling sering didengar dan diminati
pendengar.
7. Hasil Penerapan
d. Nilai rata-rata prates peserta didik kelas eksperimen yaitu 37,66 dan pascates yaitu 91,00.
Sedangkan nilai rata-rata prates peserta didik kelas kontrol yaitu 14,00 dan pascates 75,3.
e. Hal ini dapat dilihat dari hasil rata-rata nilai prates dari kelas eksperimen sebesar 37,66,
sedangkan hasil prates kelas kontrol sebesar 14. Hasil pascates kelas eksperimen 91,00,
sedangkan hasil pascates kelas kontrol 75,3.
f. Media podcast efektif digunakan dalam pembelajaran menceritakan kembali teks fabel pada
siswa kelas VII SMPN 14 Cimahi melalui moda daring zoom meeting.
8. Kelebihan dari menggunakan media podcast melalui model project based learning adalah
efisiensi waktu dan pembelajaran menjadi menyenangkan dengan adanya media ini.
9. Kelemahan terdapat pada model project based learning karena kita harus menyiapkan tahapan
proyek sebelumnya serta memastikan sarana dan prasarana yang akan digunakan dalam metode
ini mudah untuk digunakan dan setiap siswa mempunyai alatnya dalam hal podcast contohnya
kita haruslah mempunya alat perekam suara yang baik untuk bias menunjang suara rekaman
siswa.
Judul Artikel : Pengembangan Komik Berbasis Pixton pada Keterampilan Menceritakan
Kembali Teks Fantasi Kelas VII SMP Negeri 1 Kretek Tahun Ajaran
2021/2022
Penulis : Dika Ismu Meilani
Tahun : 2021
Sumber : Repository Universitas PGRI Yogyakarta, Artikel pada Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas PGRI Yogyakarta
Tautan : http://repository.upy.ac.id/id/eprint/3418

Isi Artikel :
1. Komik strip adalah salah satu cerita bergambar yang sangat menarik untuk dibaca. Sebenarnya
komik strip seperti halnya komik biasa adalah satu jenis cerita bergambar yang sama tetapi komik
strip dibuat singkat dan hanya terdiri dari beberapa gambar untuk satu judul biasa.
2. Pixton adalah sebuah aplikasi komik online gratis yang dapat diakses oleh semua kalangan.
Pixton diciptakan untuk membuat dan berbagi komik digital yang menarik, baik itu sebagai media
hiburan maupun media pembelajaran.
3. Tahapan pembuatan media Komik Berbasis Pixton
a. Buka web browser, ketiklah www.pixton.com.
b. Kemudian sign in jika telah memiliki akun Pixton. Jika belum maka anda diharuskan
membuat akun terlebih dahulu dengan mengklik sign up.
c. Setelah anda melakukan login, klik “Create new” untuk membuat cerita baru.
d. Pilih layout cerita yang akan anda gunakan. Selain membuat komik strip, Pixton juga bisa
digunakan untuk membuat storyboard maupun novel bergambar.
e. Pilih jenis komik strip yang akan dipakai. Untuk pilihan Basic hanya bisa mengubah karakter,
background dan menulis teks. Jika pilihan Advanced maka anda bisa membuat komik strip
tanpa batasan.
f. Pilih background yang akan dipakai.
g. Pilih jumlah karakter yang akan dipakai dalam komikstrip.
h. Pilih karakter yang akan dimasukkan dalam komikstrip.
i. Kemudian isi judul komik strip pada bagian atas panel gambar. Untuk mengisi teks
percakapan cukup mengklik kotak percakapan yang sudah disediakan.
j. Untuk menambah karakter anda bisa mengklik tombol yang bersimbol wajah berwarna
kuning putih pada sebelah kiri panel gambar.
k. Setelah menambahkan karakter, anda juga bisa mengedit karakter tersebut seperti bentuk
ekspresi dan gerakan, dan bisa juga dihapus dengan mengklik karakter yang akan diedit,
kemudian mengklik salah satu tombol yang akan anda gunakan di sebelah bawah panel
gambar.
l. Untuk menambah panel gambar, anda bisa mengklik tanda plus (+) pada sebelah kanan panel.
m. Setelah panel gambar diperbanyak dengan menambahkan karakter dan teks percakapan, maka
komik strip sudah selesai dibuat!!! Anda bisa menyimpan sementara dengan mengklik “save
for later”. Jika anda ingin mendownload atau mempublish cerita maka akun Pixton anda harus
di upgrade ke versi premium dengan membayar beberapa dollar, dikarenakan tidak gratis.
4. Hasil Penerapan
a. Penelitian ini menghasilkan produk pengembangan media berupa komik berbasis pixton
sebagai media pembelajaran menceritakan kembali teks fantasi pada siswa.
b. Berdasarkan penilaian ahli media, media yang dikembangkan mendapat skor 78 pada
kualifikasi sangat baik, sedangkan hasil penilaian ahli materi mendapatkan skor 75 pada
kualifikasi sangat baik, berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas media
komik berbasis pixton sebagai media pembelajaran menceritakan kembali teks fantasi
dikatakan valid.
c. Hasil angket respon siswa pada uji kelompok kecil memperoleh nilai 53 dengan nilai
presentase 88,3% pada kualifikasi baik, dan pada uji kelompok besar memperoleh nilai 241
dengan presentase 96,4 % pada kualifiksi sangat baik.
d. Hasil ujian tes siswa dapat dikatakan efektif karena hasil ujian tes menunjukan nilai rata-rata
tes pre-test sebesar 49,60 dan rata-rata tes post-test sebesar 87,60 yang menunjukan bahwa
rata-rata yang berbeda dan signifikan.
5. Saran Penerapan
a. Media komik berbasis pixton yang telah dikembangkan menjadi media pembelajaran
keterampilan menceritakan kembali teks fantasi dapat menjadi alternatif sebagai sumber
belajar bagi siswa.
b. Pembuatan media komik berbasis pixton ini diharapkan tidak hanya menjadi media
pembelajaran pada materi teks fantasi, tetapi dapat dikembangkan pada materi lain, dan bisa
dikembangkan berdasarkan kebutuhan dan kreativitas guru.
c. Penelitian pembuatan media komik berbasis pixton dapat ditingkatkan, karena dari hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa media komik berbasis pixton layak digunakan sebagai
salah satu media pembelajaran yang menarik.
Judul Artikel : Pemanfaatan Wayang Gambar Sebagai Strategi Alternatif dalam
Pembelajaran Teks Cerita Fantasi di SMP
Penulis : Makrifatun Nikmah
Tahun : 2018
Sumber : Publikasi UMS, Artikel Seminar Nasional Universitas Muhammadiyah Surakarta
Tautan : https://publikasiilmiah.ums.ac.id/xmlui/bitstream/handle/11617/9947/427-
431.pdf?sequence=1&isAllowed=y

Isi Artikel :
1. Wayang gambar merupakan salah satu inovasi media pembelajaran, yang diharapkan mampu
menjadi salah satu strategi alternatif yang dapat diaplikasikan dalam pembelajaran teks cerita
fantasi di SMP. Penggunaan media pembelajaran berupa wayang gambar yang dibuat secara
sederhana dan disesuaikan dengan kebutuhan materi, diharapkan mampu menjadi strategi
alternatif dalam meningkatkan minat belajar siswa, sehingga siswa mampu dengan cepat
menyerap serta memahami materi yang disampaikan guru di dalam kelas.
2. Pemanfaatan wayang gambar sebagai media pembelajaran, sangat cocok diaplikasikan dalam
pembelajaran materi teks cerita fantasi di SMP. Pembelajaran teks cerita fantasi di SMP memiliki
beberapa kegiatan belajar yang salah satunya adalah menceritakan kembali cerita fantasi yang
telah dibaca atau didengar oleh siswa. Setelah kegiatan belajar membaca teks cerita fantasi yang
ada dibuku, siswa diharapkan mampu menceritakan ulang cerita fantasi yang telah dibaca
sebelumnya. Pada kegiatan belajar tersebut, wayang gambar dapat diaplikasikan sebagai media
cerita ulang yang diceritakan oleh masing-masing siswa.
3. Tahapan Pembelajaran Media Wayang
Pendahuluan
a. Peserta didik merespon salam dari guru.
b. Peserta didik berdoa dipimpim oleh salah satu siswa yang berada dikelas.
c. Peserta didik merespon pertanyaan guru, terkait kabar siswa.
d. Peserta didik merespon pertanyaan guru terkait kehadiran peserta didik.
e. Peserta didik merespon pertanyaan guru terkait pembelajaran sebelumnya.
f. Peserta didik menerima informasi tentang hal-hal yang akan dipelajari oleh peserta didik.
g. Peserta didik mendapat penjelasan mengenai tujuan pembelajaran.
h. Peserta didik dipandu guru mengamati kompetensi yang akan dicapai.
Kegiatan Inti
a. Peserta didik membentuk kelompok dipandu oleh guru
b. Peserta didik membaca cerita teks fantasi yang telah ditentukan oleh guru.
c. Peserta didik bersama kelompoknya, memahami langkah-langkah mengurutkan peristiwa
cerita fantasi.
d. Peserta didik bersama kelompoknya, mengurutkan peristiwa-peristiwa yang dialami tokoh
dalam cerita.
e. Peserta didik bersama kelompoknya, menceritakan kembali cerita fantasi yang telah dibaca
berdasarkan urutan peristiwa yang telah ditentukan.
f. Peserta didik bercerita dengan bahasanya sendiri serta menggunakan media wayang gambar
yang telah disiapkan oleh guru.
g. Peserta didik lainnya menanggapi penampilan kelompok yang tampil didepan kelas.
h. Peserta didik mendapat penguatan dari guru.
Penutup
a. Peserta didik bersama guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
b. Peserta didik saling memberi umpan balik/refleksi hasil pembelajaran yang telah dicapai.
c. Peserta didik mendapatkan tugas.
d. Peserta didik menutup proses pembelajaran dengan berdoa.
e. Peserta didik menjawab salam dari guru
4. Wayang gambar diaplikasikan sebagai media untuk bercerita oleh siswa. Setiap kelompok yang
mendapat tugas untuk bercerita ulang, salah satu atau dua siswa mewakili kelompok untuk
bercerita menggunakan wayang gambar di depan kelas. Siswa bercerita dengan memperagakan
wayang gambar yang telah disesuaikan dengan tokoh yang ada dalam cerita. Pemeragaan wayang
gambar dilakukan hampir sama dengan pemeragaan wayang yang ada pada umumnya.
5. Simpulan
Wayang gambar merupakan salah satu inovasi media pembelajaran yang menarik. Selain itu,
media wayang gambar dapat dijadikan sebagai strategi alternatif dalam pembelajaran teks cerita
fantasi. Penggunaan wayang gambar, dapat diaplikasikan pada kegiatan belajar menceritakan
ulang teks cerita fantasi sebagai media ceritanya. Penggunaan media tersebut, diharapkan mampu
meningkatkan minat siswa dalam belajar sehingga, siswa mampu menyerap serta memahami
materi dengan cepat.
(tidak ditemukan catatan mengenai kelebihan dan kekurangan penerapan model ini)
Wawancara
Kegiatan wawancara dilakukan kepada tiga (3) narasumber
1. Ibu Fatmawati, M.Pd. (Kepala Bidang Pengembangan Kompetensi Manajerial dan Fungsional
Prov. Kalbar, pernah menjadi kepala sekolah, dan Guru Bahasa Indonesia)
2. Bp. Rudy Fitriyanto, M.Pd. (Pengawas Pembina SMP, Dinas Pendidikan Kota Pontianak)
3. Bp. Subhan, M.Pd. (Kepala SMP Negeri 3 Pontianak, pernah menjadi guru Bahasa Indonesia)

Dari hasil wawancara, ditemukan beberapa alternatif solusi model dan media pada masalah
pembelajaran mereproduksi teks cerita fantasi. Berikut ini simpulan hasil wawancara tersebut.
1. Pastikan anak memahami hal-hal yang mereka perlukan untuk mereproduksi teks.
2. Meminta anak melakukan diskusi selama pembelajaran untuk mencapai pemahaman teori
sebelum melalukan tahap reproduksi teks.
3. Tidak membatasi cara siswa mengemukakan cerita yang telah mereka dengar.
4. Siswa harus dibiasakan membaca agar bisa menciptakan tulisan secara kreatif.
5. Perlu ada program yang bersistem untuk membiasakan siswa saling menceritakan sesuatu ke
temannya sesuai teks cerita yang disajikan guru.

3 Sebagian siswa Guru belum Judul Artikel : Pembelajaran Menganalisis Struktur Teks Cerita Pendek dengan Berdasarkan hasil
belum mampu menerapkan Menggunakan Model Problem Based Learning pada Siswa Kelas XI SMA eksplorasi alternatif
menjelaskan pembelajaran Negeri 1 Parongpong Tahun Pelajaran 2015/2016 solusi, saya memilih
hasil analisis dengan model Penulis : Indri Novianti satu (1) solusi
struktur teks analisis yang Tahun : 2016 terbaik yang paling
cerita fantasi efektif. Sumber : UPT Perpustakaan Universitas Pasundan, Skripsi pada Fakultas Pendidikan dan relevan dengan
secara lengkap Sastra Indonesia karakteristik Siswa
dan mendalam. Tautan : http://repository.unpas.ac.id/id/eprint/1627 Kelas 7 di SMP
Negeri 3 Pontianak.
Kompetensi Isi Artikel : Model :
Dasar 1. Model problem based learning adalah model pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan Problem Based
3.4 Menelaah nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berpikir kritis dan keterampilan Laerning (PBL)
struktur memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan. Jenis Teks:
kebahasaan teks 2. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning dapat dijadikan salah satu alternatif Teks Cerita Fantasi
narasi (cerita untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Jika siswa aktif dalam Bermuatan
fantasi) yang pembelajaran, proses melatih siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri sehingga Pendidikan Karakter
dibaca dan prestasi siswa akan meningkat pula. Berbasis Web
didengar 3. Tahapan Model PBL Alokasi Waktu:
a. Orientasi peserta didik terhadap masalah. 4 x 40 Menit
b. Mengorganisasikanpeserta didik. (2 Pertemuan)
c. Membimbing penyelidikan individu dan kelompok.
d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Langkah persiapan
e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah pelaksanaan
4. Hasil Penerapan Model pembelajaran:
a. Penulis mampu melaksanakan pembelajaran menganalisis struktur teks cerita pendek dengan 1. Menyusun RPP;
menggunakan model problem based learning pada siswa. Hal ini terbukti berdasarkan hasil 2. Menyusun materi
penilaian perencanaan dan pelaksanaan sebesar 3,7 dengan kategori nilai baik (A). ajar menelaah
b. Siswa mampu menganalisis struktur teks cerita pendek. Hal ini terbukti dengan nilai rata-rata struktur teks
pretes sebesar 26,27 sedangkan nilai ra-ta-rata postes sebesar 64,19. Peningkatanya sebesar cerita fantasi;
1,72%. 3. Membuat
c. Model Problem Based Learning tepat digunakan dalam pembelajaran menganalisis struktur instrumen
teks cerita pendek pada siswa. Hal ini terbukti berdasarkan uji statistik, dengan hasil thitung diagnostik
sebe-sar 11,13 ttabel sebesar 0,08 dalam tingkat kepercayaan 95% dan db sebesar 21. Artinya, nonkognitif;
penulis menyimpulkan bahwa semua hipotesis yang dirumuskan dapat diterima. 4. Membuat media
5. Kelebihan Model PBL power point;
a. Dengan model PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Siswa yang belajar memecahkan 5. Membuat teks
suatu masalah akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui cerita fantasi
pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika bermuatan
perserta didik berhadapan dengan situasi tempat konsep diterapkan. pendidikan
b. Dalam situasi model PBL, siswa mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara karakter berbasis
simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan. Web;
c. Model PBL dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta 6. Menyusun LKPD;
didik dalam bekerja, motivasi internal dalam belajar, dan dapat mengembangkan hubungan 7. Menyusun kisi-
interpersonal dalam bekerja kelompok. kisi soal;
6. Kelemahan Model PBL 8. Menyusun soal;
a. Siswa yang terbiasa dengan informasi yang diperoleh dari guru sebagai narasumber utama, 9. Menyusun rubrik
akan merasa kurang nyaman dengan cara belajar sendiri dalam pemecahan masalah. penilaian;
b. Jika siswa tidak mempunyai rasa kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk 10. Membuat lembar
dipecahkan makan mereka akan merasa enggan untuk memcoba masalah. observasi
c. Tanpa adanya pemahaman siswa mengapa mereka berusaha untuk memecahkan msalah yang keaktifan siswa;
sedang dipelajari maka mereka tidak akan belajar apa yang ingin mereka pelajari. 11. Menyusun
Judul Artikel : Pembelajaran Menganalisis Ketepatan Struktur Teks Cerita Pendek dengan instrumen umpan
Menggunakan Model Discovery Learning dan Dampaknya Terhadap balik.
Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Kelas XI SMK 45 Lembang
Penulis : NPM Asep Samsu
Tahun : 2020
Sumber : UPT Perpustakaan Universitas Pasundan, Tesis Pascasarjana pada Fakultas
Pendidikan dan Sastra Indonesia
Tautan : http://repository.unpas.ac.id/id/eprint/48228

Isi Artikel :
1. Penggunaan model pembelajaran discovery learning dalam proses pembelajaran akan
menumbuhkan minat, konsentrasi dan semangat belajar peserta didik yang sebelumnya kurang
motivasi belajar. Penggunaan model pembelajaran discovery learning akan meningkatkan cara
berpikir kritis peserta didik. Melihat hal tersebut maka model discovery learning digunakan dalam
pembelajaran menganalisis ketepatan struktur teks cerita pendek dan dampaknya terhadap
kemampuan berpikir kritis.
2. Sintak Model Pembelajaran Discovery Learning
a. Pemberian rangsangan (stimulation)
b. Pernyataan/ identifikasi masalah (problem statement)
c. Perngumpulan data (data collection)
d. Pengolahan data (data processing)
e. Pembuktian (verification)
f. Menarik simpulan/ generalisasi (generalization)
3. Hasil Penerapan
a. Hasil belajar menganalisis ketepatan struktur teks cerita pendek di kelas XI yang
menggunakan model pembelajaran discovery learning lebih baik dari model konvensional.
b. Kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran menganalisis ketepatan struktur teks cerita
pendek di kelas XI yang menggunakan model pembelajaran discovery learning lebih baik dari
model konvensional.
4. Kelebihan Model Pembelajaran Discovery Learning
a. Mendukung partisipasi aktif pembelajar dalam proses pembelajaran.
b. Menumbuhkan rasa ingin tahu pembelajar
c. Memungkinkan perkembangan keterampilan-keterampilan belajar sepanjang hayat dari
pembelajar.
d. Membuat pengalaman belajar menjadi lebih bersifat personal
e. Membuat pembelajar memiliki motivasi yang tinggi karena memberikan kesempatan kepada
mereka untuk melakukan eksperimen dan menemukan sesuatu untuk diri mereka sendiri.
f. Membangun pengetahuan berdasarkan pada pengetahuan awal yang telah dimiliki oleh
pembelajar sehingga mereka dapat memiliki pemahaman yang lebih mendalam.
g. Mengembangkan kemandirian dan otonomi pada diri pembelajar
h. Membuat pembelajar bertanggungjawab terhadap kesalahan-kesalahan dan hasil-hasil yang
mereka buat selama proses belajar
i. Merupakan cara belajar kebanyakan orang dewasa pada pekerjaan dan situasi kehidupan nyata
j. Merupakan suatu alasan untuk mencatat prosedur-prosedur dan temuan-temuan - seperti
mengulang kesalahan-kesalahan, sebagai suatu cara untuk menganalisis apa yang telah terjadi,
dan suatu cara untuk mencatat atau merekam temuan yang luar biasa.
k. Mengembangkan keterampilan-keterampilan kreatif dan pemecahan masalah
l. Menemukan hal-hal baru yang menarik yang belum terbayang sebelumnya setelah
pengumpulan informasi dan proses belajar yang dilakukan
5. Kelemahan Model Discovery Learning
a. Terkadang terjadi kebingungan pada para pembelajar ketika tidak disediakan semacam
kerangka kerja, dan semacamnya.
b. Terbentuknya miskonsepsi
c. Pembelajar yang lemah mempunyai kecenderungan untuk belajar di bawah standar yang
diinginkan, dan guru seringkali gagal mendeteksi pembelajar semacam ini (bahwa mereka
membutuhkan remedi dan scaffolding).
Judul Artikel : Pembelajaran Menganalisis Struktur Teks Cerita Pendek dengan
Menggunakan Model Mind Mapping pada Siswa Kelas XI SMA Nasional
Bandung Tahun Ajaran 2016/2017
Penulis : Ani Nurfitri
Tahun : 2017
Sumber : UPT Perpustakaan Universitas Pasundan, Tesis Pascasarjana pada Fakultas
Pendidikan dan Sastra Indonesia
Tautan : http://repository.unpas.ac.id/id/eprint/15403

Isi Artikel :
1. Model mind mapping merupakan model pembelajaran bermakna lebih mudah berlangsung bila
konsep- konsep baru dikaitkan pada konsep yang lebih inklusif. Dengan demikian, peta konsep
harus disusun secara hierarki. Ini berarti, bahwa konsep yang lebih inklusif ada di puncak peta.
2. Peta pikiran adalah metode mencatat kreatif yang memudahkan kita mengingat banyak informasi.
Setelah selesai, catatan yang dibuat membentuk sebuah pola gagasan yang saling berkaitan,
dengan topik utama di tengah, sementara subtopik dan perincian menjadi cabang-cabangnya.
Cabang-cabang tersebut juga bisa berkembang lagi sampai ke materi yang lebih kecil.
Sebagaimana struktur keturunan manusia yang bisa berkembang terus sampai hari akhir tiba,
sehingga terbentuklah sebuah system keturunan manusia hidup sampai hari akhir.
3. Langkah dalam pembuatan mind mapping
a. Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan mendatar, memulai
dari tengah memberi kebebasan kepada otak untuk menyebar ke segala arah dan untuk
mengungkapkan dirinya dengan lebih bebas dan alami.
b. Gunakan gambar atau foto untuk ide sentral, sebuah gambar bermakna seribu kata dan
membantu kita menggunakan imajinasi. Sebuah gambar sentral akan lebih menarik, membuat
kita tetap terfokus, membantu kita berkonsentrasi, dan mengaktifkan otak kita.
c. gunakan warna, bagi otak warna sama menariknya dengan gambar. Warna membuat mind map
lebih hidup, menambah energi kepada pemikiran kreatif, dan menyenangkan.
d. Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan cabang-cabang tingkat dua
dan tiga ke tingkat satu dan dua, dan seterusnya. Otak bekerja menurut asosiasi, otak senang
mengaitkan dua atau lebih hal sekaligus. Bila kita menghubungkan cabangcabang, kita akan
lebih mudah mengerti dan mengingat.
e. Buatlah garis melengkung, bukan garis lurus. Cabang-cabang yang melengkung dan organis
jauh lebih menarik bagi mata.
f. Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis. Kata kunci tunggal memberi banyak daya dan
fleksibilitas kepada mind map.
g. Gunakan gambar pada setiap cabang mind map, seperti gambar sentral, setiap gambar dapat
bermakna seribu kata.
4. Langkah Pembelajaran dengan Model Mind Mapping
a. Menyampaikan kompetensi dan memberikan penjelasan singkat mengenai materi
pembelajaran.
b. Membagi siswa dalam beberapa kelompok untuk membuat Mind Mapping.
c. Siswa bekerja dalam kelompok membuat Mind Mapping.
d. Siswa mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.
e. Membuat kesimpulan dari pembelajaran yang telah berlangsung.
f. Memberikan evaluasi pada akhir pembelajaran.
5. Hasil Penerapan Model
a. Penulis mampu melaksanakan pembelajaran menganalisis struktur teks cerita pendek dengan
menggunakan model mind mapping. Hal ini terbukti berdasarkan hasil penilaian perencanaan
dan pelaksanaan penulis mendapatkan nilai rata- rata 3,55.
b. Siswa kelas X1 mampu melaksanakan pembelajaran menganalisis struktur teks cerita pendek
dengan menggunakan model minda mapping. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai rata- rata
pretes 46,3 dan nilai rata- rata postest 75,6 sehingga selisih antara hasil pretes dan postes 29,3.
c. Mind mapping efektif digunakan dalam pembelajaran menganalisis struktur teks cerita
pendek.
5. Kelebihan
Peta pikiran diibaratkan dengan menirukan proses berpikir pembuatnya. Hal memungkinkan
individu berpindah-pindah topik. Individu merekam informasi melalui simbol, gambar, arti
emosional, dan warna. Mekanisme ini sama persis dengan cara otak memperoses berbagai
informasi yang masuk. Karena peta pikiran melibatkan kedua belah otak, siswa dapat mengingat
informasi dengan lebih mudah.
6. Kelemahan
a. Waktu terbuang untuk menulis kata-kata yang tidak memiliki hubungan dengan ingatan.
b. Waktu terbuang untuk membaca kembali kata-kata yang tidak perlu (kurang lebih 90%).
c. Waktu terbuang untuk cari kata kunci pengingat.
d. Hubungan kata kunci pengingat terputus oleh kata-kata yang memisahkan.
e. Kata kunci pengingat terpisah oleh jarak.
Guru tidak Judul Artikel : Pengembangan Bahan Ajar Interaktif Teks Cerita Fantasi Bermuatan
menyajikan Pendidikan Karakter pada Siswa Kelas VII MTs Miftahussalam Medan
teks cerita Penulis : Elsya Fitri Utami
fantasi sesuai Tahun : 2018
topik yang Sumber : Digital Repository Universitas Negeri Medan, Tesis Program Pascasarjana
Universitas Negeri Medan.
dekat dengan Tautan : shorturl.at/fJQU4
siswa.
Isi Artikel :
1. Cerita fantasi semakin menarik dengan tokoh yang diberi watak dan ciri yang unik serta tidak ada
dalam kehidupan sehari-hari. Tokoh mengalami peristiwa misterius yang tidak terjadi pada
kehidupan sehari-hari serta mengalami kejadian dalam berbagai latar waktu yang berbeda. Hal
tersebut menarik penulis untuk mengetahui berbagai karakter tokoh sehingga memberi penguatan
kepada siswa atas karakter yang baik dan patut menjadi teladan dari cerita fantasi tersebut.
2. Karakter yang ada pada teks cerita fantasi nantinya akan memberikan pengintegrasian nilai-nilai
karakter positif kepada peserta didik. Serta dari banyaknya pengintegrasian nilai karakter nantinya
akan diambil lima aspek nilai karakter yang paling sesuai untuk peserta didik tingkat SMP, antara
lain: religius, semangat kebangsaan, jujur, mandiri, dan peduli sosial.
3. Bahan ajar (modul) interaktif tersebut akan memotivasi siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran. Jelas bahwa, bahan ajar (modul) interaktif berperan penting dalam proses
pendidikan terutama bagi pendidik dan peserta didik. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan
Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang menyatakan bahwa:
Pembelajaran harus berlangsung interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa
kretivitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik.
4. Tahapan pengembangan produk

5. Contoh Tampilan Bahan Ajar Berbasis Web dengan Tema Pendidikan Karakter

6. Hasil Pembuatan Bahan Ajar


a. Hasil pengembangan media pembelajaran cerita fantasi bermuatan karakter berbasis WEB,
yaitu berupa website yang mudah di akses melalui koneksi internet. Isi media pembelajaran
tersebut secara garis besar memuat hal-hal berikut.
1) Home
2) Pengantar
3) Kegiatan Belajar
4) Video
5) Pengembang
6) Posttest (untuk ujian soal pilihan berganda dan essay oleh siswa)
7) Login (untuk admin web)
b. Hasil efektifitas pengguanan media pembelajaran yang dikembangkan pada materi cerita
fantasi bermuatan nilai karakter pada siswa kelas VII MTs Miftahussalam Medan
menggunakan media pembelajaran berbasis WEB berada pada kategori “sangat baik”. Hasil
belajar tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata yang didapat siswa setelah menggunakan
media pembelajaran yang dikembangkan.
7. Keterbatasan Penelitian
a. Uji coba produk hanya untuk melihat kelayakan media pembelajaran dari tim ahli materi,
desain media dan desain grafis oada media, tanggapan guru, tanggapan siswa sebagai
pengguna produk, dan hasil belajar sebelum dan sesudah menggunakan media pembelajaran.
b. Materi yang dikembangkan dalam media pembelajaran hanya terbatas pada materi cerita
fantasi dengan menambahkan nilai karakter dalam pembelajarannya. Sebab, peneliti hanya
memfokuskan kemampuan siswa dalam memahami dan menulis teks fantasi yang bermuatan
karakter sehingga melalui teks fantasi penanaman nilai karakter dapat ditanamkan
Judul Artikel : Pengembangan Bahan Ajar Teks Cerita Fabel Berbasis Kearifan Lokal pada
Kelas VII SMP Negeri 1 Raya Kabupaten Simalungun
Penulis : M. Afiv Toni Suhendra Saragih
Tahun : 2020
Sumber : Jurnal Edukasi Kultura, Jurnal Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia Pascasarjana Unimed.
Tautan : https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/kultura/article/download/21993/14754

Isi Artikel :
1. Integrasi materi Dongeng yang bermuatan kearifan lokal, dapat menjadi salah satu sarana
pendidikan berbasis kearifan lokal. Menurut Saidah, (Saidah 2018) Pendidikan kearifan lokal pada
hakikatnya merupakan upaya untuk menggali kembali nilai-nilai kearifan lokal serta
mengintegrasikannya dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga perlu adanya bahan ajar yang
terintegrasi dengan kearifan lokal masyarakat setempat.
2. Perlu adanya pengembangan bahan ajar yang sesuai dengan kurikulum 2013 serta
mengakomodasi kekurangan yang ada dari buku siswa. Bahan ajar yang dikembangkan adalah
bahan ajar yang berisi materi fabel berbasis kearifan lokal.
3. Kearifan lokal yang diambil yakni fabel dari masyarakat Simalungun Melalui fabel dari
Simalungun, siswa bisa mengetahui lebih dekat (kontekstual), memahami dan menghayati isi
fabel. Akhirnya tercipta rasa menghargai, menjaga, dan mengembangkan kearifan lokal dongeng
dari daerah tempat tinggal siswa itu sendiri.
4. Selain itu, bahan ajar didesain untuk disajikan secara lisan dan visual sehingga memenuhi tuntutan
kompetensi bahasa indonesia. Hal-hal tersebut memenuhi kriteria lima (5) hal yang perlu
diperhatikan dalam memilih materi bahan ajar khususnya sastra, yaitu
a. kevalidan bahan ajar,
b. bermakna dan bermanfaat sesuai dengan kebutuhan,
c. menarik dan dapat menimbulkan minat belajar siswa,
d. materi disesuaikan dengan tahap kemampuan intelektual siswa, dan
e. merupakan karya sastra yang utuh, bukan sebagian.
5. Tahapan Pembuatan Bahan Ajar
a. Analisis kebutuhan dan pengumpulan data.
b. Perencanaan, yaitu rencana pengembangan bahan ajar, perencanaan materi, perencanaan
pengembangan dalam bahan ajar materi, yakni berbasis kearifan lokal, perencanaan validator
desain dan materi, dan perencanaan uji coba terbatas dan uji coba luas.
c. Pengembangan rancangan produk, yakni bahan ajar materi fabel dibuat berbasis kearifan
lokal.
6. Hasil Penerapan
Berdasarkan hasil tersebut diperoleh skor akhir yaitu 91% yang artinya bahan ajar yang
dikembangkan tersebut Sangat valid, sangat tuntas, dan dapat digunakan. Sedangkan komentar
dari guru yang telah mengamati dan melaksanakan isi dalam bahan ajar menyatakan bahwa kisah
dan ilustrasi sudah sesuai sehingga mudah di pahami oleh siswa.
Dalam menulis fabel, siswa cenderung mengikuti kata-kata dalam fabel. Hal ini bisa jadi karena
siswa masih belum terbiasa menulis cerita menggunakan kalimat sendiri. Catatan lain adalah
masih terdapat beberapa kesalahan ejaan dan penggunaan kata yang perlu diperbaiki. Revisi pada
tahap uji coba luas ini yaitu merevisi dan memperbaiki kesalahan ejaan dan pemilihan kosa kata
yang kurang tepat.
7. Kelebihan Bahan Ajar
Produk dikembangkan sesuai dengan konteks lokal Simalungun, penyajian dongeng dalam bahan
ajar mengasah keterampilan berbahasa siswa, dilengkapi dengan ilustrasi yang menarik sehingga
meningkatkan motivasi belajar siswa. Bahan ajar juga dilengkapi dengan latihan yang menarik
sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang fabel.
8. Kelemahan
Bahan ajar ini masih memuat delapan fabel dari kabupaten Simalungun, sehingga belum mewakili
seuruh kearifan lokal Simalungun.
Judul Artikel : Pengembangan Bahan Ajar Menulis Teks Cerita Rakyat Berbasis
Sosiokultural pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas X SMA
Penulis : Anita Lestari Hutagalung
Tahun : 2022
Sumber : Sintaks, Jurnal FKIP Universitas Islam Sumatera Utara.
Tautan : http://jurnal.medanresourcecenter.org/index.php/SIN/article/view/217/191

Isi Artikel :
1. Guru dituntut untuk melakukan pembaharuan dan berinovasi dalam memberikan pembelajaran
sebagai bentuk untuk meningkatkan kualitas belajar dan memaksimalkan hasil belajar siswa.
Inovasi yang dimaksud adalah dengan menciptakan dan pengembangan bahan ajar yang up
to date yang mengarah pada kemajuan teknologi berupa produk atau sistem yang mampu
mengemas materi pelajaran semenarik mungkin sehingga menumbuhkan rasa antusias bagi
siswa untuk mengikuti proses belajar mengajar di kelas. Salah satu bahan ajar yang sesuai
dengan perkembangan teknologi dan dapat digunakan dalam proses pembelajaran adalah
dengan menerapkan pembelajaran menggunakan bahan ajar berbasis sosiokultural.
2. Bahan ajar yang berbasis sosiokultral dapat memberikan penjelasan materi pelajaran dari
konsep yang abstrak menjadi konkret sehingga membantu memudahkan penerapan materi
pelajaran oleh siswa.
3. Bahan ajar yang berbasis sosiokultral ini juga memiliki berbagai keunggulan dibandingkan jenis
bahan ajar lain. Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian yang relevan, menyatakan bahwa
bahan ajar berbasis sosiokultural dapat menjadikan pembelajaran menulis lebih menyenangkan
dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
4. Pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar berbasis sosiokultral ini juga dapat melatih
siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya dan melatih siswa berpikir kreatif
terhadap fakta yang apa pada kehidupan nyata. Selain itu, siswa juga akan belajar dengan mandiri
dan guru hanya bertindak sebagai fasilitator.
5. Hasil Penerapan Bahan Ajar
a. Bahan ajar modul pembelajaran Bahasa Indonesia untuk SMA kelas X ini dinyatakan
valid dan layak digunakan sebagai bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran menulis
teks cerita rakyat yang berbasis sosiokultural pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas
X. hasil uji validitas berdasarkan validasi dari validator ahli materi 1 dengan skor 4,02
dengan kategori baik, validator ahli materi 2 dengan skor 3,77 dengan kategori baik,
vlidator ahli desain 1 dengan skor 4,15 dengan kategori baik, dan validator ahli desain 2
dengan skor 5 dengan kategori sangat baik.
b. Hasil validasi oleh ahlimateri dan ahli desain menyatakan bahwa modul pembelajaran
Bahasa Indonesia layak digunakan dengan berdasarkan persentase validasi ahli materi 1
adalah 81% dikategorikan sangat layak, validasi ahli materi 2 adalah 75% dikategorikan
layak, sedangkan validasi ahli desain 1 adalah 83% dikategorikan sangat layak dan validasi
ahli desain 2 adalah 100% dikategorikan Sangat layak.
6. Kelebihan
a. Bahan ajar berbasis sosiokultural dapat menjadikan pembelajaran menulis lebih
menyenangkan dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
b. Pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar berbasis sosiokultral ini juga dapat melatih
siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya dan melatih siswa berpikir kreatif
terhadap fakta yang apa pada kehidupan nyata.
c. Siswa jugaakan belajar dengan mandiri dan guru hanya bertindak sebagai fasilitator.
Wawancara
Kegiatan wawancara dilakukan kepada tiga (3) narasumber
1. Ibu Fatmawati, M.Pd. (Kepala Bidang Pengembangan Kompetensi Manajerial dan Fungsional
Prov. Kalbar, pernah menjadi kepala sekolah, dan Guru Bahasa Indonesia)
2. Bp. Rudy Fitriyanto, M.Pd. (Pengawas Pembina SMP, Dinas Pendidikan Kota Pontianak)
3. Bp. Subhan, M.Pd. (Kepala SMP Negeri 3 Pontianak, pernah menjadi guru Bahasa Indonesia)

Dari hasil wawancara, ditemukan beberapa alternatif solusi model dan media pada masalah pembelajaran menganalisis
struktur teks cerita fantasi. Berikut ini simpulan hasil wawancara tersebut.
1. Guru harus terlebih dahulu menstimulus siswa dengan pertanyaan-pertanyaan pemantik untuk
membantu pemahaman siswa.
2. Guru harus menggunakan lembar kerja agar pekerjaan siswa terarah.
3. Guru harus memilih teks sastra yang sesuai dengan tingkat keterbacaan siswa.
4. Guru bisa menggunakan teks dengan topik fantasi game atau fantasi muatan lokal.
5. Dalam proses menganalisis, guru harus betul-betul merencanakan pembelajaran dengan
maksimal.
6. Pembelajaran seharusnya saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Siswa akan mampu
mencapai tujuan pembelajaran dalam tahapan menganalisis jika proses pembelajaran di tahapan
sebelumnya terlaksana dengan maksimal.
7. Harus ada LKPD yang dapat memandu siswa lebih mudah menganalisis teks.
4 Siswa masa kini Guru belum Judul Artikel : Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Cerita Fantasi Siswa Kelas Vii.3 Berdasarkan hasil
tidak puas dengan menerapkan SMP Negeri 5 Depok Melalui Model Project Based Learning Berbantuan eksplorasi alternatif
cara memproduksi
teks yang masih model Media Film solusi, saya memilih
konvensional. pembelajaran Penulis : Sri Margawati satu (1) solusi
yang relevan Tahun : 2021 terbaik yang paling
Kompetensi dengan Sumber : Jurnal Pendidikan Indonesia, relevan dengan
Dasar karakteristik Tautan : https://doi.org/10.36418/japendi.v2i1.72 karakteristik Siswa
4.4 Menyajikan siswa masa Kelas 7 di SMP
gagasan kreatif kini. Isi Artikel : Negeri 3 Pontianak.
dalam bentuk 1. Pembelajaran menulis teks cerita fantasi membutuhkan sebuahmodel pembelajaran Model :
lisan dan tertulis yang mampu menstimulus daya imajinasi dan kreatifitas dalam menemukan ide dan Project Based
dengan mengembangkannya ke dalam bentuk teks cerita fantasi. Laerning (PJBL)
memperhatikan 2. Model project based learningsiswa dalam menulis cerita fantasi, dengan tahap yang terencana Media :
struktur dan dengan baik, siswa dengan mudah mengamati dan menuliskan setiap hal-hal yang harus Multimedia Berbasis
penggunaan diperhatikan dalam menulis teks cerita fantasi. Literasi
bahasa. 3. Tujuan penerapan model PJBL Alokasi Waktu:
a. Melatih sikap proaktif peserta didik dalam memecahkan suatu masalah. 4 x 40 Menit
b. Mengasah kemampuan peserta didik dalam menguraikan suatu permasalahan di kelas. (2 Pertemuan)
c. Meningkatkan keaktifan peserta didik di kelas dalam menyelesaikan permasalahan yang
kompleks sampai diperoleh hasil nyata. Langkah persiapan
d. Mengasah keterampilan peserta didik dalam memanfaatkan alat dan bahan di kelas guna pelaksanaan
menunjang aktivitas belajarnya. pembelajaran:
e. Melatih sifat kolaboratif peserta didik. 1. Menyusun RPP;
4. Hasil Penerapan Model 2. Menyusun
a. Hasil tes rata-rata siklus I adalah 73,75. Nilai rata-rata ujian periode I belum mencapai materi ajar
KKM (75.). Namun dibandingkan dengan rata-rata keterampilan menulis sebelum menulis teks
menggunakan model pembelajaran berbasis proyek berbantuan media film, rata-rata ini cerita fantasi;
mengalami peningkatan sebesar 8,05% dari 68,25 pada siklus. 3. Membuat
b. Nilai rata-rata tes siklus II adalah 83,25 atau meningkat 23,44% dari sebelum penggunaan instrumen
model project based learningberbantuan media film. Nilai tersebut sudah melampui nilai diagnostik
KKMyaitu 75. Sedangkan siswa yang mencapai danmelampau KKM sebanyak 29siswa nonkognitif;
atau sebesar 87,87%
c. Nilai keterampilan menulis teks cerita fantasi siswa kelas VII.3 SMP Negeri 5Depok sudah 4. Membuat media
melampaui KKM secara klasikal yaitu >75% dari jumlah keseluruhan siswa yang mencapai power point;
KKM individu. 5. Membuat
5. Kelebihan Model PBL contoh menulis
a. Pembelajaran menulis teks cerita fantasi pada siswa dengan model PJBL mampu cerita fantasi
meningkatkan keterampilan menulisteks cerita fantasi dan perubahan perilaku belajar pada media
siswa selama proses pembelajaran dalam penelitian dilangsungkan berbagai media,
b. Penggunaan Model Project Based Learning berbantuan media film dapat dijadikan referensi yaitu
dan alterntif model pembelajaran yang efektif dan bermakna bagi pembelajaran menulis a. komik,
teks cerita fantasi atau pada pembelajaran lainnya yang memiliki kekhasan yang sama. b. audio,
Judul Artikel : Pengaruh Model Discovery Learning Terhadap Keterampilan Menulis Teks c. audiovisual,
Cerita Fantasi Siswa Kelas Vii Smp Negeri 10 Padang dan
Penulis : Nola Silvana, Irfani Basri, dan Emidar d. mindmap.
Tahun : 2018 e. Menyusun
Sumber : JPBSI, Jurnal Fakultas Bahasa dan Seni, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia LKPD;
Tautan : https://doi.org/10.24036/102334-019883 f. Menyusun
rubrik penilaian
Isi Artikel : memproduksi
1. Model Discovery Learning adalah proses mental yang dialami siswa sehingga siswa mampu teks cerita;
mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Proses mental, yaitu mengamati, mencerna, g. Membuat
mengerti, menggolong-golongkan membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat lembar
kesimpulan, dan sebagainya. observasi
2. Model discovery adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan keaktifan siswa;
menemukan sendiri, dan menyelidiki sendiri sehingga hasil yang diperoleh akan setia dan tahan h. Menyusun
lama dalam ingatan siswa. instrumen
3. Dalam pembelajaran penemuan (discovery), siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui umpan balik.
keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, kemudian guru
mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan
mereka menemukan prinsip-prinsip tersebut.
6. Sintak Model Pembelajaran Discovery Learning
a. Pemberian rangsangan (stimulation)
b. Pernyataan/ identifikasi masalah (problem statement)
c. Perngumpulan data (data collection)
d. Pengolahan data (data processing)
e. Pembuktian (verification)
f. Menarik simpulan/ generalisasi (generalization)
4. Hasil Penerapan Model
a. Keterampilan menulis teks cerita fantasi siswa kelas VII SMP Negeri 10 Padang sebelum
menggunakan model discovery learning berada pada kualifikasi Cukup (C) dengan rata-rata
61,49.
b. Keterampilan menulis teks cerita fantasi siswa kelas VII SMP Negeri 10 Padang sesudah
menggunakan model discovery learning berada pada kualifikasi Lebih dari Cukup (LdC)
dengan rata-rata 72,41.
c. Keterampilan menulis teks cerita fantasi kelas VII SMP Negeri 10 Padang sesudah
menggunakan model discovery learning lebih baik daripada sebelum menggunakan model
discovery learning
5. Keunggulan Model Discovery Learning
a. Mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak kesiapan, serta penguasaan
keterampilan dalam proses kognitif siswa.
b. Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi sehingga dapat lama tertinggal
dalam jiwa tersebut.
c. Model ini dapat membangkitkan kegairahan belajar para siswa. Keempat, teknik ini mampu
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengan
kemampuannya masing-masing.
d. Model ini mampu mengarahkan cara siswa belajar sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat
untuk belajar lebih giat.
e. Model ini membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri
dengan proses penemuan sendiri.
f. Model ini berpusat pada siswa bukan pada guru. Guru hanya sebagai teman belajar dan
membantu apabila diperlukan
(tidak ditemukan catatan mengenai kekurangan penerapan model ini)
Judul Artikel : Penggunaan Model Pembelajaran Example Non-Example dalam Menulis
Cerita Fantasi Kelas VII Di SMP Mutiara Singaraja
Penulis : Maghfirah Utami
Tahun : 2022
Sumber : Undiksha Repository
Tautan : http://repo.undiksha.ac.id/id/eprint/9842

Isi Artikel :
1. Model pembelajaran example on-example sebagai sebuah rangkaian penyampaian materi ajar
pada peserta didik dengan menunjukkan gambar-gambar yang berkaitan yang sudah disiapkan
serta diberi kesempatan pada peserta didik untuk menganalisisnya bersama teman kelompoknya
yang lalu dimintai hasil diskusinya.
2. Metode example non-example sama halnya dengan metode pembelajaran picture non-picture
karena memakai gambar selaku media dalam pembelajaran. Metode tersebut mengajarkan pada
peserta didik agar menganalisis serta mendefinisikan suatu konsep dari gambar yang ada
menggunakan dua hal yang mencakup.
3. Jadi, model example nonexample ialah model pembelajaran yang memberikan contoh-contoh
seperti masalah, gambar, ataupun video pada siswa, lalu mengajak siswa agar menganalisis sesuai
konsep.
4. Hasil Penerapan Model
Penerapan model pembelajaran example non-example dalam proses pembelajaran yang
diterapkan menggunakan gambar berjalan kurang maksimal. Hal ini terlihat dari keaktifan,
semangat dan dari nilai Kriteria Kelulusan Minimal (KKM). Semua rangkaian kegiatan
pembelajaran berjalan kurang maksimal karena pembelajaran dilakukan secara daring sehingga
guru mata pelajaran bahasa Indonesia tidak mengetahu secara maksimal potensi siswa karena
interaksi yang dibangun hanya satu arah.
5. Kelebihan Model
a. Siswa lebih kritis dalam menganalisis gambar,
b. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar, dan
c. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
6. Kekurangan Model
a. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar,
b. Memakan waktu yang lama.
Guru belum Judul Artikel : Pengembangan Multimedia Interaktif pada Pembelajaran Menulis Cerita
menggunakan Rakyat Berbasis Literasi untuk Siswa Kelas X MAN 2 Tg. Pura
media yang Penulis : Ahmad Drani
beragam Tahun : 2021
untuk Sumber : Digital Repository Universitas Negeri Medan, Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia
memfasilitasi Tautan : http://digilib.unimed.ac.id/id/eprint/42386
kebutuhan
siswa masa Isi Artikel :
kini. 1. Media pembelajaran berbasis multimedia interaktif adalah pembelajaran yang menggunakan
teknologi informasi dan komunikasi atau menggunakan multimedia.
2. Multimedia interaktif dapat membantu pendidik dalam menyampaikan materi yang diajarkan dan
membantu peserta didik dalam memahami materi yang disampaikan. Diharapkan adanya
multimedia interaktif dapat memadukan media-media dalam proses pembelajaran dan akan dapat
menyajikan pola pembelajaran yang interaktif.
3. Muatan materi yang dimodifikasi menjadi menarik dan mudah dipahami peserta didik, materi
yang sulit akan menjadi mudah, suasana belajar yang menegangkan akan menjadi menyenangkan.
4. Peran multimedia interaktif semakin memegang peranan yang sangat penting dalam bidang
pendidikan sejalan dengan pertumbuhan pengguna komputer dan pertumbuhan internet di
masyarakat yang semakin memudahkan aliran produk multimedia dari satu komputer ke komputer
lainnya.
5. Hasil Penerapan Media
a. Hasil kelayakan pengembangan media pembelajaran teks cerita rakyat berbasis literasi
dinyatakan layak karena seluruh hasil penilaian berada pada kategori ”sangat baik”.
b. Hasil kemampuan belajar siswa dalam menulis teks cerita rakyat berbasis literasi setelah
menggunakan media pembelajaran yang dikembangkan berada pada kategori ”sangat baik”
dengan rata-rata nilai 81, 14 yang sebelumnya sebesar 66,57.
6. Keunggulan Media
a. Media ini merupakan media yang inovatif yang mampu memberikan suasana berbeda dalam
pembelajaran bahasa Indonesia khususnya materi cerita.
b. Literasi media adalah topik yang populer, tidak saja di antara para akademisi, tetapi juga di
masyarakat pada umumnya.
c. Media ini meningkatkan semangat belajar siswa karena media dalam pembelajaran ini tidak
hanya digunakan secara konvensional.
7. Saran dalam Penerapan Media
a. Penerapan berikutnya diharapkan melakukan modifikasi sesuai dengan kondisi satuan
pendidikan masing-masing.
b. Tenaga pendidik sebaiknya tidak lagi menggunakan pembelajaran konvensional untuk
meningkatkan minat dan semangat menulis cerita.
Judul Artikel : Pengembangan Media Pembelajaran Gambar Berseri Berbasis Pop-Up Book
untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Narasi Bahasa Indonesia
Penulis : Nurul Hidayah, Riska Wahyuni, dan Anton Tri Hasnanto
Tahun : 2020
Sumber : TERAMPIL Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar,
Tautan : https://doi.org/10.24042/terampil.v7i1.6182

Isi Artikel :
1. Gambar berseri merupakan rangkaian cerita gambar yang saling berhubungan pada setiap
gambarnya. Cerita pada gambar berseri memiliki tema dan alur cerita. Penggunaan media
pembelajaran gambar berseri bertujuan untuk merangsang, melatih, dan memotivasi peserta didik
dalam mendekripsikan cerita pada gambar sehingga peserta didik mampu berimajinasi saat
melihat gambar yang kemudian dituangkan dalam bentuk karangan narasi.
2. Pop-up book merupakan suatu media berbentuk buku yang didalamnya terdapat gambar gambar
yang tampak timbul. Buku pop-up apabila dibuka akan keluar gambar yang berunsur 3 dimensi
sehingga dapat menarik perhatian peserta didik. Media pop up book dapat menghubungkan
konsep-konsep yang terdapat pada gambar-gambar pada buku sehingga mampu membangkitkan
imajinasi anak.
3. Media pembelajaran pop-up book diterapkan pada Bahasa Indonesia materi menulis narasi.
Menulis merupakan salah satu dari keempat keterampilan berbahasa. Keterampilan dalam
menggali pikiran dan mengungkapkan perasaan, gagasan, ide-ide sehingga menjadi sebuah
karangan. Karangan merupakan hasil pemikiran atau pengalaman seseorang berupa gagasan yang
disajikan kedalam bahasa tulis bertujuan untuk menghibur dan memberikan pelajaran hidup untuk
pembacanya.
4. Langkah Pembuatan Media
a. Menentukan alur
b. Menentukan gambar
c. Mendesain gambar
d. Mencetak gambar
e. Menggunting dan membentuk gambar
f. Menyatukan gambar
5. Hasil Penerapan Media
a. Hasil penilaian validasi oleh ahli media pada aspek kesesuaian dengan tingkat perkembangan
peserta didik dengan 6 indikator memperoleh jumlah 56 dengan skor maksimal 60 serta skor
persentase 93% dengan kategori “Sangat Layak”.
b. Aspek komunikatif dengan 3 indikator memperoleh jumlah 28 dengan skor maksimal 30 serta
skor persentase 93% dengan kategori “Sangat Layak”.
c. Aspek teknik penyajian dengan 9 indikator memperoleh jumlah 83 dengan skor maksimal 90
serta skor persentase 92% dengan kategori “Sangat Layak”.
d. Berdasarkan persentase skor penilaian diperoleh nilai rata-rata 93% dengan kategori “Sangat
Layak” dari jumlah keseluruhan 167dengan skor maksimal 180.
6. Saran Penerapan Media
Pada pengembangan pop-up book yang peneliti lakukan masih memfokuskan pada keterampilan
menulis narasi, penulis menyarankan untuk peneliti selanjutny bisa mengembangkan pada fokus
capaian yang lain seperti peningkatan hasil belajar, minat peserta didik atau motivasi peserta didik.
Tidak hanya focus capainnya saja, bahkan penulis selanjutnya bisa mengembangkan pop-up book
berbasis teknologi sehingga bisa digunakan dalam proses pembelajaran secara tatap muka atau
pembelajaran daring.
Judul Artikel : Peningkatan Keterampilan Menulis Cerita Pendek Berbasis Karakter
Menggunakan Media Pembelajaran VideoScribe
Penulis : Winda Dwi Hudhana
Tahun : 2019
Sumber : Website Seminar Nasional Pendidikan Bahasa dan Sastra
Tautan : https://ejournal.unib.ac.id/semiba/article/view/10306/5179

Isi Artikel :
1. Media pembelajaran VideoScribe merupakan salah satu alternatifpembelajaran menulis
ceritapendek. Penggunaan media VideoScribe pada awalnya digunakan dalam dunia bisnis.
Akan tetapi,seiring dengan perkembangan teknologi, media VideoScribe digunakan oleh para
pengajar dalam melakukan kegiatan belajar mengajar.
2. Media VideoScribe adalah sebuah software yang digunakan dalam membuat desain
animasi yang berlatar belakang berwarna putih. Media ini dikembangkan oleh Sparkol pada
tahun 2012 sebagai keperluan bisnis marketing.
3. Karakteristik penggunaan VideoScribe yaitu mampu menyajikan konten pembelajaran dengan
memadukan suara, gambar,dan desain yang menarik sehingga peserta didikmampu menikmati
proses pembelajarandengan baik.
4. Hasil Penerapan Media
Hasil belajar peserta didik dalam keterampilan menulis cerita pendek melalui media
pembelajaran VideoScribe terdapat peningkatan. Pada pratindakan rata-rata hasil belajar
menunjukkan nilai rata-rata 60 dari KKM 70 sehingga 100% peserta didik belum tuntas.
Sedangkan pada siklus I setelah diterapkan penggunaan media VideoScribe, terdapat peningkatan
hasil belajar menjadi rata-rata 72 dari KKM 70. Peserta didik yang telah menguasai
keterampilan menulis cerita pendek yaitu 86%, dan 15% belum menguasai keterampilan
menulis cerita pendek.
(tidak ditemukan catatan mengenai saran penerapan media ini)
Wawancara
Kegiatan wawancara dilakukan kepada tiga (3) narasumber
1. Ibu Fatmawati, M.Pd. (Kepala Bidang Pengembangan Kompetensi Manajerial dan Fungsional
Prov. Kalbar, pernah menjadi kepala sekolah, dan Guru Bahasa Indonesia)
2. Bp. Rudy Fitriyanto, M.Pd. (Pengawas Pembina SMP, Dinas Pendidikan Kota Pontianak)
3. Bp. Subhan, M.Pd. (Kepala SMP Negeri 3 Pontianak, pernah menjadi guru Bahasa Indonesia)
Dari hasil wawancara, ditemukan beberapa alternatif solusi model dan media pada masalah
pembelajaran memproduksi teks cerita fantasi. Berikut ini simpulan hasil wawancara tersebut.
1. Dengan kondisi ini, sekolah sebaiknya menerapkan pembelajaran berdiferensiasi.
2. Cara yang tepat untuk mengatasi masalah ini adalah memberikan peluang kepada siswa untuk
membuat berbagai produk, seperti audio, audiovivsual, visual.
3. Berikan topik yang bersumber dari pengalaman pribadi dan berikan kesempatan siswa masa
kini untuk bebas berekplorasi mengenai cara mereka mencapai tujuan pembelajaran.
4. Untuk tingkatan siswa SMP, tata penulisan bahasa Indonesia bisa diperingan atau tidak harus
mutlak dengan kebahasaan. Hal yang terpenting itu adalah siswa mampu menulis dan
mengemukakan cerita fantasi yang menarik.
5. Walaupun siswa membuat produk yang beragam, siswa tetap harus menulis teks cerita dalam
bentuk konvensional atau mendasar terlebih dahulu. Guru bisa memberikan peluang kepada
siswa untuk mengemas ceritanya dengan berbagai produk, tapi harus dipastikan terlebih
dahulu bahwa tujuan awal tercapai.

Anda mungkin juga menyukai