Masalah yang telah Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab
No.
diidentifikasi masalah
1 Rendahnya Kajian Literatur: Setelah dilakukan analisis
kemampuan peserta Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu lebih dalam penyebab
didik dalam menulis Keterampilan Berbahasa, (Bandung: masalah yang telah
Angkasa Bandung, 2008), Keterampilan diidentifikasi adalah sebagai
puisi.
menulis adalah keterampilan yang paling berikut:
kompleks, karena keterampilan menulis 1. Guru kurang melakukan
merupakan suatu proses perkembangan pendekatan dengan
yang menuntut pengalaman, waktu, peserta didik.
kesepakatan, latihan serta memerlukan cara 2. Guru belum menemukan
berpikir yang teratur untuk media yang tepat dalam
mengungkapkannya dalam bentuk bahasa pembelajaran menulis
tulis. Keterampilan menulis ini tidak akan puisi.
datang secara otomatis, tetapi harus melalui 3. Kurangnya pengetahuan
latihan dan praktik yang banyak dan guru terhadap model-
teratur. modelpembelajaran.
Pradopo(2002:12) mengemukakan
bahwa puisi itu mengekspresikan
pemikiran yang membangkitkan perasaan
yang merangsang imajinasi panca indera
dalam susunan berirama. Sayuti (1985:12)
menambahkan, puisi merupakan hasil
kreativitas manusia yang diwujudkan lewat
susunan kata yang mempunyai makna.
Keterampilan menulis puisi wajib dimiliki
oleh siswa sebagai suatu keterampilan yang
aktif dan produktif untuk mengungkapkan
ide, pikiran gagasan, pengetahuan, ilmu,
dan pengalaman. Pentingnya latihan
menulis puisi tidak hanya mempertajam
pengamatan dan meningkatkan
kemampuan bahasa , akan tetapi dengan
latihan penulisan puisi siswa diharapkan
dapat memperoleh minat segar yang
muncul dari kedalaman puisi itu sendiri
(Rahmanto, 1989:118)
Sumberhttps://mahasiswa.ung.ac.id/151420
049/home/2021/4/9/pentingnya-belajar-
menulis-puisi.html
Wawancara
Hasil Wawancara dengan Teman Sejawat
(Kartin Uno, S.Pd)
Kemampuan menulis puisi peserta didik
memang sangat memprihatinkan. Hal ini
disebabkan metode mengajar guru pada
umumnya kurang menarik bahkan tidak
menyenangkan. Sebagian besar metode yang
ada hanya berorientasi pada hasil bukan
pada proses. Rendahnya kemampuan
peserta didik dalam menulis puisi tersebut
disebabkan kurang efektifnya pembelajaran
yang diciptakan guru. Ketidakefektifan itu
disebabkan oleh kurang tepatnya strategi
yang diterapkan oleh guru dalam
pembelajaran. Strategi yang diterapkan oleh
guru dalam pembelajaran tidak dapat
mengembangkan potensi-potensi yang ada
pada diri peserta didik agar secara leluasa
dapat mengekspresikan perasaannya.
Wawancara
Hasil Wawancara dengan Teman
Sejawat (Kartin Uno, S.Pd)
Mengatakan bahwa realita
disekolah terkait pembelajaran
bercerita tidak banyak guru yang
ingin mengajarkan dengan alasan
tidak berbakat bercerita, ataupun
kurangnya fasilitas buku-buku
cerita. Padahal cerita maupun
dongeng sangatlah penting bagi
guru dalam penyampaian berbagai
pesan moral bagi peserta didik.
Dari realita tersebut memang kerap
kali pembeljaran bercerita kurang
diminati oleh peserta didik,
sehingga guru perlu memperbaiki
strategi dan model pembelajaran
agar motivasi belajar peserta didik
meningkat.
Wawancara
Hasil Wawancara dengan Teman
Sejawat (Kartin Uno, S.Pd)
Mengatakan bahwa Banyak
kendala yang dihadapi dalam
membelajarkan peserta didik
tentang literasi apalagi teks cerita
berupa fabel, dll. Hal ini berkaitan
erat dengan ketidakmampuan
peserta didik dalam memahami
makna kata dan istilah dalam
bacaan. Seharusnya peserta didik
yang duduk di tingkat SMP itu
sudah mampu merangkai kata,
memahami makna kata, merangkai
kalimat. Cara yang selama ini saya
lakukan dalam meningkatkan
pemahaman membaca peserta
didik yakni dengan menyisihkan
waktu disela-sela jam kosong, 10-
15 menit mengajari peserta didik
yang bersangkutan untuk
membaca, dengan cara menyuruh
mereka mengamati lingkungan
sekitar, lalu hasil pengematan
tersebut ditulis dan dibaca
berulang-ulang. Memang belum
ada perkembangan yang berarti
namun setidaknya saya bisa
memastikan perlahan-lahan
peserta didik ini dapat mengeja dan
membaca. Peserta didikpun setelah
diamati lebih menyukai
pembelajaran dengan media
pembelajaran berupa video dan
gambar-gambar. Lebih mudah
untuk mereka ingat dan
identifikasi. Sehingga model dan
metode pembelajaranpun
mempengaruhi kemampuan
memahami bacaan.
Wawancara
Hasil Wawancara dengan Teman
Sejawat (Kartin Uno, S.Pd)
Menyatakan bahwa selama ini
beliau lebih sering menggunakan
buku dalam menunjang
pembelajaran, karena sekolah hanya
punya 1 LCD, jadi harus bergantian
dengan guru yang lain. Selain itu
karena keterbatasan media
pembelajaran di sekolah, selama ini
saya menggunakan media audio
berupa spiker kecil yang
tersambung di HP untuk materi
seperti mendengarkan dongeng dan
mendengarkan berita