Anda di halaman 1dari 33

BAGIAN 1

MEMAHAMI RISET PEMASARAN


Pada bab ini, kita akan menjawab pernyataan-pernyataan berikut:
1. Mengapa riset pemasaran itu penting?
2. Xxx
3. Xxxx
4. Xxx

(GAMBAR)

Setelah mengikuti matakuliah riset pemasaran mahasiswa mampu mengenali dan


menganalisis data-data real di lapangan data konteks riset pemasaran. Kemudian
mahasiswa mampu memahami tujuan dari riset pemasaran, cara mengorganisasi dan
melaporkan hasil riset serta mengkomunikasikan lapoan riset pemasaran.
Untuk menggali pemahaman mahasiswa tentang dasar-dasar pemasaran dan
perilaku konsumen sebagai dasar untuk melakukan riset pemasaran

1.1 Riview tentang pemasaran


Pemasaran untuk memenuhi kebutuhan dengan cara menguntungkan yang
kemudian bertumbuh menjadi keinginan manusia. Pemasaran merupakan hal yang
sangat penting bagi perusahaan dimana strategi pemasaran merupakan suatu cara
mencapai tujuan dari sebuah perusahaan, berikut adalah beberapa pengertian
pemasaran oleh para ahli yang telah di publikasikan melalui buku, diantaranya:
Menurut American Marketing Association dalam Assauri (2014, hlm. 3)
menyatakan bahwa ‘Pemasaran adalah hasil prestasi kerja kegiatan usaha yang
berkaitan dengan mengalirnya barang dan jasa dari produsen sampai ke konsumen’.
Menurut The American Marketing Association dalam Morissan (2010, hlm. 3)
mendefinisikan pemasaran sebagai proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi,
harga, promosi dan distribusi ide, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang
memuaskan individu serta tujuan organisasi. Definisi AMA tersebut meletakkan
konsep pertukaran sebagai konsep sentral dalam pemasaran. Harus terdapat tiga hal
yang menjadi syarat agar suatu pertukaran dapat terjadi yaitu; pertama, Haruslah
terdapat dua atau lebih pihak yang memiliki sesuatu yang bernilai untuk dapat saling
dipertukarkan, kedua, Adanya keinginan dan kemampuan untuk memberikan sesuatu
itu kepada pihak lain, ketiga, Adanya suatu cara untuk saling berkomunikasi. Dalam
hal ini periklanan dan promosi memainkan hal peran penting dalam proses pertukaran
tersebut, yaitu dengan menginformasikan konsumen mengenai barang atau jasa serta
meyakinkan mereka mengenai kemampuan barang dan jasa itu dalam memuaskan
kebutuhan atau keinginan mereka.
Menurut Kotler & Keller (2012, hlm. 27) menyatakan bahwa ‘Pemasaran adalah
tentang mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan sosial, salah satu
definisi yang baik dari pemasaran adalah pertemuan kebutuhan menguntungkan’.
Menurut Limakrisna & Susilo (2012, hlm. 3) menyatakan bahwa pemasaran
adalah satu kegiatan dalam perekonomian yang membantu dalam menciptakan nilai
ekonomi. Nilai ekonomi itu sendiri menentukan harga barang dan jasa. Faktor penting
dalam menciptakan nilai tersebut adalah produksi, pemasaran dan konsumsi.
Pemasaran menjadi penghubung antara kegiatan produksi dan konsumsi.
Menurut Hasan (2013, hlm. 1) menyatakan bahwa pemasaran merupakan
sebuah konsep ilmu dalam strategi bisnis yang bertujuan untuk mencapai kepuasan
berkelanjutan bagi pelanggan, karyawan dan pemegang saham’.
Menurut Morissan (2010, hlm. 2) menyatakan bahwa pemasaran merupakan
suatu konsep yang menyangkut suatu sikap mental, suatu cara berpikir yang
membimbing anda melakukan sesuatu yang tidak selalu menjual benda tetapi juga
menjual gagasan-gagasan, karier, tempat, undang-undang, jasa, hiburan dan
kegiatan-kegiatan nirlaba seperti yayasan-yayasan sosial dan keagamaan.

1.2 Tema-Tema Pemasaran yang bisa dijadikan Riset


Meningkatnya kebutuhan mahasiswa akan bahan referensi untuk menyusun
skripsi/thesis/disertasi manajemen pemasara, kami menyediakan berbagai tema
untuk skripsi manajemen pemasaran. Ada berbagai tema skripsi manajemen
pemasaran yang bisa anda pilih dalam modul kami. Tema yang kami sajikan sangat
beragam, mulai dari cara pemasaran, strategi pemasaran, sampai dengan
pelaksanaan pemasaran. Secara singkat pada tulisan ini akan dibahas mengenai
tema skripsi manajemen pemasaran tentang strategi pemasaran yaitu sebagai
berikut:
a). Kepuasan pelanggan m). Positioning
b). Pengembangan Desa n). Persaingan pasar
c). Ekuitas merek o). Strategi pemasaran
d). Minat beli p). Bauran pemasaran
e). Pembelian ulang q). Kinerja pemasaran
f). Keputusan konsumen r). Komunikasi pemasaran
g). Green marketing s). Bauran pemasaran
h). Citra merek t). Sikap konsumen
i). Kesadaran Merek u). Posisi persaingan
j). Loyalitas merek v). Stribut produk
k). Strategi penetapan harga w). Persepsi konsumen
l). Suasana toko
1.3 KESIMPULAN

XXXXXXXXXXXXXXXXX
Mahasiswa memahami dan mampu menjelaskan tentang konsep riset pemasaran

2.1 Pengertian Riset Pemasaran


Riset pemasara merupakan kegiatan penelitian dalam bidang pemasaran. Riset
pemasaran harus dilakukan secara sistematis, yakni mulai dari perumusan masalah,
perumusan tujuan dari riset pemasaran, pengumpulan data, pengolahan data, hingga
interpretasi dari hasil riset pemasaran yang diperoleh. Riset pemasaran dilakukan
sebagai upaya memberi masukan bagi pihak manajemen. Dengan adanya riset
pemasaran, pihak manajemen akan mengetahui hal apa saja yang perlu diperbaiki
dan strategi pemasaran apa yang masih konkrit dilakukan untuk merebut
peluang. Riset pemasaran (research marketing) dapat dikatakan sebagai penelitian
sistematis dimulai dari perumusan masalah, tujuan penelitian, pengumpulan informasi
dan data, pengelolaan data dan interpretasi hasil penelitian
Banyak orang yang seringkali masih rancu dengan istilah riset pemasaran. Riset
pemasaran (marketing research) seringkali masih disamakan dengan riset pasar
(market research), padahal keduanya merupakan istilah yang berbeda. Riset pasar
berfokus pada pasar yang telah ditentukan secara spesifik. Sementara itu, riset
pemasaran memiliki arti yang lebih luas. Riset pemasaran tidak hanya terpaku pada
aspek pasar atau produk, namun juga mencangkup hal-hal di luar itu. Singkatnya, riset
pasar bisa disebut sebagai bagian dari riset pemasaran.
Selain pengertian riset pemasaran secara umum, para ahli pun memiliki
pendapatnya sendiri mengenai definisi riset pemasaran. Philip Kotler yang dikenal
sebagai salah satu guru pemasaran dunia mendefinisikan riset pemasaran sebagai
perancangan, pengumpulan, analisis, dan pelaporan yang sistematis dari data atau
temuan yang relevan dengan situasi pemasaran tertentu yang dihadapi oleh
perusahaan. Selain para ahli, beberapa badan dan organisasi dunia juga memiliki
definisi sendiri untuk riset pemasaran. American Marketing Association (AMA)
mendefinisikan riset pemasaran sebagai fungsi yang menghubungkan konsumen,
pelanggan, dan masyarakat umum dengan pemasar melalui informasi. Informasi ini
digunakan untuk mengidentifikasi dan menentukan peluang dan masalah pemasaran;
merumuskan, menyempurnakan dan mengevaluasi tindakan pemasaran; memantau
kinerja pemasaran; dan menyempurnakan pemahaman mengenai pemasaran
sebagai sebuah proses serta pemahaman atas cara-cara yang dapat membuat
aktivitas pemasaran lebih efektif.

2.2 Tujuan Riset Pemasaran


Tujuan dilakukan riset pemasaran adalah untuk mengerti dan menganalisa
perihal yang diperlukan atau diperlukan pasar (masyarakat) dan termasuk untuk
mengatuhi pesaing bisnis. Selain itu, juga untuk mengetahui dan menganalisa hal-hal
yang dibutuhkan atau di perlukan pasar atau masyarakat dan juga untuk mengetahui
pesaing bisnis. Dalam melakukan riset pemasaran kita bisa menerapkan sistem 5W
+ 1 H.
Berdasarkan tujuannya, riset pemasaran dapat diklasifikasikan ke dalam tiga
kelompok:
1. Problem solving research, yaitu riset yang diselenggarakan untuk mengidentifikasi
dan memecahkan masalah-masalah pemasaran.
2. Controlling research, yaitu riset yang diselenggarakan untuk melakukan
pengawasan atau pengendalian proses bisnis dan pemasaran yang sedang
berjalan.
3. Planning reseach, yaitu riset yang diselenggarakan untuk memperoleh informasi
yang akan digunakan sebagai panduan kegiatan pemasaran dan perencanaan
bisnis.
Dengan laksanakan riset pemasaran maka bakal diketahui produk atau jasa
yang ditawarkan, dimana produk atau jasa tersebut di butuhkan dan mutu produk
layaknya apa yang diperlukan konsumen. Selain itu termasuk untuk mengerti
seberapa besar pemintaan dan potensi permintaan, kapan keinginan tersebut
memuncak dan kapan keinginan tersebut menurun.
Dengan melakukan riset pemasaran akan diketahui produk atau jasa yang
ditawarkan, dimana produk atau jasa tersebut di butuhkan,dan kualitas produk seperti
apa yang dibutuhkan para konsumen. Dan bisa juga untuk mengetahui seberapa
besar pemintaan dan potensi permintaan, kapan permintaan tersebut memuncak dan
kapan permintaan tersbut menurun. Riset pemasaran bisa menjamin perusahaan
akan mudah saat merencanakan strategi bisnis agar dapat menghasilkan keuntungan
yang optimal. Riset pemasaran mampu menanggung perusahaan bakal ringan saat
memiliki rencana trick usaha agar mampu membuahkan keuntungan yang optimal.
2.3 Fungsi Riset Pemasaran
Riset pemasaran merupakan sebuah langkah penting yang harus dilakukan oleh
perusahaan untuk membantu menyusun perencanaan pemasaran. Program
pemasaran pada tahun yang baru biasanya turut dipengaruhi oleh hasil riset
pemasaran yang dilakukan perusahaan di akhir tahun. Riset pemasaran dapat
diibaratkan sebagai mata dan telinga perusahaan untuk mengetahui bagaimana
pandangan dan keinginan konsumen terhadap perusahaan. Adapun fungus riset
pemasaran diantaranya yaitu (1) Fungsi deskriptif yaitu kegunaan pengumpulan dan
penyajian pernyataan berkenaan fakta. (2) Fungsi diagnostic yaitu penjelasan
berkenaan data atau tindakan (3) Fungsi prediktif yaitu spesifikasi berkenaan
bagaimana mengfungsikan riset deskriptif dan diagnostik untuk memperkirakan hasil
ketentuan pemasaran yang direncanakan.
Selain fungsi utama diatas tersebut, Riset pemasaran memiliki tiga fungsi utama
bagi perusahaan, yaitu:
a). Evaluating
Fungsi riset pemasaran yang pertama adalah evaluating. Riset pemasaran yang
dilakukan untuk fungsi ini biasanya digunakan untuk mengevaluasi program-
program pemasaran yang telah dilakukan sebelumnya
Fungsi evaluating dalam riset pemasaran ini juga termasuk ketika perusahaan
ingin melakukan review terhadap brand positioning dibandingkan dengan produk
pesaing.
b). Understanding
Fungsi riset pemasaran kedua adalah understanding. Fungsi riset pemasaran ini
menekankan pada tujuan untuk memahami konsumen sebagai salah
satu insight atau masukan yang sangat penting bagi perusahaan. Dengan
memahami konsumen, perusahaan akan mengetahui apa yang menjadi
kebutuhan dan keluhan konsumen. Dalam menjalankan funsi ini, riset
pemasaran yang dilakukan biasanya adalah riset yang menggambarkan potret
kebiasaan dan perilaku konsumen serta harapan dan keluhan mereka terhadap
produk.
c). Predicting
Fungsi riset pemasaran ketiga adalah predicting. Fungsi riset pemasaran yang
terakhir ini merupakan fungsi yang sebenarnya paling sulit untuk dilakukan. Dunia
ini penuh dengan ketidakpastian, sehingga prediksi yang dilakukan dalam riset
pemasaran sangatlah beresiko karena sifatnya yang sangat relatif. Ketika
sebuah brand ingin membidik pasar baru, maka riset pemasaran selalu dijadikan
bahan acuan utama. Begitupun ketika perusahaan ingin menyusun strategi
pemasaran baru, riset pemasaran masih menjadi penilaian utama.

2.4 Klasifikasi Riset Pemasaran


Riset pemasaran dapat diklarifikasikan ke dalam tiga kelompok berdasarkan
tujuannya. Meskipun begitu, kategorisasi ini sebenarnya tidak mutlak. Riset
pemasaran dapat pula dilakuakan dengan bentuk kombinasi dari ketiganya. Ketiga
jenis riset pemasaran tersebut adalah:
a). Problem Solving Research
Problem solving research adalah riset pemasaran yang diadakan untuk
mengidentifikasi serta memecahkan permasalahan yang sering terjadi dalam
pemasaran. Riset pemasaran jenis ini berorientasi pada masa lalu, artinya masalah
pemasaran yang pernah terjadi diidentifikasi dan dievaluasi kembali. Proses
identifikasi dan evaluasi ini diharapkan akan mampu membantu perusahaan untuk
mendapatkan solusi serta mencegah terulangnya kesalahan di masa depan.
b). Controlling Research
Controlling research adalah riset pemasaran yang diadakan untuk pengawasan
atau pengendalian proses bisnis serta pemasaran yang sedang terjadi. Riset
pemasaran yang dilakukan secara reguler akan mampu menjaga kinerja proses
bisnis dan pemasaran. Harapannya, riset pemasaran yang dilakukan secara
berkala akan mampu menghasilkanzero deffect dalam perusahaan.
c). Planning Research
Planning research adalah riset pemasaran yang diadakan untuk mendapatkan
informasi sebagai panduan dalam merencanakan kegiatan pemasaran. Sebuah
perencanaan bisnis atau pemasaran memerlukan informasi dari riset
pemasaran untuk dapat mengukur secara tepat target serta strategi yang hendak
disusun. Tanpa riset pemasaran, maka perencanaan yang disusun bisa jadi tidak
tepat sasaran dan justru berpotensi merugikan perusahaan.

2.5 Kesimpulan
XXXXXX
Mahasiswa memahami dan mampu membuat desain penelitian sesuai dengan
masalah riset pemasaran yang dipilih

3.1 Pengertian Desain Riset


Desain riset adalah kerangka kerja atau rencana untuk melakukan studi yang
akan digunakan sebagai pedoman dalam mengumpulkan dan menganalisis data. Pada
dasarnya desain riset pemasaran sama dengan kaidah desain penelitian secara umum,
yaitu meliputi desain riset yang bersifat eksploratori, deskriptif, dan kausal. Untuk
menyederhanakan model-model desainnya, maka dalam bagian ini pembagian
dijadikan dua kategori. Kategori pertama yaitu desain penelitian eksploratori; dan
kedua, desain penelitian konklusif. Kategori kedua dibagi menjadi desain penelitian
deskriptif dan kausal. Pembagian ini didasarkan atas karakteristik desain masing-
masing. Desain penelitian eksploratori tidak menggunakan hipotesis dan bersifat
sebagai riset awal yang tidak digunakan untuk menjawab masalah yang diteliti secara
tuntas. Sedang disain riset konklusif menggunakan hipotesis dan digunakan untuk
menjawab masalah yang diteliti secara tuntas. Sekalipun demikian untuk penelitian
deskriptif, kita diperbolehkan tidak menggunakan hipotesis.

3.2 Jenis-Jenis Desain Riset


3.2.1 Riset Eksploratori
Pengertian riset eksplorasi adalah riset yang ditujukan untuk mengeksplor atau
untuk mengumpulkan pemahaman mendalam mengenai suatu masalah, bukan untuk
menguji variabel karena variable tersebut biasanya belum diketahui dan baru akan
diketahui melalui riset. Riset eksplorasib ersifat fleksibel dan tidak terstruktur.
Umumnya riset ini berbentuk riset kualitatif dengan metode pengumpulan data yang
lazim digunakan yaitu wawancara dan Focus Group Discussion. Desain riset yang lebih
menekankan pada pengumpulan ide-ide dan masukan-masukan; hal ini khusus
berguna untuk memecahkan masalah yang luas dan samar menjadi sub masalah yang
lebih sempit dan lebih tepat. Tujuan riset eksploratori adalah untuk menjajagi atau
membedah suatu masalah secara menyeluruh dengan teliti untuk memperoleh
wawasan (insights) dan pemahaman (understanding) Beberapa manfaat eksplorasi
yaitu:
1). Merumuskan atau membuat batasan masalah secara lebih tepat dan rinci
2). Mengidenifikasi alternatif arah tindakan
3). Merumuskan hipotesis
4). Mengisolasi peubah kunci dan saling hubungannya untuk penyelidikan lebih
lanjut
5). Memperoleh gagasan untuk mengembangkan pendekatan terhadap masalah
6). Membuat prioritas untuk penelitian selanjutnya

3.2.2 Riset Konklusif


Riset konklusif adalah tipe riset yang lebih formal dan terstruktur daripada riset
eksploratori. Riset ini digunakan untuk menguji variabel-variabel penelitian dan
biasanya menggunakan metode analisis data kuantitatif.
Riset konklusif merupakan riset yang paling banyak digunakan oleh perusahaan
dan akademisi karena hasil temuan riset konklusif menggunakan angka statistik
sehingga paling mungkin digunakan sebagai acuan dalam mengambil keputusan.
Biasa digunakan untuk mengukur pangsa pasar, studi pasar (misal: market size,
ketersediaan distributor, dan profil konsumen), studi mengenai penjualan (contohnya
untuk meneliti pengaruh kemasan terhadap intensi pembelian, dan sebagainya), dan
untuk tes pasar. Riset konklusif di bagi menjadi 2 yaitu :
a). Riset Deskriptif.
Riset deskriptif adalah riset yang bertujuan untuk mendeskripsikan sesuatu –
biasanya karakteristik pasar. Asumsi dasar dalam riset deskriptif adalah peneliti
sudah memiliki pengetahuan mengenai apa yang diteliti dan responden pernah
mengalami fenomena yang diteliti.
Riset Deskriptif yang bertujuan utama menggambarkan sesuatu. Sering kali
riiset ini merupakan lanjutan dari riset eksplorasi sehingga tidak menutup
kemungkinan riset eksplorasii dan riset deskiptif dilakukan berurutan ataupun
bersamaan. Desain riset yang lebih menekankan pada penentuan frekuensi
terjadinya sesuatu atau sejauh mana dua variable berhubungan. Berikut ini
beberapa tujuan dari riset deskriptif yaitu:
1). Tujuan riset deskriptif adalah menjelaskan suatu topik yang biasanya berupa
fungsi atau karakteristik pasar
2). Menjelaskan karakteristik kelompok tertentu misalnya konsumen, wiraniaga
(salespeople), organisasi, dan area pasar. Misalnya riset untuk menentukan
profil konsumen berat (heavy buyer) dari adipasar tertentu
3). Estimasi persentase populasi tertentu dengan perilaku belanja tertentu
4). Menentukan persepsi terhadap karakteristik produk
5). Menentukan hubungan peubah perilaku belanja misalnya belanja sambil makan
di luar rumah
6). Membuat prediksi yang spesifik misalnya prediksi belanja pada adipasar
tertentu pada daerah tertentu

Contoh:
Dari hasil riset eksplorasi tentang produktivitas kerja yang menurun diidentifikasi
bahwa penyebabnya adalah faktor kepuasan kerja. Peranan riset deskripsi di sini
adalah mengungkapkan informasi yang menggambarkan seberapa besar tingkat
kepuasan/ketidakpuasan kerja secara keseluruhan, apa variabel yang menyebabkan
tidak puas, ada tidaknya perbedaan kepuasan kerja antar laki-laki dan perempuan,
dsb.
Riset Deskriptif ini terbagi menjadi 2 :
[a].Cross Sectional Research
Cross-sectional research adalah sebuah desain riset dimana data diambil hanya
sekali dalam satu waktu tertentu. Data yang diambil bisa dari satu kelompok
responden/narasumber (single cross sectional design), bisa juga diambil dari
beberapa kelompok responden/narasumber yang berbeda (multiple cross-
sectional design).
[b]. Longitudinal Research
Longitudinal research yaitu desain riset dimana data diambil selama interval
waktu tertentu dari kelompok responden yang sama. Riset ini bertujuan untuk
melihat apakah ada perubahan perilaku responden selama jangka waktu
tertentu. Jadi desain riset ini cocok digunakan untuk penelitian yang berkaitan
dengan waktu. Misalnya, periset ingin mengetahui bagaimana perilaku
konsumen maskapai penerbangan selama musim panas dan musim dingin.
Kekurangan utama riset longitudinal adalah masalah representatif data. Karena
responden untuk desain riset ini harus sama selama periode waktu tertentu
sementara beberapa faktor dapat mempengaruhi responden seperti kematian,
responden yang keluar dari kesepakatan, dan keterbatasan kemampuan
perusahaan untuk menyediakan fasilitas penelitian untuk jangka waktu yang
lama.

b). Riset Sebab Akibat Atau Causal.


Riset kausal merupakan riset yang bertujuan utama membuktikan hubungan
sebab-akibat atau hubungan memengaruhi dan dipengaruhi dari variabel-variabel
yang diteliti. Variabel yang mempengaruhi disebut variabel independen , sedang
variabel yang dipengaruhi disebut variabel dependen. Ada tujuan dimana riset
kausal banyak digunakan yaitu :
1. Untuk penelitian yang bertujuan untuk mengetahui faktor mana yang menjadi
penyebab dan yang menjadi akibatnya, serta untuk mengetahui sifat dari
hubungan antar faktor tersebut.
2. Dapat digunakan untuk meneliti responden yang belum pernah mengalami
fenomena tersebut. Biasa dengan Eksperimen.
3. Tipe riset inferensi dengan tujuan untuk memperoleh kenyataan yang
hubungannya bersifat sebab-akibat.
4. Untuk mengetahui peubah yang menjadi penyebab (independent variable) dan
peubah akibat (dependent variable) dari suatu fenomena.
5. Untuk menentukan sifat atau hakikat hubungan antara peubah penyebab dan
peubah yang akibatnya akan dibuat prediksinya.

3.3 Hubungan dan Perbandingan Antara Riset Eksploratori, Deskriptif Dan


Sebab Akibat
Hubungannya :
1. Jika hanya sedikit informasi yang diketahui tentang masalah yang akan diteliti,
riset eksploratori dilakukan sebagai perintis untuk dapat merinci situasi
masalah, membuat arah dan langkah-langkah selanjutnya.
2. Riset eksploratori umumnya diikuti oleh riset deskriptif atau riset sebab akibat.
3. Tidak selamanya riset dimulai dengan riset eksploratori karena hakikat riset
tergantung dari situasi yang dihadapi. Riset kepuasan konsumen yang
dilakukan tiap tahun misalnya tidak perlu dimulai dengan riset eksploratori.
4. Riset eksploratori dapat membantu pemahaman riset deskriptif atau riset
sebab-akibat. Riset tentang penentuan harga yang dihasilkan oleh riset
sebab-akibat atau disekriptif sukar dipahami oleh para manajer sehingga
pemahamnya perlu dibantu dengan riset eksplorasi.

Perbandingannya :

No. Karakteristik Eksplorasi Deskriptif Kausal


Menemukan
masalah, Menggambarkan Menentukan
memberikan profil, sikap, atau
1. Tujuan pemahaman atau motivasi, tingkat membuktikan
pandangan kepuasan, aliran hubungan
terhadap komunikasi, dsb. sebab akibat
masalah/peluang
Terstruktur,
Relatif tidak Terstruktur formal,
terstruktur, relatif formal, informasi informasi
fleksibel, yang dicari yang dicari
informasi yang ditetapkan ditetapkan
dicari ditetapkan dengan jelas, dengan jelas,
dengan longgar, jumlah sampel jumlah
2. Ciri-ciri jumlah sampel besar, sampel
kecil, cenderung representatif, besar,
kurang analisa data representatif,
representatif, kuantitatif, sering analisa data
analisa data merupakan riset kuantitatif,
cenderung lanjutan dari satu/lebih
kualitatif eksploratori variabl
independen
Data sekunder,
diskusi grup
terfokus,
Data sekunder,
3. Metode pendapat ahli, Eksperimen
survei, opservasi
wawancara
mendalam, teknik
proyeksi
Berupa Berupaya
Bersifat kesimpulan, membri
tentatif(Secara merupakan kesimpulan,
4. Hasil/temuan
garis besar dan masukan untuk membantu
sementara mengambil pengambilan
keputusan keputusan
BAGIAN 2
LANGKAH-LANGKAH RISET PEMASARAN
Menjalankan sebuah bisnis tidak cukup hanya dengan menyediakan produk/jasa
kemudian menjualnya. Anda harus bisa mengidentifikasi peluang dan masalah, serta
merumuskan, memantau, dan menyempurnakan kinerja pemasaran yang ada,
sehingga aktivitas bisnis bisa lebih efektif dan optimal. Untuk itu, Anda harus
melakukan sebuah riset pemasaran atau marketing research untuk bisa
mengidentifikasi keseluruhan hal tersebut.
Pada perusahaan modern, sumber data pasar bisa diperoleh dari MMIS
(Marketing Management Information System), yaitu pemasok informasi pasar
berbasis teknologi informasi (IT). Namun riset pemasaran memiliki kemampuan
eksplorasi dan identifikasi peluang pasar yang lebih aktual dibandingkan data MMIS.
Dengan melakukan riset pemasaran, perusahaan memiliki peta dan amunisi yang
lengkap saat memasuki pasar dan menghadapi competitor.\
Riset pemasaran merupakan sebuah penelitian ilmiah yang harus bisa
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Untuk itu, riset harus dilakukan secara
sistematis dengan landasan metodologi yang jelas. Berikut ini adalah langkah-langkah
utama dalam riset pemasaran:
1. Membuat rumusan masalah
Hal pertama kali yang harus dilakukan untuk menjalankan riset pemasaran
adalah merumuskan masalah. Proses perumusan masalah ini sangat penting untuk
dilakukan agar kita mengerti betul dengan tujuan yang akan dicapai setelah riset
selesai. Pada dasarnya riset disusun untuk menghasilkan informasi yang akurat
dan jelas sebagai kesimpulan atas permasalahan yang sedang kita hadapi dalam
bisnis.
Sebuah riset yang powerfull dimulai dengan mengeksplorasi berbagai
permasalahan atau perkiraan peluang pasar. Hal ini tidak sekadar dirumuskan
dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan, namun harus merupakan hasil eksplorasi
mendetail yang diperoleh dari berbagai gejala dan indikasi yang terjadi di lapangan.
Untuk mengeksplorasi masalah pemasaran tersebut, ada teknik-teknik eksplorasi
yang bisa membantu, seperti:
a). Brainstorming, yaitu diskusi intensif dalam kelompok kecil dengan fokus pada
suatu masalah, sehingga bisa diperoleh pembahasan yang mendalam dari
berbagai sudut pandang.
b). Ease study, yaitu studi kasus terhadap satu masalah dan membandingkannya
dengan permasalahan sejenis yang terjadi di tempat lain. Data pembanding
bisa diperoleh dari berbagai media/literatur.
c). Experience interview, yaitu mengeksplorasi masalah yang ada dengan
mengundang orang yang ahli di bidangnya.
d). Fishbone technique, yaitu metode sirip ikan dengan memetakan masalah
berdasarkan sebab akibat, untuk kemudian dirunutkan dari yang terbesar
hingga yang terkecil.
e). Why-why question, yaitu menggali akar masalah dengan mempertanyakan
secara berulang mengapa? Lalu mengapa?

2. Menentukan desain/rencana riset


Desain riset dibutuhkan untuk menentukan prosedur secara rinci mengenai
cara pengumpulan data, cara pengujian hipotesa, dan kemungkinan melakukan
kuesioner dengan berbagai model yang ditentukan. Penentuan desain riset
biasanya didasarkan pada parameter yang akan diambil untuk menghasilkan
sebuah kesimpulan tertentu. Untuk bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
telah dirumuskan, langkah selanjutnya adalah membuat kerangka kerja yang tepat,
seperti:
a). Mencari sumber data yang akurat (siapa respondennya, bagaimana cara
memilihnya, dan berapa jumlah sampelnya)
b). Menetapkan pendekatan yang akan dipakai, apakah berupa observasi, riset
etnografi, riset kelompok, survei perusahaan, atau melalui data perilaku
pelanggan.
c). Menentukan instrumen riset, apakah berupa kuesioner, pengukuran kualitatif
melalui wawancara, atau memanfaatkan teknologi yang bisa memberikan
ukuran data tertentu.
d). Menentukan metode kontak responden, apakah melalui tatap muka langsung,
telepon, atau secara online.
3. Pengumpulan data

Berdasarkan model riset yang telah ditetapkan, langkah selanjutnya adalah


melakukan pengumpulan data, baik primer maupun sekunder. Data primer
diperoleh dari kuesioner (langsung/surat/online) atau wawancara langsung dengan
responden. Sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai referensi tertulis
yang dipublikasikan secara resmi oleh pihak-pihak terkait.
Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder.
Data primer merupakan data yang diambil langsung dari lapangan, sedangkan data
sekunder biasanya berupa data yang diambil dari buku, Internet, dan pustaka
lainnya yang relevan. Anda perlu menentukan bagaimana cara mengumpulkan
data-data tersebut dan dihimpun menjadi sebuah database.

4. Analisis data riset


Langkah selanjutnya setelah seluruh data terkumpul adalah melakukan
penghitungan dan pengujian statistik (editing, coding, tabulasi, & interpretasi data),
untuk kemudian dianalisis menggunakan berbagai teori hipotesis yang relevan.
Selanjutnya Anda melakukan pengambilan sampel dan mengumpulkan data di
lapangan. Anda bisa melakukan pengambilan sampel didasarkan pada metode
sampling yang digunakan, baik itu probability atau non probability sampling.
5. Interpretasi dan penyusunan hasil riset
Aktivitas terakhir dari rangkaian riset pemasaran ini adalah penginterpretasian
hasil analisis yang dituangkan dalam bentuk kesimpulan data dan rekomendasi.
Kesimpulan dan rekomendasi tersebut akan diserahkan ke pihak manajemen
perusahaan sebagai bahan untuk mengambil berbagai keputusan bisnis dan
pemasaran.

6. Menyusun Laporan Riset


Laporan riset pemasaran bisa berupa laporan hasil, kesimpulan, serta
rekomendasi penelitian yang diberikan kepada pihak manajemen. Kemudian pihak
manajemen akan mengambil keputusan berdasarkan hasil dari interpretasi data
sebelumnya. Laporan riset inilah yang akan menjadi standar penelitian oleh para
eksekutif dalam mengevaluasi manfaat riset pemasaran.
BAB 4
DATA RISET PEMASARAN

4.1 Definisi Data dan Informasi


Data adalah sesuatu yang belum mempunyai arti bagi penerimanya dan masih
memerlukan adanya suatu pengolahan. Data bisa berujut suatu keadaan, gambar,
suara, huruf, angka, matematika, bahasa ataupun simbol-simbol lainnya yang bisa
kita gunakan sebagai bahan untuk melihat lingkungan, obyek, kejadian ataupun suatu
konsep. Informasi merupakan hasil pengolahan dari sebuah model, formasi,
organisasi, ataupun suatu perubahan bentuk dari data yang memiliki nilai tertentu, dan
bisa digunakan untuk menambah pengetahuan bagi yang menerimanya. Dalam hal
ini, data bisa dianggap sebagai obyek dan informasi adalah suatu subyek yang
bermanfaat bagi penerimanya. Informasi juga bisa disebut sebagai hasil pengolahan
ataupun pemrosesan data.
Data bisa merupakan jam kerja bagi karyawan perusahaan. Data ini kemudian
perlu diproses dan diubah menjadi informasi. Jika jam kerja setiap karyawan
kemudian dikalikan dengan nilai per-jam, maka akan dihasilkan suatu nilai tertentu.
Jika gambaran penghasilan setiap karyawan kemudian dijumlahkan, akan
menghasilkan rekapitulasi gaji yang harus dibayar oleh perusahaan. Penggajian
merupakan informasi bagi pemilik perusahaan. Informasi merupakan hasil proses dari
data yang ada, atau bisa diartikan sebagai data yang mempunyai arti. Informasi akan
membuka segala sesuatu yang belum diketahui.

4.2 Jenis-Jenis Data


Berdasarkan sifatnya, data dibedakan menjadi dua jenis yaitu data kualitatif dan
data kuantitatif.
A. Data Kualitatif
Data kualitatif merupakan data yang berbentuk selain angka. Data kualitatif
dapat dikumpulkan dengan cara wawancara, analisis dokumen, FGD, observasi,
pemotretan gambar atau perekaman video. Umumnya data kualitatif pada
akhirnya dituangkan dalam bentuk kata per-kata. Menurut Soeratno dan Arsyad
(1993), sekalipun data kualitatif tidak berbentuk angka namun bukan berarti data
itu tidak dapat digunakan pada analisis statistik.
B. Data Kuantitatif
Data kuantitatif merupakan data yang berwujud angka atau bilangan. Data
kuantitatif biasanya dijadikan sebagai bahan dasar bagi setiap permasalahan
yang bersifat statistik. Data ini umumnya diolah memakai teknik perhitungan
matematika. Data kuantitatif diklasifikasikan oleh Siyoto dan Sodik (2015) menjadi
dua yaitu data kuantitatif berdasarkan proses atau cara mendapatkannya dan data
kuantitatif berdasarkan tipe skala pengukuran yang digunakan.
Data kuantitatif yang dikelompokkan berdasarkan proses atau cara
mendapatkannya terbagi lagi atas dua yaitu sebagai berikut:
1. Data diskrit adalah data yang diperoleh dengan cara menghitung. Adapun
contoh dari data diskrit misalnya jumlah anggota LPM Penalaran angkatan XX
sebanyak 64 orang. Nilai yang diperoleh akan selalu dalam bentuk bilangan
bulat sebab pengambilan data dilakukan dengan cara menghitung. Adapun
Soeratno dan Arsyad (1993) berpendapat bahwa berbeda kasusnya jika
membicarakan pengertian rata-rata.
2. Data kontinum adalah data yang didapatkan dari hasil pengukuran. Nilai dari
data kontinum dapat berbentuk bilangan bulat ataupun bilangan pecahan.
Contoh data kontinum seperti suhu udara di Rumah Nalar sebesar 31 derajat
Celcius.
Jika data kuantitatif yang dikelompokkan berdasarkan pada tipe skala
pengukuran yang digunakan maka terbagi atas empat jenis yaitu:
1. Data nominal merupakan data yang didapat dengan mengelompokkan objek
berdasarkan kategori tertentu. Data nominal tidak dapat dianalisis berdasarkan
operasi matematis, logika perbandingan, dan sebagainya. Contoh dari data
nominal seperti sekretariat LPM Penalaran UNM terdiri dari (1) Sekretariat
utama dan (2) Sekretariat alternatif. Angka (1) dan (2) bukan bermakna
kuantitatif tetapi hanya sebagai simbol untuk pengelompokan.
2. Data ordinal merupakan data yang disusun secara berjenjang untuk
menunjukkan tingkatan atau urutan data. Data ordinal dapat dianalisis dengan
logika perbandingan dalam ilmu matematika namun belum bisa dianalisis
menggunakan operasi matematika seperti penambahan, pengurangan,
perkalian, dan pembagian. Contoh data ordinal yaitu tahapan prosedur
penelitian di LPM Penalaran UNM adalah (1) Term of Reference (ToR), (2)
Seminar proposal, (3) Penelitian lapangan, (4) Seminar hasil, (5) Research
Colloquium.
3. Data interval adalah data yang memiliki sifat dari data nominal dan data ordinal.
Data interval dapat diurutkan berdasarkan kriteria yang ditentukan. Adapun
data interval ini lebih unggul dari data ordinal bahwa data interval memiliki
kesamaan jarak (equality interval) dengan data yang telah diurutkan. Kelebihan
lainnya, menurut Yusuf (2014) bahwa data interval dapat diolah dengan
menggunakan teknik analisis ordinal atau nominal namun diubah terlebih
dahulu ke bentuk skala ordinal atau nominal. Contoh data interval yaitu rentang
IPK mahasiswa antara 3,00 sampai 3,50 sama jaraknya dengan 2,50 sampai
3,50.
4. Data rasio adalah data yang memiliki sifat dari data nominal, data ordinal, dan
data interval. Data rasio memiliki kelebihan dibandingkan data interval karena
data ini memiliki nilai nol (0) mutlak, yang berarti bahwa nilai 0 benar-benar
tidak memiliki nilai. Hal ini juga menjadikan data rasio dapat diolah
menggunakan operasi dasar matematis.

Data dibedakan menjadi dua berdasarkan waktu pengumpulannya yaitu


sebagai berikut:
1. Data Berkala (Time Series) merupakan data yang dikumpulkan secara
berkala dari waktu ke waktu. Pengambilan data ini biasanya digunakan untuk
melihat perkembangan dari waktu ke waktu.
2. Data Cross Section merupakan data yang diperoleh pada waktu yang telah
ditentukan untuk mendapatkan gambaran keadaan atau kegiatan pada saat
itu juga.

4.3 Karakteristik Data Yang Memiliki Nilai Untuk Riset Pemasaran


Untuk menjadikan riset pemasaran yang baik terdapat 7 karakteristik inti yang
dibutuhkan. Karakteristik tersebut adalah:
A. Metode ilmiah, riset pemasaran yang efektif menggunakan prinsip metode ilmiah
yang dimulai dengan pengamatan, perumusan hipotesis, prediksi, dan pengujian
serta penganalisaan.
B. Kreativitas riset, sebaiknya riset pemasaran mengembangkan cara-cara inovatif
untuk dapat menyelesaikan sebuah masalah. Sehingga dari berbagai inovasi
tersebut akan didapat berbagai alternatif pilihan untuk pengambilan keputusan.
C. Metode beragam, peneliti yang baik akan berusaha untuk tidak terlalu bergantung
pada satu metode saja dan lebih suka menyesuaikan metode dengan masalahnya
daripada yang sebaliknya.
D. Interdepedensi dari model dan data, peneliti yang baik menyadari bahwa data
diinterpretasikan melalui model yang melandasinya. Model-model ini memberikan
pedoman atas jenis informasi yang dicari dan harus dinyatakan sejelas mungkin.
E. Nilai dan biaya dari informasi, peneliti yang baik akan menunjukkan perhatian pada
estimasi nilai informasi dan biayanya. Pertimbangan nilai/biaya membantu bagian
riset dalam menentukan proyek riset mana yang akan dijalankan dan rancangan
riset mana yang akan digunakan.
F. Skeptisme yang sehat, peneliti pemasaran yang baik akan menunjukkan sikap
skeptisme yang sehat terhadap asumsi-asumsi yang dikatakan manager
pemasaran mengenai bagaimana pasar bekerja.
G. Pemasaran yang etis, peneliti pemasaran yang baik harus dapat memberikan
keuntungan yang baik terhadap perusahaan yang mensponsorinya dan pelanggan
yang menjadi tujuan objek penelitian.

4.4 Sumber-Sumber Data


Data jika diklasifikasikan berdasarkan sumbernya maka data dikelompokkan ke
dalam dua jenis yaitu data primer dan data sekunder.
A. Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber datanya. Jadi untuk
mendapatkan data primer, peneliti harus mengumpulkannya secara langsung.
Data primer biasanya diperoleh dari observasi, wawancara, Focus Group
Discussion (FGD), dan penyebaran
B. Data sekunder adalah data yang didapatkan dari studi-studi sebelumnya. Data
sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti jurnal, laporan, buku, dan
sebagainya.
4.5 Contoh-Contoh Data
Dibawah ini merupakan beberapa contoh tabel atau grafik data yang bisa
dijadikan tema riset pemasaran
A. Kinerja Pemasaran UMKM
Gambar Grafik kontribusi UMKM Indonesia terhadap Ekonomi Nasional
khususnya PDB di bandingkan Negara lain.

SME Contribution to GDP


(%)
70 57.8
60 53.8 52 49.4 50
46
50 40 35.7 38.7 31.9
40 30
30 22.5
17
20
10 1
0

Sumber : ADB Institute, 2015

Tabel Distribusi terhadap PDB atas Dasar harga berlaku (persen)

PDB Lapangan usaha 2014 2015 2016


Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 13,45 13,49 13,45
Pertambangan dan Penggalian 7,21 7,65 7,21
Industri Pengolahan 20,51 20,97 20,51
Pengadaan Listrik dan Gas 1,15 1,14 1,15
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
0,07 0,07 0,07
Limbah dan Daur Ulang
Konstruksi 10,38 10,21 10,38
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi
13,19 13,31 13,19
Mobil dan Sepeda Motor
Transportasi dan Pergudangan 5,22 5,02 5,22
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 2,92 2,96 2,92
Kontribusi terhadap PDB 74,1 74,82 7,41
Sumber : Badan Pusat Statistik (www.bps.go.id)
Tabel Pertumbuhan Restoran/Rumah Makan per kota di Provinsi Banten
tahun 2013-2016
Kota 2013 2014 2015 2016
Tangerang 172 172 179 179
Cilegon 86 86 87 87
Serang 155 155 155 155
Tangerang selatan 331 331 354 354
Banten 744 744 775 775
Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi Banten

Gambar Grafik Pertumbuhan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)


di Indonesia (unit) Tahun 2015-2017

Pertumbuhan UMKM
61000000
60000000
59000000
58000000
57000000
56000000
55000000
54000000
2015 2016 2017

Perkembangan UMKM

Sumber: data yang diolah (2018)


B. Pengembangan Desa
TABEL Data Pendapatan yang terdapat di Kabupaten Banten
Persentase
No. Sektor Kontribusi
2015 2016
1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 28.29% 28.56%
2. Pertambangan dan Penggalian 7.31% 7.13%
3. Industri Pengolahan 9.41% 9.06%
4. Pengadaan Listrik dan Gas 0.10% 0.10%
Pengadaan Air, Pengelolaan Limbah dan Daur
5. Ulang 0.05% 0.05%
6. Kontruksi 6.07% 7.09%
Perdagangan Besar, Eceran, Reparasi Mobil
7. dan Motor 12.52% 12.16%
8. Transportasi dan Pergudangan 6.30% 6.14%
9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 4.90% 4.97%
10. Informasi dan Komunikasi 0.50% 0.54%
11. Jasa Keuangan dan Asuransi 1.68% 1.75%
12. Real Estate 6.20% 6.21%
13. Jasa Perusahaan 0.31% 0.32%
Adm, Pemerintah, Pertahanan & Jaminan
14. Sosial Wajib 5.65% 5.85%
15. Jasa Pendidikan 6.21% 6.30%
16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.07% 1.10%
17. Jasa Lainnya 3.42% 2.67%
Total 100% 100%
Sumber : BPS, Kabupaten Lebak Dalam Angka 2016
Tabel Kontribusi Pendapatan Kecamatan di Wilayah Lebak Tahun 2017
Konstribusi Pendapatan
No Kecamatan Terhadap PDRB
Kabupaten Lebak
1 Rangkas Bitung Rp 1,275,211,292
2 Maja Rp 903,653,442
3 Bayah Rp 896,824,700
4 Manglingping Rp 810,935,029
5 Curugbitung Rp 808,075,860
6 Cibadak Rp 495,297,865
7 Banjarsari Rp 491,213,349
8 Cibeber Rp 486,477,824
9 Warunggunung Rp 485,861,021
10 Panggarangan Rp 466,748,088
11 Sajira Rp 442,133,293
12 Cimarga Rp 405,455,978
13 Cipanas Rp 388,570,667
14 Cileles Rp 387,762,958
15 Wanasalam Rp 387,646,380
16 Cikulur Rp 358,235,201
17 Cihara Rp 341,541,770
18 Gunungkencana Rp 313,386,458
19 Leuwidamar Rp 308,459,330
20 Cilograng Rp 304,753,061
21 Cijaku Rp 256,685,877
22 Kalanganyar Rp 253,171,298
23 Bojongmanik Rp 250,438,222
24 Cirinten Rp 247,315,985
25 Cigemblong Rp 221,651,512
26 Muncang Rp 184,086,614
27 Sobang Rp 155,671,542
28 Lebakgedong Rp 125,986,043
Sumber: bapenda.lebak.go.id/triwulan_IV/
C. Kesadaran Merek
Gambar Konsumsi Mie Instan di Indonesia

Sumber : Databoks World Instant Noodles Association (WINA)

Tabel Top Brand Award Mie Instant Dalam Kemasan Bag


MIE INSTANT DALAM KEMASAN BAG
2014 2015 2016 2017
Merek TBI Merek TBI Merek TBI Merek TBI
Indomie 75,9% Indomie 75,9% Indomie 78,7% Indomie 80,0%
Mie Mie Mie Mie
14,4% 15,9% 12,5% 10,8%
Sedaap Sedaap Sedaap Sedaap
Supermi 2,8% Supermi 2,7% Supermi 3,6% Supermi 3,4%
Sarimi 2,2% Sarimi 2,2% Sarimi 3,0% Sarimi 3,2%
Sumber : Top Brand Award

D. Minat Beli
Gambar Data Pengguna Online Shop Di Indonesia

Sumber : https://apjii.or.id/
Gambar Barang Yang Paling Banyak Dibeli Di Toko Online

Sumber : https://www.idea.or.id/

Tabel Peringkat Website Online Shop di Indonesia

2015 2016 2017


MEREK TBI MEREK TBI MEREK TBI
Zalora.Co
Zalora.Co.Id 54,7% 40,5% Zalora.Co.Id 40.1%
.Id
Lazada.Co.I Lazada.C
16,1% 24,1% Lazada.Co.Id 18,0%
d o.Id
Berrybenka. OLX.Co.I Berrybenka.C
3,3% 8,7% 6,4%
Com d om
Sumber : http://www.topbrand-award.com
BAB 5
LAPORAN AKHIR RISET PEMASARAN

Langkah terakhir dalam proses riset adalah membuat laporan riset yang akan
disampaikan kepada pihak-pihak yang membutuhkan. Fromat laporan riset sering kali
berbeda-beda sesuai kondisi pihak-pihak yang membutuhkan. Namun, pada
dasarnya laporan riset memiliki tiga bagian utama yaitu bagian awal, bagian utama
dan bagian akhir. Laporan riset harus memenuhi beberapa kriteria antara lain:
A. Laporan harus sistematis. Maksudnya laporan harus runtut mulai akar masalah
hingga kesimpulan yang akhirnya digunakan sebagai dasar untuk menyusun
rekomendasi.
B. Laporan harus efesien. Artinya, yang dicantumkan dalam laporan riset adalah hal-
hal yang memang dipandang perlu oleh pihak-pihak yang membutuhkan sehingga
mereka tidak jenih saat membaca isi laporan riset.
C. Laporan harus menggunakan kaidah bahasa yang baku. Laporan disusun harus
menggunakan bahasa yang baku sehingga dapat dengan mudah dipahami oleh
pembaca. Jika ada bahasa asing yang sulit diartikan, hendaknya ditulis miring
sebagai penarik perhatian bagi pembaca untuk menafsirkannya sendiri.
D. Laporan harus rapi. Penyusunan laporan riset dibuat serapi mungkin, baik
menyangkut teknik pengetikan maupun tata letak gambar, tabel dan kelengkapan
laporan riset yang lain.
E. Laporan dapat mendorong minat orang untuk membaca isinya. Pemilihan kata
yang tepat, gambar, warna dan desain laporan hendaknya dapat menarik minat
pembaca, terutama pada bagian sampul.

5.1 Bagian-Bagian Laporan Riset


Berikut beberapa pedoman penulisan sebuah laporan riset. Namun, pedoman
ini tidak berlaku mutlak karena laporan riset juga sangat tergantung pada sponsor
yang membiayai riset, lembaga yang akan memakai atau selera peneliti itu sendiri.
5.1.1 Bagian Awal Laporan
Bagian awal laporan terdiri dari atas:
A. Sampul. Halaman sampul sebaiknya terdiri atas dua bagian, yaitu halaman
sampul luar (depan) dari karton (hard cover) dan sampul dalam dari kertas putih
biasa. Sampul sebaiknya didesain dengan baik sehingga menarik minat
pembaca dan dapat mencerminkan isinya yang terkandung didalamnya.
B. Ringkasan. Ringkasan (summary) berisi masalah riset, tujuan riset, hasil-hasil
riset yang menonjol dan masalah esensial lainnya yang terkait dengan riset yang
dinyatakan dengan bahasa yang padat dan jelas.
C. Halaman prakata. Prakata memuat uraian singkat proses penulisan laporan,
ucapan terima kasih dan tanpa uraian yang bersifat ilmiah.
D. Halaman daftar isi. Halaman ini berisi petunjuk letak bagian-bagian yang ada
dalam laporan riset yang ditunjukkan oleh nomor halaman sehingga pembaca
akan mudah mencari dengan cepat bagian-bagian yang diperlukan. Daftar isi
memuat daftar tabel, daftar gambar, judul bab dan subbab, daftar pustaka dan
lampiran. Keterangan yang mendahului daftar isi tidak perlu dimuat dalam daftar
isi. Judul bab diketik menggunakan huruf kapital, sedangkan judul subbab diketik
dengan huruf kecil, kecuali huruf pertama tiap kata diketik dengan huruf besar.
E. Halaman daftar tabel. Laporan riset sering kali memuat beberapa tabel yang
digunakan untuk menjelaskan sebuah pembahasan. Untuk mempermudah
pembaca dalam mencari tabel-tabel yang diperlukan, maka perlu dibuat daftar
tabel. Jika hanya terdapat satu tabel, daftar tabel tidak diperlukan. Beberapa
pedoman dalam penulisan daftar tabel adalah sebagai berikut:
1. Halaman daftar tabel diketik pada halaman baru
2. Judul daftar tabel diketik dengan menggunakan huruf kapital tanpa diakhiri
titik dan diletakkan di tengah bagian kertas
3. Daftar tabel memuat semua tabel yang disajikan dalam teks dan lampiran.
Nomor tabel ditulis dengan angka yang diurutkan dari bab awal hingga akhir.
4. Judul tabel dalam halaman daftar tabel harus sama dengan judul tabel dalam
teks.
F. Halaman daftar gambar. Gambar sering kali lebih efesien untuk menjelaskan alur
logika, keadaan sebuah objek dan langkah-langkah sebuah kegiatan. Dengan
demikian, peneliti sering kali menampilkan gambar dalam sebuah laporan riset
sehingga perlu dibuat daftar gambar. Beberapa pedoman dalam menyusun
daftar gambar adalah sebagai berikut:
1. Halaman daftar gambar diketik pada halaman baru
2. Halaman daftar gambar memuat daftar gambar, nomor gambar, judul
gambar dan nomor halaman.
3. Cara pengetikan daftar gambar sama seperti daftar tabel.
a). Halaman daftar singkatan (jika ada)
b). Halaman daftar simbol (jika ada)
c). Halaman daftar lampiran. Agar laporan riset sistematis, rapi, pada dan
jelas, tidak semua data dimasukkan ke dalam bagian utama laporan
riset. Hal-hal yang menunjukkan data pendukung dan proses analisis
data cukup ditampilkan di bagian lampiran. Jika lampiran lebih dari satu,
maka perlu dibuat daftar lampiran. Beberapa pedoman dalam menyusun
daftar lampiran adalah sebagai berikut:
4. Halaman daftar lampiran diketik pada halaman baru
5. Judul daftar lampiran diketik di tengah atas halaman dengan huruf kapital
6. Halaman daftar lampiran memuat nomor, teks judul lampiran, dan nomor
halaman. Judul daftar lampiran harus sama dengan judul dalam teks.

5.1.2 Isi Bagian Utama Laporan


Bagian utama laporan riset terdiri dari atas beberapa bab. Jumlah bab tidak
dibakukan, melainkan disesuaikan dengan ruang lingkup riset peneliti. Bagian utama
utama umumnya terdiri atas pendahuluan, tinjuan pustaka, metode riset, hasil dan
pembahasan, kesimpulan dan saran, serta daftar pustaka.
A. Pendahuluan
Pendahuluan merupakan bab pertama laporan yang mengantarkan pembaca
untuk dapat menjawab pertanyaan mengenai apa yang diteliti, untuk apa dan
mengapa riset dilakukan. Bab pendahuluan memuat antara lain; latar belakang,
perumusan masalah, ruang lingkup riset, tujuan dan manfaat riset. Akan
dijelaskan sebagai berikut:
1. Latar belakang riset: bagian ini berisi fakta-fakta yang relevan sehingga dapat
memberikan alasan mengapa riset ini penting dan menarik untuk dilakukan.
Latar belakang ini merupakan titik awal yang mendorong dilakukannya riset
sehingga harus dapat meyakinkan bahwa riset ini benar-benar perlu
dilakukan.
2. Perumusan masalah: Perumusan masalah pada dasarnya merupakan
penyederhanaan permasalahan yang telah dituangkan dalam latar belakang
riset agar lebih mudah dipahami. Perumusan masalah tidak selalu berupa
kalimat tanya. Hanya saja, penggunaan kalimat tanya akan lebih
menunjukkan permasalahn yang akan dipecahkan.
3. Tujuan riset: Tujuan riset mengungkapkan sasaran yang ingin dicapai dalam
riset. Isi dan rumusan tujuan riset mengacu pada isi dan rumusan masalah
riset. Perbedaannya terletak pada cara merumuskannya. Tujuan riset
dituangkan dalam bentuk kalimat pernyataan. Dengan demikian, antara latar
belakang riset, rumusan masalah dan tujuan riset harus sesuai.
4. Manfaat riset: Bagian ini berisi manfaat yang akan diperoleh apabila riset
dilakukan. Bagian ini akan menyebutkan pihak-pihak yang akan memperoleh
manfaat beserta bentuknya. Manfaat riset juga memperkuat alasan riset harus
dilakukan.
5. Ruang lingkup dan keterbatasan riset: ruang lingkup dan keterbatasan riset
berisi cakupan dan batasan-batasan dalam riset agar menjadi lebih terarah.
Yang dikemukakan dalam ruang lingkup adalah variabel-variabel yang diteliti,
populasi dan subjek riset, dan waktu pengambilan data. Keterbatasan riset
dipaparkan agar pembaca dapat menyikapi temuan riset sesuai kondisi yang
ada. Keterbatasan perlu dituangkan dalam laporan riset karena adanya suatu
keadaan yang tidak dapat dihindari dalam riset. Beberapa hal yang
menyebabkan keterbatasan riset adalah alasan-alasan prosedural, teknik
riset, ataupun faktor logistik, kendala yang bersumber dari adat, dan
kepercayaan yang tidak memungkinkan peneliti untuk mencari data yang
diinginkan.
6. Selain hal-hal di atas, bab pendahuluan juga dapat memuat kerangka
pemikiran atau hipotesis walaupun hal ini tidak selalu wajib. Kerangka
pemikiran dan hipotesis merupakan ringkasan bab tinjauan pustaka yang
berisi uraian hasil-hasil riset yang mendukung atau menolak teori di sekitar
permasalahan riset, Juga, diuraikan kesenjangan antara hasil riset terdahulu
sehingga kesenjangan tersebut perlu diteliti kembali. Uraian kerangka
pemikiran biasanya mengarah pada uraian hipotesis.
B. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka atau kadang disebut telaah pustaka digunakan untuk
mempertajam masalah, mencari pendekatan-pendekatan yang telah dilakukan
peneliti sebelumnya untuk menghindari pengulangan-pengulangan yang tidak
perlu dan mengatasi kekurangan yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya.
Penulisan tinjauan pustaka dimulai dari hal-hal yang bersifat umum terlebih
dahulu kemudian mengarah kepada hal-hal yang spesifik. Metode penulisan
semacam ini diharapkan dapat mengarahkan pembaca dari belum paham
menjadi sangat paham terhadap objek yang diteliti.
Bab tinjuan pustaka membahas teori yang mendasar, objek yang diteliti,
dan beberapa hasil riset terdahulu yang relevan dengan masalah riset. Tinjauan
pustaka harus dapat menjelaskan variabel-variabel yang diteliti dan keterkaitan
antar variabel tersebut.
Posisi tinjauan pustaka ditempatkan sesudah sajian perumusan masalah,
tujuan dan kegunaan riset, agar bahan-bahan kepustakaan yang disajikan dalam
tinjauan pustak terpandu secara terarah. Bab tinjauan pustaka selain mengulas
tinjauan teoritis, juga mengulas riset empiris, maka kerangka pemikiran dan
hipotesis dapat disusun.

C. Metode Riset
Pokok-pokok bahasan yang terkandung dalam metode riset mencakup
lokasi riset, metode riset, jenis dan cara memperoleh data, ukuran sampel dan
teknik analisis data. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan bagian ini juga
mencantumkan definisi konsep dan definisi operasional riset.

D. Hasil dan Pembahasan


Hasil dan pembahasan merupakan inti laporan riset. Ada yang
menggabungkan hasil dan pembahasan dalam satu bab, namun ada juga yang
memisahkannya. Beberapa hal yang perlu dituangkan dalam bab ini adalah
sebagai berikut:
1. Kondisi obyek/karakteristik responden: bagian awal hasil riset berisi kondisi
obyek riset atau gambaran umum responden beserta karakteristiknya.
2. Hasil riset: berisi temuan-temuan berdasarkan analisis data. Bagian ini juga
mengemukakan uraian bahasan dari peneliti bersangkutan, yang dapat
diperkuat, berlawanan atau sesuai dengan hasil riset orang lain. Alasan
tersebut dapat berupa penjelasan baik kualitatif, kuantitatif ataupun secara
statistik.

E. Kesimpulan dan Rekomendasi


1. kesimpulan dan rekiomendasi sebaiknya disajikan secara terpisah agar lebih
mudah dipahami. Dengan kata lain, rekomendasi adalah implikasi riset.
Beberapa hal perlu diperhatian adalah sebagai berikut:
2. Kesimpulan harus dinyatakan dalam kalimat singkat, padat dan jelas
berdasarkan hasil pembahasan. Kesimpulan merupakan jawaban atas
perumusan masalah dan tujuan riset yang telah dirumuskan di muka.
Kesimpulan dapat merupakan pembuktian singkat akan kebenaran atau
penolakan hipotesis (jika ada)
3. Saran disusun berdasarkan kesimpulan. Saran dapat berupa tindakan-
tindakan praktis yang harus dilaksanakan dalam pemecahan masalah, berupa
riset lanjutan yang perlu dilakukan untuk penyempurnaan, pengembangan teori
atau antisipasi masalah yang ditemui oleh peneliti.

F. Bagian Akhir
Bagian akhir riset berisi hal-hal yang perlu dicantumkan yang mendukung atau
terkait erat dengan bagian inti. Bagian akhri ini biasanya terdiri dari daftar
pustaka/rujukan, daftar lampiran, dan riwayat hidup peneliti.

Anda mungkin juga menyukai