Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA
Elektrokimia

Astrid Fauzia Marjuan


XII IPA 1

Beda Potensial Logam


Tanggal Percobaan : 15 September 2014
Tujuan
Mengatahui adanya beda potensial logam-logam elektroda Zn, Mg, Fe, dan, Cu
Landasan Teori
Reaksi dapat melepaskan energi maupun membutuhkan energi. Berdasarkan sifat listrik
maka energi yang dihasilkan reaksi kimia dapat diukur dalam bentuk energi potensial (E) dengan
satuan volt.
Pembuktian adanya potensial dapat dilakukan dengan menusukkan dua batang logam ke
dalam buah (jeruk,
tomat, dan kentang) dan
E
(volt)
Reaksi
Reduksi
kedua logam tersebut
dihubungkan
dengan
2+
Mg
+
2e

Mg
-2,375
voltmeter. Jika kita
menusukkan
logam
Zn2+ + 2e- Zn
-0,763
yang
sama
maka
voltmeter
akan
2+
Fe + 2e Fe
-0,44
membaca nilai 0, artinya
tidak ada beda potensial.
2+
Cu
+
2e

Cu
+0,34
Jika kita menusukkan
dua logam yang berbeda
maka voltmeter akan menunjukkan nilai tertentu, atau ada beda potensial yang terbaca voltmeter.
Dua logam yang tercelup dalam larutan dikatakan sebagai sel, dan logam-logam tersebut
dikatakan sebagai elektroda, yang didefinisikan sebagai kutub atau lempeng pada suatu sel
elektrokimia, dimana arus memasuki atau meninggalkan sel.
Dua logam atau dua elektroda yang ada dalam sel elektrokimia memiliki peran tertentu.
Elektroda yang memiliki peran dalam proses pengikatan elektron (proses reduksi) disebut
dengan katoda. Katoda menarik ion-ion bermuatan positif dan ion-ion tersebut disebut kation.
Sedangkan elektroda yang berperan dalam pelepasan elektron (proses oksidasi) disebut anoda.
Anoda menarik ion-ion negatif dari larutan elektrolit, ion-ion ini disebut anion.
Di bawah ini adalah daftar harga potensial reduksi Mg, Zn, Fe, Cu.

Potensial sel adalah nilai daya gerak listrik sel yang besarnya sama dengan selisih
potensial reduksi standar elektroda yang mengalami reduksi dengan potensial reduksi standar
elektroda yang mengalami oksidasi. Potensial sel dapat ditentukan melalui persamaan:

ESel = E0Reduksi - E0Oksidasi

ESel = E0Katode - E0Anode


ESel = E0Besar - E0Kecil
Alat dan Bahan
NO
1
3
4
5
6
7
8
9
10

ALAT DAN BAHAN


Logam Zn
Logam Mg
Logam Fe
Logam Cu
Logam Pb
Jeruk
Kentang
Tomat
Voltmeter

JUMLAH
1
1
1
1
1
1
1
1
1

Langkah Kerja
1) Siapkan buah jeruk, tomat, dan kentang serta logam-logam yang akan diuji
2) Tusukkan semua logam ke dalam buah jeruk
3) Jepit logam Cu menggunakan jepit buaya merah (+) dan logam Mg menggunakan
buaya hitam (-)
4) Lihat angka yang ditunjukkan jarum voltmeter kemudian hitung nilai voltage nya
5) Jepit logam Zn menggunakan jepit buaya merah (+) dan logam Mg menggunakan
buaya hitam (-)
6) Lihat angka yang ditunjukkan jarum voltmeter kemudian hitung nilai voltage nya
7) Jepit logam Cu menggunakan jepit buaya merah (+) dan logam Zn menggunakan
buaya hitam (-)
8) Lihat angka yang ditunjukkan jarum voltmeter kemudian hitung nilai voltage nya
9) Jepit logam Fe menggunakan jepit buaya merah (+) dan logam Zn menggunakan
buaya hitam (-)
10) Lihat angka yang ditunjukkan jarum voltmeter kemudian hitung nilai voltage nya
11) Jepit logam Cu menggunakan jepit buaya merah (+) dan logam Fe menggunakan
buaya hitam (-)
12) Lihat angka yang ditunjukkan jarum voltmeter kemudian hitung nilai voltage nya
13) Jepit logam Fe menggunakan jepit buaya merah (+) dan logam Mg menggunakan
buaya hitam (-)
14) Lihat angka yang ditunjukkan jarum voltmeter kemudian hitung nilai voltage nya
15) Cabut semua logam dari buah jeruk, bersihkan, kemudian tusukkan pada buah tomat
16) Ulangi tahap 3-14
17) Cabut semua logam dari buah tomat, bersihkan, kemudian tusukkan pada kentang
18) Ulangi tahap 3-14

jepit
jepit
jepit
jepit
jepit
jepit

Hasil Pengamatan
No.
1
2
3
4
5
6

Kutub
+
Cu
Zn
Cu
Fe
Cu
Fe

Mg
Mg
Zn
Zn
Fe
Mg

Nilai Voltage pada:


Jeruk
Tomat
Kentang
1,60 V
1,60 V
1,64 V
0,70 V
0,70 V
0,84 V
0,80 V
0,80 V
0,80 V
0,47 V
0,40 V
0,48 V
0,30 V
0,27 V
0,42 V
2,20 V
1,98 V
2,26 V

Pembahasan
Dari data hasil pengamatan dan hasil perhitungan beda potensial dari daftar potensial
reduksi, didapatkan hasil sebagai berikut,
1) Hasil pengamatan Cu (+) dan Mg (-)
1,60+1,60+ 1,64
Beda potensial =
3
= 1,61 V
Hasil perhitungan potensial reduksi sel Cu (+) dan Mg (-)
ESel = E0Katode - E0Anode
ESel = +0,34 (-2,375)
ESel = +2,715 V
2) Hasil pengamatan Zn (+) dan Mg (-)
0,70+0,70+0,84
Beda potensial =
3
= 0,74 V
Hasil perhitungan potensial reduksi sel Zn (+) dan Mg (-)
ESel = E0Katode - E0Anode
ESel = -0,763 (-2,375)
ESel = +1,612 V
3) Hasil pengamatan Cu (+) dan Zn (-)
0,80+0,80+0,80
Beda potensial =
3
= 0,80 V
Hasil perhitungan potensial reduksi Cu (+) dan Zn (-)

ESel = E0Katode - E0Anode


ESel = +0,34 (-0,763)
ESel = +1,103 V
4) Hasil pengamatan Fe (+) dan Zn (-)
0,47+0,40+0,48
Beda potensial =
3
= 0,45 V
Hasil perhitungan potensial reduksi Fe (+) dan Zn (-)
ESel = E0Katode - E0Anode
ESel = -0,44 (-0,763)
ESel = +0,323 V
5) Hasil pengamatan Cu (+) dan Fe (-)
0,30+0,27+0,42
Beda potensial =
3
= 0,33 V
Hasil perhitungan potensial reduksi Cu (+) dan Fe (-)
ESel = E0Katode - E0Anode
ESel = +0,34 (-0,44)
ESel = +0,78 V
6) Hasil pengamatan Fe (+) dan Mg (-)
2,20+ 1,98+2,26
Beda potensial =
3
= 2,14 V
Hasil perhitungan potensial reduksi Fe (+) dan Mg (-)
ESel = E0Katode - E0Anode
ESel = -0,44 (-2,375)
ESel = +1,935 V
Terdapat banyak perbedaan antara hasil pengamatan dan hasil perhitungan di atas. Hal ini
dapat disebabkan oleh:
1. Voltmeter yang digunakan kurang akurat
2. Kesalahan dalam melakukan percobaan
3. Kesalahan dalam pembacaan voltmeter
Kesimpulan

Terdapat beda potensial antara logam-logam yang berbeda.

Kereaktifan Logam
Tanggal Percobaan : 15 September 2014
Tujuan
Menentukan urutan kereaktifan logam (deret volta) Zn, Mg, Fe, Cu, dan Pb
Dasar Teori
Reaksi kimia yang disertai perubahan bilangan oksidasi disebut reaksi redoks. Reaksi
redoks terdiri atas reaksi reduksi dan reaksi oksidasi. Reduksi adalah penurunan bilangan
oksidasi (biloks) atau penyerapan elektron, sedangkan oksidasi adalah kenaikan bilangan
oksidasi (biloks) atau pelepasan elektron.
Reaksi reduksi dan oksidasi yang berlangsun secara bersamaan biasanya disingkat
dengan reaksi redoks. Di dalam reaksi tersebut terdapat zat-zat yang bertindak sebagai pereduksi
(reduktor) dan sebagai pengoksidasi (oksidator). Reduktor adalah zat yang dalam reaksi redoks
mereduksi zat lain, tetapi zat itu sendiri mengalami oksidasi. Sedangkan oksidator adalah zat
yanng dalam reaksi redoks mengoksidasi zat lain. Dalam hal ini, oksidator mengalamai reduksi.
1) Reaksi Logam dengan Asam Kuat Encer
Logam + Asam Kuat Garam + H2
Reaksi terjadi karena ion H + dari asam menyerap elektron dari logam. Dalam hal ini,
logam meredoks ion H+. Akan tetapi, tidak semua logam dapat meredoks ion H +. Logamlogam yang dapat meredoks ion H + terletak di sebelah kiri unsur hidrogen pada deret
kereaktifan logam atau yang dikenal sebagai deret volta:
Li K Ba Ca Na Mg Al Zn Cr Fe Ni Sn Pb - (H) Cu Hg Ag
Pt - Au
Semakin ke kiri dari H, logamnya semakin aktif.
Semakin ke kanan dari H, logamnya semakin tidak aktif.
2) Reaksi Logam dengan Garam
Logam L + Garam MA Garam LA + Logam M
Reaksi logam dengan garam merupakan reaksi pendesakan (logam L mendesak logam
M). Reaksi hanya akan berlangsung jika logam L terletak di sebelah kiri logam M dalam
deret kereaktifan logam.

Alat dan Bahan


NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

ALAT DAN
BAHAN
Tabung reaksi
Larutan ZnSO4
Larutan CuSO4
Larutan MgSO4
Larutan FeSO4
Larutan PbSO4
Logam Zn
Logam Mg
Logam Fe
Logam Cu
Logam Pb

JUMLA
H
5
1
1
1
1
1

Langkah Kerja
1) Isilah kelima tabung reaksi dengan larutan ZnSO4.
2) Masukkan logam Zn pada tabung pertama, logam Mg pada tabung kedua, logam Fe pada
tabung ketiga, logam Cu pada tabung keempat, dan logam Pb pada tabung kelima (beri
label nama logam pada masing-masing tabung bila perlu).
3) Amati apa yang terjadi pada masing-masing tabung.
4) Bersihkan tabung-tabung reaksi, lalu isi kembali dengan larutan CuSO4.
5) Masukkan logam Zn pada tabung pertama, logam Mg pada tabung kedua, logam Fe pada
tabung ketiga, logam Cu pada tabung keempat, dan logam Pb pada tabung kelima (beri
label nama logam pada masing-masing tabung bila perlu).
6) Amati apa yang terjadi pada masing-masing tabung.
7) Bersihkan tabung-tabung reaksi, lalu isi kembali dengan larutan MgSO4.
8) Masukkan logam Zn pada tabung pertama, logam Mg pada tabung kedua, logam Fe pada
tabung ketiga, logam Cu pada tabung keempat, dan logam Pb pada tabung kelima (beri
label nama logam pada masing-masing tabung bila perlu).
9) Amati apa yang terjadi pada masing-masing tabung.
10) Bersihkan tabung-tabung reaksi, lalu isi kembali dengan larutan FeSO4
11) Masukkan logam Zn pada tabung pertama, logam Mg pada tabung kedua, logam Fe pada
tabung ketiga, logam Cu pada tabung keempat, dan logam Pb pada tabung kelima (beri
label nama logam pada masing-masing tabung bila perlu).
12) Amati apa yang terjadi pada masing-masing tabung.
13) Bersihkan tabung-tabung reaksi, lalu isi kembali dengan larutan PbSO4.
14) Masukkan logam Zn pada tabung pertama, logam Mg pada tabung kedua, logam Fe pada
tabung ketiga, logam Cu pada tabung keempat, dan logam Pb pada tabung kelima (beri
label nama logam pada masing-masing tabung bila perlu).
15) Amati apa yang terjadi pada masing-masing tabung.

Hasil Pengamatan
Logam

MX+
Zn

2+

Zn

ZnSO4

Bereaksi/Tidak

Mg

ZnSO4

Bereaksi/Tidak

Fe

ZnSO4

Bereaksi/Tidak

Cu

ZnSO4

Bereaksi/Tidak

Pb

ZnSO4

Bereaksi/Tidak

Cu

2+

2+

Mg

a. Ion logam yang didesak


Fe

2+

CuSO4 MgSO4 FeSO4

CuSO4 MgSO4 FeSO4

CuSO4 MgSO4 FeSO4

CuSO4 MgSO4 FeSO4


-

CuSO4 MgSO4 FeSO4


-

Pb

2+

PbSO4

b. Ion logam yang tidak didesak


a. Cu2+, Pb2+
b. Zn2+, Mg2+, Fe2+

PbSO4

a. Zn2+, Cu2+, Fe2+, Pb2+


b. Mg2+

PbSO4

a. Cu2+
b. Zn2+, Mg2+, Fe2+, Pb2+

PbSO4

a. b. Zn2+, Cu2+, Mg2+, Fe2+, Pb2+

PbSO4

a. b. Zn2+, Cu2+, Mg2+, Fe2+, Pb2+

Pembahasan
Untuk mengenal reaksi redoks, digunakan lima jenis larutan, yaitu larutan ZnSO4, CuSO4,
MgSO4, FeSO4, PbSO4 dan lima jenis logam yaitu Zn, Mg, Fe, Cu, Pb. Logam-logam tersebut
masing-masing dimasukkan ke dalam kelima jenis laruran. Dari dua puluh lima pasangan larutan
dan logam, hanya tujuh pasang yang bereaksi, yaitu pada:
1) Tabung ZnSO4 + Mg
Pada tabung ini, terlihat ada gelembung-gelembung yang muncul. Berarti, terjadi reaksi
akibat logam Mg mendesak Zn2+.
2) Tabung CuSO4 + Zn
Pada tabung ini, logam Zn berubah warna menjadi hitam. Berarti, terjadi reaksi akibat
logam Zn mendesak Cu2+.
3) Tabung CuSO4 + Mg
Pada tabung ini, terlihat ada gelembung-gelembung yang muncul. Berarti, terjadi reaksi
akibat logam Mg mendesak Cu2+.
4) Tabung CuSO4 + Fe
Pada tabung ini, logam berubah warna menjadi kekuning-kuningan. Berarti, terjadi reaksi
akibat logam Fe mendesak Cu2+.
5) Tabung FeSO4 + Mg
Pada tabung ini, terlihat ada gelembung-gelembung yang muncul. Berarti, terjadi reaksi
akibat logam Mg mendesak Fe2+.
6) Tabung PbSO4 + Zn

Pada tabung ini, logam Zn berubah warna menjadi hitam dan terlihat seperti berpori.
Berarti, terjadi reaksi akibat logam Zn mendesak Pb2+.
7) Tabung PbSO4 + Mg
Pada tabung ini, terlihat ada gelembung-gelembung dan logam Mg berubah menjadi
hitam. Berarti, terjadi reaksi akibat logam Mg mendesak Pb2+.
Reaksi logam dengan garam merupakan reaksi pendesakan (logam X mendesak logam Y
pada garam). Reaksi hanya akan berlangsung jika logam X terletak di sebelah kiri logam Y
dalam deret kereaktifan logam. Dalam percobaan ini, logam Mg mampu mendesak logam-logam
lainnya. Ini berarti, diantara kelima logam (Zn, Mg, Fe, Cu, dan Pb), Mg paling reaktid dan
berada paling kiri di deret kereaktifan. Logam Zn mampu mendesak dua logam. Berarti, posisi
Zn di sebelah kanan Mg. Logam Fe mampu mendesak satu logam. Berarti, posisi Fe di sebelah
kanan Zn. Logam Pb dan Cu tidak dapat mendesak logam-logam lain. Tetapi tidak dapat
ditentukan logam mana yang terdapat di sebelah Fe. Untuk itu, kami melihat daftar potensial
reduksi logam-logam untuk mengetahui logam mana yang memiliki nilai potensial reduksi
paling besar. Ternyata, nilai potensial reduksi Cu lebih besar dari Pb.
Semakin kiri posisi logam, semakin reaktif logam tersebut dan semakin besar sifat
reduktornya. Jika logam-logam tersebut diurutkan dari reduktor terkuat sampai terlemah, maka
akan terlihat seperti ini:
Mg

Zn

Fe

Pb

Cu

Kesimpulan
1) Urutan kereaktifan logam Zn, Cu, Mg, dan Pb
Mg

Zn

Fe

Pb

Cu

2) Diantara logam Zn, Mg, Fe, Cu, Pb, yang merupakan reduktor terkuat adalah Mg

Sel Volta
Tanggal Percobaan : 15 September 2014

Tujuan
1) Memahami konsep reaksi redoks pada sel volta
2) Menentukan potensial sel pada sel volta
Dasar Teori
Sel Volta merupakan suatu sel elektrokimia yang mengubah zat kimi menjadi energi
listrik. Dalam sel volta, reduktor dan oksidatornya dipisahkan sehingga pemindahan tidak terjadi
secara langsung tetapi melalui kawat penghantar. Terdapat dua jenis elektroda, yaitu katoda (+)
tempat terjadinya reduksi dan anoda (-) tempat terjadinya oksidasi.
Prinsip prinsip sel volta :
1. Didalam sel volta reaksi kimianya mengandung arus listrik.
2. Terjadi perubahan energi kimia menjadi energi listrik.
3. Elektron mengair dari anoda menuju katoda.
Padas Sel Volta dengan elektroda terpisah diperlukan jembatan garam yang berfungsi
sebagai penghantar elektrolit (mengalirkan ion-ion dari suatu electrode ke electrode lain) guna
mengimbangi aliran electron dari anoda ke katoda. Kedua electrode dihubungkan dengan
kabel/kawat melewati basicmeter.
Potensial elektroda standar suatu elektroda adalah daya gerak listrik yang timbul karena
pelepasan elektron dari reaksi reduksi. Karena itu, potensial elektroda standar sering juga disebut
potensial reduksi standar. Potensial ini relatif karena dibandingkan dengan elektroda hidrogen
sebagai standar. Nilai potensial elektroda standar dinyatakan dalam satuan Volt (V). Untuk
elektroda hidrogen, E0 nya adalah 0,00V. Bila E0 > 0, zat cenderung mengalami reduksi (bersifat
oksidator). Bila E0 < 0, zat cenderung mengalami oksidasi (bersifat reduktor).
Potensial sel adalah nilai daya gerak listrik sel yang besarnya sama dengan selisih
potensial reduksi standar elektroda yang mengalami reduksi dengan potensial reduksi standar
elektroda yang mengalami oksidasi. Potensial sel dapat ditentukan melalui persamaan:

ESel = E0Reduksi - E0Oksidasi


ESel = E0Katode - E0Anode
ESel = E0Besar - E0Kecil

Alat dan Bahan


NO
1
2

ALAT DAN BAHAN


Larutan ZnSO4
Larutan CuSO4

JUMLAH
-

3
4
5
6
7

Jembatan Garam
Elektroda Zn
Elektroda Cu
Gelas beker
Voltmeter

1
1
1
2
1

Langkah Kerja
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)

Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.


Bersihkan permukaan kedua elektroda dengan kertas amplas.
Isi gelas kimia pertama dengan larutan CuSO4.
Isi gelas kimia kedua dengan larutan ZnSO4.
Masukkan logam Zn ke dalam larutan CuSO4 dan logam Cu ke dalam larutan ZnSO4.
Amati apa yang terjadi.
Hubungkan kedua larutan dengan jembatan garam.
Jepit logam Cu dan logam Zn dengan penjepit buaya yang disambungkan ke voltmeter.
Amati perubahan yang terjadi.

Hasil Pengamatan
a. Reaksi sebelum kedua larutan dihubungkan

Warna
Sebelum
Warna
Sesudah

Larutan
ZnSO4

Larutan
CuSO4

Lempeng Zn

Lempeng Cu

Bening

Biru

Abu-Abu
Metalik

Bening

Biru

Hitam

Merah
Kecoklaktan
Merah
Kecoklatan

b. Reaksi setelah kedua larutan dihubungkan menjadi Sel Volta


No

Anoda

Katoda

Potensial Sel

1.

Zn

Cu

47/50 . 1 V = 0.94 V

Pembahasan
a. Reaksi sebelum kedua larutan dihubungkan
Pada gelas beker pertama, logam Zn dimasukkan ke dalam larutan CuSO4. Berdasarkan
teori deret kereaktifan logam (volta), semakin kiri posisi logam pada deret volta, semakin reaktif

logam tersebut dan sifat reduktornya semakin besar. Zn berada di sebelah kiri Cu sehingga Zn
dapat mereduksi ion Cu2+ dan terbentuklah endapan Cu pada lempengan Zn. Sebagai reduktor,
logam Zn mengalami oksidasi sehingga berubah ke bentuk aqueous. Oleh karena itu, reaksi ini
disebut reaksi spontan. Jika dilakukan perhitungan potensial sel, maka akan didapat hasil sebagai
berikut.
ESel = E0Reduksi - E0Oksidasi
ESel = ECu EZn
ESel = 0,34 (-0,763)
ESel = +1,103 V (Hasil positif menunjukkan reaksi bersifat spontan)
Persamaan Reaksi

: Zn(s) + Cu2+(aq) Zn2+(aq) + Cu(s)

Pada gelas beker kedua, logam Cu dimasukkan ke dalam larutan ZnSO4. Dalam deret
volta, Cu berada di sebelah kanan Zn sehingga Cu kurang reaktif dan sifat reduktornya kurang
jika dibandingkan dengan Zn. Akibatnya, Cu tidak dapat mereduksi Zn dan tidak terjadi reaksi
apapun (bukan reaksi spontan). Jika dilakukan perhitungan potensial sel, maka akan didapat hasil
sebagai berikut.
ESel = E0Reduksi - E0Oksidasi
ESel = EZn ECu
ESel = -0,763 (0,34)
ESel = -1,103 V (Hasil negatif menunjukkan reaksi tidak spontan)
Persamaan Reaksi

: Cu(s) + Zn2+(aq) Cu2+(aq) + Zn(s)

b. Reaksi setelah kedua larutan dihubungkan menjadi Sel Volta


Rangkaian Sel Volta terdiri dari elektroda (anoda dan katoda). Pada percobaan ini, Zn
berperan sebagai anoda (dimasukkan ke larutan ZnSO4) dan Cu berperan sebagai katoda
(dimasukkan ke larutan CuSO4). Kedua elektroda dihubungkan dengan menggunakan kawat
yang dihubungkan ke voltmeter. Sedangkan kedua larutan dihubungkan menggunakan jembatan
garam.
Pada proses di atas, Zn akan melepas elektron dan membentuk ion Zn2+(aq). Elektron
tersebut mengalir melalui kawat penghubung, selanjutnya diterima oleh ion Cu 2+(aq) untuk
membentuk endapan Cu. Akibatnya, larutan CuSO4 semakin berkurang konsentrasinya,
sedangkan elektroda Cu semakin bertambah massanya. Sementara itu, logam Zn semakin
berkurang massanya karena berubah menjadi ion Zn2+ sehingga jumlah ion Zn2+ dalam larutan
semakin bertambah.

Penambahan ion Zn2+ ini tidak sebanding dengan jumlah anion SO42- yang tetap. Karena
ion positif dan ion negatif tidak seimbang, anion SO 42- yang berasal dari jembatan garam akan
masuk ke dalam larutan yang mengandung ion Zn2+. Akibatnya, larutan di daerah anoda menjadi
semakin pekat. Reaksi redoks yang terjadi pada Sel Volta, yaitu.
Reaksi oksidasi
Reaksi reduksi

: Zn(s) Zn2+(aq) + 2e: Cu2+(aq) + 2e- Cu(s)

Reaksi sel

: Zn(s) + Cu2+(aq) Zn2+(aq) + Cu(s)

Jika dilakukan perhitungan potensial reduksi, maka akan di dapatkan hasil sebagai berikut.
ESel = E0Reduksi - E0Oksidasi
ESel = ECu EZn
ESel = 0,34 (-0,763)
ESel = +1,103 V
Hasil pengamataan voltmeter dengan hasil perhitungan potensial kurang sesuai. Mungkin
dikarenakan tingkat ketelitian voltmeter yang kurang atau human error.
Kesimpulan
Dari percobaan di atas, dapat ditarik kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut:
1) Pada Sel Volta, reduksi terjadi di ruang katoda dan oksidasi terjadi di ruang anoda.
2) Potensial sel Cu dan Zn adalah 1,103 V

Sel Elektrolisis

Tanggal Percobaan :
Tujuan
1) Mempelajari perubahan yang terjadi pada elektrolisis larutan garam:
a. Tembaga Sulfat (CuSO4)
b. Kalium Iodida (KI)
2) Mengetahui anion dan kation yang
Dasar Teori
Arus listrik dapat menyebabkan berlangsungnya suatu reaksi kimia. Ilmuwan Inggris,
Michael Faraday, mengalirkan arus listrik ke dalam larutan elektrolit dan ternyata dalam larutan
tersebut terjadi reaksi kimia. Rangkaian alat yang menunjukkan terjadinya reaksi kimia akibat
dialirkannya arus listrik tersebut dinamakan sel elektrolisis. Reaksi yang berlangsung pada sel
elektrolisa adalah reaksi yang tergolong dalam reaksi redoks.
Dalam sel elektrolisis, katoda merupakan kutub negatif dan anoda merupakan kutub
positif. Arus listrik dalam larutan dihantarkan oleh ion-ion, ion positif (kation) bergerak ke
katoda (negatif) dimana terjadi reaksi reduksi. Ion negatif (anion) bergerak ke anoda (positif)
dimana terjadi reaksi oksidasi.
Terdapat tiga kelompok sel elektrolisis, yaitu sel dengan elektrolit lelehan, sel dengan
elektrolit larutan dan elektroda tidak reaktif, dan sel dengan elektrolit larutan dengan elektroda
reaktif.
1. Sel dengan Elektrolit Lelehan
Umumnya sel dengan elektrolit lelehan menggunakan elektroda yang tidak bereaksi.
yaitu platina (Pt) dan karbon I. Sel dengan elektrolit lelehan tidak mengandung pelarut
(air) sehingga kation langsung direduksi dan anion langsung dioksidasi.
2. Sel dengan Elektrolit Larutan dan Elektroda Tidak Reaktif (Pt/C)
Terdapat air dalam sel dengan elektrolit larutan. Oleh karen itu, ada beberapa hal yang
harus diperhatikan.
1) Reaksi pada Katoda
Ion-ion yang bergerak menuju katoda adalah ion-ion positif dan pada katoda
terjadi reduksi. Persaingan untuk melakukan reduksi antara kation dan pelarutnya
(H2O) bergantung pada potensial reduksinya. Potensial reduksi yang lebih besar
(lebih positif) lebih mudah mengalami reduksi.Oleh karena itu, jika terdapat
logam-logam transisi seperti Zn2+, Ni2+, Pb2+, Cu2+, Ag+, dan Sn2+ dalam suatu sel
elektrolisis, yang akan mengalami reduksi adalah logam-logam transisi ini karena
potensial reduksinya lebih besar dari H2O. Sebaliknya, logam-logam utama (K+,
Na+, Ca2+, Ba2+) memiliki potensial reduksi yang lebih kecil dari H 2O sehingga
yang akan direduksi adalah H2O. Untuk senyawa asam, yang akan tereduksi
adalah ion H+.
2) Reaksi pada Anoda

Ion-ion yang bergerak menuju anoda adalah ion-ion negatif (anion) dan terjadi
reaksi oksidasi pada anoda. Anion merupakan sisa asam yang terbagi menjadi
dua jenis, yaitu anion yang tidak mengandung oksigen (Cl -, Br-, dan F-) dan anion
yang mengandung oksigen (SO42-, NO3-, dan CO32-). Anion yang tidak memiliki
oksigen cenderung lebih mudah teroksidasi dibandingkan H2O sehingga anoda
ini akan dioksidasi lebih dahulu. Sebaliknya, anoda yang mengandung oksigen
kecenderungannya untuk melakukan reaksi oksidasi lebih kecil sehingga yang
akan dioksidasi lebih dulu adalah H2O. Senyawa basa yang akan teroksidasi
adalah ion OH-.
3. Sel dengan Elektrolit Larutan dan Elektroda Reaktif
Dalam sel dengan elektrolit larutan dan elektroda reaktif, terdapat air dan elektroda yang
ikut bereaksi pada anoda. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan.
1) Reaksi pada Katoda
Ketentuan kation untuk sel ini sama dengan ketentuan kation pada sel dengan
elektrolit larutan dan elektroda tidak reaktif. Kation golongan transisi akan
direduksi, sedangkan golongan utama yang akan direduksi adalah H2O.
2) Reaksi pada Anoda
Pada sel ini, anion tidak perlu diperhatikan karena yang akan tereduksi adalah
anoda.
Alat dan Bahan
N
O
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

ALAT DAN BAHAN


Tabung U
Elektroda karbon dan kabel
Catu daya
Jepit buaya
Statif dan klem
Tabung reaksi dan rak
Pipet tetes panjang
Gelas kimia
Corong
Larutan Tembaga Sulfat
Larutan Kalium Iodida
Fenolftalein
Lakmus biru
Larutan amilum

UKURAN/SATUA
N
-/0,5 m
-/9 V
Sedang
100 cm3
0,5 M
0,5M
-

Langkah Kerja
a. Rangkai alat percobaan.
b. Elektrolisis larutan CuSO4 dengan langkah-langkah berikut:

1)
2)
3)
4)

Ambil kira-kira 50 ml larutan CuSO4 dan tuang ke dalam gelas kimia 100 ml.
Tuangkan larutan ini ke dalam tabung U sampai 1,5 cm dari mulut tabung.
Celupkan elektroda karbon ke dalam masing masing kaki tabung U.
Hubungkan kedua elektroda dengan sumber arus searah 9 V selama beberapa
menit. Amati apa yang terjadi.
5) Setelah terlihat terjadi reaksi, angkat elektroda.
6) Siapkan lakmus biru.
7) Pipet larutan dari ruang anoda, lalu teteskan larutan pada lakmus biru.
8) Amati perubahan warna yang terjadi.
3. Elektrolisis larutan KI dengan langkah-langkah berikut:
1) Ambil kira-kira 50 ml larutan KI dan tuang ke dalam gelas kimia 100 ml.
2) Tuangkan larutan ini ke dalam tabung U sampai 1,5 cm dari mulut tabung.
3) Celupkan elektroda karbon ke dalam masing-masing kaki tabung U.
4) Hubungkan kedua elektroda dengan sumber arus searah 9 V selama kira-kira 10
menit. Amati apa yang terjadi.
5) Setelah terlihat terjadi reaksi, keluarkan kedua elektroda.
6) Pipet 2 ml larutan dari ruang anoda ke dalam 2 tabung reaksi, tambahkan setetes
fenolftalein pada tabung satu dan beberapa tetes larutan amilum pada tabung dua.
7) Pipet 2 ml larutan dari ruang katoda ke dalam 2 tabung reaksi, tambahkan setetes
fenolftalein pada tabung satu.
8) Amati perubahan apa saja yang terjadi.

Hasil Pengamatan
a. Elektrolisis larutan CuSO4
Cairan di
Katoda (-)
Anoda (+)

Perubahan sebelum
dielektrolisis
-Larutan berwarna biru
-Katoda berwarna hitam
-Larutanberwarna biru
-Katoda berwarna hitam

Perubahan selama

Perubahan setelah

proses elektrolisis

dielektrolisis

Larutan berkabut
Larutan bergelembung

Bagian bawah katoda


berwarna tembaga
Warna lakmus biru berubah
menjadi pink

b. Elektrolisis larutan KI
Cairan di
Katoda (-)

Perubahan selama
proses elektrolisis
Larutan bergelembung

Bau Elektroda
-

Perubahan setelah

Perubahan setelah

ditambah fenolftalein
Warna larutan

ditambah amilum
-

menjadi magenta
Larutan menjadi

Anoda (+)

kuning kecoklatan

Bau betadin (iodin)

Warna larutan
menjadi ungu
kehitaman

Pembahasan
a. Elektrolisis larutan CuSO4
CuSO4(aq) Cu2+(aq) + SO42-(aq)
Katoda
: Cu
Kation
: Cu2+
Reaksi reduksi di katoda : Cu2+(aq) + 2e- Cu(s)
Anoda
: Zn
Anion
: SO42Reaksi oksidasi di anoda: 2H2O(l) 4H+(aq) + 4e- + O2(g)
Reaksi yang terjadi saat larutan CuSO4 dielektrolisis:
Ionisasi
: CuSO4(aq) Cu2+(aq) + SO42-(aq)
Katoda
: Cu2+(aq) + 2e- Cu(s)
x2
+
Anoda
: 2H2O(l) 4H (aq) + 4e + O2(g)
x1
2CuSO4(aq) + H2O(l) 2Cu(s) + 4H+(aq) + O2(g)
Dari hasil pengamatan setelah larutan CuSO4 dielektrolisis, terlihat beberapa perubahan
pada larutan, yaitu:
1) Bagian bawah katoda yang semula berwarna hitam berubah warna menjadi
merah bata (warna tembaga/Cu).
2) Larutan di ruang anoda bergelembung pada saat proses elektrolisis berlangsung.
Menandakan ada gas yang terbentuk.
3) Setelah proses elektrolisis selesai, Larutan dari ruang anoda merubah kertas
lakmus biru menjadi pink. Menandakan bahwa larutan bersifat asam setelah
dielektrolisis.
Perubahan-perubahan di atas, merupakan bukti bahwa elektorlisis larutan CuSO 4
menghasilkan 2Cu, 4H+, dan O2
b. Elektrolisis larutan KI
KI(aq) K+(aq) + I-(aq)
Katoda
: Cu
Kation
: K+
Reaksi reduksi di katoda : 2H2O(l) + 2e- 2OH-(aq) + H2(g)

Anoda
: Zn
Anion
: IReaksi oksidasi di anoda : 2I-(aq) I2(aq) + 2eReaksi yang terjadi saat larutan KI dielektrolisis:
Ionisasi
: KI(aq) K+(aq) + I-(aq)
Katoda
: 2H2O(l) + 2e- 2OH-(aq) + H2(g)
Anoda
: 2I-(aq) I2(aq) + 2eKI(aq) + 2H2O(l) 2OH-(aq) + H2(g) + I2(aq)
Dari hasil pengamatan setelah larutan KI dielektrolisis, terlihat beberapa perubahan pada
larutan, yaitu:
1) Selama proses elektrolisis, larutan di ruang katoda bergelembung. Menandakan
ada gas yang terbentuk.
2) Selama proses elektrolisis, larutan di ruang anoda yang semula berwarna bening,
berubah menjadi kuning kecoklatan (warna iodin).
3) Larutan di ruang anoda yang semula tidak berbau, menjadi bau betadine (iodin).
4) Setelah proses elektrolisis selesai, larutan di ruang katoda diberi indikator basa,
yaitu fenolftalein. Warna larutan berubah dari bening menjadi magenta.
Perubahan warna ini menunjukkan bahwa larutan bersifat basa.
5) Larutan dari ruang anoda, diberi amilum. Warna larutan yang semula bening
berubah menjadi ungu kehitaman.
Perubahan-perubahan di atas, membuktikan bahwa elektrolisis larutan KI menghasilkan
2OH-, H2, dan I2.
Pada elektrolisis larutan CuSO4 dengan kation Cu 2+ mengalami reduksi karena semua ion
logam golongan transisi akan direduksi di katoda dengan harga potensial reduksi ( +0.34) yang
lebih besar dari harga reduksi air (-0.823). Sedangkan pada elektrolisis larutan KI dengan kation
K+ tidak mengalami reduksi di katoda karena harga potensial reduksinya (-2,925) lebih kecil atau
ikut tereduksi bersama air (-0.823).
Pada elektrolisis larutan CuSO4, SO4 tidak dioksidasi di anoda karena mengandung
oksigen didalamnya, tetapi air yang akan dioksidasi di anoda. Sedangkan Pada elektrolisis
larutan KI, I- akan dioksidasi di anoda, karena ion I- tidak mengandung oksigen di dalamnya
sehingga akan di oksidasi di anode.

Kesimpulan
Ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan di atas, yaitu:
1) Elektrolisis Tembaga Sulfat menghasilkan: 2Cu, 4H+, dan O2
2) Elektrolisis Kalium Iodida menghasilkan: 2OH-, H2, dan I2

3) Kation yang direduksi pada katoda Tembaga Sulfat adalah Cu2+, anion yang
dioksidasi adalah
4) Pada elektrolisis larutan CuSO4 dengan kation (Cu), ion Cu 2+ mengalami reduksi
karena semua ion logam golongan transisi akan direduksi di katoda. Namun,
untuk ion asamnya yaitu SO4 tidak akan dioksidasi di anoda karena memiliki
mengandung oksigen didalamnya, tetapi air yang akan dioksidasi.
5) Pada elektrolisis larutan KI dengan kation K+ tidak mengalami reduksi di katoda
karena semua ion logam golongan utama tidak akan direduksi di katode, namun
ion asamnya yaitu I- akan dioksidasi di anoda, karena ion I- tidak mengandung
oksigen.

Korosi
Tanggal Percobaan :
Tujuan

1) Mengetahui pengaruh logam lain terhadap korosi besi


2) Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya perkaratan
Dasar Teori
Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara suatu logam
dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak
dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Contoh korosi yang paling
lazim adalah perkaratan besi.
Dalam kehidupan sehari - hari, besi yang teroksidasi disebut dengan karat dengan rumus
Fe2O3xH2O. Proses perkaratan termasuk proses elektrokimia, di mana logam Fe yang teroksidasi
bertindak sebagai anoda yang mereduksi dan oksigen yang terlarut dalam air yang ada pada
permukaan besi bertindak sebagai katoda yang mengoksidasi.
Reaksi perkaratan:
Anode : Fe Fe2+ + 2e
Katode : O2 + 2H2O 4e + 4 OH
Logam besi yang letaknya jauh dari permukaan kontak dengan udara akan dioksidasi
menjadi ion Fe2+.
Fe(s) Fe2+(aq) + 2e
Ion ini terlarut dalam tetesan air. Tempat terjadinya reaksi oksidasi di salah satu ujung
tetesan air ini disebut anoda. Ion Fe2+ yang bergerak dari anoda ke katoda melalui tetesan air,
sedangkan elektron bergerak dari anoda ke katoda melalui logam. Elektron ini selanjutnya
mereduksi oksigen dari udara dan menghasilkan air.
O2(g) + 2H2O(l) + 4e- 4OH-(aq)
atau
+
O2(g) + 4H (aq) + 4e- 2H2O(l)
Ujung tetesan air tempat terjadinya reaksi reduksi ini disebut katoda. Sebagian oksigen dari
udara larut dalam tetesan air dan mengoksidasi Fe2+ menjadi Fe3+ yang membentuk karat besi
Fe2O3H2O.

Alat dan Bahan


NO
1
2
3
4

ALAT DAN BAHAN


Paku
Logam Zn
Logam Mg
Logam Sn

JUMLAH
12
1
1
1

5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Logam Cu
Air mendidih
CaCl2 Anhidrat
Larutan Nacl
Larutan Na2CO3
Minyak tanah
Tabung reaksi
Ampelas
Pipet
Agar
Plastik dan Karet

1
7
1
1
-

Langka Kerja
a. Pengaruh Logam Lain terhadap Korosi Besi
1) Siapkan 5 buah paku dan agar yang sudah dicampur dengan fenolftalein dan
K3(Fe(CN)6).
2) Sisihkan 1 paku.
3) Lilit bagian tengah paku kedua dengan logam Zn.
4) Lilit bagian tengah paku ketiga dengan logam Mg.
5) Lilit bagian tengah paku keempat dengan logam Sn.
6) Lilit bagian tengah paku kelima dengan logam Cu.
7) Letakkan masing-masing paku pada wadah, lalu tuangkan agar ke atasnya.
8) Amati perubahan yang terjadi pada paku tiap 15 menit.
b. Faktor-Faktor yang Dapat Menyebabkan Terjadinya Perkaratan
1) Siapkan 7 buah paku yang sudah diamplas, dan 7 buah tabung reaksi untuk
menyimpannya.
2) Masukkan paku 1 ke dalam tabung 1 dan biarkan tabung terbuka.
3) Masukkan paku 2 ke dalam tabung 2 dan tutup tabung menggunakan plastik dan
karet.
4) Masukkan paku 3 ke dalam tabung 3 dan tuang air yang sudah mendidih hingga
merendam paku. Tutup tabung menggunakan plastik dan karet.
5) Masukkan paku 4 ke dalam tabung 4 kemudian masukkan CaCl 2 anhidrat lalu
tutup tabung.
6) Masukkan paku 5 ke dalam tabung 5 dan masukkan larutan NaCl ke dalam
tabung hingga paku terendam.
7) Masukkan paku 6 ke dalam tabung 6 kemudian masukkan larutan Na 2CO3 ke
dalam tabung hingga paku terendam.
8) Masukkan paku 7 ke dalam tabung 7 dan masukkan minyak tanah ke dalam
tabung hingga merendam paku.

Hasil Pengamatan
a. Pengaruh Logam Lain terhadap Korosi Besi
Logam
Paku

Paku dililit logam Mg

Paku dililit logam Cu

Paku dililit logam Zn

Paku dililit logam Sn

Perubahan pada
Paku
Sesaat
= berwarna biru
15 menit = berwarna biru
pada ujungnya
30 menit = berwarna biru
Sesaat = berwarnabiru pada
ujungnya
15 menit = berwarna biru
pada ujungnya
30 menit = berwarna biru dan
pink
Sesaat = berwarna biru
15 menit = berwarna biru
30 menit = berwarna biru
kental
Sesaat = 15 menit = berwarna pink
keunguan
30 menit = berwarna pink
keunguan
Sesaat = berwarna biru
15 menit = berwarna biru
pada ujungnya, pink pada
bagian kepalanya
30 menit = berwarna biru
kental, pink pada bagian
kepala paku

Logam Lain
-

Sesaat = berwarna orange


15 menit = bergelembung dan
berwarna pink
30 menit = bergelembung dan
berwarna pink
Sesaat = 15 menit = berwarna pink
30 menit = berwarna pink
Tidak terjadi perubahan

Tidak terjadi perubahan

b. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perkaratan


No
1
2
3
4

Tabung
Udara terbuka
Tanpa udara
Air yang sudah
dididihkan
CaCl2 anhidrat

Pengamatan
Berkarat pada ujungnya saja
Percobaan gagal, ada air di dalam tabung reaksi
Berkarat seluruhnya
Tidak berkarat

5
6
7

Larutan NaCl
Larutan Na2CO3
Minyak tanah

Berkarat seluruhnya
Tidak berkarat
Berkarat

Pembahasan
a. Pengaruh Logam Lain terhadap Korosi Besi
Sesaat setelah agar dituangkan, paku yang tidak dililit dengan logam lain, paku yang
dililit dengan Mg, paku yang dililit dengan Sn, dan paku yang dililit dengan Cu berubah warna
menjadi biru. Ini menandakan adanya reaksi antara besi, oksigen , dan air. Di sisi lain, paku yang
dililit dengan Zn tidak mengalami perubahan apapun.
Selain paku, logam-logam yang melilit paku juga mengalami perubahan. Dan yang
mengalami perubahan paling banyak adalah logam Mg. Logam Zn dan Sn tidak mengalami
perubahan apapun.

b. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perkaratan


1) Faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya perkaratan?
Jawab : oksigen dan air
2) Alumunium dan seng mempunyaiharga elektroda lebih negative dari besi, mengapa
alumunium dan seng lebih tahan karat?
Jawab: Hal itu terjadi karena karat logam itu melekat kuat pada permukaannya
sehingga melindungi logam itu dari perkaratan berlanjut. Lain halnya dengan karat
besi yang sangat berpori dan selalu mengelupas, sehingga permukaannya selalu
terbuka dan berkarat sampai tuntas. Logam-logam mulia atau setengah mulia
mempunyai potensial elektrode yang bertanda positif, berarti sukar teroksidasi dan
sukar berkarat. Dan karena Karena Di udara bebas aluminium mudah teroksidasi
membentuk lapisan tipis (Al2O3) yang tahan terhadap korosi pada pH antara 4 s/d 9
diluar kisaran itu aluminium bisa terkorosi, baik pada suasana asam maupun basa.
Kesimpulan
Logam yang paling baik dalam menghambat perkaratan besi adalah Zn
Logam yang paling tidak bisa menghambat perkaratan besi adalah Mg

Anda mungkin juga menyukai