Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PERCOBAAN DERET VOLTA

Oleh Nahlika Putri Pertiwi

XII IPA 9

SMA Negeri 2 Cimahi

2020/2021

Jl. Sriwijaya IX NO. 45A, Kelurahan Setiamanah, Kecamatan Cimahi Tengah,

Kota Cimahi, Jawa Barat


I. Judul Praktikum

Deret Volta

II. Tujuan Praktikum

 Menentukan deret volta.

III. Dasar Teori

Sel Volta adalah rangkaian sel yang dapat menghasilkan arus listrik ( E kimia → E

listrik). Dalam sel tersebut terjadi perubahan dari reaksi redoks menghasilkan arus

listrik. Prinsip kerja sel volta dalam menghasilkan arus listrik adalah aliran transfer

elektron dari reaksi oksidasi di anode ke reaksi reduksi di katode melalui rangkaian

luar. Sel volta disebut juga dengan sel galvani, hal ini sesuai dengan nama

penemunya yaitu Luigi Galvani dan Alessandro Guiseppe Volta.

Secara umum, sel volta tersusun dari:

1. Anode, yaitu elektrode tempat terjadinya reaksi oksidasi.

2. Katode, yaitu elektrode tempat terjadinya reaksi reduksi.

3. Elektrolit, yaitu zat yang dapat menghantarkan listrik.

4. Rangkaian luar, yaitu kawat konduktor yang menghubungkan anode dengan

katode.

5. Jembatan garam, yaitu rangkaian dalam yang terdiri dari larutan garam.

Jembatan garam memungkinkan adanya aliran ion-ion dari setengah sel

anode ke setengah sel katode, dan sebaliknya sehingga terbentuk rangkaian

listrik tertutup.
Susunan sel volta dapat dinyatakan dengan notasi sel volta yang disebut juga

diagram sel. Untuk contoh sel volta di atas, notasi selnya dapat dinyatakan sebagai

berikut.

Zn | Zn2+ || Cu2+ | Cu

atau

Zn(s) | Zn2+(aq) || Cu2+(aq) | Cu(s)

Penulisan notasi sel volta mengikuti konvensi umum sebagai berikut.

1. Komponen-komponen pada kompartemen anoda (setengah sel oksidasi)

ditulis pada bagian kiri, sedangkan komponen-komponen pada

kompartemen katoda (setengah sel reduksi) ditulis pada bagian kanan.

2. Tanda dua garis vertikal ( || ) melambangkan jembatan garam yang

memisahkan kedua setengah sel.

3. Tanda satu garis vertikal ( | ) melambangkan batas fase antara komponen-

komponen dengan fase berbeda. Sebagai contoh, Ni(s) | Ni2+(aq)

mengindikasikan bahwa Ni padat berbeda fase dengan larutan Ni2+.

4. Tanda koma (,) digunakan untuk memisahkan komponen-komponen dalam

fase yang sama. Sebagai contoh, suatu sel volta dengan anoda Co dan katoda

inert Pt, di mana terjadi oksidasi Co menjadi Co 2+ dan reduksi Fe3+ menjadi

Fe2+, dinotasikan sebagai berikut.


Co(s) | Co2+(aq) || Fe3+(aq), Fe2+(aq) | Pt(s)

5. Jika diperlukan, konsentrasi dari komponen-komponen terlarut ditulis

dalam tanda kurung. Sebagai contoh, jika konsentrasi dari larutan Zn2+ dan

Cu2+ adalah 1 M keduanya, maka dituliskan seperti berikut.

Zn(s) | Zn2+(aq, 1 M) || Cu2+(aq, 1 M) | Cu(s)

Adanya arus listrik berupa aliran elektron pada sel volta disebabkan oleh adanya

beda potensial antara kedua elektrode yang disebut juga dengan potensial sel (E sel)

ataupun gaya gerak listrik (ggl) atau electromotive force (emf). Potensial sel yang

diukur pada keadaan standar (suhu 25°C dengan konsentrasi setiap produk dan

reaktan dalam larutan 1 M dan tekanan gas setiap produk dan reaktan 1 atm) disebut

potensial sel standar (E°sel). Nilai potensial sel sama dengan selisih potensial kedua

elektrode. Menurut kesepakatan, potensial elektrode standar mengacu pada

potensial reaksi reduksi.

E°sel = E°katode – E°anode

Katode adalah elektrode yang memiliki nilai E° lebih besar (positif), sedangkan

anode adalah elektrode yang memiliki nilai E° lebih kecil (negatif).

Kespontanan reaksi redoks dapat diprediksi dari nilai potensial reaksi redoks

tersebut. Nilai potensial reaksi redoks sama dengan nilai potensial sel, yaitu selisih

antara potensial reduksi katode (reaksi reduksi) dengan potensial reduksi anode

(reaksi oksidasi). Suatu reaksi redoks akan berlangsung spontan ke arah

pembentukan produk bila potensial reaksinya bernilai positif.

Redoks spontan: E°redoks > 0

Deret volta ialah merupakan suatu deret yang menyatakan unsur-unsur logam

berdasarkan potensial elektrode standarnya. Deret ini memberikan informasi


reaktivitas unsur logam dalam suatu reaksi redoks. Umumnya unsur pada deret

volta yang sering dipakai adalah adalah:

Li K Ba Sr Ca Na Mg Al Mn Zn Cr Fe Cd Co Ni Sn Pb H Cu Hg Ag Pt Au

Pada Deret Volta, unsur logam dengan potensial elektrode lebih negatif

ditempatkan di bagian kiri, sedangkan unsur dengan potensial elektrode yang lebih

positif ditempatkan di bagian kanan.

Semakin ke kiri kedudukan suatu logam dalam deret tersebut, maka :

1. Logam semakin reaktif (semakin mudah melepas elektron)

2. Logam merupakan reduktor yang semakin kuat (semakin mudah mengalami

oksidasi)

Sebaliknya, semakin ke kanan kedudukan suatu logam dalam deret tersebut, maka:

1. Logam semakin kurang reaktif (semakin sulit melepas elektron)

2. Logam merupakan oksidator yang semakin kuat (semakin mudah mengalami

reduksi)

Salah satu metode untuk mencegah korosi antara lain dengan menghubungkan

logam (misalnya besi) dengan logam yang letaknya lebih kiri dari logam tersebut

dalam deret volta (misalnya magnesium) sehingga logam yang mempunyai

potensial elektrode yang lebih negatif lah yang akan mengalami oksidasi. Metode

pencegahan karat seperti ini disebut perlindungan katodik. Contoh lain dari

perlindungan katodik adalah pipa besi, tiang telepon, dan berbagai barang lain yang

dilapisi denganzink, atau disebut Galyanisasi. Zink dapat melindungi besi dari

korosi sekalipun lapisannya tidak utuh. Oleh karena potensial reduksi besi lebih

positif daripada zink (posisinya dalam deret Volta lebih ke kanan), maka besi yang
kontak dengan zink akan membentuk sel elektrokimia dengan besi sebagai katode.

Dengan demikian besi terlindungi dan zink yang mengalami oksidasi. Badan mobil-

mobil baru pada umumnya telah digalvanisasi, sehingga tahan karat.

Larutan garam suatu logam yang berada di bagian kiri dapat bereaksi dengan logam

yang berada di bagian kanan. Contohnya larutan FeCl3 (feri chloride) boleh

mengikis Cu (copper/tembaga).

IV. Alat dan Bahan

Alat

1. Gelas beaker,

2. Pinset,

3. Tisu.

Bahan

1. Logam besi,

2. Logam magnesium,

3. Logam seng,

4. Logam tembaga,

5. Larutan CuSO₄,

6. Larutan ZnSO₄,

7. Larutan HCl.
V. Langkah Kerja

Percobaan terhadap larutan CuSO₄

1. Masukkan larutan CuSO₄ masing-masing sebanyak ± 100 ml ke dalam 4 buah

gelas beaker,

2. Siapkan potongan logam besi, logam magnesium, logam seng, dan logam

tembaga,

3. Masukkan logam besi, logam magnesium, logam seng, dan logam tembaga ke

dalam masing-masing gelas beaker yang berisi larutan CuSO₄ menggunakan

pinset,

4. Amati dan catat reaksi serta perubahan yang terjadi pada masing-masing logam.

Percobaan terhadap larutan ZnSO₄

1. Masukkan larutan ZnSO₄ masing-masing sebanyak ± 100 ml ke dalam 4 buah

gelas beaker,

2. Siapkan potongan logam besi, logam magnesium, logam seng, dan logam

tembaga,

3. Masukkan logam besi, logam magnesium, logam seng, dan logam tembaga ke

dalam masing-masing gelas beaker yang berisi larutan ZnSO₄ menggunakan

pinset,

4. Amati dan catat reaksi serta perubahan yang terjadi pada masing-masing logam.

Percobaan terhadap larutan HCl

1. Masukkan larutan HCl masing-masing sebanyak ± 100 ml ke dalam 2 buah

gelas beaker,

2. Siapkan potongan logam magnesium dan logam seng,


3. Masukkan logam magnesium dan logam seng ke dalam masing-masing gelas

beaker yang berisi larutan HCl menggunakan pinset,

4. Amati dan catat reaksi serta perubahan yang terjadi pada masing-masing logam.

VI. Hasil Pengamatan

Percobaan terhadap larutan CuSO₄

Pada percobaan tersebut akan dihasilkan reaksi yang terjadi antara logam besi,

magnesium, seng dan tembaga dengan larutan CuSO₄. Reaksi tersebut secara

berurutan yaitu :

1. 𝐹𝑒(𝑠) + 𝐶𝑢𝑆𝑂₄(𝑎𝑞) → 𝐹𝑒𝑆𝑂₄(𝑠) + 𝐶𝑢(𝑠)

2. 𝑀𝑔(𝑠) + 𝐶𝑢𝑆𝑂₄(𝑎𝑞) → 𝑀𝑔𝑆𝑂₄(𝑠) + 𝐶𝑢(𝑠)

3. 𝑍𝑛(𝑠) + 𝐶𝑢𝑆𝑂₄(𝑎𝑞) → 𝑍𝑛𝑆𝑂₄(𝑠) + 𝐶𝑢(𝑠)

4. 𝐶𝑢(𝑠) + 𝐶𝑢𝑆𝑂₄(𝑎𝑞) → 𝐶𝑢𝑆𝑂₄(𝑠) + 𝐶𝑢(𝑠)

Perubahan juga terjadi pada logam-logam tersebut. Pada bagian logam besi

yang terendam oleh larutan CuSO₄ mengalami korosi (berkarat). Pada logam

magnesium terdapat perubahan berupa mengalami korosi. Pada logam seng

juga terdapat perubahan berupa mengalami korosi. Sedangkan pada logam

tembaga tidak terjadi perubahan yang signifikan berdasarkan gambar yang

diperlihatkan.

Percobaan terhadap larutan ZnSO₄

Pada percobaan tersebut akan dihasilkan reaksi yang terjadi antara logam besi,

magnesium, seng dan tembaga dengan larutan ZnSO₄. Reaksi tersebut secara

berurutan yaitu :

1. 𝐹𝑒(𝑠) + 𝑍𝑛𝑆𝑂₄(𝑎𝑞) → 𝐹𝑒𝑆𝑂₄(𝑠) + 𝑍𝑛(𝑠)


2. 𝑀𝑔(𝑠) + 𝑍𝑛𝑆𝑂₄(𝑎𝑞) → 𝑀𝑔𝑆𝑂₄(𝑠) + 𝑍𝑛(𝑠)

3. 𝑍𝑛(𝑠) + 𝑍𝑛𝑆𝑂₄(𝑎𝑞) → 𝑍𝑛𝑆𝑂₄(𝑠) + 𝑍𝑛(𝑠)

4. 𝐶𝑢(𝑠) + 𝑍𝑛𝑆𝑂₄(𝑎𝑞) → 𝐶𝑢𝑆𝑂₄(𝑠) + 𝑍𝑛(𝑠)

Perubahan juga terjadi pada logam-logam tersebut, namun perubahan tersebut

tidak terlalu signifikan. pada bagian logam besi yang terendam oleh larutan

ZnSO₄ mengalami perubahan warna menjadi lebih gelap. Pada logam

magnesium terdapat perubahan warna menjadi lebih jernih. Pada logam seng

juga terdapat perubahan warna menjadi lebih jernih. Sedangkan pada logam

tembaga terjadi perubahan juga menjadi berwarna lebih jernih.

Percobaan terhadap larutan HCl

Pada percobaan tersebut akan dihasilkan reaksi yang terjadi antara logam

magnesium dan logam seng dengan larutan HCl. Reaksi tersebut secara

berurutan yaitu :

1. 𝑀𝑔(𝑠) + 𝐻𝐶𝑙(𝑎𝑞) → 𝑀𝑔𝐶𝑙₂(𝑠) + 𝐻₂(𝑠)

2. 𝑍𝑛(𝑠) + 𝐻𝐶𝑙(𝑎𝑞) → 𝑍𝑛𝐶𝑙₂(𝑠) + 𝐻₂(𝑠)

Yang terjadi pada reaksi antara logam magnesium dan logam seng dengan

larutan HCl yaitu terjadinya gelembung gas dan sedikit asap pada larutan HCl

di dalam gelas beaker. Pada logam magnesium menghasilkan banyak

gelembung gas dan asap pada larutan HCl. Namun, pada logam seng hanya

dihasilkan sedikit gelembung gas dan asap pada larutan HCl dibandingkan

dengan logam magnesium terhadap larutan HCl.


VII. Kesimpulan

Setelah melakukan uji coba untuk menentukan deret volta pada logam besi, logam

magnesium, logam seng, dan logam tembaga terhadap larutan CuSO₄, larutan

ZnSO₄, dan HCl didapatkan bahwa logam-logam tersebut mengalami perubahan

yang berbeda-beda pada masing-masing larutan. Hal tersebut dapat dilihat dari

percobaan yang telah dilakukan. Pada larutan CuSO₄ logam besi, magnesium, seng,

dan tembaga mengalami tingkat korosi yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh pada

peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen mengalami

reduksi. Pada logam-logam tersebut yang paling mengalami oksidasi sampai yang

paling tidak mengalami oksidasi secara berurutan yaitu logam magnesium, logam

seng, logam besi, kemudian logam tembaga. Hal tersebut membuktikan bahwa

semakin ke kiri unsur pada deret volta, maka semakin mudah unsur tersebut

mengalami oksidasi begitu pula sebaliknya.

Pada larutan ZnSO₄ perubahan yang dialami logam besi, logam magnesium, logam

seng, dan logam tembaga yaitu menjadi lebih jernih atau dapat dikatakan sebagai

kebalikan dari korosi. Dengan kata lain logam semaki kurang reaktif (semakin sulit

melepaskan elektron). Urutan logam-logam yang paling kurang reaktif ke logam

yang paling reaktif bertimbangbalik dengan urutan logam pada larutan CuSO₄, yaitu

logam tembaga, logam besi, logam seng, kemudian logam magnesium. Hal tersebut

membuktikan bahwa semakin ke kanan unsur pada deret volta, maka semakin sulit

unsur tersebut melepas electron begitu pula sebaliknya.

Pada larutan HCl menghasilkan gelembung gas pada reaksi terhadap logam

magnesium dan logam seng. Hal tersebut diakibatkan reaksi eksoterm dan
menghasilkan gelembung gas karena menghasilkan gas hidrogen (H2) saat

magnesium dan HCl membentuk garam. Perbedaan yang terlihat yaitu pada logam

magnesium terdapat gelembung gas yang lebih banyak dibandingkan dengan

gelembung gas pada logam seng. Hal tersebut disebabkan oleh logam magnesium

lebih mudah melepaskan electron atau bersifat reaktif dibandingkan dengan logam

seng. Hal tersebut dapat dilihat dari letak unsur magnesium pada deret volta yang

berada di kiri.

Anda mungkin juga menyukai