Anda di halaman 1dari 70

PENGARUH LEVERAGE, PROFITABILITAS DAN

UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KONSERVATISME


AKUNTANSI PADA PERUSAHAAN PT.CUN CUN
INDONESIA PERIODE 2015-2019

USULAN PENELITIAN

Disusun Oleh:

Nama : Indah Febriliana Sopyan

NIM : 01117067

Program Studi : Akuntansi

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA MEMBANGUN


STIE INABA
BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdullilah, segala puji hanya bagi Allah yang menguasai alam semesta
beserta isinya, sang Maha Pecinta pemilik cinta diatas segala kesempurnaan
makhluk yang tak pernah butuh akan pujian, pemilik ilmu nan kebijaksanaan yang
kita agungkan yakni Allah SWT. Juga tidak lupa shalawat serta salam kita
sampaikan kepada Nabi Muhammad S.A.W.
Rasa hormat dan ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua
pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini:
1. Bapak Dr. Yoyo Sudaryo, SE., MM., Ak., CA selaku Ketua STIE INABA
Bandung.
2. Bapak Riyandi Nur Sumawidjaja, Drs, MM, selaku Wakil Ketua Bidang
Akademik.
3. Ibu Hj. Devyanthi Sjarif, S.E., M.Ak., selaku Ketua Program Studi
Akuntansi.
4. Ibu Kartika Berliani, SE., MM., selaku dosen Mata Kuliah Metode Penelitian
dan Penyusunan Skripsi.
5. Para Dosen dan Staf Pengajar Program Studi Manajemen STIE INABA yang
telah mengajar, mengarahkan dan membantu penulis selama perkuliahan.
6. Kedua orangtua tercinta yang senantiasa menjadi motivasi penuh, semangat
belajar dan inspirasi pantang menyerah bagi penulis.
7. Seluruh pihak yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyusunan ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
sehingga dapat dijadikan referensi bagi penulis guna perbaikan di masa yang akan
datang.

i
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis mempersembahkan
skripsi ini dengan harapan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Amin.

Bandung, Juli 2020

Indah Febriliana

ii
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................. i


DAFTAR ISI............................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 7
1.3.1 Tujuan Umum ...................................................................... 7
1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................... 7
1.4 Kegunaan Penelitian ...................................................................... 8
1.4.1 Bagi Perusahaan ................................................................... 8
1.4.2 Bagi Akademisi.................................................................... 8
1.4.3 Bagi Praktisi ........................................................................ 8
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 8
1.5.1 Lokasi Penelitian .................................................................. 8
1.5.2 Waktu Penelitian ................................................................. 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN &


HIPOTESIS................................................................................. 10
2.1 Kajian Pustaka ............................................................................... 10
2.1.1 Teori Akuntansi Positif (Positive accounting theory) .......... 11
2.1.2 Teori Keagenan (Agency theory) ......................................... 12
2.1.3 Teori Sinyal (Signalin Theory)............................................ 15
2.1.4 Konservatisme Akuntansi ..................................................... 18
iii
2.1.5 Leverage .............................................................................. 22
2.1.6 Profitabilitas......................................................................... 25
2.1.7 Ukuran Perusahaan .............................................................. 28
2.2 Kerangka Pemikiran ..................................................................... 29
2.2.1 Hubungan leverage terhadap konservatisme akuntansi ...... 29
2.2.2 Hubungan profitabilitas terhadap konservatisme
akuntansi ............................................................................ 30
2.2.3 Hubungan ukuran perusahaan terhadap konservatisme
akuntansi ............................................................................ 31
2.2.4 Hubungan Leverage, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan
terhadap Konservatisme Akuntansi.................................... 32
2.2.5 Tabel Penelitian Terdahulu ................................................ 33
2.3 Hipotesis ...................................................................................... 38
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 39
3.1 Metode Yang Digunakan ............................................................. 39
3.2 Operasionalisasi Variabel ............................................................ 40
3.3 Jenis dan Sumber Data ................................................................ 42
3.3.1 Jenis Data............................................................................ 42
3.3.2 Sumber Data ....................................................................... 42
3.4 Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 43
3.5 Teknik Penarikan Sampel ............................................................ 43
3.6 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ........................... 44
3.6.1 Teknik Analisis Data .......................................................... 44
3.5.2 Teknik Pengujian Hipotesis ............................................... 50
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 53

iv
DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 1.1 Data Laporan Keuangan berdasarkan Leverage, Profitabilitas,


Ukuran Perusahaan dan Konservatisme Akuntansi ............................ 5
Tabel 1.2 Rencana Penelitian ............................................................................. 9
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ....................................................... 33
Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian (dari bab 2 applied theory)........... 41

v
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ............................................................... 37
Gambar 2.2 Model Penelitian ..................................................................... 37

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Konservatisme akuntansi merupakan sebuah prinsip kehati-hatian dalam
menyusun laporan keuangan Tindakan kehati-hatian tersebut diimplikasikan
dengan mengakui biaya atau rugi yang akan mugkin akan terjadi, tetapi tidak
segera mengakui pendapatan atau laba yang akan datang walaupun kemungkinan
terjadinya besar. Hal ini akan menyebabkan rendahnya nilai pendapatan dan laba
serta tingginya nilai beban dan kewajiban. Prinsip konservatisme akuntansi
diterapkan untuk mengantisipasi ketidakpastian yang terjadi dalam aktivitas
perusahaan.
Konservatisme akuntansi menurut Suwardjono (2014:245) adalah “Sikap
atau aliran (mazhab) dalam menghadapi ketidakpastian untuk mengambil tindakan
atau keputusan atas dasar munculan (outcome) yang terjelek dari ketidak pastian
tersebut. Sikap konservatif juga mengandung makna sikap berhati-hati dalam
menghadapi resiko dengan cara bersedia mengorbankan sesuatu untuk
mengurangi atau menghilangkan resiko.”

Menurut Hery (2017:92), “apabila akuntan dihadapkan untuk memilih satu


diantara dua atau lebih metode akuntansi yang diterima atau berlaku umum, maka
akuntan harus mengutamakan pilihan yang akan memberikan pengaruh
keuntungan yang paling kecil pada ekuitas.”

PSAK sebagai standar pencatatan akuntansi di Indonesia dapat menjadi


pemicu diterapkannya prinsip konservatisme. Prinsip konservatisme di dalam
PSAK dapat tercermin pada pemilihan metode akuntansi yang dapat digunakan
oleh perusahaan untuk melakukan pengakuan aset maupun biaya. Hal ini
dibuktikan dengan adanya beberapa pilihan metode yang dapat dipilih perusahaan
meliputi PSAK No. 14 tentang persediaan, PSAK No. 16 tentang aset tetap dan
aset lain-lain, PSAK No. 19 tentang aset tidak berwujud yang berkaitan dengan
metode amortisasi dan PSAK No. 20 tentang biaya riset dan pengembangan.

1
2

Adanya pilihan metode dapat dimanfaatkan oleh perusahaan untuk menghasilkan


laporan keuangan yang berbeda-beda disetiap perusahaan sesuai dengan
kebutuhannya. Hal ini memicu timbulnya angka yang berbeda dalam laporan
keuangan sehingga secara tidak langsung prinsip konservatisme ini akan
mempengaruhi hasil laporan keuangan (Savitri, 2016:36 ).
Prinsip konservatisme menurut Belkaoui (2012:288) Accounting Theory,
merupakan suatu prinsip pengecualian atau modifikasi dalam hal bahwa prinsip
tersebut bertindak sebagai batasan terhadap penyajian data akuntansi yang
relavan dan andal. Prinsip konservatisme dapat menyebabkan terjadinya fluktuasi
laba yaitu laba yang dilaporkan sekarang dapat menjadi understatement dan laba
yang dilaporkan di masa akan datang menjadi overstatement. Fluktuasi laba
tersebut terjadi karena prinsip konservatisme merupakan prinsip yang mengakui
utang dengan segera tetapi tidak menyegerakan dalam pengakuan laba dan aset
meskipun kemungkinan perolehan untuk mendapatkannya lebih besar.
Menurut Rahmawati (2012:87) pemberian fleksibilitas manajemen dalam
memilih suatu kumpulan kebijakan akuntansi dengan membuka perilaku
oportunistik. Manajer akan memilih kebijakan akuntasi yang sesuai dengan tujuan
mereka. Untuk itu menurut Savitri (2016:34) dalam bukunya berpendapat bahwa
”konservatisme dapat membatasi tindakan manajer untuk membesarbesarkan laba
serta memanfaatkan informasi yang asimetri ketika menghadapi klaim atas aktiva
perusahaan.”
Faktor pertama yang dapat mempengaruhi konservatisme akuntansi adalah
leverage. “Leverage adalah penggunaan assets dan sumber dana (sources of fund)
oleh perusahan yang memiliki biaya tetap dengan maksud agar meningkatkan
keuntungan potensial pemegang saham”(Sartono, 2010:257). Menurut Robiah
(2017:40) “perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi akan mengungkapkan
lebih banyak informasi. Tambahan informasi biasanya diperlukan untuk
menghilangkan keraguan pemegang obligasi dipenuhinya hak- hak mereka
sebagai kreditur.” Untuk mencapai hal tersebut, kecenderungan yang terjadi
adalah manajemen berusaha memaksimalkan laba sekarang dengan cara
mengurangi biaya, termasuk biaya pengungkapan informasi sosial. Semakin tinggi
3

tingkat leverage, besar kemungkinan akan melanggar perjanjian kredit sehingga


perusahaan akan berusaha melaporkan laba sekarang lebih tinggi dengan
mengurangi biaya, termasuk biaya untuk CSRD
Faktor kedua yaitu profitabilitas, Menurut Munawir (2014:33), definisi
profitabilitas adalah sebagai berikut:
“profitabilitas adalah menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba selama periode tertentu. Rentabilitas suatu perusahaan
diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan menggunakan
aktivanya secara produktif, dengan demikian rentabilitas suatu perusahaan
dapat diketahui dengan memperbandingkan antara laba yang diperoleh
dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan
tersebut.”

Faktor ketiga yang mempengaruhi konservatisme akuntansi, dilihat dari


ukurannya perusahaan dibagi menjadi perusahaan besar, sedang dan kecil dimana
masing-masing ukuran yang berbeda akan menimbulkan dampak berbeda pula.
Menurut Brigham & Houston (2010:4), “Ukuran perusahaan merupakan ukuran
besar kecilnya sebuah perusahaan yang ditunjukan atau dinilai oleh total asset,
total penjualan, jumlah laba, beban pajak dan lain-lain”.
Ketika perusahaan memilih untuk menambah pembiayaan melalui pinjaman
maka perusahaan akan menunjukkan kinerja yang baik untuk mendapatkan
pinjaman. Perusahaan akan cenderung menyajikan laporan keuangan yang kurang
konservatis atau optimis melalui cara menaikan nilai pendapatan dan aktiva
setinggi mungkin, serta menurunkan liabilitas dan beban. Hal ini merupakan salah
satu upaya perusahaan tersebut untuk meyakinkan pemberi pinjaman bahwa
pinjaman yang diberikan akan terjamin. Rasio leverage tinggi yang dimiliki
perusahaan mendorong manajemen untuk cenderung menurunkan konservatisme
dalam menyusun laporan keuangan. Sehingga, leverage berpengaruh terhadap
konservatisme akuntansi. Pendapat tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Noviantari dan Ratnadi (2015) mengatakan bahwa semakin tinggi
leverage maka laporan keuangan yang dihasilkan akan semakin tidak konservatif.
Menurut Wardhani (2014), perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas
yang tinggi akan cenderung untuk memilih akuntansi yang konservatif. Hal ini
dikarenakan konservatisma akuntansi dapat digunakan sebagai bagian dari
4

manajemen laba yang dapat digunakan manajer untuk mengatur laba agar terlihat
rata dan tidak terlalu memiliki fluktuasi yang tinggi. Sehingga profitabilitas akan
berpengaruh positif terhadap penerapan konservatisme akuntansi.
Ukuran perusahaan dapat menjadi salah satu unsur yang mempengaruhi
persepsi manajemen dalam menyusun laporan keuangan. Hal tersebut karena
adanya biaya politis yang ditetapkan oleh pemerintah. Biaya politis timbul dari
konflik antara perusahaan dengan pemerintah yang memiliki wewenang untuk
melakukan pengalihan kekayaan dari perusahaan kepada masyarakat sesuai
peraturan yang berlaku. Biaya politis bisa berupa biaya pajak yang dikenakan oleh
pemerintah. Besarnya biaya politis yang dikenakan oleh pemerintah kepada
perusahaan dapat berdasarkan pada informasi akuntansi dalam laporan keuangan
perusahaan. Maka dari itu perusahaan besar cenderung menerapkan prinsip
konservatisme untuk menghindari besarnya biaya politik yang dikenakan kepada
perusahaan. Sehingga semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar pula
kemungkinan perusahaan cenderung menerapkan konservatisme akuntansi untuk
menghindari biaya politis. Sehingga, ukuran perusahaan berpengaruh terhadap
konservatisme akuntansi. Pendapat tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Noviantari dan Ratnadi (2015) mengatakan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh positif terhadap konservatisme akuntansi.
Penelitian konservatisme pada saat ini masih dibutuhkan karena untuk
menjawab masalah-masalah yang masih diperdebatkan dan masalah yang telah
muncul. Penelitian tentang konservatisme akuntansi telah banyak dilakukan, tetapi
hasilnya masih belum konsisten. Akibat adanya ketidakkonsistenan pada hasil
penelitian terdahulu, maka peneliti tertarik untuk menguji kembali secara empiris
mengenai pengaruh leverage, profitabilitas dan ukuran perusahaan, dan terhadap
konservatisme akuntansi.
Peneliti mengambil populasi penelitian pada perusahaan PT Cun Cun
Indonesia yang bergerak dalam bidang Produksi Sparepart Printing periode tahun
2015-2019. Penggunaan perusahaan PT Cun Cun Indonesia merupakan
perusahaan dengan tingkat kompleksitas operasional yang sangat tinggi sehingga
memungkinkan untuk lebih sering menerapkan konservatisme akuntansi. Selain
5

itu, pertimbangan penggunaan periode pengamatan tahun 2015–2019 adalah tahun


terkini yang dapat memberikan kondisi terbaru dari perusahaan Printing dalam
menerapkan konservatisme akuntansi, serta pada tahun pengamatan tersebut
terdapat gejolak ekonomi makro yang cukup kuat menyerang perekonomian
Indonesia dan berdampak terhadap kinerja perusahaan khususnya PT. Cun Cun
Indonesia.
Berdasarkan hasil pengambilan data awal pada tanggal 30 Maret 2020 di
PT.Cun Cun Indonesia didapatkan data laporan keuangan periode 2015-2019
sebagai berikut:

Tabel 1.1 Data Laporan Keuangan berdasarkan Leverage, Profitabilitas,


Ukuran Perusahaan dan Konservatisme Akuntansi

DATA KEUANGAN
UKURAN KONSEVATISME
TAHUN LEVERAGE PROFITABILITAS
PERUSAHAAN AKUNTANSI
(%) (%)
(%) (%)
2015 0,62 3,75 11,27 0,01
2016 0,64 3,83 11,44 0,04
2017 0,71 4,01 12,02 0,12
2018 0,68 3,94 11,77 0,07
2019 0,73 4,12 12,13 0,14
Sumber: Laporan Keuangan PT.Cun Cun 2015-2019
Berdasarkan data tabel 1.1 diatas dapat diketahui bahwa keuangan PT.Cun
Cun Indonesia khususnya Leverage, Profitabilitas dan ukuran perusahaan
mengalami fluktuatif dan pada tahun 2018 cenderung mengalami penurunan,
demikian juga dengan kondisi konservatisme akuntansi mengalami penurunan
pada tahun yang sama. Berdasarkan kondisi tersebut tingkat konservatisme
akuntansi PT.Cun Cun setiap tahunnya berbeda, untuk itu perlu adanya perhatian
perusahaan dalam mempertimbangkan faktor-faktor yang menyebabkan
konservatisme akuntansi mengalami fluktuasi. Berdasarkan laporan keuangan
khususnya konservatisme akuntansi dapat menggambarkan bahwa konservatisme
6

akuntansi di PT. Cun Cun Indonesia ini, menunjukan ketidakpastian yang akan
berdampak bagi nilai perusahaan karena konservatisme akuntansi akan
menyebabkan laba perusahaan PT. Cun Cun menjadi kurang berkualitas. Dimana
seharusnya dengan melakukan praktik konservatisme akuntansi dapat mencegah
perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan membantu
pengguna laporan keuangan dalam menyajikan laba dan aktiva yang tidak
overstate.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi ilmu akuntansi
mengenai penerapan konservatisme akuntansi, hal yang mendorong penggunaan
konservatisme akuntansi, serta dampak-dampak yang dapat ditimbulkan dari
penerapan prinsip konservatisme akuntansi. Penelitian ini diharapkan juga dapat
memberikan gambaran kepada perusahaan terutama perusahaan PT Cun Cun
mengenai dampak-dampak yang ditimbulkan dalam penerapan akuntansi
konservatisme, serta diharapkan memberikan kemudahan kepada investor dalam
memandang prinsip konservatisme yang dilakukan perusahaan dan dampaknya
terhadap perusahaan.
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang Pengaruh Leverage, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan
terhadap Konservatisme Akuntansi pada perusahaan PT Cun Cun Indonesia 2015-
2019.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diatas maka dapar di
rumusakan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimanakah konsevatisme akuntansi di PT. Cun Cun Indonesia
2015-2019?
b. Bagaimanakah leverage di PT. Cun Cun Indonesia 2015-2019?
c. Bagaimanakah Profitabilitas di PT. Cun Cun Indonesia 2015-2019?
d. Bagaimanakah ukuran perusaahan di PT. Cun Cun Indonesia 2015-
2019?
7

e. Seberapa besar leverage mempengaruhi konservatisme akuntansi pada


perusahaan PT. Cun Cun Indonesia 2015-2019?
f. Seberapa besar profitabilitas mempengaruhi konservatisme akuntansi
pada perusahaan PT. Cun Cun Indonesia 2015-2019?
g. Seberapa besar ukuran perusahaan mempengaruhi konservatisme
akuntansi pada perusahaan PT. Cun Cun Indonesia 2015-2019?
h. Seberapa besar pengaruh simultan leverage, profitabilitas, dan ukuran
perusahaan terhadap konservatisme akuntansi pada perusahaan PT. Cun
Cun Indonesia 2015-2019?
i. Dan seberapa besar pengaruh parsial leverage, profitabilitas, dan ukuran
perusahaan terhadap konservatisme akuntansi pada perusahaan PT. Cun
Cun Indonesia 2015-2019?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui seberapa besaar pengaruh leverage, profitabilitas dan
ukuran perusahaan terhadap konservatisme akuntansi pada perusahaan PT Cun
Cun Indonesia 2015-2019, baik secara parsial maupun secara simultan.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi konservatisme akuntansi pada perusahaan PT
Cun Cun Indonesia 2015-2019.
b. Untuk mengetahui pengaruh leverage pada perusahaan PT Cun Cun
Indonesia 2015-2019.
c. Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas pada perusahaan PT Cun Cun
Indonesia 2015-2019.
d. Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan akuntansi pada
perusahaan PT Cun Cun Indonesia 2015-2019.
e. Untuk mengetahui pengaruh leverage terhadap konservatisme akuntansi
pada perusahaan PT Cun Cun Indonesia 2015-2019.
f. Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas terhadap konservatisme
akuntansi pada perusahaan PT Cun Cun Indonesia 2015-2019.
8

g. Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap konservatisme


akuntansi pada perusahaan PT Cun Cun Indonesia 2015-2019.
h. Untuk mengetahui pengaruh simultan leverage, profitabilitas dan ukuran
perusahaan terhadap konservatisme akuntansi pada perusahaan PT Cun
Cun Indonesia 2015-2019
i. Untuk mengetahui pengaruh parsial leverage, profitabilitas dan ukuran
perusahaan terhadap konservatisme akuntansi pada perusahaan PT Cun
Cun Indonesia 2015-2019

1.4 Kegunaan Penelitian


1.4.1 Bagi Perusahaan
Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
sebagai pertimbangan perusahaan untuk melakukan pencatatan akuntansi
menggunakan prinsip konservatisme atau optimisme. Selain itu di harapkan
menjadi panutan untuk mengurangi serta mengatasi masalah keagenan.
1.4.2 Bagi Akademisi
Bagi akademisi dapat memberikan deskripsi tentang leverage, profitabilitas
dan ukuran perusahaan dimana bukti empiris tersebut dapat dijadikan tambahan
wawasan dalam penelitian berikutnya.
1.4.3 Bagi Praktisi
Bagi praktisi, hasil penelitian dapat dijadikan pedoman dalam melakukan
pekerjaan akuntan sehingga meningkatkan efisiensi dan efektivitas dengan
mencermati faktor-faktor yang dominan mempengaruhi konservatisme akuntansi.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian


1.5.1 Lokasi Penelitaian
Lokasi yang diambil dalam penelitian ini di PT Cun Cun Indonesia yang
berada di Jl.Babakan Ciparay no 31,Bandung.
9

1.5.2 Waktu Penelitian


Waktu pelaksanaan penelitian akan dilaksanakan dalam waktu bulan
terhitung dari bulan maret hingga bulan juni 2020.

Tabel 1.2 Rencana Penelitian

No Uraian Maret April Mei Juni


Minggu Ke
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan
Penelitian
2. Perencanaan
3. Pelaksanaan
Siklus I
4. Pelaksanaan
Siklus II
5. Pelaksanaan
Siklus III
6. Pengolahan
Data
7. Penyusuna
Laporan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka


Menurut Pohan dalam Prastowo (2012: 81)
“kegiatan ini (penyusunan kajian pustaka) bertujuan mengumpulkan data dan
informasi ilmiah, berupa teori-teori, metode, atau pendekatan yang pernah
berkembang dan telah di dokumentasikan dalam bentuk buku, jurnal, naskah,
catatan, rekaman sejarah, dokumen-dokumen, dan lain-lain yang terdapat di
perpustakaan.”

Kajian ini dilakukan dengan tujuan menghindarkan terjadinya pengulangan,


peniruan, plagiat, termasuk suaplagiat. Dasar pertimbangan perlu disusunnya
kajian pustaka dalam suatu rancangan penelitian menurut Ratna dalam Prastowo
(2012: 81) didasari oleh kenyataan bahwa setiap objek kultural merupakan gejala
multidimensi sehingga dapat dianalisis lebih dari satu kali secara berbeda-beda,
baik oleh orang yang sama maupun berbeda.
Menurut Ratna dalam Prastowo (2012: 80) “Kajian pustaka, memiliki tiga
pengertian yang berbeda yaitu:
1. Kajian pustaka adalah seluruh bahan bacaan yang mungkin pernah dibaca
dan dianalisis, baik yang sudah dipublikasikan maupun sebagai koleksi
pribadi.
2. Kajian pustaka sering dikaitkan dengan kerangka teori atau landasan
teori, yaitu teori-teori yang digunakan untuk menganalisis objek
penelitian. Oleh sebab itu, sebagian peneliti menggabungkan kajian
pustaka dengan kerangka teori.
3. Kajian pustaka adalah bahan-bahan bacaan yang secara khusus berkaitan
dengan objek penelitian yang sedang dikaji.”

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kajian


pustaka adalah suatu kegiatan penelitian yang bertujuan melakukan kajian secara
sungguh-sungguh tentang teori-teori dan konsep-konsep yang berkaitan dengan
topik yang akan diteliti sebagai dasar dalam melangkah pada tahap penelitian
selanjutnya. Teori dan konsep yang dikaji digunakan untuk memperjelas dan

10
11

mempertajam ruang lingkup dan konstruk variable yang akan di teliti, sebagai
dasar perumusan hipotesis dan penyusunan instrumen penelitian, dan sebagai
dasar dalam membahas hasil penelitian untuk digunakan untuk memberikan saran
dalam upaya pemecahan topik permasalahan.
Menurut Nyoman Kutha Ratna dalam Prastowo (2012: 85) “ada empat
manfaat dari kajian pustaka yaitu:
a. Dapat menghindarkan peneliti dari terjadinya peniruan, plagiasi, dan
penipuan dalam berbagai bentuknya
b. Sebagai tanggung jawab moral, kejujuran bagi seorang ilmuwan untuk
menghargai pendapat orang lain.
c. Menunjukkkan bahwa masalah yang diteliti memang kaya makna sehingga
layak untuk dibicarakan kembali.
d. Menjelaskan bahwa penelitian yang dilakukan memang berbeda, sekaligus
menunjukkan bahwa dalam penelitian yang sedang dilakukan akan
ditunjukkan hal-hal baru yang berbeda dengan penelitian lain.
e. Pada penelitian kuantitatif Kajian Pustaka berfungsi sebagai pengetahuan
awal atau dasar teori yang digunakan dalam mengkonstruk variabel yang
ada dalam penelitian

2.1.1 Teori Akuntansi Positif (Positive accounting theory)


Teori akuntansi positif atau (Positive Accounting Theory) menjelaskan
mengenai fenomena akuntansi yang diamati berdasarkan pada alasan-alasan yang
menyebabkan terjadinya suatu peristiwa. Dengan kata lain, teori akuntansi positif
ini dimaksudkan untuk menjelaskan dan memprediksi konsekuensi yang akan
terjadi jika manajer menentukan pilihan tertentu.
Menurut Rahmawati (2012:86) ”Teori akuntansi positif adalah berhubungan
dengan prediksi, yaitu suatu tindakan pemilihan kebijakan akuntansi oleh
perusahaan dan bagaimana perusahaan akan merespon untuk mengajukan standar
akuntansi yang baru. Teori akuntansi positif memiliki ciri pemecahan masalah
(problem solving) yang disesuaikan dengan realitas praktik akuntansi.”

Teori akuntansi positif menganggap bahwa manajer secara rasional akan


memilih metode akuntansi yang baik menurut mereka. Terdapat tiga hipotesis
dalam teori akuntansi positif menurut Ghozali dan Chariri (20016:70), “Teori
akuntansi positif berusaha menguji tiga hipotesis, yaitu sebagai berikut:
1. Hipotesis Rencana Bonus (Bonus Plan Hypothesis)
Manajer perusahaan dengan rencana bonus tertentu cenderung lebih
menyukai metode yang meningkatkan laba periode berjalan. Pilihan
tersebut diharapkan dapat meningkatkan nilai sekarang bonus yang akan
12

diterima seandainya komite kompensasi dari Sewan Direktur tidak


menyesuaikan denghan metode yang dipilih.
2. Hipotesis Hutang/Ekuitas (Debt/equity Hypothesis)
Semakin tinggi rasio hutang/ekuitas perusahaan, maka semakin besar
kemungkinan bagi manajer untuk memilih metode akuntansi yang dapat
menaikkan laba. Manajer akan memilih metode akuntansi yang dapat
menaikkan laba, sehingga ia dapat mengendurkan batasan kredit dan
mengurangi biaya kesalahan teknis.
3. Hipotesis Cost Politik (Political Cost Hypothesis)
Perusahaan besar cenderung menggunakan metode akuntansi yang dapat
mengurangi laba periodik dibandingkan dengan perusahaan kecil. Yang
mendasari hipotesis ini adalah asumsi bahwa sangat mahalnya nilai
informasi bagi individu untuk menentukan apakah laba akuntansi betul-
betul menunjukkan monopoli laba. Selain itu, kontrak yang dilakukan oleh
individu sangatlah mahal di dalam suatu proses politik dalam rangka
menegakkan aturan hukum dan regulasi, yang dapat meningkatkan
kesejahteraan mereka.”

2.1.2 Teori Keagenan (Agency theory)


Menurut Fahmi (2014:19-20), agency theory (teori keagenan)
“Merupakan suatu kondisi yang terjadi pada suatu perusahaan dimana pihak
manajemen sebagai pelaksana yang disebut lebih jauh sebagai agen dan
pemilik modal (owner) sebagai prinsipal membangun sebuah kontrak
kerjasama yang disebut dengan “nexus of contract”, kontrak kerjasama ini
berisi kesepakatan-kesepakatan yang menjelaskan bahwa pihak manajemen
perusahaan harus bekerja secara maksimal untuk memberi kepuasan yang
maksimal seperti profit yang tinggi kepada pemilik modal (owner) nilai net
asset dibandingkan bila perusahaan melakukan understate dari net assetnya
(alasan political cost)”.

Fahmi (2014:19-20) menjelaskan bahwa “Implikasinya memungkinkan


terjadinya sikap oportunistik (opportunistic behaviour) dikalangan manajemen
perusahaan dalam melakukan beberapa tindakan yang sifatnya disengaja seperti
1. Melaporkan piutang tak tertagih (bad debt) yang lebih besar dari
kenyataan yang sesungguhnya
2. Melaporkan hasil penjualan dengan peningkatan yang tidak terlalu tinggi.
3. Melaporkan kepada pihak principal bahwa dibutuhkan dana tambahan
untuk menunjang pelaksanaan proyek yang sedang dikerjakan jika tidak
dibantu maka proyek akan terhenti.
4. Melakukan income smooting, berupa melaporkan pendapatan yang tidak
sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya, namun sesuai dengan
maksud dan keinginan agen (manajemen)

Menurut (Gudono 2017:142-143), “Teori keagenan adalah sebuah kontrak


antara principal (pemilik/pemegang saham) dan agent (manajer/pengelola)
yang mana baik pemilik dan pengelola sama-sama melakukan
13

pemaksimuman kesejahteraan.Teori keagenan dibangun sebagai upaya untuk


memahami dan memecahkan permasalahan yang terjadi ketika ada
ketidaklengkapan informasi pada saat melakukan kontrak antara prinsipal
dengan agen. Teori keagenan meyebutkan bahwa informasi yang dimiliki
agen lebih besar dibanding kan prinsipal. Dan kepentingan agen dan prinsipal
berbeda, sehingga akan terjadi principal-agent problem dimana agen akan
bertindak yang akan menguntungkan dirinya sendiri dan menyebabkan
kerugian bagi prinsipal yang akan menyebabkan timbulnya agency cost”.

Agency problem tidak hanya terjadi pada pemilik, pemegang saham dan
manajer saja tetapi juga dengan kreditor. Seperti yang disampaikan oleh Sudana
(2011:11), sebagai Masalah keagenan tidak hanya timbul antara pemilik dan
manajemen, tetapi juga bisa timbul antara pemegang saham mayoritas dan
pemegang saham minoritas, atau antara pemegang saham dan pihak kreditor
ketika perusahaan dilikuidasi.
Perbedaan kepentingan yang terjadi pada pihak-pihak yang memiliki
hubungan keagenan ini sulit sekali dihindari. Tidak jarang masalah keagenan ini
juga terjadi pada pemilik, pemegang saham dan kreditor. Masalah keagenan yang
terjadi kepada pemegang saham dan kreditor biasanya diakibatkan oleh masalah
pembayaran dividen. Pembayaran dividen kas dalam jumlah besar akan
menyebabkan berkurangnya aktiva yang tersedia untuk melunasi utang
perusahaan kepada kreditor.
Selain itu kreditor juga seringkali merasa dieksploitasi oleh pemegang saham.
Pandangan ini terjadi ketika perusahaan melakukan ekspansi perusahaan yang
mengakibatkan risiko yang besar bagi perusahaan dan kreditor. Jika ekspansi itu
berhasil, maka pihak yang paling banyak menikmati keberhasilan tersebut adalah
pemegang saham, tetapi apabila ekspansi tersebut mengalami kegagalan atau
perusahaan mengalami kebangkrutan maka kreditor juga harus turut menanggung
kerugian tersebut.
Untuk mengurangi masalah keagenan dan menjamin manajer akan melakukan
pekerjaan sesuai dengan kepentingan pemilik dan pemegang saham secara
maksimal maka timbulah biaya keagenan atau agency cost. Ada pun pengertian
dari biaya keagenan menurut Brigham yang dialih bahasakan oleh Ali Akbar
Yulianto (2011:21), biaya keagenan adalah biaya yang berkaitan dengan
14

pemantauan tindakan manajemen guna menjamin agar tindakan tersebut konsisten


dengan kesepakatan kontrak di antara manajer, pemegang saham dan kreditor.
Biaya keagenan yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam memperkecil
masalah keagenan mencakup beberapa hal, seperti yang dikemukakan oleh
Sartono (2010:12), “Dalam usaha meminimumkan agency problem, maka biaya
yang disebut agency cost yang mencakup:
1. Pengeluaran untuk monitoring seperti halnya biaya untuk pemeriksaan
akuntansi dan prosedur pengendalian intern. Biaya tersebut harus
dikeluarkan untuk meyakinkan bahwa manajemen bertindak atas dasar
kepentingan terbaik bagi pemegang saham.
2. Pengeluaran insentif sebagai kompensasi untuk manajemen atas prestasi
yang konsisten yaitu memaksimumkan nilai perusahaan. Bentuk insentif
yang umum adalah stock option, yaitu pemberian hak kepada manajemen
untuk membeli saham perusahaan di masa yang akan datang dengan
harga yang telah ditentukan. Bentuk kedua adalah performance shares,
yaitu pemberian saham kepada manajemen atas pencapaian tujuan, yaitu
pencapaian tingkat return tertentu. Pemberian insetif sering pula berupa
pemberian cash bonus atau bonus kas yang dikaitkan dengan pencapaian
tujuan tertentu.
3. Fidelity bond adalah kontrak antara perusahaan dengan pihak ketiga
dimana pihak ketiga yaitu bonding company setuju untuk membayar
perusahaan jika manajer berbuat tidak jujur sehingga menimbulkan
kerugian bagi perusahaan. Fidelity bonding mempunyai pengertian yang
hampir sama dengan asuransi kerugian atas praktik yang tidak jujur.
4. Golden parachutes dan Poison pill dapat digunakan pula untuk
mengurangi konflik antara manajemen dan pemegang saham. Golden
parachutes adalah suatu kontrak antara manajemen dan pemegang saham
yang menjamin bahwa manajemen akan mendapat kompensasi sejumlah
tertentu apabila perusahaan dibeli oleh perusahaan lain atau terjadi
perubahan pengendalian perusahaan. Dengan demikian manajemen tidak
perlu merasa khawatir akan kehilangan pekerjaan. Sedangkan poison pill
adalah usaha pemegang saham untuk menjaga agar perusahaan tidak
diambil-alih oleh perusahaan lain. Usaha ini dapat dilakukan dengan
mengeluarkan hak penjualan saham pada harga tertentu atau
mengeluarkan obligasi disertai dengan hak penjualan obligasi pada harga
tertentu. Sehingga apabila perusahaan dibeli oleh perusahaan lain,
pembeli perusahaan wajib membeli saham dan obligasi pada harga yang
telah ditentukan sebelumnya.”

Betitik tolak dari uraian dan pembahasan mengenai teori keagenan


peneliti mengaitkannya dengan variabel-variabel yang diteliti berdasarkan
suber perpustakaan yang didapatkan adalah sebagai berikut: Teori ini
15

berkaitan dengan pemilihan penggunaan metode konservatisme oleh


perusahaan, karena manajer memilih metode konservatisme tidak terlepas
dari keinginan untuk mengoptimalkan kinerjanya dalam perusahaan, hal
ini akan menciptakan cadangan yang tidak tercatat sehingga
memungkinkan manajemen lebih leluasa melaporkan angka laba di masa
mendatang (Savitri 2016:33-35).
Keterkaitan teori keagenan dengan leverage mengukur seberapa
besar perusahaan dibiayai dengan utang. Penggunaan utang yang terlalu
tinggi menyebabkan perusahaan akan masuk ke dalam kategori extreme
leverage yaitu perusahaan terjebak dalam tingkat utang yang tinggi dan
sulit untuk melepaskan beban utang tersebut. Oleh karena itu perusahaan
sebaiknya harus menyeimbangkan berapa utang yang layak di ambil dan
dari mana sumber yang dapat di pakai untuk membayar hutan.
(Fahmi,2014: 127)
Menurut Savitri (2016:41-43) “keterkaitan teori keagenan dengan
profitabilitas adalah pengambilan keputusan setidaknya menggunakan
laporan keuangan yang understated lebih menguntungkan dibandingkan
menggunakan laporan keuangan yang di laporkan secara overstatement
mengurangi resiko kerugian yang lebih besar, dimana bagi perusahan
yang mampu mengasilkan profit maka pengakuan yang asimetris antara
gains dan losses (menunda pengakuan pendapatan dan mempercepat
pengakuan beban) akan mengurangi present value dari pajak (menunda
pembayaran pajak) dan meningkatkan nilai perusahaan. Penentu standar
akuntansi dan otoritas regulator juga diuntungkan dengan lebih
sedikitnya kemungkinan datangnya kritik karena terjadinya perusahaan
yang melakukan overstate.”

2.1.3 Teori Sinyal (Signalin Theory)


Signalin theory menurut Brigham dan Hosuton (2014:186)
“Merupakan suatu tindakan yang diambil manajemen suatu perusahaan
untuk memberikan petunjuk kepada investor tentang bagaimana manajemen
menilai prospek perusahaan. Signalin theory menjelaskan alasan perusahaan
tentang pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap
keputusan investasi pihak diluar perusahaan”

Menurut Brigham dan Hosuton (2014:184), “Signaling theory merupakan


suatu prilaku manejemen perusahaan dalam memberi petunjuk untuk investor
terkait padangan manajemen pada prosprk perusahaan untuk masa mendatang.”
16

Teori ini menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk


memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal.
Menurut Najmudin (2011:308) ”Signalling theory yakni suatu tindakan
yang diambil oleh manajemen perusahaan akan memberikan petunjuk bagi para
investor bagaimana mereka harus menilai prospek perusahaan.” Dorongan
perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat asimetri informasi antara
perusahaan dan pihak luar karena perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai
perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar. Kurangnya
informasi bagi pihak luar mengenai perusahaan menyebabkan mereka melindungi
diri dengan memberikan harga yang rendah untuk perusahaan. Perusahaan dapat
meningkatkan nilai perusahaan dengan mengurangi asimetri informasi.
Dalam teori sinyal dijelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh
manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Manajer memberikan informasi
melalui laporan keuangan bahwa mereka menerapkan kebijakan akuntansi
konservatisme untuk menghasilkan laba lebih berkualitas karena prinsip ini
mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan
membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang
tidak overstate.
Informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan
memberikan sinyal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika
pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan
bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Pada waktu
informasi di umumkan dan semua pelaku pasar suadah menerima informasi
tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan menganalisis
informasi tersebut sebagai signal baik (good news) atau signal buruk (bad news)
(Jogiyanto, 2010:392)
Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan
pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Salah
satu jenis informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dapat menjadi signal
bagi pihak investoe adalah laporan tahunan. Informasi yang diungkapkan dalam
17

laporan tahunan dapat berupa informasi mengenai laporan keuangan dan


informasi non-akuntansi yaitu informasi yang tidak berkaitan dengan laporan
keuangan salah satunya yaitu informasi mengenai corporate governance yang
diungkapkan perusahaan (Jogiyanto, 2010:392)
Adapun pengertian asimetri informasi menurut Modigliani dalam Brigham
yang dialihbahasakan oleh Ali Akbar Yulianto (2011:185), ”informasi asimetris
(asymmetric information) adalah situasi dimana manajer memiliki informasi yang
berbeda (lebih baik) tentang prospek perusahaan dibandingkan dengan yang
dimiliki oleh investor.”

Menurut Rahmawati (2012:3), “asimetri informasi terbagi menjadi dua tipe,


di antaranya adalah:
1. Adverse selection
adalah jenis asimetri informasi dimana satu pihak atau lebih yang
melangsungkan/akan melangsungkan suatu transaksi usaha atau
transaksi usaha potensial, memiliki informasi lebih atas pihak-pihak
lain. Adverse selection terjadi karena beberapa orang seperti para
manajer perusahaan dan para pihak dalam (insider) lainnya, lebih
mengetahui kondisi kini dan prospek ke depan suatu perusahaan
daripada para investor luar.
2. Moral hazard
adalah jenis asimetri informasi dimana satu pihak atau lebih yang
melangsungkan atau akan melangsungkan suatu transaksi usaha atau
transaksi usaha potensial, dapat mengamati tindakan-tindakan mereka
dalam penyelesaian transaksi-transaksi mereka sedangkan pihak-pihak
lainnya tidak. Moral hazard terjadi karena adanya pemisahan
kepemilikan dengan pengendalian yang merupakan karakteristik dari
kebanyakan perusahaan.

Asimetri informasi merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya


kecurangan laporan keuangan. Ketika manajer sebagai pengelola perusahaan,
memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan pihak luar, maka ia
sangat berpotensi untuk melakukan kecurangan dengan melakukan manipulasi
laporan keuangan. Manipulasi yang paling sering dilakukan adalah mengakui laba
Teori Signalling berakar pada teori akuntansi pragmatik. Menurut
Suwarjono (2012:32), ”Teori akuntansi pragmatik yang memusatkan perhatiannya
kepada pengaruh informasi terhadap perubahan perilaku pemakai laporan.”
Salah satu informasi yang dapat dijadikan sinyal adalah pengumuman yang
dilakukan oleh suatu emiten. Pengumuman ini nantinya dapat mempengaruhi naik
18

turunnya harga sekuritas perusahaan emiten yang melakukan pengumuman. secara


optimis. Hal ini dapat saja terjadi, karena laba perusahaan merupakan cerminan
dari kinerja perusahaan.
Adanya kesempatan untuk memilih beberapa metode akuntansi membuka
peluang bagi manajer untuk melakukan manipulasi laporan keuangan. Oleh
karena itu, salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencegah manipulasi
laporan keuangan adalah dengan memilih akuntansi konservatif . Akuntansi
konservatif dapat membantu perusahaan untuk mengurangi asimetri informasi,
yaitu dengan cara memberikan batasan kepada manajemen dalam menggunakam
informasi yang mereka miliki.
Berdasarkan pembahasan dan uraian mengeai teori sinyal, maka keterkaitan
dengan konservatisme dan ukuran perusahaan adalah sebagai berikut:
Keterkaitan teori sinyal dengan konservatisme akuntansi menurut Brigham
dan Hosuton (2014:444)
“teori sinyal adalah teori yang menyatakan bahwa investor menganggap
perubahan deviden sebagai sinyal dari perkiraan pendapatan manajemen, hal
ini berarti bagaimana seharusnya sinyal-sinyal (informasi) keberhasilan dan
kegagalan manajemen disampaikan kepada pemilik dan investor melalui
laporan keuangan perusahaan. Manajer memberikan informasi mengenai
laporan keuangan bahwa mereka menerapkan kebijakan konservatisme
akuntansi yang menghasilkan laba yang berkualitas kebijakan akuntansi
tersebut merupakan prinsip yang mencegah perusahaan melakukan tindakan
membesar-besarkan laba dan membatu pengguna laporan keuangan dengan
menyajikan laba dan akitiva yang tidak oversate.”

Keterkaitan antara signaling theory dengan ukuran perusahaan merupakan


ukuran besar kecilnya sebuah perusahaan yang ditunjukan atau dinilai oleh total
asset, total penjualan, jumlah laba, beban pajak dan lain-lain (Brigham dan
Hosuton 2014:4).

2.1.4 Konservatisme Akuntansi


2.1.4.1 Pengertian Konservatisme Akuntansi
Menurut Suwardjono (2014:245).
“Konservatisme akuntansi adalah Sikap atau aliran dalam menghadapi
ketidakpastian untuk mengambil tindakan atau keputusan atas dasar
munculan (outcome) yang terjelek dari ketidak pastian tersebut. Sikap
19

konservatif juga mengandung makna sikap berhati-hati dalam menghadapi


resiko dengan cara bersedia mengorbankan sesuatu untuk mengurangi atau
menghilangkan resiko.”

Kieso, Weygan dan Wartfield (2011:50) menyatakan bahwa:


“Konservatisme berarti jika terdapat keraguan maka lebih baik memilih solusi
yang sangat kecil kemungkinannya akan menghasilkan pendapatan yang terlalu
tinggi bagi aset dan laba.”
Sedangkan menurut Savitri (2016:20)
“konservatisme akuntansi adalah prinsip kehati-hatian dalam
menyajikanlaporan keuangan dimana perusahaan tidak perlu terburu-buru
dalam mengakui dan mengukur aktiva serta laba dan segera mengakui
beban dan hutang yang mungkin akan terjadi”

Berdasarkan beberapa pendapat peneliti menyimpulkan bahwa


konservastime akuntansi adalah prinsip kehati-hatian dalam pelaporan keuangan
yang dilakukan oleh suatu perusahaan yang berdampak terhadap laba dalam
periode kini yang dapat mengarahkan pada overstatement terhadap laba pada
periode selanjutnya.
Keterkaitan teori keagenan dengan pemilihan penggunaan metode
konservatisme oleh perusahaan, karena manajer memilih metode konservatisme
tidak terlepas dari keinginan untuk mengoptimalkan kinerjanya dalam perusahaan,
hal ini akan menciptakan cadangan yang tidak tercatat sehingga memungkinkan
manajemen lebih leluasa melaporkan angka laba di masa mendatang (Savitri
2016:33-35).
Keterkaitan teori sinyal dengan konservatisme akuntansi menurut Brigham
dan Hosuton (2014:444) “teori sinyal adalah teori yang menyatakan bahwa
investor menganggap perubahan deviden sebagai sinyal dari perkiraan pendapatan
manajemen, hal ini berarti bagaimana seharusnya sinyal-sinyal (informasi)
keberhasilan dan kegagalan manajemen disampaikan kepada pemilik dan investor
melalui laporan keuangan perusahaan. Manajer memberikan informasi mengenai
laporan keuangan bahwa mereka menerapkan kebijakan konservatisme akuntansi
yang menghasilkan laba yang berkualitas kebijakan akuntansi tersebut merupakan
prinsip yang mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan laba
dan membatu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan akitiva
yang tidak oversate.”
20

2.1.4.2 Jenis-jenis Konservatisme Akuntansi


Menurut Subramanyam (2010:92), konservatisme dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu :
1. Konservatisme Tak Bersyarat (Unconditional Conservatism),
yaitu bentuk akuntansi konservatisme yang di aplikasikan secara
konsisten dalam dewan direksi. Hal ini mengarah kepada nilai aset yang
lebih rendah secara prepetual. Contoh dari konservatisme tak bersyarat
adalah akuntansi untuk penelitian dan pengembangan (R&D). Beban
R&D dihapuskan ketika sudah terjadi, meskipun ia mempunyai potensi
ekonomis. Oleh karena itu, aset bersih dari perusahaan yang melakukan
R&D secara insentif akan selalu lebih rendah (understated).
2. Konservatisme Bersyarat (Conditional Conservatism),
yaitu mengacu kepada pepatah lama “semua kerugian diakui
secepatnya, tetapi keuntungan hanya diakui saat benar-benar terjadi”.
Contoh konservatisme bersayarat adalah menurunkan nilai aset seperti
PP&E atau goodwill apabila nilainya mengalami penurunan secara
ekonomis, yaitu pengurangan potensi arus kasnya meningkat
dikemudian hari, maka kita tidak dapat serta merta menaikkan nilainya
karena laporan keuangan hanya mencerminkan kenaikan potensi arus
kas selama periode secara perlahan, dan hal itu dilakukan apabila arus
kas benar-benar terjadi”.

Dari kedua macam akuntansi konservatisme, jenis konservatisme tak


bersyaratlah yang lebih berharga bagi analis, terutama analis kredit karena ia
mengkomunikasikan informasi tepat pada waktunya mengenai perubahan yang
merugikan dalam situasi ekonomi perusahaan yang mendasarinya.
2.1.4.3 Manfaat Konservatisme Akuntansi
Menurut Savitri (2016:22)
“Konservatisme kuntansi yang bermanfaat yaitu apabila laba konservatif,
yang disusun menggunakan prinsip akuntansi yang konservatif
mencerminkan laba minimal yang dapat diperoleh perusahaan sehingga laba
yang disusun dengan metode yang konservatif tidak merupakan laba yang
dibesar-besarkan nilainya, dan dapat dianggap sebagai laba yang
berkualitas.”

Konservatisme akuntansi juga bermanfaat untuk menghindari perilaku


oportunistik manajer berkaitan dengan kontrak- kontrak yang menggunakan
laporan keuangan sebagai media kontrak yang efisien dengan berbagai pihak yang
berkepentingan dengan perusahaan.
21

2.1.4.4 Konservatisme Akuntansi dalam PSAK


Savitri (2016:5) menyatakan bahwa:
“PSAK merupakan standar pencatatan akuntansi di Indonesia. Salah satu
pemicu timbulnya penerapan prinsip konservatisme akuntansi ialah PSAK.
Pengakuan prinsip konservatisme di dalam PSAK tercermin dengan
terdapatnya berbagai pilihan metode pencatatan di dalam sebuah kondisi
yang sama. Hal tersebut akan mengakibatkan angka-angka yang berbeda
dalam laporan keuangan yang pada akhirnya akan menyebabkan laba yang
cenderung konservatif. Beberapa pilihan metode pencatatan di dalam PSAK
yang dapat menimbulkan laporan keuangan konservatif diantaranya adalah :
a. PSAK No. 14 tentang persediaan yang menyatakan bahwa perusahaan
dapat mencatat biaya persediaan dengan menggunakan salah satu metode
yaitu FIFO (first in first out) atau masuk pertama keluar pertama dan
metode rata-rata tertimbang.
b. PSAK No. 16 tentang aktiva tetap dan aktiva lain-lain yang mengatur
estimasi masa manfaat suatu aktiva tetap. Estimasi masa manfaat suatu
aktiva didasarkan pada pertimbangan manajemen yang berasal dari
pengalaman perusahaan saat menggunakan aktiva yang serupa. Estimasi
masa manfaat tsbharuslah diteliti kembali secara periodik dan jika
manajemen menemukan bahwa masa manfaat suatu aktiva berbeda dari
estimasi sebelumnya maka harus dilakukan penyesuaian atas beban
penyusutan saat ini dan dimasa yang akan datang. Standar ini
memungkinkan perusahaan untuk mengubah masa manfaat aktiva yang
digunakan dan dapat mendorong timbulnya laba yang konservatif.
c. PSAK No. 19 tentang aset tidak berwujud yang berkaitan dengan metode
amortisasi. Dijelaskan bahwa terdapat beberapa metode amortisasi untuk
mengalokasikan jumlah penyusutan suatu aset atas dasar yang sistematis
sepanjang masa manfaatnya.
d. PSAK No. 20 tentang biaya riset dan pengembangan yang menyebutkan
bahwa alokasi biaya riset dan pengembangan ditentukan dengan melihat
hubungan antara biaya dan manfaat ekonomis yang diharapkan
perusahaanakan diperoleh dari kegiatan riset dan pengembangan. Apabila
besar kemungkinan biaya tersebut akan meningkatkan manfaat ekonomis
di masa yang akan datang dan biaya tersebut dapat diukur secara handal,
maka biaya-biaya tersebut memenuhi syarat untuk diakui sebagai aktiva.”

2.1.4.5 Pengukuran Konservatisme Akuntansi


Alasan menggunakan model akrual adalah karena penelitian ini lebih
memfokuskan pembahasan konservatisme dalam kaitannya dengan laba rugi,
bukan mengenai reaksi pasar, sehingga model akrual tepat digunakan.
Konservatisme akuntansi diukur dengan akrual total dikurangi arus kas aktivitas
operasi. Adapun rumusnya yaitu:
22

CONACCit = (NI + Dep)it - CFOit


Keterangan:
CONNACit = Tingkat Konservatisme Akuntansi
(NI + Dep)it = Net income sebelum extra-ordinary items, ditambah depresiasi
dan amortisasi
CFOit = Cash flow dari kegiatan operasi

2.1.5 Leverage
2.1.5.1 Pengertian Leverage
Menurut Fahmi (2014:127) pengertian rasio leverage
“Rasio leverage adalah mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai
dengan utang. Penggunaan utang yang terlalu tinggi menyebabkan
perusahaan akan masuk ke dalam kategori extreme leverage yaitu
perusahaan terjebak dalam tingkat utang yang tinggi dan sulit untuk
melepaskan beban utang tersebut. Oleh karena itu perusahaan sebaiknya
harus menyeimbangkan berapa utang yang layak di ambil dan dari mana
sumber yang dapat di pakai untuk membayar hutang.”

Menurut Hery (2017:295), “Rasio leverage merupakan rasio yang


digunakan untuk mengukur sejauh mana aset perusahaan dibiayai dengan utang.”
Sedangkan menurut Kasmir (2014:112), “Pengertian leverage menunjukkan
sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang.”
Leverage dalam pengertian bisnis mengacu pada penggunaan asset dan
sumber dan sumber dana (sources of funds) oleh perusahaan dimana dalam
penggunaan asset atau dana tersebut perusahaan harus mengeluarkan biaya tetap
atau beban tetap (Agus Harjito dan Martono 2011:315).
Menurut Jogiyanto (2013:282), “Leverage didefinisikan sebagai nilai buku
total utang jangka panjang dibagi dengan total aktiva”
Perusahaan yang telah go public tentunya tidak akan lepas dari hutang yang
dapat digunakan untuk memperluas usahanya secara ektensifikasi maupun
intesifikasi. Utang yang digunakan untuk memperbesar ukuran perusahaan dapat
diperboleh dari kreditor seperti hak atau lembaga pemberi pinjaman lainnya.
Leverage merupakan hal yang cukup penting dalam penentu struktur modal
perusahaan.
23

Menurut Sudana (2015:208), “Leverage timbul karena perusahaan dibelanja


dengan dana yang menimbulkan beban tetap, yaitu berupa utang dengan beban
tetapnya berupa bunga.”
Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa leverage
adalah penggunaan aset oleh perusahaan yang meiliki biaya tetap dengan tujuan
untuk meningkatkan laba atau keuntungan dan leverage adalah mengukur
seberapa besar aktiva/modal perusahaan dibiayai dengan utang.
Keterkaitan teori keagenan dengan leverage mengukur seberapa besar
perusahaan dibiayai dengan utang. Penggunaan utang yang terlalu tinggi
menyebabkan perusahaan akan masuk ke dalam kategori extreme leverage yaitu
perusahaan terjebak dalam tingkat utang yang tinggi dan sulit untuk melepaskan
beban utang tersebut. Oleh karena itu perusahaan sebaiknya harus
menyeimbangkan berapa utang yang layak di ambil dan dari mana sumber yang
dapat di pakai untuk membayar hutan. (Fahmi,2014: 127)
2.1.5.2 Jenis Leverage
Menurut Sudana (2015:208), ”Leverage terbagi menjadi dua antara lain:
1. Financial structure, menunjukan bagaimana perusahaan membelanjai
asetnya. Financial structure tampak pada neraca sebelah kredit, yang
terdiri atas utang lancer, utang jangka panjang, dan modal.
2. Capital structure merupakan bagian dari struktur keuangan yang hanya
menyangkut pembelanjaan yang sifatnya permanen atau jangka
panjang. Struktur modal ditunjukkan oleh komposisi: utang jangka
panjang, jangka panjang, saham istimewa, saham biasa, dan laba
ditahan.”

Menurut Kasmir (2014:156) ada lima rasio leverage yang bisa digunakan
oleh perusahaan yakni sebagai berikut:
1. Debt to Asset Ratio (Debt Ratio) Debt ratio merupakan rasio utang
yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang
dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan
dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh
terhadap pengelolaan aktiva.
2. Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai
utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan
antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas.
Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan
peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain,
rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang
dijadikan untuk jaminan utang.
24

3. Long Term Debt to Equity Ratio (LTDtER) merupakan rasio antara


utang jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk
mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang
dijadikan jaminan utang jangka panjang dengan cara membandingkan
antara utang jangka panjang dengan modal sendiri yang disediakan oleh
perusahaan.
4. Times Interest Earned yang sering disebut sebagai coverage ratio
merupakan rasio untuk mencari jumlah kali perolehan bunga. Rasio ini
diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk membayar biaya
bunga.
5. Fixed Charge Coverage (FCC) atau lingkup biaya tetap merupakan
rasio yang menyerupai Times Interest Earned Ratio. Hanya saja
perbedaannya adalah rasio ini dilakukan apabila perusahaan
memperoleh utang jangka panjang atau menyewa aktiva berdasarkan
kontrak sewa (lease contract). Biaya tetap merupakan biaya bunga
ditambah kewajiban sewa tahunan atau jangka panjang.

2.1.5.3 Tujuan dan Manfaat Rasio Leverage


Menurut Kasmir (2014:153) berikut adalah “beberapa tujuan perusahaan
dengan menggunakan rasio leverage yaitu :
1. Untuk mengetahui posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak
lainnya (kreditor).
2. Untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
yang bersifat tetap (seperti angsuran pinjaman termasuk bunga).
3. Untuk menilai keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap
dengan modal.
4. Untuk menilai seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang.
5. Untuk menilai seberapa besar pengaruh utang perusahaan terhadap
pengelolaan aktiva
6. Untuk menilai dan mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal
sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang.
7. Untuk menilai berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih, terdapat
sekian kalinya modal sendiri yang dimiliki.”

Menurut Kasmir(2014:153) “manfaat rasio leverage adalah


1. Untuk menganalisis kemampuan posisi perusahaan terhadap kewajiban
kepada pihak lainnya.
2. Untuk menganalisis kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban yang
bersifat tetap (seperti angsuran pinjaman termasuk bunga).
3. Untuk menganalisis keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva
tetap dengan modal.
4. Untuk menganalisis seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh
utang.
5. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh utang perusahaan
terhadap pengelolaan aktiva.
25

6. Untuk menganalisis dan mengukur berapa bagian dari setiap rupiah


modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang.
7. Untuk menganalisis berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih
ada terdapat sekian kalinya modal sendiri.”

Intinya adalah dengan analisis rasio leverage, perusahaan akan mengetahui


beberapa hal berkaitan dengan penggunaan modal sendiri dan modal pinjaman
serta mengetahui rasio kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya.
Setelah diketahui, manajer keuangan dapat mengambil kebijakan yang dianggap
perlu guna menyeimbangkan penggunaan modal. Akhirnya, dengan rasio ini
kinerja manajemen selama ini akan terlihat apakah sesuai tujuan perusahaan atau
tidak (Kasmir 2014:155).
2.1.5.4 Pengukuran Leverage
Dalam penelitian ini leverage dihitung dengan menggunakan Debt To Assets
Ratio (Debt Ratio). Dimana Debt Ratio menunjukkan perbandingan antara total
utang dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan
dibiayai oleh utang (Kasmir, 2014:156). Dipilihnya Debt ratio sebagai indikator
leverage karena untuk menghindari pelanggaran perjanjian utang ketika
mengalami default, dapat dilihat melalui kemampuan perusahaan tersebut untuk
melunasi utangnya dengan jaminan menggunakan aset yang dimiliki. Kasmir,
(2014:156) .
Debt ratio dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Debt to assets ratio =

2.1.6 Profitabilitas
2.1.6.1 Pengertian Profitabilitas
Menurut Agus (2010:122) “Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan
memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun
modal sendiri.”
26

Menurut Hanafi (2012:159) “Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan


menghasilkan laba dengan menggunakan total aset (kekayaan) yang dipunyai
perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk mendanai aset tersebut.”
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam mencari keuntungan (Kasmir 2014:114), Sedangkan menurut Sartono
(2010:122), “Rasio profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba
dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.”
Munawir (2010:70) mengungkapkan, “Rasio profitabilitas yaitu rasio yang
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mencetak laba. Untuk para
pemegang saham, rasio ini menunjukkan tingkat penghasilan mereka dalam
berinvestasi.”
Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa
profitabilitas adalah analisis kemampuan memperoleh laba dengan suatu ukuran
dalam persentase yang digunakan untuk menilai sejauh mana perusahaan mampu
menghasilkan laba pada tingkat yang dapat diterima.
Menurut Savitri (2016:41-43) keterkaitan teori keagenan dengan
profitabilitas adalah pengambilan keputusan setidaknya menggunakan laporan
keuangan yang understated lebih menguntungkan dibandingkan menggunakan
laporan keuangan yang di laporkan secara overstatement mengurangi resiko
kerugian yang lebih besar, dimana bagi perusahan yang mampu mengasilkan
profit maka pengakuan yang asimetris antara gains dan losses (menunda
pengakuan pendapatan dan mempercepat pengakuan beban) akan mengurangi
present value dari pajak (menunda pembayaran pajak) dan meningkatkan nilai
perusahaan. Penentu standar akuntansi dan otoritas regulator juga diuntungkan
dengan lebih sedikitnya kemungkinan datangnya kritik karena terjadinya
perusahaan yang melakukan overstate.
2.1.6.2 Tujuan Rasio Profitabilitas
Menurut Kasmir (2015:197) “Tujuan dari penggunaan rasio profitabilitas
bagi perusahaan, maupun bagi pihak luar perusahaan
1. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan
dalam satu periode tertentu.
2. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun
sekarang.
27

3. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.


4. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal
sendiri.
5. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang
digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.
6. .Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang
digunakan baik modal sendiri.”

2.1.6.3 Jenis-jenis Profitabilitas


Sartono (2012:113) dalam bukunya mengungkapkan “jenis-jenis
profitabilitas, sebagai berikut:
1. Gross Profit Margin digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan menghasilkan laba melalui persentase laba kotor dari
penjualan perusahaan.
2. Net Profit Margin digunakan untuk mengetahui laba bersih dari
penjualan setelah dikurangi pajak.
3. Profit Margin digunakan untuk menghitung laba sebelum pajak dibagi
total penjualan.
4. Return On Investment atau Return On Assets menunjukkan
kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang
dipergunakan.
5. Return On Equity mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba
yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan.”

Menurut Kasmir (2012:199) Jenis-jenis rasio profitabilitas dapat digunakan


untuk menganalisa dan menginterpretasikan data keuangan sebagai berikut:
1. Profit Margin (Profit Margin On Sales)
Profit margin on salesmerupakan salah satu rasio yang digunakan
untuk mengukur margin laba atas penjualan. Cara mengukur rasio ini
adalah dengan membandingkan laba bersih setelah pajak dengan
penjialan bersih.
2. Hasil Pembagian Investasi (Return On Investment)
Hasil pembagian investasi merupakan rasio yang menunjukan hasil
atas aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan
suatu ukuran tentang efektifitas manajemen dalam mengelola
investasinya.
3. Laba Per Lembar Saham (Earning per Share of Common Stock)
Laba per lembar saham merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan
manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham.”

Dalam hal ini peneliti menggunakan Return On Asset. Semakin tinggi nilai
ROA mrnunjukkan kinerja perusahaan semakin baik pula, karena tingkat
pengembalian investasi semakin besar.
28

Menurut Kasmir (2014:201) “Return On Asset merupakan rasio yang


menunjukan hasil atas jumlah aktiva yang di gunakan perusahaan.” Return On
Assets yaitu, mengukur keefektifan secara keseluruhan dari manajemen dalam
menghasilkan laba dengan menggunakan aset yang ada (Gitman dan Zutter
2015:130)
Alasan menggunakan pengukuran ini karena ROA merupakan pengukuran
yang komprehensif dimana seluruhnya mempengaruhi laporan keuangan yang
tercermin dari rasio ini.
2.1.6.4 Pengukuran Return On Asset
Menurut Kasmir (2014:202), Return On Assets (ROA) ini dihitung dengan
cara sebaggai berikut :

Laba bersih setelah pajak


ROA =
Totgal assets

2.1.7 Ukuran Perusahaan


2.1.7.1 Pengertian Ukuran perusahaan
Menurut Halim (2015:93)
“Ukuran perusahaan adalah nilai yang menunjukkan besar kecilnya
perusahaan.Besar kecilnya ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan
total penjualan, total aset, dan kapitalisasi pasar. Semakin tinggi ukuran
suatu perusahaan, maka kecenderungan untuk mnggunakan modal asing
semakin besar.”

Menurut Jogiyanto (2013:282) menyatakan “Ukuran perusahaan adalah


suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut
berbagai cara (total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain).” Ukuran
perusahaan adalah faktor utama untuk menentukan profitabilitas dari suatu
perusahaan dengan konsep yang bisa dikenal dengan skala ekonomi (Niresh
2014:57).
Dari berbagai penjelasan diatas, maka dapat dipahami oleh penulis bahwa
ukuran perusahaan merupakan nilai penjualan bersih suatu perusahaan pada suatu
tahun tertentu. Keterkaitan antara signaling theory dengan ukuran perusahaan
merupakan ukuran besar kecilnya sebuah perusahaan yang ditunjukan atau dinilai
29

oleh total asset, total penjualan, jumlah laba, beban pajak dan lain-lain (Brigham
dan Hosuton 2014:4).
2.1.7.2 Pengukuran Ukuran Perusahaan
Perhitungan ukuran perusahaan menurut Niresh (2014:57) diukur dengan
menggunakan dua rumus yaitu:
1. Ukuran perusahaan =Ln Total asset
Aset adalah sumber kekayaan atau sumber daya yang dimiliki oleh
suatu perusahaan
2. Ukuran perusahaan =Ln Total penjualan
Penjualan adalah suatu fungsi pemasaran yang sangat penting bagi
perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan yaitu mendapatkan laba
untuk menjaga kelangsungan perusahaan.

Menurut Kurniasih (2012:148) diukur dengan menggunakan rumus:


Ukuran Perusahaan = Ln Total Asset
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa aset dan
penjualan sangat penting bagi perusahaan.

2.2 Kerangka Pemikiran


Kerangka pemikiran merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah di identifikasi sebagai masalah
yang penting (Sugiyono, 2013:88).
Dalam penelitian ini hubungan antar variabel baik hanya terpokus pada
hubungan atau pengaruh leverage (X1), profitabilitas (X2), ukuran perusahaan
(X3) terhadap konservatisme akuntansi (Y) baik secara varsial maupun simultan .
2.2.1 Hubungan leverage terhadap konservatisme akuntansi
Hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain
yang belum terpenuhi,di mana hutang ini merupakan sumber dana atau modal
perusahaan yang berasal dari kreditur (Munawir,2010:18). Tingkat hutang dapat
diidentifikasi menggunakan rasio leverage. Rasio leverage merupakanrasio yang
mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh kewajiban atau pihak luar
dengankemampuan perusahaan yang digambarkan oleh ekuitas. Setiap
penggunaan utang oleh perusahaan akanberpengaruh terhadap rasio dan
30

pengembalian. Rasio ini dapat digunakan untuk melihat seberapa risiko keuangan
perusahaan (Harahap, 2015:306).
Leverage yang tinggi akan membuat perusahaan lebih berhati-hati, karena
leverage yang tinggimenjadi ancaman bagi kelangsungan hidup perusahaan. Pada
perusahaan yang memiliki leverage yanglebih tinggi, kreditor mempunyai hak
lebih besar untuk mengetahui dan mengawasi penyelenggaraanoperasi dan
akuntansi perusahaan, manajer mengalami kesulitan untuk menyembunyikan
informasi darikreditor. Kreditor berkepentingan terhadap distribusi aset bersih dan
laba yang lebih rendah kepadamanajer dan pemegang saham sehingga kreditor
cenderung meminta manajer untuk menyelenggarakanakuntansi konservatif.
Perusahaan akan lebih berhati-hati karena dengan leverage yang tinggi akan
menjadi ancaman bagi kelangsungan hidup perusahaan. Pemberian informasi
yang mengakui adanya laba yang rendah dapat membantu mengurangi adanya
konflik antara manajer dan pemegang saham, karena manajerberusaha
menyampaikan informasi secara jujur dengan penuh kehati-hatian. Hal ini
menunjukan bahwa adanya hubungan antara ukuran perusahaan terhadap
konservatisme akuntansi.
Pendapat diatas diperkuat dengan hasil penelitian Samuel (2015) yang
menunjukan leverage secara signifikan berpengaruh terhadap konservatisme
akuntansi. Hasil penelitian ini juga didukung dengan hasil penelitian yang
dilakuakan oleh Yuliarti (2017) yang menunjukan leverage berpengaruh terhadap
konservatisme akuntansi.
2.2.2 Hubungan profitabilitas terhadap konservatisme akuntansi
Rasio profitabilitas dapat digunakan sebagai bagian dari manajemen laba
yang dapat digunakan manajer untuk mengatur laba agar terlihat rata dan tidak
memiliki fluktuasi yang tinggi. dengan adanya pertumbuhan laba yang terus
meningkat dari tahun ke tahun dapat mengindikasikan semakin baik kinerja
perusahaan tersebut.
Menurut Savitri (2016:41-43) “keterkaitan teori keagenan dengan
profitabilitas adalah pengambilan keputusan setidaknya menggunakan
laporan keuangan yang understated lebih menguntungkan dibandingkan
menggunakan laporan keuangan yang di laporkan secara overstatement
31

mengurangi resiko kerugian yang lebih besar, dimana bagi perusahan yang
mampu mengasilkan profit maka pengakuan yang asimetris antara gains dan
losses (menunda pengakuan pendapatan dan mempercepat pengakuan
beban) akan mengurangi present value dari pajak (menunda pembayaran
pajak) dan meningkatkan nilai perusahaan. Penentu standar akuntansi dan
otoritas regulator juga diuntungkan dengan lebih sedikitnya kemungkinan
datangnya kritik karena terjadinya perusahaan yang melakukan overstate.”

Menurut Munawir (2014:33), “Rentabilitas atau profitability adalah


menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama
periode tertentu. Rentabilitas suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan
perusahaan dan kemampuan menggunakan aktivanya secara produktif,
dengan demikian rentabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan
memperbandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan
jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut. Hal ini menunjukan
bahwa adanya hubungan profitabilitas dengan konsevatisme akuntansi.”

Hasil penelitian Samuel 2015 menunjukkan profitabilitas secara signifikan


berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi. Hasil penelitian ini juga didukung
dengan hasil penelitian yang dilakuaka oleh Yuliarti (2017) yang menunjukan
profitabilitas berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi.
2.2.3 Hubungan ukuran perusahaan terhadap konservatisme akuntansi
Menurut Halim (2015:93) “Ukuran perusahaan adalah nilai yang
menunjukkan besar kecilnya perusahaan. Besar kecilnya ukuran perusahaan
diukur dengan menggunakan total penjualan, total aset, dan kapitalisasi
pasar. Semakin tinggi ukuran suatu perusahaan, maka kecenderungan untuk
mnggunakan modal asing semakin besar.”

Ukuran perusahaan merupakan ukuran besar kecilnya sebuah perusahaan


yang ditunjukan atau dinilai oleh total asset, total penjualan, jumlah laba, beban
pajak dan lain-lain (Brigham & Houston 2010:4). Hal ini menunjukan bahwa
adanya hubungan antara ukuran perusahaan terhadap konservatisme akuntansi.
Hasil penelitian Samuel 2015 menunjukkan ukuran perusahaan secara
signifikan berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi. Hasil penelitian ini
juga didukung dengan hasil penelitian yang dilakuaka oleh Yuliarti (2017) yang
menunjukan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi.
32

2.2.4 Hubungan Leverage, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan terhadap


Konservatisme Akuntansi
Konservatisme akuntansi adalah Sikap atau aliran dalam menghadapi
ketidakpastian untuk mengambil tindakan atau keputusan atas dasar munculan
(outcome) yang terjelek dari ketidak pastian tersebut. Sikap konservatif juga
mengandung makna sikap berhati-hati dalam menghadapi resiko dengan cara
bersedia mengorbankan sesuatu untuk mengurangi atau menghilangkan resiko
Suwardjono (2014:245).
Pada penelitian ini terfokus pada pengaruh leverage, profitabilitas dan
ukuran perusahaan terhadap konservatisme akuntansi, beberapa peneltian
mnunjukkan bahwa terdapat pengaruh leverage, profitabilitas dan ukuran
perusahaan terhadap konservatisme akuntansi, diantaranya penelitian yang
dilakukan oleh Utama (2018) yang menunjukkan bahwa leverage, ukuran
perusahaan, kepemilikan manajerial dan profitabilitas secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap konservatisme akuntansi. Hasil penelitian lain
yang dilakukan oleh Yuliarti (2017) juga menunjukkan hasil yaitu variabel
independen yang berupa leverage, ukuran perusahaan, kepemilikan manajerial,
ukuran dewan komisaris, dan profitabilitas secara simultan berpengaruh terhadap
variabel dependen yaitu konservatisme akuntansi
2.2.5 Tabel Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu


Nama Metode
Judul Variabel Hasil Persamaan Perbedaan
Peneliti Penelitian
Oktamegah faktor-faktor yang Regresi Debt bahwa debt covenant 1. variabel 1. Variabel independen
(2012) memengaruhi Linier Covenant, dan political cost konservatis-me yang diteliti.
penerapan Berganda Bonus Plan mempengaruhi akuntansi sebagai 2. Jumlah populasi dan
konservatisme dan Political konservatisme variabel dependen. sampel yang diteliti.
Cost sedangkan bonus 2. Analisa yang
plan tidak digunakan
mempengaruhi menggunakan
penerapan regresilinier
konservatisme sederhana dan
akuntansi. berganda .

33
Nama Metode
Judul Variabel Hasil Persamaan Perbedaan
Peneliti Penelitian
Septian tentang pengaruh Regresi kepemilikan struktur kepemilikan 1. Meneliti ukuran 1. Meneliti debt
(2014) kepemilikan Linier manajerial, dan ukuran perusahaan sebagai covenant, growth
manajerial, ukuran Berganda ukuran perusahaan variabel opportunity, dan
perusahaan, debt perusahaan, berpengaruh independen. kepemilikan
covenant, dan debt covenant, signifikan terhadap 2. Analisa yang manejerial
growth dan growth konservatisme digunakan perusahaan sebagai
opportunity, opportunity akuntansi menggunaka variabel independen.
terhadap sedangkan n 2. Jumlah populasi dan
konservatisme debtcovenant,dan regresilinier sampel yang diteliti.
akuntansi growth opportunity sederhana
tidak berpengaruh dan berganda.
signifikan terhadap 3. Meneliti
konservatisme konservatisme
akuntansi akuntansi sebagai
variabel dependen
.
Samuel (2015) pengaruh Regresi Linier IFRS, firm size, konvergensi IFRS, 1. Meneliti 1. Meneliti IFRS, Firm
konvergensi IFRS Berganda profitabilitas ukuran perusahaan, profitabilitas size sebagai variabel
dan ukuran dan leverage profitabilitas dan dan leverage independen.
perusahaan leverage secara sebagai variabel 2. Jumlah populasi dan
terhadap tingkat signifikan independen. sampel yang diteliti
konservatisme berpengaruh terhadap
akuntansi konservatisme

34
Nama Metode
Judul Variabel Hasil Persamaan Perbedaan
Peneliti Penelitian

2. Meneliti
konservatisme
akuntansi sebagai
variabel dependen.
3. Analisa data
yang digunakan
menggunakan
regresi linier
berganda.
Jayanti pengaruh Regresi positive debt covenant dan 1. meniliti 1. Meneliti positive
(2016) positive Linier accounting political cost tidak pengaruh accounting theory, dan
accounting Berganda theory, berpengaruh profitabilitas operating cash flow
theory, profitabilitas terhadap terhadap sebagai variabel
profitabilitas dan dan operating konservatisme konservatisme independen.
operating cash cash flow akuntansi. Bonus plan akuntansi. 2. Jumlah populasi dan
flow terhadap dan 2. analisa data sampel yang diteliti.
penerapan profitabilitas yang digunakan
konservatisme berpengaruh negatif menggunakan
flow terhadap terhadap regresi linier
penerapan konservatisme berganda.
konservatisme akuntansi,
sedangkan
operating cash flow

35
Nama Metode
Judul Variabel Hasil Persamaan Perbedaan
Peneliti Penelitian
berpengaruh positif
terhadap
konservatisme
akuntansi.

Susanto faktor-faktor yang Regresi Ukuran Bahwa ukuran 1. Meneliti 1. Meneliti intensitas
(2016) mempengaruhi Linier Perusahaan, perusahaan dan pengaruh modal, likuiditas
konservatisme Berganda leverage dan intensitas modal ukuran dan growth
akuntansi growth berpengaruh positif perusahaan dan opportunities
opportunities terhadap leverage sebagai variabel
konservatisme, terhadap independen.
sedangkan leverage, konservatisme 2. Jumlah populasi
likuiditas dan akuntansi. dan sampel yang
growth 2. analisa data diteliti.
opportunities tidak yang
berpengaruh positif digunakan
terhadap menggunakan
konservatisme. regresi linier
berganda.

36
37

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

TEORI AKUNTANSI
POSITIF

TEORI TEORI
KEAGENAN SINYAL

PROFITABILITAS UKURAN
LEVERAGE PERUSAHAAN

KONSERVATISME
AKUNTANSI

Gambar 2.2 Model penelitian

Leverage (X1)

Konservatisme Akuntansi
Profitabilitas (X2)
(Y)

Ukuran Perusahaan (X3)


38

2.3 Hipotesis
Sugiyono (2017:64) menyatakan bahwa, “Hipotesis merupakan jawaban
sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah
penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan. Dikatakan
sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang
relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh meslalui
pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban
teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang
empirik.”

Menurut Nazir (2014:151), “Hipotesis adalah pernyataan yang diterima


secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada saat
fenomena dikenal dan merupakan dasar kerja serta paduan dalam verifikasi.”
Dari definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis merupakan
jawaban atas dugaan sementara terhadap masalah penelitian berdasarkan fakta-
fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.
Berdasarkan teori dan latar belakang permasalahan penelitian yang telah
dikemukakan sebelumnya, maka dapat dibuat beberapa hipotesis sebagai berikut:
H1 : Terdapat pengaruh leverage terhadap konservatisme akuntansi di
perusahaan PT. Cun Cun Indonesia periode 2015-2019
H2 : Terdapat pengaruh profitabilitas terhadap konservatisme akuntansi di
perusahaan PT. Cun Cun Indonesia periode 2015-2019
H3 : Terdapat pengaruh ukuran perusahaan terhadap konservatisme akuntansi
di perusahaan PT. Cun Cun Indonesia periode 2015-2019
H4 : Terdapat pengaruh lerverage, profitabilitas, dan ukuran perusahaan
terhadap konservatisme akuntansi di perusahaan PT. Cun Cun Indonesia
periode 2015-2019 secara simultan.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Yang Digunakan


Dalam melakukan penelitian perlu adanya suatu metode, cara atau taktik
sebagai langkah-langkah yang harus ditempuh oleh peneliti dalam memecahkan
suatu permasalahan untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Sugiyono (2015:2)
menyatakan bahwa: “Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.”
Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah
metode penelitian kuantitatif dengan metode studi menggunakan pendekatan
deskriptif.
Menurut Sugiyono (2015:13) penelitian kuantitatif adalah sebagai berikut:
“Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi
atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian
analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis
yang telah ditetapkan.”

Menurut Sugiyono (2015:53) pendekatan deskriptif adalah sebagai berikut:


“Metode penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keberadaaan nilai variabel
mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat pertandingan,
atau menghubungkan dengan variabel lain.”
Sedangkan menurut Sugiyono (2015:6) pengertian metode verifikatif adalah
”Metode penelitian melalui pembuktian untuk menguji hipotesis hasil penelitian
deskriptif dengan perhitungan statistika sehingga didapat hasil pembuktian yang
menunjukkan hipotesis ditolak atau diterima.”
Metode deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan atau menguraikan
permasalahan yang berkaitan dengan pertanyaan terhadap variabel mandiri yaitu
mendeskripsikan Leverage, Ukuran perusahaan, Profitabilitas dan Profitabilitas
Konservatisme Akuntansi, sedangkan analisis verifikatif adalah analisis model

39
40

dan pembuktian yang berguna untuk mencari kebenaran dari hipotesis yang
diajukan. Penelitian verifikatif dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
Pengaruh Leverage, Profitabilitas, Ukuran perusahaan terhadap Konservatisme
Akuntansi.

3.2 Operasionalisasi Variabel


Operasionalisasi variabel dilakukan untuk menentukan jenis indikator serta
skala dari variable-variabel yang terkait dalam penelitian, sehingga pengujian
hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar sesuai dengan
judul penelitian.
Menurut Sugiyono (2018:55) “Variabel penelitian adalah suatu atribut atau
sifat atau nilai dari orang, objek, organisasi atau kegiatan yang mempunyai variasi
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik
kesimpulannya.”

Sesuai dengan judul penelitian yang sedang dilakukan penulis, maka


variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel Dependen
Menurut Sugiyono (2018:4) menyatakan bahwa: “Variabel terikat
merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena
adanya variabel bebas.” Dalam penelitian ini yang menjadi variabel
dependen adalah Konservatisme Akuntansi yang diukur dengan akrual
total dikurangi arus kas aktivitas operasi .
2. Variabel Independen
Menurut Sugiyono (2018:4) bahwa: “Variabel bebas adalah merupakan
variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya
atau timbulnya variable dependen (terikat).” Dalam penelitian ini, yang
menjadi variabel independen adalah leverage yang diukur dengan Debt
to Asset Ratio (DAR), Profitabilitas yang diukur dengan Reaturn On
Asset (ROA) ,dan Ukuran Perusahaan yang diukur dengan total asset.

40
41

Untuk memudahkan penulis dalam pengukuran variabel-variabel yang


akan diteliti dengan kerangka pemikiran yang telah diidentifikasi, maka yang
menjadi objek penelitian diuraikan ke dalam tabel berikut:

Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian (dari bab 2 applied theory)

Variabel Definisi Indikator Skala


Konservatisme akuntansi
adalah sikap atau aliran
dalam menghadapi
ketidakpastian untuk
mengambil tindakan atau
keputusan atas dasar
munculan(outcome) yang
terjelek dari ketidak
Konservatisme pastian tersebut. Sikap
Akuntansi konservatif
juga mengandung makna Rasio
CONACCit = (NI +
sikap berhati-hati dalam Dep)it - CFOit
menghadapi resiko
dengan cara bersedia
mengorbankan
sesuatu untuk
mengurangi
atau menghilangkan
resiko.
Suwarjono (2014:254)
Leverage Debt to Asset Ratio
merupakan rasio hutang
yang digunakan untuk
mengukur perbandingan
antara total hutang
dengan
total aktiva. Rasio ini Return On Asset
menunjukkan seberapa ROA = EAT / Total Rasio
besar aktiva perusahaan Aktiva
dibiayai oleh hutang atau
seberapa besar hutang
perusahaan berpengaruh
terhadap pengelolaan
aktiva.
Kasmir, (2014:156)

41
42

Variabel Definisi Indikator Skala


Return On Asset adalah
rasio yang menunjukan
hasil (return) atas jumlah
Profitabilitas aktiva Return On Asset
yang digunakan dalam ROA = EAT / Total Rasio
peusahaan. Aktiva
Kasmir (2016:201)
Ukuran perusahaan
adalah
suatu skala dimana dapat
diklasifikasikan besar
kecil perusahaan
menurut berbagai cara Ukuran Perusahaan Nominal
Ukuran (total aktiva, =Ln (Total Aset)
Perusahaan log size, nilai pasar
saham, dan lain-lain.
Jogiyanto (2013:282)

3.3 Jenis dan Sumber Data


3.3.1 Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Menurut Sugiyono
(2018:23):
“data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, atau data kuantitatif
yang diangkakan (scoring)”. Jadi data kuantitatif merupakan data yang
memiliki kecenderungan dapat dianalisis dengan cara atau teknik statistik.
Data tersebut dapat berupa angka atau skor dan biasanya diperoleh dengan
menggunakan alat pengumpul data yang jawabannya berupa rentang skor
atau pertanyaan yang diberi bobot.
3.3.2 Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, data
tersebut diperoleh dari PT. Cun Cun Indonesia berupa laporan keuangan
perusahaan. Menurut Sugiyono (2018:141) mendefinisikan “data sekunder adalah
sumber data yang diperoleh dengan cara membaca, mempelajari dan memahami
melalui media lain yang bersumber dari literatur, buku-buku, serta dokumen”.

42
43

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2018:401), “Teknik pengumpulan data merupakan


langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dalam
penelitian adalah mendapatkan data.” Teknik pengumpulan data dalam penelitian
ini meliputi:
1. Studi Kepustakaan (Library Research)
Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data dengan cara
mempelajari, meneliti, dan menelaah literatur-literatur berupa buku,
jurnal maupun surat kabar yang ada kaitannya dengan masalah yang akan
diteliti, sehingga diperoleh dasar-dasar teori yang diharapkan dapat
menunjang pengolahan data dalam penelitian. Dari literatur tersebut
dapat dikemukakan berbagai teori, hukum, dalil, prinsip, pendapat,
gagasan, dan lain-lain yang dapat diperoleh untuk menganalisis dan
memecahkan masalah yang di selidiki.
2. Studi Dokumentasi
Studi yang dilakukan dengan cara mengumpulkan, memahami dan
menganalisa dokumen-dokumen perusahaan, laporan keuangan yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti pada perusahaan-perusahaan
manufaktur subsektor pulp & paper yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
3. Penelitian Lainnya
Dalam perolehan data penelitian ini penulis mengambil data melalui
laporan keuangan PT.Cun Cun Indonesia.

3.5 Teknik Penarikan Sampel


Menurut Sugiyono (2018:61) ”Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakterikstik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.”
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh laporan keuangan PT.Cun Cun
Indonesia periode 2015-2019.

43
44

Selanjutnya menurut Sugiyono (2018:62) menyatakan bahwa: “Sampel


adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.”

Dalam penelitian ini sampel diambil dengan metode total sampling.


Menurut Sugiyono (2018:67) “total sampling adalah teknik penentuan sampel
dengan cara menjadikan semua anggota populasi sebagai sampel atau penelitian
populasi.
Adapun kriteria yang dijadikan dalam pemilihan sampel dalam penelitian ini
adalah semua laporan keuangan yang lengkap dan memuat tentang leverage,
Profitabilitas, Ukuran perusahaan dan Konservatisme Akuntansi

3.6 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis


3.6.1 Teknik Analisa Data
Setelah melalukan pengumpulan data, tahap selanjutnya yaitu memproses
data dan menganalisis data yang telah dikumpulkan guna untuk menafsirkan data
yang telah diperoleh.
Menurut Sugiyono (2018:323) : “Analisis data merupakan kegiatan setelah
data dari seluruh responden terkumpul atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan
dalam analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel,
mentabulasi data berdasarkan variabel, menyajikan data tiap variabel yang diteliti,
melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan melakukan
perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.”

Penelitian ini menggunakan teknik analisis statistik deskriptif, data yang


digunakan harus mempunyai nilai akurat dan tepat sehingga berhubungan dengan
judul yang sedang diteliti.
3.6.1.1 Analisis Deskriptif
Menurut Sugiyono (2018:147), “Analisis deskriptif merupakan analisis yang
digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud
membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum maupun generalisasi.”

Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk mendeskripsikan


variabel-variabel penelitian yaitu Leverage, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan,
dan Konservatisme Akuntansi.

44
45

Gambaran mengenai masing-masing variabel diperoleh dengan melihat hasil


minimum, maksimum, dan rata-rata (mean) dari setiap variabel yang dihitung dan
selanjutnya dituangkan dalam bentuk tabel dan grafik.
3.6.1.2 Analisis Verifikatif
Menurut Sugiyono (2018:158) “Metode penelitian kuantitatif dapat
diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme,
digunakan untuk meneliti pada populasi atau sempel tertentu, pengumpulan data
menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik,
dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.”

Teknik analisis data yang di pergunakan untuk mengetahui hubungan kausal


dalam penelitian ini yaitu teknik analisis regresi ganda. Analisis ini digunakan
untuk menentukan seberapa kuatnya pengaruh variabel bebas yaitu Pengaruh
Leverage, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan terhadap Konservatisme
Akuntansi.
3.6.1.3 Uji Asumsi Klasik
Penggunaan uji asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui dan menguji
kelayakan atas model regresi yang digunakan pada penelitian ini. Tujuan lainnya
untuk memastikan bahwa dalam model regresi yang digunakan mempunyai data
yang terdistribusikan secara normal, bebas dari autokorelasi, multikolinieritas
serta heterokedistisitas.
Menurut Imam Ghozali (2012:103) “Uji asumsi klasik terdiri dari 4
pengujian, yaitu Uji Normalitas, Uji Multikolonieritas, Uji Heteroskedastisitas,
dan Uji Autokorelasi.”
1. Uji normalitas
Menurut Ghozali (2016:109), “Uji normalitas adalah pengujian tentang
kenormalan distribusi data. Uji ini bertujuan untuk menguji apakah
dalam model sebuah regresi variabel dependen dari independen atau
keduanya terdistribusi secara normal”.

Hal tersebut penting, karena bila data setiap variabel tidak normal,
maka pengujian hipotesis tidak bisa menggunakan statistik parametrik.
Terdapat dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi
normal atau tidak normal adalah sebagai berikut:

45
46

1. Analisis Grafik
Menurut Ghozali (2013:112) “dasar pengambilan keputusan uji
grafik normal probability plot adalah sebagai berikut :
a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti
arah garis diagonal menunjukkan pola distribusi normal, maka
model regresi memenuhi asumsi normalitas.
b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak
mengikuti arah garis diagonal tidak menunjukkan pola
distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas.”

2. Analisis Statistik
Menurut Ghozali (2013:114), “dasar pengambilan keputusan
dalam uji Kolmogorov-Smirnov Test adalah sebagai berikut :
a. Jika nilai p > 0,05 maka distribusi dari model regresi adalah
normal.
b. Jika nilai p < 0,05 maka distribusi dari model regresi adalah
tidak normal.”

2. Uji Multikolinearitas
Menurut Imam Ghozali (2013:105), menyatakan yaitu :
“Uji multikolonitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel
independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka
variabel- variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah
variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel
independen sama dengan nol.”

Menurut Ghozali (2016:103), “Untuk mendeteksi ada atau tidaknya


multikolinearitas di dalam model regresi adalah:
1. Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi
empiris yang sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-
variabel independen banyak yang tidak signifikan mempengaruhi
variabel dependepen.
2. Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika
antar variabel independen terdapat korelasi yang cukup tinggi (di
atas 0,95), maka merupakan indikasi adanya multikolonieritas.
3. Melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation (VIF). Nilai cut off
yang umum dipakai untuk menunjukan adanya multikolonieritas
adalah nilai tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan VIF ≥ 10.”

46
47

3. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Ghozali (2013:139) yaitu:
“Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan
ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan
ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan
jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik
adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas,
dimana variance residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap.”
Lebih lanjut Imam Ghozali (2013:139)” dasar analisis yang digunakan
adalah sebagai berikut:
a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola
tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang
teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit). Maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas
dan dibawah angka 0 dan pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.”

4. Uji Autokorelasi
Menurut Santoso (2012:241), “Tujuan uji autokorelasi adalah untuk
mengetahui apakah dalam sebuah model regresi linier ada korelasi
antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada
periode t-1 (sebelumnya)”.

Menurut Danang Sunyoto (2016:97),“Persamaan regresi yang baik


adalah yang tidak memiliki masalah autokorelasi, jika terjadi
autokorelasi maka persamaan tersebut menjadi tidak baik atau tidak
layak dipakai prediksi.”

Lebih lanjut menurut Danang Sunyoto (2016:98) “Salah satu ukuran


dalam menentukan ada tidaknya masalah autokorelasi dengan uji
Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Terjadi autokorelasi positif, jika nilai DW dibawah -2 atau DW < 2.
b. Tidak terjadi autokorelasi, jika nilai DW berada diantara -2 dan +2
atau -2 < DW < +2.
c. Terjadi autokorelasi negatif jika DW di atas +2 atau DW > + 2.”

3.6.1.4 Analisis Regresi Linear Berganda


Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan analisis regresi linear
berganda untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

47
48

Menurut Sugiyono (2017:275) menyatakan bahwa, “Analisis regresi ganda


digunakan oleh peneliti, bila peneliti bermaksud meramalkan bagaimana keadaan
variabel dependen, bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor
prediktor di manipulasi (di naik turunkan nilainya).”
Selanjutnya Menurut Sugiyono (2017:283) Persamaan regresi untuk tiga
prediktor adalah:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3
Dimana :
Y : Variabel dependen (Profitabilitas)
a : Nilai konstanta b1, b2, b3 = Koefisien regresi
X1 : Variabel independen (Ukuran Perusahaan)
X2 : Variabel independen (Leverage)
X3 : Variabel independen (Modal kerja)
b1,b2,b3 : Koefisien Regresi
3.6.1.5 Analisis Koefisiensi Korelasi Product Moment
Menurut Sugiyono (2017:228) menyatakan bahwa,“Korelasi Product
Moment digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesis
hubungan dua variabel bila data kedua variabel berbentuk interval atau rasio, dan
sumber data dua variabel atau lebih tersebut adalah sama.”

Menurut Sugiyono (2017:228), “sesuai dengan variabel independen dan


variabel dependen, maka analisis yang digunakan untuk menghitung Korelasi
Product Moment yaitu:

Keterangan :
rxy : Korelasi antara variabel X dan Y
X : Variabel X
Y : Variabel Y
n : Jumlah sampel/periode yang diteliti
Nilai korelasi product moment paling kecil -1 dan paling besar +1, jika r
= korelasi product moment, maka nilai r dapat dinyatakan secara sistematis -1

48
49

.
Dimana :
a. Jika r = +1, maka hubungan variabel X dan variabel Y sempurna dan
positif.
b. Jika r mendekati +1, maka hubungan variabel X dan variabel Y sangat
kuat dan positif.
c. Jika r = -1, maka hubungan variabel X dan variabel Y sempurna dan
negatif.
d. Jika r = 0, maka tidak ada hubungan variabel X dan variabel Y.”

Sedangkan harga r akan dikonsultasikan dengan tabel interprestasi nilai r


Untuk menentukan seberapa besar hubungan (korelasi) diantara kedua variabel,
maka penelitian ini menggunakan interpretasi menurut Sugiyono (2017:231)
sebagai berikut:

Tabel 3.2 Interprestasi Nilai Koefisienkorelasi

Interval Koefisien Interval Koefisien


0,00 - 0,199 Sangat Rendah
0,20 - 0,399 Rendah
0,40 - 0,599 Sedang
0,60 - 0,799 Kuat
0,80 - 1,000 Sangat Kuat

Sumber : (Sugiyono,2017:231).

3.6.1.6 Analisis Koefisien Determinasi


Untuk mencari besarnya pengaruh X terhadap Y dalam penelitian ini yaitu
seberapa besar pengaruh Ukuran Perusahaan, leverage (DAR), dan Modal Kerja
terhadap Profitabilitas (ROA). Koefisien determinasi berguna untuk mengetahui
ketepatan atau kecocokan garis regresi yang dibentuk dari hasil pendugaan
terhadap sekelompok data. Semakin besar koefisien determinasi, maka semakin
baik garis regresi yang terbentuk, dan semakin tepat garis regresi tersebut dalam
mewakili data maka digunakan analisis koefisien determinasi dengan rumus yang
dikemukakan oleh Sugiyono (2017:185) sebagai berikut :

Kd = R2 x 100%

49
50

Keterangan:
Kd : Seberapa jauh perubahan variabel Y dipengaruhi variabel X.
R2 : Kuadrat koefisien korelasi.
Kriteria untuk analisis koefisien determinasi adalah:
a. Jika Kd mendeteksi nol (0), maka pengaruh variabel independent
terhadap variabel dependent lemah.
b. Jika Kd mendeteksi satu (1), maka pengaruh variabel
independentterhadap variabel dependent kuat.

Tabel 3.3 Pedoman Interpretasi Koefisien Determinasi

Nilai Koefisien Determinasi Tingkat Hubungan


0%-20% Sangat Rendah
21%-40% Rendah
41%-60% Sedang
61%-80% Tinggi
>80% Sangat Tinggi
Sumber: Sugiyono (2017:185)
3.6.2 Teknik Pengujian Hipotesis
Menurut Sugiyono (2017:84) mengemukakan bahwa: “Hipotesis merupakan
jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan
masalah penelitian dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.”
Pengujian hipotesis ini bertujuan untuk menguji ada atau tidaknya pengaruh
antara variabel independen terhadap variabel dependen. Hipotesis yang akan diuji
dalam penelitian ini adalah:
H1 : ρ ≠ 0 Terdapat pengaruh antara Leverage terhadap Konservatisme
Akuntansi.
H2 : ρ ≠ 0 Terdapat pengaruh antara Profitabilitas terhadap Konservatisme
Akuntansi..
H3 : ρ ≠ 0 Terdapat pengaruh antara Ukuran Perusahaan terhadap
Konservatisme Akuntansi.

50
51

H4 : ρ ≠ 0 Terdapat pengaruh antara secara simultan Leverage, Profitabilitas,


dan Ukuran Perusahaan terhadap Konservatisme Akuntansi.
3.6.2.1 Uji Signifikan Secara Parsial (Uji t)
Menurut Sugiyono (2017:229) bahwa: “Korelasi parsial merupakan angka
yang menunjukan arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel atau lebih,
setelah satu variabel yang diduga dapat mempengaruhi hubungan variabel tersebut
tetap dikendalikan.”

Menurut Sugiyono (2017:184), rumus untuk menguji uji t sebagai berikut:

𝒕𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 =

Keterangan :
thitung : nilai uji t
r : koefisien korelasi
r2 : koefisien determinasi
n : jumlah sampel yang diobservasi
Kriteria pengujian :
1. Ha diterima jika thitung > ttabel. Artinya secara statistik data yang
digunakan membuktikan bahwa secara parsial variabel independen (X)
memiliki hubungan terhadap variabel dependen (Y).
2. Ha ditolak jika thitung<ttabel. Artinya secara statistik data yang digunakan
membuktikan bahwa secara parsial variabel independen (X) tidak
memiliki hubungan terhadap variabel dependen (Y).

Uji signifikan terhadap hipotesis yang telah ditentukan diatas kemudian


diperbandingkan dengan menggunakan uji t dengan tingkat signifikansi (α)
sebesar 5% dan derajat kebebasan (v) = (n-k-1).
3.6.2.2 Pengujian Secara Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk melihat variabel-variabel independen terhadap
variabel dependen secara keseluruhan dari anova test atau analisis regresi
berganda (anova). Menurut Sugiyono (2017:192) dirumuskan sebagai berikut:

Dimana :
R2 : Koefisien Determinasi
k : Jumlah variabel independen

51
52

N : Jumlah anggota sampel


Kriteria pengujian :
1. Ha diterima jika Fhitung>Ftabel dan tingkat signifikasi (α) < 0,05. Artinya
secara statistik data yang digunakan membuktikan bahwa secara
simultan variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen.
2. Ha ditolak jika Fhitung<Ftabel dan tingkat signifikasi (α) > 0,05. Artinya
secara statistik data yang digunakan membuktikan bahwa secara
simultan variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen.
F hasil perhitungan ini di bandingkan dengan yang di peroleh menggunakan
tingkat resiko atau signifikasi (α) = 0,05 atau dengan derajat kebebasan df1 =
(jumlah variabel-1) dan df2 = (n-k-1).

52
DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Abdul, Halim. (2015). Dasar – Dasar Audit laporan Keuangan. Edisi 5.


Yogyakarta : Unti Penerbit dan Percetakan STIM YKPN.

Agus, Sartono. (2010). Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi 4.


Yogjakarta: BPFE.

Belkaoui, A. (2012). Teori Akuntansi I. Jakarta: Salemba Empat.

Brigham & Houston. (2011). Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Terj. Ali Akbar
Yulianto. Jakarta: Salemba Empat.

Brigham dan Houston. (2014). Dasar-dasar Manajemen Keuangan1. Edisi 2.


Jakarta: Salemba Empat.

Danang, Sunyoto. (2016). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Buku


Seru.

Fahmi, Irham. (2014). Analisis Kinerja Keuangan. Bandung: Alfabeta.

Ghozali, dan Chariri. (2016). Teori Akuntansi. Semarang. : Badan Penerbit


Universitas Diponegoro

Ghozali, Imam. (2016). Aplikasi Analisis Multivariete Dengan Program (IBM


SPSS). Edisi 8. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghozali, Imam. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM


SPSS 21. Edisi 7. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gitman, Lawrence J. (2015). Principles of Management Finance. Boston:


Pearson Education, Inc.

Gudono. (2014). Teori Organisasi. Yogyakarta: BPFE.

Hanafi, Mamduh M, dan Halim. (2012). Analisis Laporan Keuangan. Edisi 4.


Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Hery. (2017). Teori Akuntansi Pendekatan Konsep Dan Analisis. Jakarta:


Grasindo.

53
Jogiyanto, Hartono. (2010). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi 7.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Kieso, Weygandt dan Warfield. (2011). Intermediate Accounting. Edisi 12.


Jakarta:Erlangga.

Munawir. (2014). Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta : Liberty.

Najmudin. (2011). Manajemen keuangan dan aktualisasi Syar’iyyah Modern.


Yogyakarta:ANDI.

Nazir. (2014). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Niresh, J.A., dan Velnampy, T. (2014). Firm Size and Profitability. Sri Lanka:
University of Jaffna.

Rahmawati. (2012). Teori Akuntansi Keuangan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Santoso, Singgih. (2012). Statistik Parametik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka


Umum.

Sartono. (2010). Menejemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi 4. BPFE


Yogyakarta.

Savitri, Enni. (2016). Konservatisme Akuntansi: Cara Pengukuran, Tinjauan


Empiris dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Yogyakarta: Pustaka
Sahila.

Subramanyam, KR dan John, J.W. ( 2010). Analisis Laporan Keuangan 1.Edisi


10. Jakarta: Salemba Empat

Sudana. (2011). Manajemen Keuangan Perusahaan Teori dan Praktik. Jakarta:


Erlangga.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

54
Suwardjono.( 2014). Teori Akuntansi (Perekayasaan Pelaporan Keuangan) Edisi
Ketiga. Yogyakarta: BPFE.

Sumber Jurnal :

Jayanti. (2016). Pengaruh Positive Accounting Theory, Profitabilitas dan


Operating Cash FlowTerhadap Penerapan Konservatisme. Jurnal Ilmu dan
Riset Manajemen : Volume 5, Nomor 10, Oktober 2016. ISSN : 2461-0593.

Robiah. (2017). Pengaruh Leverage, Size, dan Kepemilikan Manajemen


Terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure. Akuntansi
Dewantara VOL. 1 NO. 1. p-ISSN: 2550-0376.

Noviantari dan Ratnadi. (2015). Pengaruh Financial Distress, Ukuran


Perusahaan, dan Leverage Padakonservatisme Akuntansi. E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana 11.3 :646-660. ISSN: 2302-8556.

Octamegah(2012)Faktor-Faktor yang mempengaruhi penerapan Konservatisme


Akuntansi. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi – VOL 1, NO. 1, Januari
2012 36 36

Septian( 2014) tentang Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Ukuran Perusahaan,


Debt Covenant, dan Growth Opportunity. e-Proceeding of Management :
Vol.1, No.3 Desember 2014 Page 452. ISSN : 2355-9357.

Susanto (2016), Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konservatisme Akuntansi .


Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Published: 2019-11-19. ISSN: 1979-6471. e-
ISSN: 2528-0147.

Wardani, Kusuma dan Sri Hermuningsih. (2011). Pengaruh Struktur Kepemilikan


Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kinerja Keuangan dan Kebijakan
Hutang Sebagai Variabel Intervening. Jurnal Siasat Bisnis, 15(1): h: 27-36.

Utama, Egi. (2018). Pengaruh Leverage, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan


Manajerial Dan Profitabilitas Terhadap Konservatisme Akuntans. e-
Proceeding of Management : Vol.5, No.1. ISSN : 2355-9357.

Sumber Lainnya :
.

Samuel. (2015)Pengaruh Konvergensi IFRS dan Ukuran Perusahaan Terhadap


Tingkat Konservatisme Akuntansi. http://eprints.undip.ac.id/48772/1/
08_SAMUEL.pdf. Diakses pada 29 Mei 2020.

55
Yuliarti. 2017. Pengaruh Leverage, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan
Manajerial, Ukuran Dewan Komisaris Dan Profitabilitas Terhadap
Konservatisme Akuntansi. Skripsi UNNES. https://lib.unnes.ac.id/29936/1/
7211413161.pdf. Diakses tanggal 05 Juli 2020.

56
Lampiran Data Keuangan

Anda mungkin juga menyukai