Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM KOROSI
DERET GALVANIS LOGAM-LOGAM
Selasa, 09 Oktober 2018

Dosen Pembimbing :
Sandra Santosa, B.TECH.,MPD

Oleh:

Divia Amalia (1741420035)


Kelompok 4 2B-DIV TKI

JURUSAN TEKNIK KIMIA


PRODI D4 TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
POLITEKNIK NEGERI MALANG
TAHUN AJARAN 2018/2019
I. Tujuan :
a. Memahami konsep tentang perbedaan potensial oksidasi logam-logam
b. Memahami prinsip terjadinya korosi galvanis
II. Dasar Teori

Sel Volta

Luigi Galvani dan Alexandro Volta menemukan prinsip pembentukan energi


listrik dari reaksi kimia yang terjadi dalam suatu alat yang kini dikenal sebagai sel
Galvani atau sel Volta dimana terjadi reaksi oksidasi dan reduksi yang menghasilkan
arus listrik.

Katoda (+) : reduksi

Anoda (-) : oksidasi

Sel Galvani merupakan suatu sel elektrokimia yang mengubah zat kimia menjadi
energi listrik. Dalam sel galvani reduktor dan oksidatornya dipisahkan sehingga
pemindahan tidak terjadi secara langsung tetapi melalui kawat penghantar. Potensial
elektroda sel dapat ditentukan melalui persamaan :

E° sel = E° reduksi - E° oksidasi

E° sel = E° katode - E° anode

E° sel = E° besar - E° kecil

Prinsip-prinsip sel volta :

1. Di dalam sel volta reaksi kimianya mengandung arus listrik, reaksiterjadi secara
spontan.

2. Terjadi perubahan dari energi kimia menjadi energi listrik.

3. Pada anode, terjadi reaksi oksidasi dan bermuatan negatif (-)


4. Pada katode, terjadi reaksi reduksi dan bermuatan positif (+)

5. Elektron mengalir dari anode menuju katode

Elektroda Sel Galvani

Elektroda dalam sel Galvani terbalik dengan elektroda sel elektrolisis. Dalam sel
Galvani:

-Anoda adalah elektroda dimana terjadi reaksi oksidasi (kehilangan elektron).


Anoda menarik anion.

-Katoda adalah elektroda dimana terjadi reaksi reduksi (menerima elektron).


Katoda menarik kation.

Perhitungan Potensial Standar

Potensial listrik standar dapat ditentukan dengan menggunakan table potensial


standar setengah sel. Langkah pertama adalah mengetahui logam apa yang bereaksi
dalam sel. Kemudian mencari potensial elektroda standar (E0) dalam volt, dari
masing-masing dua setengah reaksi.

Potensial Sel

Sel galvani menjadikan perubahan energi bebas reaksi spontan menjadi energi
listrik. Energi listrik ini berbanding lurus dengan beda potensial antara kedua
elektroda (voltase) atau disebut juga potensial sel (Esel) atau gaya electromotive (emf).
Untuk proses spontan E sel > 0, semakin positif E sel semakin banyak kerja yang bisa
dilakukan oleh sel. Satuan yang digunakan 1 V = 1 J/C. Potensial sel sangat
dipengaruhi oleh suhu dan konsentrasi, oleh karena itu potensial sel standar diukur
pada keadaan standar (298 K, 1 atm untuk gas, 1 M untuk larutan dan padatan murni
untuk solid).

Elektroda
Elektroda terbagi menjadi dua jenis yaitu anoda dan katoda. Setengah reaksi
oksidasi terjadi di anoda. Elektron diberikan oleh senyawa teroksidasi (zat pereduksi)
dan meninggalkan sel melalui anoda. Setengah reaksi reduksi terjadi dikatoda.
Elektron diambil oleh senyawa tereduksi (zat pengoksidasi) dan masuk selmelalui
katoda. Setengah sel oksidasi: anoda berupa batang logam Zn dicelupkan dalam
ZnSO4. Setengah sel reduksi: katoda berupa batang logam Cu dicelupkan dalam
CuSO4Terbentuk muatan relatif pada kedua elektroda dimana anoda bermuatan
negatif dan katoda bermuatan positif. Kedua sel juga dihubungkan oleh jembatan
garam yaitu tabung berbentuk U terbalik berisi pasta elektrolit yang tidak bereaksi
dengan sel redoks gunanya untuk menyeimbangkan muatan ion (kation dan anion).
Dimungkinkan menggunakan elektroda inaktif yang tidak ikut bereaksi dalam sel
volta ini misalnya grafit dan platinum.

Notasi Sel Volta

Sel Volta dinotasikan dengan cara yang telah disepakati (untuk sel Zn/Cu 2+) Zn(s)|
Zn2+(aq)║Cu2+(aq)|Cu(s). Bagian anoda (setengah sel oksidasi) dituliskan disebelah kiri
bagian katoda. Garis lurus menunjukkan batas fasa yaitu adanya fasa yang berbeda
(aqueous vs solid) jika fasanya sama maka digunakan tanda koma. Untuk elektroda
yang tidak bereaksi ditulis dalam notasi diujung kiri dan ujung kanan.

III. Alat dan Bahan


Alat :
1. Beaker glass 250 ml
2. Avometer (volt meter)

Bahan :

1. Logam dari berbagai jenis


2. Batang karbon
3. Air
4. Garam dapur
IV. Cara Kerja :
1. Mengisi gelas kimia dengan aquadest setengah penuh
2. Memasukkan sedikit garam dapur, aduk sampai larut
3. Memasukkan dua batang logam dari jenis berbeda kedalam larutan, masing-
masing berada pada sisi yang berlawanan
4. Mengukur beda potensial dengan voltmeter. Jika hasil negatif, tukar posisi
pengukuran
5. Mencatat hasil pengukuran
6. Mengganti salah satu batang logam dengan jenis logam yang lain, catat hasil
pengukuran
7. Mengulangi langkah 3-6 sampai semua jenis logam (termasuk karbon) lengkap
berpasangan
V. Data Pengamatan

Elektroda pada probe alat ukur Beda Potensial


No.
Positif (Katoda) Negatif (Anoda) (mV)
1. Tembaga Besi 242.8
2. Nikel Timah 281.9
3. Kuningan Aluminium 453.0
4. Karbon Seng 106.1

VI. Pembahasan
Sebuah sel elektrokimia yang beroperasi secara spontan disebut sel galvani (atau
sel volta). Sel seperti ini mengubah energi kimia menjadi energi listrik yang dapat
digunakan untuk melakukan kerja. Arus mengalir pada sel galvani disebabkan karena
perbedaan potensial listrik (∆V), antara dua titik dalam rangkaian yang menyebabkan
electron mengalir. Perbedaan potensial listrik ini, atau tegangan sel, dapat diukur
dengan sebuah alat yang disebut voltmeter yang diletakkan di rangkaian luar.
Tegangan yang diukur dalam sel galvani tergantung pada magnitude
arus yang melalui sel dan tegangan jatuh jika arus terlalu besar. Pada percobaan ini
larutan yang digunakan adalah larutan garam. Larutan garam pada percobaan ini
memiliki fungsi sebagai larutan elektrolit.
Electron mengalir dari anoda ke penjepit buaya (kawat penghantar), dan dengan
terbentuknya ion-ion dari anoda ini memasuki larutan dan berdifusi menjauhi anoda .
Ion negatif berdifusi lewat larutan garam menuju ke anoda. Electron yang dilepaskan
oleh anoda memasuki kawat penyambung dan menyebabkan elektron-elektron pada
ujung lain berkumpul pada permukaan katoda. Jadi, sementara reaksi itu berjalan,
terdapat gerakan keseluruhan dari ion negative menuju anoda dan gerakan
keseluruhan ion positif menuju katoda.
Jalan untuk aliran ion secara terarah lewat larutan ini dapat dibayangkan sebagai
rangkaian dalam, dan jalan untuk aliran electron lewat kawat penghantar dibayangkan
sebagai rangkaian luar.
Pada praktikum ini juga dapat diketahui prinsip terjadinya korosi galvanis. Korosi
galvanis dapat terjadi apabila dua logam dapat terjadi apabila dua logam yang tidak
sama dihubungkan (memiliki perbedaan beda potensial) dan berada di lingkungan
korosif. Dalam hal ini lingkungan korosif adalah larutan elektrolit (larutan garam).
Prinsip korosi galvanis sama dengan prinsip elektrokimia yaitu terdapat elektroda dan
menghasilkan arus listrik. Logam yang berfungsi sebagai anoda adalah logam
sebelum dihubungkan bersifat lebih reaktif atau mempunya potensial korosi lebih
negatif.
Salah satu metode untuk mencegah korosi antara lain dengan menghubungkan
logam (misalnya besi) dengan logam yang letaknya lebih kiri dari logam tersebut
dalam deret volta (misalnya aluminium) sehingga logam yang mempunyai potensial
elektrode yang lebih negatif lah yang akan mengalami oksidasi. Metode pencegahan
karat seperti ini disebut perlindungan katodik.
Hasil reaksi yang di hasil kan
Sn+Cu2+→ Sn2+ +Cu ∆V=242,8 mV
Ni+Sn Sn+Ni2+ → Sn2+ +Ni ∆V=281,9 mV
Al+(Cu-Zn)3+→ Al3+ +(Cu-Zn) ∆V=453,0 mV
Zn2+ +C→ C2+ → Zn ∆V=106,1 mV
Dari hasil ini dapat di ketahui bahwa logam yang merupakan combinasi paduan
katoda dan anoda terbaik merupakan kuningan (katoda) dengan aluminium (anoda),
menurut reverensi, sel galvani mempunyai deret deret yaitu Al,Zn,Fe,Ni,Sn,Pb,Cu,Au
pada deret logam ini semakin kekanan maka lebih mudah di reduksi dan sukar
teroksidasi dan semakin ke kiri semakain mudah ter oksidasi dan sukar ter reduksi,
Sama seperti di teori dengan Al sangat mudah teroksidasi sehingga mempermudah
terjadinya reaksi pada sel galvani dan juga kuningan pada praktik ini merupakan
katoda yang baik karena kuninggan merupakan campuran dari tembaga dengan seng
dengan kadar tembaga yang lebih besar dari kadar seng, sesuai dengan deret galvani
Cu mudah terreduksi. Karena kedua bahan mudah terreduksi dan teroksidasi
sehingga menghasilkan beda potensial yang besar .
VII. Kesimpulan
 Pada Deret Volta, unsur logam dengan potensial elektrode lebih negatif
ditempatkan di bagian kiri, sedangkan unsur dengan potensial elektrode yang
lebih positif ditempatkan di bagian kanan. Semakin ke kiri kedudukan suatu
logam dalam deret tersebut, maka :
- Logam semakin reaktif (semakin mudah melepas elektron)
- Logam merupakan reduktor yang semakin kuat (semakin mudah
mengalami oksidasi)
 Korosi galvanik atau Galvanic Corrosion adalah jenis korosi yang terjadi
ketika dua buah logam atau paduan yang berbeda, saling kontak atau
bersentuhan dalam suatu larutan elektrolit. Elektrolit dapat berupa larutan air
garam.
VIII. Daftar Pustaka
http://duniagalery.blogspot.com/2015/06/galvanic-corrosion-korosi-galvanik.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Deret_elektrokimia

https://www.scribd.com/document/364945568/LAPORAN-PRAKTIKUM-DERET-
GALVANIS-docx

Jobsheet Praktikum Korosi Politeknik Negeri Malang

Anda mungkin juga menyukai