Anda di halaman 1dari 11

MODUL

SEL VOLTA

Oleh :

MARDHATILLAH JASMAN

1913041014

PENDIDIKAN KIMIA B

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


SEL VOLTA DAN POTENSIAL SEL

Tahukah kalian, sebelum adanya pasokan listrik dan PLN masuk desa. kita
menggunakan aki atau baterai scbagai alat untuk menyalakan televisi. Pada era modern saat
ini walaupun listrik dan PLN sudah melimpah, namun penggunaan baterai juga masih
penting, antara lain pada mobil maupun motor sebagai sumber energi. Arus listrik pada
baterai terjadi karena adanya elektron yang berpindah sebagai dampak dan reaksi reduksi-
oksidasi (redoks). Nah, bagaimana reaksi reduksi-oksidasi yang terjadi sehingga
menghasilkan arus listrik, perhatikan penjelasan-penjelasan berikutnya.

Elektrokimia merupakan ilmu kimia yang mempelajari tentang perpindahan elektron


yang terjadi pada sebuah media pengantar listrik (elektroda). Elektroda terdiri dari elektroda
positif dan elektroda negatif. Hal ini disebabkan karena elektroda tersebut akan dialiri oleh
arus listrik sebagai sumber energi dalam pertukaran elektron. Konsep elektrokimia didasari
oleh reaksi reduksi-oksidasi (redoks) dan larutan elektrolit. Proses elektrokimia
membutuhkan media pengantar sebagai tempat terjadinya serah terima elektron dalam suatu
sistem reaksi yang dinamakan larutan. Larutan dapat dikategorikan menjadi tiga bagian yaitu
larutan elektrolit kuat, larutan elektrolit lemah dan larutan bukan elektrolit. Untuk larutan
bukan elektrolit, proses serah terima elektron tidak terjadi. Pada proses elektrokimia tidak
terlepas dari logam yang dicelupkan pada larutan disebut elektroda. Terdiri dari katoda dan
anoda. Sel elektrokimia terdiri dari sel volta dan sel elektrolisis. Walaupun masing-masing sel
sama-sama akan mengalami proses kimia tetapi terdapat perbedaan yang sangat besar

A. Sel Volta
Sel elektrokimia terdiri dari sel volta dan sel elektrolisis. Walaupun masing-
masing sel sama-sama akan mengalami proses kimia tetapi terdapat perbedaan yang
sangat besar (Harahap, 2016: 178). Pada tahun 1780, Luigi Galvani menemukan bahwa
ketika 2 logam yang berbeda (misalnya tembaga dan seng)
dihubungkan dan kemudian keduanya disentuhkan pada
waktu yang sama ke dua bagian syaraf yang berbeda pada
kaki katak maka kaki tersebut berkontraksi. Luigi Galvani
menyebut ini "listrik binatang". Sel volta, yang ditemukan
oleh Alessandro Volta pada tahun 1799, terdiri dari sel yang
sama dengan sel galvani. Akan tetapi, Volta membuat
seluruhnya dengan material non-biologis dan menantang
teori listrik binatang oleh Galvani (dan peneliti selanjutnya
Leopold Nabili) serta membuat teori sendiri yaitu teori listrik
kontak logam dengan logam. Carlo Matteucci kemudian
membuat baterai yang seluruhnya terbuat dari material Gambar 1. Baterai
biologis untuk menjawab tantangan Volta. Penemuan Volta
penemuan ini membuka jalan untuk pengembangan batu baterai selanjutnya; penemuan
Volta tersebut dinamai sel volta (Trigonggo, 2019).
Menurut Putri (2018), sel volta adalah sel elektrokimia yang dapat menimbulkan
arus listrik akibat adanya reaksi redoks dalam sel tersebut. Dalam sel volta/galvani,
reaksi oksidasi reduksi berlangsung dengan spontan, dan energi kimia yang menyertai
reaksi kimia diubah menjadi energi listrik (Pratiwi, 2014). Sel Volta (Sel Galvani) adalah
sel elektrokimia yang dapat menyebabkan terjadinya energi listrik dari suatu reaksi
redoks yang spontan. Batu baterai merupakan rangkaian tertutup dan di dalamnya dapat
terjadi reaksi redoks yang spontan sehingga terjadi perpindahan atau aliran elektron (arus
listrik) (Teguh, 2009). Dari ketiga pendapat seragam mengatakan bahwa sel volta adalah
salah satu sel elektrokimia yang menghasilkan arus listrik karena adanya reaksi redoks
yang spontan dari sel tersebut, reaksi oksidasi terjadi pada anoda yang merupakan
elektroda (-), sedangkan reaksi reduksi terjadi pada katoda yang merupakan elektroda (+)
1. Proses Sel Volta
Energi yang dilepaskan dalam reaksi redoks spontan dapat digunakan
untuk menghasilkan listrik. Cara ini dilakukan dalam proses sel volta di mana transfer
elektron terjadi melalui jalur eksternal daripada secara langsung antara reaktan yang
ada dalam bejana reaksi yang sama (Brown, et.al 2015).
Apa yang terjadi jika sepotong logam zink (Zn) dicelupkan ke dalam larutan cuprum
(II) suifat / (CuSO4) ?. Fenomena ini dilukiskan dalam gambar 2 berikut.

Gambar 2. Reaksi redoks yang spontan, reaksi logam seng (Zn) dengan larutan
tembaga (II) sulfat (sumber ion Cu).

Setelah beberapa saat, permukaan logam Zn akan ditutupi dengan lapisan Cu dan
sedikit demi sedikit logam Zn akan larut. Pada kasus ini telah terjadi reaksi redoks,
yaitu reaksi reduksi pada ion Cu atau Cu2+ dan reaksi oksidasi pada padatan logam
Zn. Reaksi tersebut dituliskan sebagai berikut:
Oksidasi : Zn(s)  Zn2+(aq) + 2e-
Reduksi : Cu2+(aq) + 2e-  Cu(s)
Elektron berpindah dan Zn ke Cu2+. Ion Cu2+ yang menyerap elektron dan
Zn mengendap kemudian menyelimuti logam Zn. Adapun Zn setelah melepas
elektron akan larut, berubah menjadi ion Zn2+. Pada reaksi mi belum timbul arus
listrik, karena elektron yang berpindah terjadi secara langsung yaitu dan logarn Zn ke
logam Cu (Giyanto, 2020).
Rangkaian dilengkapi dengan jembatan garam yang
mengandung ion positif dan negatif yang
ditempatkan dalam larutan setengah sel. Tujuan dari
jembatan garam adalah untuk menyediakan ion,

Gambar 3. Rangkaian
sel volta
seperti: Na+ dan SO42-, untuk menjaga keseimbangan listrik di setiap larutan setengah
sel (Timberlake, 2017). Jembatan garam ini dapat berupa sebuah tabung U terbalik
yang mengandung larutan suatu larutan garam dengan sebuah sumbat agar tiap
ujungnya (Day, 2002). Saat oksidasi terjadi, terjadi peningkatan ion Zn2+, yang
diseimbangkan oleh SO42- anion dari jembatan garam. Pada katoda terjadi pelepasan
Cu2+ yang diseimbangkan oleh SO42- bergerak ke jembatan garam. Rangkaian lengkap
melibatkan aliran elektron dari anoda ke katoda dan aliran anion dari larutan katoda
ke larutan anoda.
Zn(s)|Zn2+(aq)||Cu2+(aq)|Cu(s)
Komponen setengah sel oksidasi (anoda) ditulis di sisi kiri, dan komponen setengah
sel reduksi (katoda) ditulis di sebelah kanan. Sebuah vertikal tunggal
garis memisahkan anoda Zn padat dari larutan Zn2+, dan garis vertikal lain
memisahkan larutan Cu2+ dari katoda Cu. Garis vertikal ganda memisahkan keduanya
setengah-sel (Timberlake, 2017).
2. Deret Sel Volta
Deret volta adalah deret yang menyatakan unsur-unsur logam berdasarkan
kenaikan potensial elektrode standarnya. Jika potensial elektroda (Eo) suatu logam
semakin negatif, berarti: a. logam tersebut semakin reaktif (semakin mudah
melepaskan elektron) dan b. logam tersebut merupakan reduktor yang kuat (semakin
mudah mengalami oksidasi). Hal ini juga berlaku sebaliknya untuk potensial
elektroda (Eo) suatu logam semakin positif. Jadi kegunaan deret volta ini adalah
sebagai acuan apakah logam tersebut dapat bereaksi dengan ion logam lain
(Mawarnis, 2021).. Deret Volta dinyatakan dalam deret sebagai berikut:
Li-K-Ba-Sr-Ca-Na-Mg-Al-Mn-(H2O)-Zn-Cr-Fe-Cd-Ni-Co-Sn-Pb-(H)-Cu-Hg-Ag-
Pt-Au
Logam yang berada di sebelah kiri dalam deret Volta akan mengalami
oksidasi di anode dan memiliki nilai E sel yang kecil. Sedangkan untuk logam yang
berada di sebelah kanan dalam deret Volta akan mengalami reduksi di katode serta
memiliki nilai E sel yang semakin besar (Kamaluddin, 2010). Berdasarkan penjelasan
di atas, maka dapat dipahami bahwa deret Volta merupakan reaksi pendesakan di
mana suatu logam akan mendesak tempat ion logam lain dalam suatu senyawa.
Reaksi pendesakan pada sel Volta berlangsung, apabila logam pendesak berada di
sebelah kiri logam yang didesak pada deret Volta. Pada sel Volta, logam pendesak
merupakan anode, dan logam yang didesak merupakan katode
B. Potensial Elektrode Standar
Potensial elektrode standar yang dilambangkan dengan Eo adalah potensial sel yang
terdiri atas setengah sel galvani dengan konsentrasi 1 M pada suhu 25 oC dihubungkan
dengan setengah sel hidrogen. Sel hidrogen tersusun dari kawat platina yang dimasukkan
ke dalam larutan H+ 1 M yang dialiri gas hidrogen pada kondisi tekanan 1 atm. Dengan
adanya harga potensial elektrode setengah sel hidrogen (potensial elektrode standard),
sebesar 0 volt, kita dapat mengetahui potensial elektrode yang lain (Nasution, 2019).
Potensial reduksi deret volta menunjukkan bahwa atom yang mudah mengalami oksidasi
akan semakin mudah melepas elektron dan bertindak sebagai anoda. Nilai potensial ini
dihitung berdasarkan nilai potensial reduksi pada unsur-unsur logam deret volta yang
dibandingkan terhadap potensial standard atom Hidrogen dengan konsentrasi 1 M pada
suhu 25ºC dan tekanan 1 atm (Pauzi, 2018).
Adanya arus listrik berupa aliran elektron pada sel volta disebabkan oleh adanya beda
potensial antara kedua elektrode yang disebut dengan potensial sel (E sel). Potensial sel
yang diukur pada keadaan standar (suhu 25°C dengan konsentrasi setiap produk dan
reaktan dalam larutan 1 M dan tekanan gas setiap produk dan reaktan 1 atm) disebut
potensial sel standar (Eosel).
Potensial listrik atau potensial sel dapat dirumuskan sebagai berikut:
Eo sel = Eo katode- Eo anoda
Elektron mengalir dari anode ke katode. Logam yang mempunyai Eº lebih kecil di
tempatkan sebagai anode (mengalami oksidasi), sedangkan logam yang mempunyai E
lebih besar ditempatkan sebagai katode (mengalami reduksi). Reaksi dapat berlangsung
spontan jika Eº sel mempunyai harga positif.
Tabel 1. Nilai Potensial Reduksi Standar (Eo) zat
Dalam sel volta pada pengukuran standar, pasti digunakan konsentrasi yang sama
pada kedua gelas kimia yaitu pada anode dan katode. Namun, jika salah satu atau kedua
gelas kimia tersebut konsentrasinya diubah, maka perhitungan potensial selnya tidak
akan sama dengan perhitungan potensial sel volta biasa. Hal ini disebut dengan
persamaan nernst (Mawarnis, 2021)
0,0592
Esel = Eº sel – log Qc
𝑛
Keterangan
Eo sel = Eo katode- Eo anoda
n = jumlah elektron yang terlibat dalam reaksi di anode dan katode serta
jumlahnya harus sama
Qc = koefisien reaksi antara produk per reaktan
Contoh Soal
Diketahui potensial elektrode Seng dan tembaga sebagai berikut
Zn2+ + 2e-  Zn Eosel = -0,76 volt
Cu2+ + 2e-  Cu Eosel = +0,34 volt
a. Tulislah notasi sel volta yang dapat disusun dari kedua elektrode tersebut !
b. Tentukan potensial standar sel itu !
c. Tuliskan pula reaksi sel nya !

Jawab

a. Notasi sel volta kita buat berdasarkan format berikut ini


Anoda| Ion || Ion | Katoda
Logam yang memiliki harga Eo yang lebih negatif diletakan di anoda sedangkan
logam yang memiliki Eo yang lebih positif diletakan di katoda. Sehingga notasinya
adalah Zn| Zn2+ || Cu2+ | Cu
b. Rumus untuk menentukan potensial standar dari reaksi sel ialah sebagai berikut :
E0 sel = Ereduksi – Eoksidasi
Logam yang memiliki Eo paling negatif akan mengalami oksidasi sedangkan logam
yang memiliki Eo yang paling positif akan mengalami reduksi. Maka logam Zn akan
mengalami oksidasi sedangkan logam Cu akan mengalami reduksi. Maka Esel nya
E0 sel = E0 Cu- E0 Zn
= +0,34 volt -(-0,76) volt
= 1,1 volt
c. Reaksi sel
Anoda Zn  Zn2+ + 2e- Eosel = -0,76 volt
Katoda Cu2+ + 2e-  Cu Eosel = +0,34 volt
Rx sel Zn + Cu2+  Zn2+ + Cu E Sel = 1,1 volt
C. Penerapan sel volta dalam kehidupan sehari-hari
Dalam kehidupan sehari-hari, arus listrik yang dihasilkan dari suatu reaksi kimia
dalam sel volta banyak kegunaannya, seperti untuk radio, kalkulator, televisi, kendaraan
bermotor, dan lainlain. Sel volta ada yang sekali pakai, ada pula yang dapat diisi ulang.
Sel volta yang sekali pakai disebut sel primer, sedangkan sel volta yang dapat diisi ulang
disebut sel sekunder. Sel volta dalam kehidupan sehari-hari ada dalam bentuk berikut
(Nasution, 2019)
a. Aki
Akumulator atau aki adalah suatu proses
kimia listrik, dimana pada saat pengisian
(charge) energi listrik diubah menjadi kimia
dan saat pengeluaran (discharge) energi
kimia diubah menjadi energi listrik. Aki ini
sama fungsinya dengan Baterai. Sel aki
terdiri atas anode Pb (timbel = timah hitam)
dan katode PbO2 (timbel (IV) oksida).
Keduanya merupakan zat padat, yang Gambar 4. Aki
dicelupkan dalam larutan asam sulfat.
Kedua elektrode tersebut, juga hasil
reaksinya, tidak larut dalam larutan asam sulfat sehingga tidak diperlukan
jembatan garam (Setiono, 2015).
Pada saat baterai digunakan, terjadi perubahan energi kimia menjadi energi listrik
dan terjadi perubahan anode, katode dan elektrolitnya. Pada anode terjadi
perubahan yaitu timbal dioksida (PbO2) menjadi timbal sulfat (PbSO4). Perubahan
yang terjadi pada katode adalah timbal murni (Pb) menjadi timbal sulfat (PbSO 4).
Adapun pada larutan elektrolit terjadi perubahan, yaitu asam sulfat pekat menjadi
encer, karena pada pengosongan baterai terbentuk air (H2O) (Ariyanto, 2020)
Reaksi Pengosongan Aki
Pengisian aki dilakukan dengan membalik arah aliran elektron pada kedua
elektrode. Pada pengosongan aki, anode (Pb) mengirim elektron pada katode.
Sebaliknya pada pengisian aki, elektrode Pb dihubungkan dengan kutub negatif
sumber arus sehingga PbSO4 yang terdapat pada elektrode Pb itu direduksi.
Sementara itu, PbSO4 yang terdapat pada elektrode PbO2 mengalami oksidasi
membentuk PbO2 (Nasution, 2019). Adapun reaksi pada saat pengisian aki :

b. Baterai Kering, Baterai kering ditemukan oleh Leclanche yang Sel Leclanche
terdiri atas suatu silinder zink yang berisi pasta dari campuran batu kawi (MnO2),
salmiak (NH4Cl), karbon, dan sedikit air (jadi sel ini
tidak 100% kering). Zink berfungsi sebagai anode,
sedangkan katode digunakan elektrode inert, yaitu
grafit, yang dicelupkan di tengah-tengah pasta. Pasta
berfungsi sebagai oksidator Potensial satu sel
Leclanche adalah 1,5 volt. Sel ini kadang disebut sel
kering asam karena adanya NH4Cl yang bersifat
asam. Sel Leclance tidak dapat diisi ulang. Adapun
baterai kering biasa baik digunakan untuk peralatan
yang menggunakan arus lebih kecil misalnya radio Gambar 5. Baterai
atau kalkulator (Nasution, 2019). kering (Leclanche)

c. Baterai Alkalin
Baterai kering jenis alkalin pada dasarnya sama
dengan sel Leclanche, tetapi bersifat basa karena
menggunakan KOH menggantikan NH4Cl dalam
pasta. Potensial dari baterai alkalin juga sebesar 1,5
volt, tetapi baterai ini dapat bertahan lebih lama.
Baterai alkalin dapat menghasilkan arus lebih besar
dan total muatan yang lebih banyak daripada
baterai kering biasa. Oleh karena itu, cocok
digunakan untuk peralatan yang memerlukan arus
lebih besar, misalnya kamera dan tape recorder
Gambar 6. Baterai
(Nasution, 2019).
Alkaline
d. Baterai Litium
Baterai litium telah mengalami berbagai
penyempurnaan. Baterai litium yang kini banyak
digunakan adalah baterai litium-ion. Baterai litium
ion tidak menggunakan logam litium, tetapi ion
litium. Ketika digunakan, ion litium berpindah dari
satu elektrode ke elektrode lainnya melalui suatu
elektrolit. Ketika di-charge, arah aliran ion litium
dibalik. Baterai litium-ion diperdagangkan dalam
bentuk kosong (Nasution, 2019) Gambar 7. Baterai
Litium
Daftar Pustaka

Ariyanto, N.A., dan Usman, M.K. (2020). Analisis Pengaruh Variasi Ampere Terhadap
Pengisian Baterai Mobil Listrik Habe Ev-2 Yang Dirangkai Seri. Journal Mechanical
Engineering, Vol 9, No 1
Brown, et.al 2015. Chemistry The Central of Science 13th Edition. United States of America.
USA

Day, J. R., & Underwood, A. (1998). Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.

Giyanto, Heliawati,L., Bibin R. (2020). Sel Volta dengan Pendekatan Stem-Modeling. Lindan
Bestari: Bogor
Harahap, M.R., (2016). Sel Elektrokimia: Karakteristik dan Aplikasi. Jurnal Circuit. Vol.2,
No.1
Mawarnis, E., R. 2021. Kimia Dasar II. Deepublish: Jakarta
Nasution, M. 2019. Kajian Tentang Hubungan Deret Volta Dan Korosi Serta Penggunaannya
Dalam Kehidupan Sehari-Hari. Semnastek UISU. ISBN: 978-623-7297-02-4

Pauzi, G.A, Randha,K.A, Amir S., Sri,W., Suciyati, Arif S., Junaidi, dan Warsito (2018).
Desain dan Realisasi Akumulator Elektrolit Air Laut dengan Penambahan Sodium
Bicarbonate (NaHCO3) sebagai Sumber Energi Alternatif. Jurnal Fisika. Vol 8 No 2
Pratiwi. 2014. PROTOTYPE HIDROGEN FUEL GENERATOR (Pengaruh Suplay Arus
Listrik dengan Elektrolit Natrium (Hidroksida Terhadap Produksi Gas Hidrogen).
Palembang. Politeknik Negeri Sriwijaya
Putri, A. R., & Maruf, A. (2018). Energi alternatif dengan menggunakan reaksi
elektrokimia. Jurnal Ilmiah Peneliitian Dan Pembelajaran Informatika, 3.
Setiono, I. (2015). Akumulator, pemakaian dan perawatannya. METANA, 11(01).

Teguh, P. Kimia 3. Pusat Perbukuan DPI: Jakarta


Timberlake, K., dan William,K. (2017). Basic Chemistry. Pearson: London
Trigonggo, 2019. Sumber Tegangan Listrik: Sejarah, Prinsip Kerja dan Penerapannya. UIN
Press. Klaten

Anda mungkin juga menyukai