V. DASAR TEORI
1. Pengertian Elektrogravimetri
Analisis gravimetri adalah cara analisis kuantitatif berdasarkan berat
tetap (konstan)nya. Dalam analisis ini, unsur atau senyawa yang
dianalisis dipisahkan dari sejumlah bahan yang dianalisis. Bagian
terbesar analisis gravimetri menyangkut perubahan unsur atau gugus dari
senyawa yang dianalisis menjadi senyawa lain yang murni dan mantap
(stabil), sehingga dapat diketahui berat tetapnya. Berat unsur atau gugus
yang dianalisis selanjutnya dihitung dari rumus senyawa sertaberat atom
penyusunnya.
Elektrogravimetri merupakan suatu analisis pengendapan dengan
reaksi redoks menggunakan arus listrik dari senyawa yang diendapkan,
sedangkan potensial pada proses pengendapan adalah potensial yang
dihitung berdasarkan persamaan Nernst ditambah tahanan dari larutan
atau lebih dari potensial dekomposisi/penguraian (Taufikurrohmah dkk.,
2021). Potensial dekomposisi dari suatu ion logam secara praktek dapat
diketahui dari grafik antara potesial dan arus, seperti gambar berikut:
3. Persamaan Nernst
Reaksi kimia dapat menghasilkan energi atau energi. Pertukaran
energi yang terjadi biasanya dalam bentuk panas, tetapi kadang-kadang
dengan mengadakan suatu modifikasi tertentu, energi yang dipertukarkan
tersebut bisa diubah dalam bentuk energi listrik. Sebuah sel elektrik
sederhana yang menghasilkan energi listrik dapat dilihat pada gambar
berikut.
Keterangan :
I = Kuat arus (A)
E = Tegangan (V)
R = Hambatan (Ohm)
(Soebagio dkk., 2005)
5. Elektroda
Elektroda adalah konduktor yang digunakan untuk bersentuhan
dengan bagian atau media non-logam dari sebuah sirkuit (misal
semikonduktor, elektrolit atau vakum). Ungkapan kata ini diciptakan
oleh ilmuwan Michael Faraday dari bahasa Yunani elektron (berarti
amber, dan hodos sebuah cara).
Elektroda adalah suatu sistem dua fase yang terdiri dari sebuah
penghantar elektrolit (misalnya logam) dan sebuah penghantar ionik
(larutan) (Rivai,1995). Elektroda positif (+) disebut anoda sedangkan
elektroda negatif (-) adalah katoda (Svehla,1985).
Reaksi kimia yang terjadi pada elektroda selama terjadinya konduksi
listrik disebut elektrolisis dan alat yang digunakan untuk reaksi ini
disebut sel elektrolisis. Sel elektrolisis memerlukan energi untuk
memompa elektron. (Brady, 1999). Pada anoda terjadi reaksi oksidasi,
yaitu anion (ion negatif) ditarik oleh anoda sehingga jumlah elektronnya
berkurang atau bilangan oksidasinya bertambah.
Jika elektroda inert (Pt, C, dan Au), ada 3 macam reaksi:
1. Jika anionnya sisa asam oksi (misalnya NO3- , SO42- ), maka
reaksinya 2 H2O → 4H+ + O2 + 4e-
2. Jika anionnya OH- , maka reaksinya 4OH- → 2H2O + O2 + 4e-
3. Jika anionnya berupa halida (F- , Cl- , Br- ), maka reaksinya adalah 2
X (halida) → X (halida)2 + 2e-
Pada katoda terjadi reaksi reduksi, yaitu kation (ion positif) ditarik
oleh katoda dan menerima tambahan elektron, sehingga bilangan
oksidasinya berkurang.
1. Jika kation merupakan logam golongan IA (Li, Na, K, Rb, Cs, Fr),
IIA (Be, Mg, Cr, Sr, Ba, Ra), Al, dan Mn, maka reaksi yang terjadi
adalah 2 H2O + 2 e → H2 + 2 OH.
2. Jika kationnya berupa H+ , maka reaksinya 2H+ + 2e- → H2
3. Jika kation berupa logam lain, maka reaksinya (nama logam) x+ + xe
→ (nama logam).
6. Sel Elektrolisis
Elektrolisis adalah penguraian suatu elektrolit oleh arus listrik. Pada
sel elektrolisis, reaksi kimia akan terjadi jika arus listrik dialirkan melalui
larutan elektrolit, yaitu energi listrik (arus listrik) diubah menjadi energi
kimia (reaksi redoks). Tiga ciri utama, yaitu:
1. Ada larutan elektrolit yang mengandung ion bebas. Ion-ion ini dapat
memberikan atau menerima elektron sehingga elektron dapat
mengalir melalui larutan.
2. Ada sumber arus listrik dari luar, seperti baterai yang mengalirkan
arus listrik searah ( DC ).
3. Ada 2 elektroda dalam sel elektrolisis. Elektroda yang menerima
elektron dari sumber arus listrik luar disebut Katoda, sedangkan
elektoda yang mengalirkan elektron kembali ke sumber arus listrik
luar disebutAnoda. Katoda adalah tempat terjadinya reaksi reduksi
yang elektrodanya negative (-) dan Anoda adalah tempat terjadinya
reaksi oksidasi yang elektrodanya positive (+).
Sel Elektrolisis adalah sel yang menggunakan arus listrik untuk
menghasilkan reaksi redoks yang diinginkan dan digunakan secara luas
di dalam masyarakat kita. Baterai aki yang dapat diisi ulang merupakan
salah satu contoh aplikasi sel elektrolisis dalam kehidupan sehari-hari.
Baterai aki yang sedang diisi kembali (recharge) mengubah energi listrik
yang diberikan menjadi produk berupa bahan kimia yang diinginkan. Air,
H2O, dapat diuraikan dengan menggunakan listrik dalam sel elektrolisis.
Proses ini akan mengurai air menjadi unsur-unsur pembentuknya. Reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut :
2H2O (l) 2H2 (g) + O2 (g) ...Pers 1
( Sumber : Hiskia Achmad, 2001 )
Rangkaian sel elektrolisis hampir menyerupai sel volta. Yang
membedakan sel elektrolisis dari sel volta adalah, pada sel elektrolisis,
komponen voltmeter diganti dengan sumber arus (umumnya baterai).
Larutan atau lelehan yang ingin dielektrolisis, ditempatkan dalam suatu
wadah. Selanjutnya, elektroda dicelupkan ke dalam larutan maupun
lelehan elektrolit yang ingin dielektrolisis. Elektroda yang digunakan
umumnya merupakan elektroda inert, seperti Grafit (C), Platina (Pt), dan
Emas (Au). Elektroda berperan sebagai tempat berlangsungnya reaksi.
Reaksi reduksi berlangsung di katoda, sedangkan reaksi oksidasi
berlangsung di anoda. Kutub negatif sumber arus mengarah pada katoda
(sebab memerlukan elektron) dan kutub positif sumber arus tentunya
mengarah pada anoda. Akibatnya, katoda bermuatan negatif dan menarik
kation-kation yang akan tereduksi menjadi endapan logam. Sebaliknya,
anoda bermuatan positif dan menarik anion-anion yang akan teroksidasi
menjadi gas. Terlihat jelas bahwa tujuan elektrolisis adalah untuk
mendapatkan endapan logam di katoda dan gas di anoda.
Faktor yang mempengaruhi elektrolisis antara lain adalah:
1. Penggunaan katalisator
Katalisator Misalnya H2SO4 dan KOH berfungsi mempermudah
proses penguraian air menjadi hidrogen dan oksigen karena ion-ion
katalisator mampu mempengaruhi kesetabilan molekul air menjadi
menjadi ion H dan OH yang lebih mudah di elektrolisis karena terjadi
penurunan energi pengaktifan.
2. Luas permukaan tercelup
Semakin banyak luas yang semakin banyak menyentuh
elektrolit maka semakin mempermudah suatu elektrolit untuk
mentransfer elektronnya. Sehingga terjadi hubungan sebanding jika
luasan yang tercelup sedikit maka semakin mempersulit elektrolit
untuk melepaskan electron dikarenakan sedikitnya luas penampang
penghantar yang menyentuh elektrolit. Sehingga transfer elektron
bekerja lambat dalam mengelektrolisis elektrolit
3. Sifat logam bahan elektroda
Penggunaan medan listrik pada logam dapat menyebabkan
seluruh elektron bebas bergerak dalam metal, sejajar, dan
berlawanan arah dengan arah medan listrik. Konduktivitas listrik
didefinisikan sebagai ratio rapat arus terhadap kuat medan listrik.
Konduktifitas listrik dapat dilihat pada deret volta seperti berikut.
4. Konsentrasi Pereaksi
Semakin besar konsentrasi suatu larutan pereaksi maka akan
semakin besar pula laju reaksinya. Ini dikarenakan dengan
prosentase katalis yang semakin tinggi dapat mereduksi hambatan
pada elektrolit. Sehingga transfer electron dapat lebih cepat meng-
elektrolisis elektrolit dan didapat ditarik garis lurus bahwa terjadi
hubungan sebanding terhadap prosentase katalis dengan transfer
elektron.
VI. ALAT DAN BAHAN
Alat :
- Elektroda keranjang Pt
- Elektroda keranjang Ag
- Gelas kimia 100 mL
- Gelas kimia 250 mL
- Elektroanalisis
- Oven
- Neraca Analitik
Bahan :
- Aquades
- Larutan CuSO4
- Larutan HNO3
W1
1 Elektroda Ag
Hasil
200 mL CuSO4
1. Dicampur dalam gelas kimia 250 mL
2. Elektroda dimasukkan ke dalam gelas kimia dengan posisi yang
berkebalikan
3. Elektroda dihubungkan dengan elektroanalisis
4. Larutan dan katoda dielektroanalisis menggunakan potensial 9
volt dengan arus listrik selama 1 menit
5. Diambil katodanya
6. Ditimbang berat katodanya
7. Dicatat berat katodanya sebagai W2
8. Elektroda dicuci kembali menggunakan HNO3 hingga bersih
W2
Reaksi :
Larutan CuSO4 dengan elektroda Pt
CuSO4 (aq) Cu2+(aq) + SO42-(aq)
Reaksi :
Katoda (reduksi)
Cu2+(aq) + 2e- Cu(s) | x 2 | 2Cu2+(aq) + 4e- 2Cu(s)
Anoda (oksidasi H2O)
2H2O(l) O2(g) + 4H+(aq) + 4e- | x 1 | 2H2O(l) O2(g) + 4H+(aq) + 4e-
Anoda : 2H2O(l) O2(g) + 4H+(aq) + 4e-
Katoda : 2Cu2+(aq) + 4e- 2Cu(s)
2H2O(l) + 2Cu2+(aq) O2(g) + 4H+(aq) + 2Cu(s)
l W praktik−w teori l
Koefisien kesalahan = 𝑥 100%
0,0118
XI. SARAN
Daftar Pustaka
Achmad, H. (2001). Kimia Larutan. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Brady, J. d. (1999). General Chemistry Principle and Structure, 4th Edition.
New York: John Willey & Sons,Inc.
Chang, R. (2010). Chemistry tenth edition. New York: Mc Graw Hill.
Harrizul, R. (1995). Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: Universitas Indonesia
Press.
Prof. Dr. Titik Taufikurrohmah, M. D. (2021). Penuntun Praktikum Dasar-
Dasar Pemisahan Kimia Analitik . Surabaya: Jurusan Kimia FMIPA
Unesa .
Sari, P. P. (2014). PROTOTYPE HIDROGEN FUEL GENERATOR
(Pengaruh Suplay Arus Listrik dengan Elektrolit Natrium (Hidroksida
Terhadap Produksi Gas Hidrogen). Palembang : Politeknik Negeri
Sriwijaya.
Soebagio, d. (2005). Kimia Analitik II. Malang: UM Press.
Svehla, G. (1990). Vogel Buku Teks Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimikro Edisi Kelima . Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka.
Tjatur, R. d. (2009). roses Elektrolisis pada Prototipe Kompor Air dengan
Pengaturan Arus dan Temperatur. Surabaya : Politeknik Negeri
Surabaya - ITS.
XIII. LAMPIRAN
a. Jawaban Pertanyaan
1. Jelaskan apa yang terjadi bila digunakan potensial yang dihitung
sesuai dengan persamaan Nernst !
Jawab :
Apabila digunakan potensial yang dihitung sesuai dengan
persamaan Nernst, nilainya yaitu sebesar 0,927 Volt, maka nilai
perbedaan potensial elektroda sesuai persamaan Nernst lebih besar
daripada nilai perbedaan potensial elektroda sesuai nilai potensial
reduksi standar yang nilainya sebesar 0,889 Volt.
2. Mengapa endapan yang dihasilkan pada umumya tidak sesuai
dengan perhitungan ?
Jawab :
Endapan yang dihasilkan pada umumnya tidak sesuai dengan
perhitungan hal ini dikarenakan tidak semua arus listrik digunakan
untuk penguraian suatu elektrolit. Sebagian kecil dari arus tersebut
ada yang berubah menjadi energi panas. Pada kabel listrik juga
memiliki hambatan yang bervariasi. Sehingga pada umumnya, arus
listrik yang digunakan tidak 100% untuk penguraian suatu elektrolit.
Selain itu, ada kemungkinan endapannya sifatnya rapuh, larutan
yang ingin diendapkan kemungkinan telah terkontaminasi oleh
elektroda yang rapuh, sehingga mempengaruhi bobot endapan yang
diperoleh.
3. Mengapa pada prakteknya potensial yang diterapkan menggunakan
potensial dekomposisi ditambah over voltase ?
Jawab :
Potensial dekomposisi adalah selisih potensial minimum yang
diperlukan agar reaksi elektrolisis dapat berlangsung, dimana
elektrolisis tersebut dapat berlangsung apabila diberi potensial
tambahan yang diperlukan untuk menentukan harga teoritisnya. Jika
tegangan bernilai kecil, maka tidak timbul arus listrik yang
menyebabkan reaksi dapat berjalan. Oleh karena itu, pada
prakteknya potensial yang diterapkan menggunakan potensial
dekomposisi ditambah over voltase agar reaksi dapat berjalan.
b. Perhitungan
A. Hukum Faraday
𝑒.𝑖.𝑡 𝐴𝑟
W= e=
𝐹 𝑛
Keterangan :
W = berat endapan dari logam yang diendapkan (g)
i = arus (ampere)
t = waktu (detik)
F = konstanta faraday 96.500
e = berat ekuivelen dari logam yang diendapkan
n = jumlah elektron yang teribat
Ar = massa atom relatif (gram/mol)
Diketahui :
Ar Cu = 63,5 gram/mol
n=2
t = 60 detik
F = 96.500
Ditanya : W… ? (gram)
Jawab
63,5
. 0,6 .60
2
W= 96.500
31,75 .0,6 .60
= 96.500
= 0,8474 x 100%
= 84,74 %
Massa dalam percobaan (W Cu)
= W2 – W1
= 19,6735 – 19,6635
= 0,01 gram (praktik)
W1 = 19,6635 gram
W2 = 19,6735 gram
C. Standar Potensial Sel
E֯ sel = E°anoda - E°katoda
= E° Ag+/Ag - E° Cu2+/cu
= 0,80 v – 0,34 v
= 0,46 v
Katoda = Cu2+ (aq) + 2e- Cu(s) …… X1
Anoda = Ag (s) Ag+ (aq) + e- ……. X2
Cu2+ (aq) +2e- Cu (s)
2 Ag (s) 2 Ag+ (aq) + 2e-
Koefisien kesalahan
l W praktik−w teori l
= 𝑥 100%
0,0118
0,0018
= 0,0118 x 100%
= 15,25 %
b. Dokumentasi
2. Elektroda Ag
3. Larutan CuSO4
4. Rangkaian alat
elektroanalisis
5. Neraca analitik
6. Oven
No. Gambar Keterangan
1 elektroda keranjang Pt (katoda)
1. Dicuci dengan merendam
menggunakan HNO3 pekat
selama 1 menit.
temperatur 110°C
1 elektroda Ag
1. Dibilas dengan aquades
200 mL CuSO4
1. Dituangkan dalam gelas
kimia 250 mL
2. Elektroda dimasukkan ke
dalam gelas kimia dengan
posisi yang berkebalikan
3. Elektroda dihubungkan
dengan elektroanalisis