Anda di halaman 1dari 36

I.

JUDUL PERCOBAAN : Pemisahan Secara Elektrogravimetri

II. TANGGAL PERCOBAAN : Rabu, 02 November 2022

III. WAKTU PERCOBAAN : Pukul 13.00 – 15.00

IV. TUJUAN PERCOBAAN :

1. Memisahkan Cu dari campuran larutan CuSO4

V. DASAR TEORI

1. Pengertian Elektrogravimetri
Analisis gravimetri adalah cara analisis kuantitatif berdasarkan berat
tetap (konstan)nya. Dalam analisis ini, unsur atau senyawa yang
dianalisis dipisahkan dari sejumlah bahan yang dianalisis. Bagian
terbesar analisis gravimetri menyangkut perubahan unsur atau gugus dari
senyawa yang dianalisis menjadi senyawa lain yang murni dan mantap
(stabil), sehingga dapat diketahui berat tetapnya. Berat unsur atau gugus
yang dianalisis selanjutnya dihitung dari rumus senyawa sertaberat atom
penyusunnya.
Elektrogravimetri merupakan suatu analisis pengendapan dengan
reaksi redoks menggunakan arus listrik dari senyawa yang diendapkan,
sedangkan potensial pada proses pengendapan adalah potensial yang
dihitung berdasarkan persamaan Nernst ditambah tahanan dari larutan
atau lebih dari potensial dekomposisi/penguraian (Taufikurrohmah dkk.,
2021). Potensial dekomposisi dari suatu ion logam secara praktek dapat
diketahui dari grafik antara potesial dan arus, seperti gambar berikut:

Gambar 1. Potensial Anoda-Katoda (V)


2. Prinsip Dasar Elektrogravimetri
Pada dasarnya, elektrogravimetri melibatkan pelapisan suatu logam
pada katoda platina yang telah diketahui beratnya dan kemudian
ditimbang kembali untuk menentukan kuantitas logamnya (Underwood
dan Day, 2002). Pemisahan tembaga merupakan salah satu pemakaian
penting dari elektrogravimetri. Pemisahan Cu2+ dari larutan diendapkan
menjadi Cu dalam menerapkan potensialnya tidak sembarangan jika
terlalu kecil tidak terjadi pengendapan dan bila terlalu besar maka semua
kation ikut mengendap sehingga tidak terjadi pemisahan, agar terjadi
pemisahan potensial yang diterapkan sesuai dengan potensial
dekomposisinya. Beda potensial antara katoda dan anoda. Dalam
pemisahan Cu dari larutannya terjadi reaksi:
Namun, dalam prakteknya ditambah potensial yang dihasilkan dari
tahanan larutan kurang lebih 0,2 V yang biasanya disebut sebagai over
voltase (Taufikurrohmah dkk., 2021).

3. Persamaan Nernst
Reaksi kimia dapat menghasilkan energi atau energi. Pertukaran
energi yang terjadi biasanya dalam bentuk panas, tetapi kadang-kadang
dengan mengadakan suatu modifikasi tertentu, energi yang dipertukarkan
tersebut bisa diubah dalam bentuk energi listrik. Sebuah sel elektrik
sederhana yang menghasilkan energi listrik dapat dilihat pada gambar
berikut.

Gambar 2. Sel Elektrokimia


Pada sel elektrokimia seperti pada gambar, elektron akan mengalir
dari anoda tembaga ke katoda seng. Hal ini akan menimbulkan perbedaan
potensial antara kedua elektroda. Perbedaan potensial akan mencapai
maksimum ketika tidak ada arus listrik yang mengalir. Perbedaan
maksimum ini dinamakan GGL sel atau Esel. Esel bergantung pada
berbagai faktor. Bila konsentrasi larutan seng dan tembaga adalah 1,0 M
dan suhu sistem 298 K (25◦C), Esel berada dalam keadaan standar dan
diberi simbol E◦sel. Salah satu faktor yang mempengaruhi Esel adalah
konsentrasi. Persamaan yang menghubungkan konsentrasi dengan Esel
dinamakan persamaan Nernst. Bentuk persamaan tersebut adalah sebagai
berikut.

4. Hukum Faraday dan Hukum Ohm


Elektrogravimetri merupakan suatu cara dimana zat yang diselidiki
dapat berupa logam yang diendapkan di katoda menggunakan cara
elektrolisis. Cara elektrolisis ini berkaitan dengan hukum Faraday dan
hukum Ohm (Soebagio dkk., 2005). Hukum Faraday berbunyi,
“Banyaknya zat yang diendapkan di elektroda selama elektrolisis
berlangsung sebanding dengan jumlah arus listrik yang mengalir melalui
larutan ini”. Untuk menghitung jumlah endapan di elektroda harus sesuai
dengan jumlah listrik yang digunakan dengan mengikuti hukum Faraday:
𝑒.𝑖.𝑡
W= 𝐹
𝐴𝑟
e= 𝑛

Keterangan: W = Berat endapan dari logam yang diendapkan (gram)


i = Arus listrik dalam (A)
t = Waktu (detik)
e = Berat ekivalen dari logam yang diendapkan
n = jumlah elektron yang terlibat dalam reaksi
(Taufikurrohmah dkk., 2021)
Hukum Ohm berbunyi, “Kuat arus yang mengalir melalui suatu
penghantar berbanding terbalik dengan tahanan dan berbanding lurus
dengan tegangan”.
𝐸
I=𝑅

Keterangan :
I = Kuat arus (A)
E = Tegangan (V)
R = Hambatan (Ohm)
(Soebagio dkk., 2005)

5. Elektroda
Elektroda adalah konduktor yang digunakan untuk bersentuhan
dengan bagian atau media non-logam dari sebuah sirkuit (misal
semikonduktor, elektrolit atau vakum). Ungkapan kata ini diciptakan
oleh ilmuwan Michael Faraday dari bahasa Yunani elektron (berarti
amber, dan hodos sebuah cara).
Elektroda adalah suatu sistem dua fase yang terdiri dari sebuah
penghantar elektrolit (misalnya logam) dan sebuah penghantar ionik
(larutan) (Rivai,1995). Elektroda positif (+) disebut anoda sedangkan
elektroda negatif (-) adalah katoda (Svehla,1985).
Reaksi kimia yang terjadi pada elektroda selama terjadinya konduksi
listrik disebut elektrolisis dan alat yang digunakan untuk reaksi ini
disebut sel elektrolisis. Sel elektrolisis memerlukan energi untuk
memompa elektron. (Brady, 1999). Pada anoda terjadi reaksi oksidasi,
yaitu anion (ion negatif) ditarik oleh anoda sehingga jumlah elektronnya
berkurang atau bilangan oksidasinya bertambah.
Jika elektroda inert (Pt, C, dan Au), ada 3 macam reaksi:
1. Jika anionnya sisa asam oksi (misalnya NO3- , SO42- ), maka
reaksinya 2 H2O → 4H+ + O2 + 4e-
2. Jika anionnya OH- , maka reaksinya 4OH- → 2H2O + O2 + 4e-
3. Jika anionnya berupa halida (F- , Cl- , Br- ), maka reaksinya adalah 2
X (halida) → X (halida)2 + 2e-
Pada katoda terjadi reaksi reduksi, yaitu kation (ion positif) ditarik
oleh katoda dan menerima tambahan elektron, sehingga bilangan
oksidasinya berkurang.
1. Jika kation merupakan logam golongan IA (Li, Na, K, Rb, Cs, Fr),
IIA (Be, Mg, Cr, Sr, Ba, Ra), Al, dan Mn, maka reaksi yang terjadi
adalah 2 H2O + 2 e → H2 + 2 OH.
2. Jika kationnya berupa H+ , maka reaksinya 2H+ + 2e- → H2
3. Jika kation berupa logam lain, maka reaksinya (nama logam) x+ + xe
→ (nama logam).

6. Sel Elektrolisis
Elektrolisis adalah penguraian suatu elektrolit oleh arus listrik. Pada
sel elektrolisis, reaksi kimia akan terjadi jika arus listrik dialirkan melalui
larutan elektrolit, yaitu energi listrik (arus listrik) diubah menjadi energi
kimia (reaksi redoks). Tiga ciri utama, yaitu:
1. Ada larutan elektrolit yang mengandung ion bebas. Ion-ion ini dapat
memberikan atau menerima elektron sehingga elektron dapat
mengalir melalui larutan.
2. Ada sumber arus listrik dari luar, seperti baterai yang mengalirkan
arus listrik searah ( DC ).
3. Ada 2 elektroda dalam sel elektrolisis. Elektroda yang menerima
elektron dari sumber arus listrik luar disebut Katoda, sedangkan
elektoda yang mengalirkan elektron kembali ke sumber arus listrik
luar disebutAnoda. Katoda adalah tempat terjadinya reaksi reduksi
yang elektrodanya negative (-) dan Anoda adalah tempat terjadinya
reaksi oksidasi yang elektrodanya positive (+).
Sel Elektrolisis adalah sel yang menggunakan arus listrik untuk
menghasilkan reaksi redoks yang diinginkan dan digunakan secara luas
di dalam masyarakat kita. Baterai aki yang dapat diisi ulang merupakan
salah satu contoh aplikasi sel elektrolisis dalam kehidupan sehari-hari.
Baterai aki yang sedang diisi kembali (recharge) mengubah energi listrik
yang diberikan menjadi produk berupa bahan kimia yang diinginkan. Air,
H2O, dapat diuraikan dengan menggunakan listrik dalam sel elektrolisis.
Proses ini akan mengurai air menjadi unsur-unsur pembentuknya. Reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut :
2H2O (l)  2H2 (g) + O2 (g) ...Pers 1
( Sumber : Hiskia Achmad, 2001 )
Rangkaian sel elektrolisis hampir menyerupai sel volta. Yang
membedakan sel elektrolisis dari sel volta adalah, pada sel elektrolisis,
komponen voltmeter diganti dengan sumber arus (umumnya baterai).
Larutan atau lelehan yang ingin dielektrolisis, ditempatkan dalam suatu
wadah. Selanjutnya, elektroda dicelupkan ke dalam larutan maupun
lelehan elektrolit yang ingin dielektrolisis. Elektroda yang digunakan
umumnya merupakan elektroda inert, seperti Grafit (C), Platina (Pt), dan
Emas (Au). Elektroda berperan sebagai tempat berlangsungnya reaksi.
Reaksi reduksi berlangsung di katoda, sedangkan reaksi oksidasi
berlangsung di anoda. Kutub negatif sumber arus mengarah pada katoda
(sebab memerlukan elektron) dan kutub positif sumber arus tentunya
mengarah pada anoda. Akibatnya, katoda bermuatan negatif dan menarik
kation-kation yang akan tereduksi menjadi endapan logam. Sebaliknya,
anoda bermuatan positif dan menarik anion-anion yang akan teroksidasi
menjadi gas. Terlihat jelas bahwa tujuan elektrolisis adalah untuk
mendapatkan endapan logam di katoda dan gas di anoda.
Faktor yang mempengaruhi elektrolisis antara lain adalah:
1. Penggunaan katalisator
Katalisator Misalnya H2SO4 dan KOH berfungsi mempermudah
proses penguraian air menjadi hidrogen dan oksigen karena ion-ion
katalisator mampu mempengaruhi kesetabilan molekul air menjadi
menjadi ion H dan OH yang lebih mudah di elektrolisis karena terjadi
penurunan energi pengaktifan.
2. Luas permukaan tercelup
Semakin banyak luas yang semakin banyak menyentuh
elektrolit maka semakin mempermudah suatu elektrolit untuk
mentransfer elektronnya. Sehingga terjadi hubungan sebanding jika
luasan yang tercelup sedikit maka semakin mempersulit elektrolit
untuk melepaskan electron dikarenakan sedikitnya luas penampang
penghantar yang menyentuh elektrolit. Sehingga transfer elektron
bekerja lambat dalam mengelektrolisis elektrolit
3. Sifat logam bahan elektroda
Penggunaan medan listrik pada logam dapat menyebabkan
seluruh elektron bebas bergerak dalam metal, sejajar, dan
berlawanan arah dengan arah medan listrik. Konduktivitas listrik
didefinisikan sebagai ratio rapat arus terhadap kuat medan listrik.
Konduktifitas listrik dapat dilihat pada deret volta seperti berikut.

Gambar 3. Deret Volta

4. Konsentrasi Pereaksi
Semakin besar konsentrasi suatu larutan pereaksi maka akan
semakin besar pula laju reaksinya. Ini dikarenakan dengan
prosentase katalis yang semakin tinggi dapat mereduksi hambatan
pada elektrolit. Sehingga transfer electron dapat lebih cepat meng-
elektrolisis elektrolit dan didapat ditarik garis lurus bahwa terjadi
hubungan sebanding terhadap prosentase katalis dengan transfer
elektron.
VI. ALAT DAN BAHAN

 Alat :
- Elektroda keranjang Pt
- Elektroda keranjang Ag
- Gelas kimia 100 mL
- Gelas kimia 250 mL
- Elektroanalisis
- Oven
- Neraca Analitik
 Bahan :
- Aquades
- Larutan CuSO4
- Larutan HNO3

VII. ALUR PERCOBAAN

1 elektroda keranjang Pt (katoda)


1. Dicuci dengan merendam menggunakan HNO3 pekat selama 1 menit
2. Dicuci dengan aquades
3. Dikeringkan dalam oven selama 10 menit dalam temperatur 110°C
4. Ditimbang berat katodanya
5. Dicatat berat katodanya sebagai W1

W1

1 Elektroda Ag

1. Dibilas dengan aquades


2. Dilap dengan tisu

Hasil
200 mL CuSO4
1. Dicampur dalam gelas kimia 250 mL
2. Elektroda dimasukkan ke dalam gelas kimia dengan posisi yang
berkebalikan
3. Elektroda dihubungkan dengan elektroanalisis
4. Larutan dan katoda dielektroanalisis menggunakan potensial 9
volt dengan arus listrik selama 1 menit
5. Diambil katodanya
6. Ditimbang berat katodanya
7. Dicatat berat katodanya sebagai W2
8. Elektroda dicuci kembali menggunakan HNO3 hingga bersih
W2

Reaksi :
 Larutan CuSO4 dengan elektroda Pt
CuSO4 (aq) Cu2+(aq) + SO42-(aq)
Reaksi :
Katoda (reduksi)
Cu2+(aq) + 2e-  Cu(s) | x 2 | 2Cu2+(aq) + 4e-  2Cu(s)
Anoda (oksidasi H2O)
2H2O(l)  O2(g) + 4H+(aq) + 4e- | x 1 | 2H2O(l)  O2(g) + 4H+(aq) + 4e-
Anoda : 2H2O(l)  O2(g) + 4H+(aq) + 4e-
Katoda : 2Cu2+(aq) + 4e-  2Cu(s)
2H2O(l) + 2Cu2+(aq)  O2(g) + 4H+(aq) + 2Cu(s)

 Larutan CuSO4 dengan elektroda Ag


Reaksi :
Katoda (reduksi)
Cu2+(aq) + 2e-  Cu(s)
Anoda (oksidasi)
Ag(s) Ag+(aq) + e-
Anoda : Ag(s) Ag+(aq) + e- |x 2| 2Ag(s) 2Ag+(aq) + 2e-
Katoda : Cu2+(aq) + 2e-  Cu(s) |x 1| Cu2+(aq) + 2e-  Cu(s)
2Ag(s) + Cu2+(aq)  2Ag+(aq) + Cu(s)
VIII. HASIL PENGAMATAN

No. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan


Perc. Sebelum Sesudah
1. - HNO3 pekat = - Elektroda Pt E° - Didapatkan
1 Elektroda keranjang Pt (Katoda) larutan tidak setelah dicuci Ag+ + e- ⇄ Ag W1 = 19, 6635

1. Dicuci dengan merendam menggunakan berwarna dengan HNO3 E° = +0,80 V gram


HNO3 pekat selama ± 1 menit - Keranjang Pt berubah Cu2+ + 2e- ⇄ Cu(s)
2. Dicuci dengan aquades (Katoda) menjadi E° = +0,34 V
3. Dikeringkan dalam oven selama ± 10
berwarna coklat mengkilap Pt2+ + 2e- ⇄ Pt(s)
menit pada temperatur 110°C
4. Ditimbang berat katodanya - Aquades = (putih metal). E° = +1,5 V
5. Dicatat berat katodanya sebagai W1 larutan tidak - Elektroda Pt O2(g) + 4H+(aq) + 4e-
berwarna setelah dicuci ⇄ 2H2O
W1
dengan HNO3 E° = +1,229 V
menjadi bersih (Chang, 2010)
1 Elektroda keranjang Ag (Anoda)
- Setelah dioven
1. Dibilas/ Dicuci dengan Aquades
selama 10
2. Dilap dengan tisu
menit
W2
elektroda Pt
menjadi kering
- Elektroda
ditimbang dan
diperoleh berat
sebesar
19,6635 gram
sebagai W1
2. - CuSO4 larutan - Setelah kedua - Larutan CuSO4 Berdasarkan
200 mL CuSO4
biru elektroda dengan elektroda Pt percobaan yang
1. Dicampur dalam gelas kimia 250 - Arus 0,6 A dimasukkan, CuSO4 (aq) Cu2+(aq) telah dilakukan,
mL
2. Elektroda dimasukkan ke dalam - Elektroda Pt keduanya + SO42-(aq) dapat
gelas kimia dengan posisi yang kering dan berwarna Reaksi : disimpulkan
berkebalikan
3. Elektroda dihubungkan dengan mengkilap hitam dan Katoda (reduksi) bahwa
elektroanalisis - Elektroda Ag muncul Cu2+(aq) + 2e-  Cu(s) pemisahan Cu
4. Larutan dan katoda dielektroanalisis
menggunakan potensial 9 volt berwarna hitam gelembung 2Cu2+(aq) + 4e-  dari larutan
dengan arus listrik selama 1 menit oksigen dari CuSO4 berhasil
2Cu(s)
5. Diambil katodanya
6. Ditimbang berat katodanya anoda Ag Anoda (oksidasi H2O) dilakukan
7. Dicatat berat katodanya sebagai W2 - Setelah dengan
2H2O(l)  O2(g) +
8. Elektroda dicuci kembali
menggunakan HNO3 hingga bersih diangkat dari 4H+(aq) + 4e- efisiensi
larutan CuSO4, elektroda
Anoda : 2H2O(l) 
W2 sebagian besar sebesar
O2(g) + 4H+(aq) + 4e-
elektroda Pt 84,74%.
Katoda : 2Cu2+(aq) +
menjadi tidak
4e-  2Cu(s)
mengkilap
dengan
beberapa
bagian 2H2O(l) + 2Cu2+(aq)
berwarna  O2(g) + 4H+(aq) +
tembaga dan 2Cu(s)
mengkilap - Larutan CuSO4
- Setelah dengan elektroda Ag
dikeluarkan Reaksi :
dari larutan Katoda (reduksi)
CuSO4, Cu2+(aq) + 2e-  Cu(s)
elektroda Ag Anoda (oksidasi)
berwarna Ag(s) Ag+(aq) + e-
hitam Anoda : Ag(s)
- Didapatkan Ag+(aq) + e- |x 2|
w2=19,6735
2Ag(s) 2Ag+(aq) +
gram
2e-
Katoda : Cu2+(aq) + 2e-
 Cu(s)
2Ag(s) + Cu2+(aq) 
2Ag+(aq) + Cu(s)
IX. PEMBAHASAN

Praktikum pemisahan secara elektrogravimetri yang telah dilakukan


bertujuan untuk memisahkan Cu dari campuran larutan CuSO4. Langkah yang
dilakukan pertama kali adalah menyiapkan alat di antaranya yaitu elektroda
keranjang Pt, elektroda keranjang Ag, gelas kimia 100 mL, rangkaian alat
elektroanalisis, oven, neraca analitik dan bahan di antaranya yaitu aquades,
larutan CuSO4, larutan HNO3. Alur pertama yang dilakukan yaitu menyiapkan
elektroda keranjang Pt (katoda) kemudian dicuci dengan merendam
menggunakan HNO3 pekat selama ±1 menit yang kemudian mendapatkan
hasil elektroda mengkilap berwarna putih metal. Tujuan dari pencucian
dengan perendaman tersebut yaitu untuk menghilangkan endapan Cu atau
endapan kotor lainnya yang masih melekat pada kawat atau katoda. Ketika
dicuci dengan HNO3, Cu yang mengendap akan turun dengan HNO3 (Asam
Nitrat) akan membentuk larutan berwarna biru Cu(NO3)2. Reaksi yang terjadi
yaitu sebagai berikut :

Cu(s) + NO3-(aq) + 2e-  Cu(NO3)2(aq) + H+(aq)


Selanjutnya, elektroda dicuci kembali dengan menggunakan aquades
yang bertujuan untuk menghilangkan Cu(NO3)2 dan HNO3 yang masih
menempel sehingga akan menghasilkan elektroda yang bersih. Kemudian,
elektroda bersih tersebut dikeringkan di dalam oven selama ±10 menit pada
suhu 110°C yang bertujuan untuk mengeringkan elektroda yang telah dibilas.
Setelah elektroda menjadi kering, elektroda ditimbang sampai mempunyai
massa yang konstan dengan menggunakan neraca analitik dan dicatat
beratnya sebagai W1 dan didapatkan berat W1 sebesar 19,6635 gram.
Lalu, disiapkan juga 1 elektroda keranjang Ag sebagai anoda dan
dibilas dengan menggunakan aquades, kemudian dilap dengan menggunakan
tisu. Selanjutnya, menyiapkan 200 mL CuSO4 dan dimasukkan ke dalam gelas
kimia berukura 250 mL, lalu dimasukkan kedua elektroda (Pt dan Ag) ke
dalam gelas kimia dengan posisi yang berkebalikan dan dihubungkan dengan
alat elektroanalisis untuk menghasilkan listrik dan akan terjadi reaksi
elektrolisis dengan menggunakan potensial 9 Volt dan arus 0,6 A selama ±1
menit, kemudian akan terjadi proses reaksi redoks tidak spontan di larutan
campuran CuSO4. Elektoda Pt akan bereaksi dengan CuSO4 dimana pada
katoda yang bermuatan negatif akan terjadi proses reduksi Cu2+ dan
menghasilkan endapan hitam Cu seperti karat. Sedangkan pada anoda yang
bermuatan positif terjadi suatu reaksi oksidasi H2O sehingga menghasilkan
gelembung-gelembung udara atau gelembung O2. Karena pada anoda
menggunakan elektroda Ag maka salah satu reaksinya akan terjadi reaksi inert
dimana hal tersebut menimbulkan adanya gelembung-gelembung udara atau
tidak ikut bereaksi. Reaksi yang terjadi yaitu:
 Larutan CuSO4 dengan elektroda Pt
CuSO4 (aq) Cu2+(aq) + SO42-(aq)
Reaksi :
Katoda (reduksi)
Cu2+(aq) + 2e-  Cu(s) | x 2 | 2Cu2+(aq) + 4e-  2Cu(s)
Anoda (oksidasi H2O)
2H2O(l)  O2(g) + 4H+(aq) + 4e- | x 1 | 2H2O(l)  O2(g) + 4H+(aq) +
4e-
Anoda : 2H2O(l)  O2(g) + 4H+(aq) + 4e-
Katoda : 2Cu2+(aq) + 4e-  2Cu(s)
2H2O(l) + 2Cu2+(aq)  O2(g) + 4H+(aq) + 2Cu(s)

 Larutan CuSO4 dengan elektroda Ag


Reaksi :
Katoda (reduksi)
Cu2+(aq) + 2e-  Cu(s)
Anoda (oksidasi)
Ag(s) Ag+(aq) + e-
Anoda : Ag(s) Ag+(aq) + e- |x 2| 2Ag(s) 2Ag+(aq) + 2e-
Katoda : Cu2+(aq) + 2e-  Cu(s) |x 1| Cu2+(aq) + 2e-  Cu(s)
2Ag(s) + Cu2+(aq)  2Ag+(aq) + Cu(s)

Setelah larutan dan katoda dielektroanalisis, katoda diambil


kemudian dikeringkan ke dalam oven selama ±15 menit. Langkah terakhir
yaitu menimbang katoda yang telah dikeringkan sampai mempunyai massa
yang konstan dengan menggunakan neraca analitik dan dicatat beratnya
sebagai W2 yang didapatkan sebesar 19,6735 g.

Berdasarkan data praktikum tersebut dapat diketahui bahwa nilai W1


sebesar 19,6635 gram dan nilai W2 sebesar 19,6735 gram. Dari nilai tersebut
dapat dilakukan perhitungan untuk mengetahui berat eksperimen dengan
rumus W2 – W1 sehingga didapatkan hasil sebesar 0,01 gram. Selain itu, untuk
mengetahui berat secara teori yang dihitung menggunakan rumus hukum
𝑒.𝑖.𝑡
Faraday W = dan didapatkan hasil sebesar 0,0118 gram. Dari nilai-
𝐹
nilai yang didapatkan di atas, maka dapat dilakukan perhitungan untuk
menentukan efisiensi elektroda yang dirumuskan dengan:
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑘𝑎𝑡𝑜𝑑𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛
𝜇 = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑘𝑎𝑡𝑜𝑑𝑎 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑎𝑖 𝑝𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 × 100%

dimana pada praktikum ini mendapatkan hasil efisiensi katoda


sebesar 84,74%. Sementara itu, melalui perhitungan lebih lanjut, Eo sel yang
diperoleh yaitu sebesar 0,46 V dan untuk menentukan koefisien kesalahan
digunakan rumus :

l W praktik−w teori l
Koefisien kesalahan = 𝑥 100%
0,0118

Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh hasil koefisien kesalahan


sebesar 15, 25%.
X. SIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat ditarik


kesimpulan bahwa :

1. Pada proses pemisahan Cu dari campuran larutan CuSO4 secara


elektrogravimetri terjadi reaksi elektrolisis yang menghasilkan endapan
hitam Cu di katoda dan gelembung di anoda.
2. Pada praktikum diperoleh nilai W Cu sebesar 0,01 gram, efisiensi
elektroda yang didapatkan sebesar 84,74%, Eo sel sebesar 0,46 V, dan
koefisien kesalahan sebesar 15,25%

XI. SARAN

Untuk mendapatkan percobaan yang memuaskan lagi maka disarankan


untuk :

1. Praktikan diharapkan memahami terlebih dahulu materi yang akan


dipraktikumkan serta memahami fungsi alat, bahan, dan langkah-langkah
dalam melakukan praktikum dengan baik.
2. Pada saat praktikum praktikan diharapkan memakai alat pelindung
seperti jas laboratorium dan sarung tangan, karena terdapat bahan yang
bersifat toksik dan korosif seperti HNO3 dan CuSO4.
3. Pada saat menimbang dengan neraca analitik jangan lupa untuk menekan
tombol “tare” agar bobot piringan menunjukkan angka nol dan dapat
tercapai pengukuran massa yang konstan.
4. Praktikan harus memperhatikan kebersihan alat dan bahan, pada saat
mencuci katoda harus bersih jangan sampai masih ada endapan hitam Cu
seperti karat karena dapat mempengaruhi massa dari katoda.
5. Praktikan harus lebih teliti ketika melakukan perhitungan.
XII. DAFTAR PUSTAKA

Daftar Pustaka
Achmad, H. (2001). Kimia Larutan. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Brady, J. d. (1999). General Chemistry Principle and Structure, 4th Edition.
New York: John Willey & Sons,Inc.
Chang, R. (2010). Chemistry tenth edition. New York: Mc Graw Hill.
Harrizul, R. (1995). Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: Universitas Indonesia
Press.
Prof. Dr. Titik Taufikurrohmah, M. D. (2021). Penuntun Praktikum Dasar-
Dasar Pemisahan Kimia Analitik . Surabaya: Jurusan Kimia FMIPA
Unesa .
Sari, P. P. (2014). PROTOTYPE HIDROGEN FUEL GENERATOR
(Pengaruh Suplay Arus Listrik dengan Elektrolit Natrium (Hidroksida
Terhadap Produksi Gas Hidrogen). Palembang : Politeknik Negeri
Sriwijaya.
Soebagio, d. (2005). Kimia Analitik II. Malang: UM Press.
Svehla, G. (1990). Vogel Buku Teks Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimikro Edisi Kelima . Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka.
Tjatur, R. d. (2009). roses Elektrolisis pada Prototipe Kompor Air dengan
Pengaturan Arus dan Temperatur. Surabaya : Politeknik Negeri
Surabaya - ITS.
XIII. LAMPIRAN

a. Jawaban Pertanyaan
1. Jelaskan apa yang terjadi bila digunakan potensial yang dihitung
sesuai dengan persamaan Nernst !
Jawab :
Apabila digunakan potensial yang dihitung sesuai dengan
persamaan Nernst, nilainya yaitu sebesar 0,927 Volt, maka nilai
perbedaan potensial elektroda sesuai persamaan Nernst lebih besar
daripada nilai perbedaan potensial elektroda sesuai nilai potensial
reduksi standar yang nilainya sebesar 0,889 Volt.
2. Mengapa endapan yang dihasilkan pada umumya tidak sesuai
dengan perhitungan ?
Jawab :
Endapan yang dihasilkan pada umumnya tidak sesuai dengan
perhitungan hal ini dikarenakan tidak semua arus listrik digunakan
untuk penguraian suatu elektrolit. Sebagian kecil dari arus tersebut
ada yang berubah menjadi energi panas. Pada kabel listrik juga
memiliki hambatan yang bervariasi. Sehingga pada umumnya, arus
listrik yang digunakan tidak 100% untuk penguraian suatu elektrolit.
Selain itu, ada kemungkinan endapannya sifatnya rapuh, larutan
yang ingin diendapkan kemungkinan telah terkontaminasi oleh
elektroda yang rapuh, sehingga mempengaruhi bobot endapan yang
diperoleh.
3. Mengapa pada prakteknya potensial yang diterapkan menggunakan
potensial dekomposisi ditambah over voltase ?
Jawab :
Potensial dekomposisi adalah selisih potensial minimum yang
diperlukan agar reaksi elektrolisis dapat berlangsung, dimana
elektrolisis tersebut dapat berlangsung apabila diberi potensial
tambahan yang diperlukan untuk menentukan harga teoritisnya. Jika
tegangan bernilai kecil, maka tidak timbul arus listrik yang
menyebabkan reaksi dapat berjalan. Oleh karena itu, pada
prakteknya potensial yang diterapkan menggunakan potensial
dekomposisi ditambah over voltase agar reaksi dapat berjalan.

b. Perhitungan
A. Hukum Faraday
𝑒.𝑖.𝑡 𝐴𝑟
W= e=
𝐹 𝑛

Keterangan :
W = berat endapan dari logam yang diendapkan (g)
i = arus (ampere)
t = waktu (detik)
F = konstanta faraday 96.500
e = berat ekuivelen dari logam yang diendapkan
n = jumlah elektron yang teribat
Ar = massa atom relatif (gram/mol)

Diketahui :
Ar Cu = 63,5 gram/mol
n=2
t = 60 detik
F = 96.500
Ditanya : W… ? (gram)
Jawab
63,5
. 0,6 .60
2
W= 96.500
31,75 .0,6 .60
= 96.500

= 0,0118 gram (Teori)


B. Efesiensi Elektroda
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑘𝑎𝑡𝑜𝑑𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛
𝜇 = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑘𝑎𝑡𝑜𝑑𝑎 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑎𝑖 𝑝𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑥 100%
0,01 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 0,0118 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100%

= 0,8474 x 100%
= 84,74 %
 Massa dalam percobaan (W Cu)
= W2 – W1
= 19,6735 – 19,6635
= 0,01 gram (praktik)
 W1 = 19,6635 gram
 W2 = 19,6735 gram
C. Standar Potensial Sel
E֯ sel = E°anoda - E°katoda
= E° Ag+/Ag - E° Cu2+/cu
= 0,80 v – 0,34 v
= 0,46 v
Katoda = Cu2+ (aq) + 2e-  Cu(s) …… X1
Anoda = Ag (s)  Ag+ (aq) + e- ……. X2
Cu2+ (aq) +2e-  Cu (s)
2 Ag (s)  2 Ag+ (aq) + 2e-

Cu2+ (ag) + 2 Ag (s)  Cu (s) + 2 Ag+ (aq)

Koefisien kesalahan

l W praktik−w teori l
= 𝑥 100%
0,0118

0,0018
= 0,0118 x 100%

= 15,25 %
b. Dokumentasi

No. Gambar Keterangan


Alat dan Bahan
1. Elektroda Pt

2. Elektroda Ag

3. Larutan CuSO4
4. Rangkaian alat
elektroanalisis

5. Neraca analitik

6. Oven
No. Gambar Keterangan
1 elektroda keranjang Pt (katoda)
1. Dicuci dengan merendam
menggunakan HNO3 pekat
selama 1 menit.

2. Dicuci dengan aquades


3. Dikeringkan dalam oven
selama 10 menit dalam

temperatur 110°C

4. Elektroda setelah dioven

5. Ditimbang berat katodanya


dan dicatat sebagai W1

1 elektroda Ag
1. Dibilas dengan aquades

2. Dilap dengan tisu

200 mL CuSO4
1. Dituangkan dalam gelas
kimia 250 mL
2. Elektroda dimasukkan ke
dalam gelas kimia dengan
posisi yang berkebalikan

3. Elektroda dihubungkan
dengan elektroanalisis

4. Larutan dan katoda


dielektroanalisis
menggunakan potensial 9
volt dengan arus listrik
selama 1 menit
5. Diambil katodanya dan

dioven dalam suhu 110°C


selama 15 menit

6. Ditimbang berat katodanya


dan dicatat berat katodanya
sebagai W2

7. Elektroda dicuci kembali


menggunakan HNO3
hingga bersih
c. Alur
d. Laporan Sementara Acc

Anda mungkin juga menyukai