Anda di halaman 1dari 23

Nama : Rafi Theda Prabawa

NIM : 121150069
Kelas : Kelas B
Prodi /Jurusan : Teknik Kimia
Mata Kuliah : Kimia Fisika

ELEKTROKIMIA

Konsep termodinamika tidak hanya berhubungan dengan mesin uap, atau transfer energi berupa
kalor dan kerja. Dalam konteks kehidupan sehari-hari aplikasinya sangat luas mulai dari
pemanfaatan baterei untuk menjalankan hampir semua alat elektronik hingga pelapisan logam
pada permukaan logam lain.

Reaksi elektrokimia melibatkan perpindahan elektron – elektron bebas dari suatu logam kepada
komponen di dalam larutan. Kesetimbangan reaksi elektrokimia penting dalam sel galvani (yang
menghasilkan arus listrik) dan sel elektrolisis (yang menggunakan arus listrik). Pengukuran daya
gerak listrik (DGL) suatu sel elektrokimia dalam jangkauan suhu tertentu dapat digunakan untuk
menentukan nilai – nilai termodinamika reaksi yang berlangsung serta koefisien aktifitas dari
elektrolit yang terlibat.

Sel elektrokimia adalah alat yang digunakan untuk melangsungkan perubahan di atas. Dalam


sebuah sel, energi listrik dihasilkan dengan jalan pelepasan elektron pada suatu elektroda
(oksidasi) dan penerimaan elektron pada elektroda lainnya (reduksi). Elektroda yang melepaskan
elektron dinamakan anoda sedangkan elektroda yang menerima elektron dinamakan katoda. Jadi
sebuah sel elektrokimia selalu terdiri :
a. Anoda : Elektroda tempat berlangsungnya reaksi oksidasi
b. Katoda : Elektroda tempat berlangsungnya reaksi reduksi.
c. Larutan elektrolit, larutan ionik dapat menghantarkan arus, larutan ionik dianggap
seperti ”resistor” dalam suatu sirkuit maka ukuran dari sifat-sifat larutan  adalah tahanan, R,
( atau ekuivalent dengan konductan, L) mengikuti hukum Ohm.

Elektrokimia adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara perubahan (reaksi) kimia dengan


kerja listrik, biasanya melibatkan sel elektrokimia yang menerapkan prinsip reaksi redoks dalam
aplikasinya. Ada 2 jenis sel elektrokimia:
(1) Sel yang melakukan kerja dengan melepaskan energi dari reaksi spontan (Sel Volta).
(2) sel yang melakukan kerja dengan menyerap energi dari sumber listrik untuk
menggerakkan reaksi non spontan (Sel Elektrolisis)

SEL VOLTA

Sel Volta (sel galvani) memanfaatkan reaksi spontan (∆G < 0) untuk membangkitkan energi
listrik, selisih energi reaktan (tinggi) dengan produk (rendah) diubah menjadi energi listrik.
Sistem reaksi melakukan kerja terhadap lingkungan

Sel Elektrolisa memanfaatkan energi listrik untuk menjalankan reaksi non spontan (∆G > 0)
lingkungan melakukan kerja terhadap sistem

Kedua tipe sel menggunakan elektroda, yaitu zat yang menghantarkan listrik antara sel dan
lingkungan dan dicelupkan dalam elektrolit (campuran ion) yang terlibat dalam reaksi atau yang
membawa muatan.

KOMPONEN SEL VOLTA

Rangkaian sel elektrokimia pertama kali dipelajari oleh LUIGI GALVANI (1780) dan


ALESSANDRO VOLTA (1800). Sehingga disebut sel Galvani atau sel Volta. Keduanya
menemukan adanya pembentukan energi dari reaksi kimia tersebut. Energi yang dihasilkan dari
reaksi kimia sel Volta berupa energi listrik
Sel Volta terdiri atas elektroda (logam seng dan tembaga) larutan elektrolit (ZnSO4 dan CuSO4),
dan jembatan garam (agar-agar yang mengandung KCl). Logam seng dan tembaga bertindak
sebagai elektroda. Keduanya dihubungkan melalui sebuah voltmeter. Elektroda tempat
berlangsungnya oksidasi disebut Anoda (elektroda negatif), sedangkan elektroda tempat
berlangsungnya reduksi disebut Katoda (elektroda positif)

ELEKTRODA

Elektroda terbagi menjadi dua jenis yaitu anoda dan katoda

Setengah reaksi oksidasi terjadi di anoda. Elektron diberikan oleh senyawa teroksidasi (zat
pereduksi) dan meninggalkan sel melalui anoda. Setengah reaksi reduksi terjadi di katoda.
Elektron diambil oleh senyawa tereduksi (zat pengoksidasi) dan masuk sel melalui katoda.
Setengah sel oksidasi: anoda berupa batang logam Zn dicelupkan dalam ZnSO4. Setengah sel
reduksi: katoda berupa batang logam Cu dicelupkan dalam CuSO4. Terbentuk muatan relatif
pada kedua elektroda dimana anoda bermuatan negatif dan katoda bermuatan positif

Kedua sel juga dihubungkan oleh jembatan garam yaitu tabung berbentuk U terbalik berisi pasta
elektrolit yang tidak bereaksi dengan sel redoks gunanya untuk menyeimbangkan muatan ion
(kation dan anion). Dimungkinkan menggunakan elektroda inaktif yang tidak ikut bereaksi
dalam sel volta ini misalnya grafit dan platinum.
NOTASI SEL VOLTA

•Sel Volta dinotasikan dengan cara yang telah disepakati (untuk sel Zn/Cu2+)

Zn(s)|Zn2+(aq)║Cu2+(aq)|Cu(s)

Bagian anoda (setengah sel oksidasi) dituliskan disebelah kiri bagian katoda. Garis lurus
menunjukkan batas fasa yaitu adanya fasa yang berbeda (aqueous vs solid) jika fasanya sama
maka digunakan tanda koma. Untuk elektroda yang tidak bereaksi ditulis dalam notasi diujung
kiri dan ujung kanan.

POTENSIAL SEL

Sel volta menjadikan perubahan energi bebas reaksi spontan menjadi energi listrik. Energi listrik
ini berbanding lurus dengan beda potensial antara kedua elektroda (voltase) atau disebut juga
potensial sel (Esel) atau gaya electromotive (emf). Untuk proses spontan Esel > 0, semakin
positif Esel semakin banyak kerja yang bisa dilakukan oleh sel

Satuan yang dgunakan 1 V = 1 J/C

Potensial sel sangat dipengaruhi oleh suhu dan konsentrasi, oleh karena itu potensial sel standar
diukur pada keadaan standar (298 K, 1 atm untuk gas, 1 M untuk larutan dan padatan murni
untuk solid).

POTENSIAL SEL STANDAR

Potensial elektroda standar adalah potensial yang terkait dengan setengah reaksi yang ada
(wadah elektroda). Menurut kesepakatan potensial elektroda standar selalu ditulis dalam
setengah reaksi reduksi

Bentuk teroksidasi + ne à bentuk tereduksi E 1/2 sel

Potensial elektroda standar seperti halnya besaran termodinamika dapat dibalik dengan
mengubah tandanya

E sel = E katoda – E anoda

Ilmuwan telah menyepakati untuk memilih setengah reaksi rujukan dengan nilai 0 untuk reaksi:
2H+(aq, 1 M) + 2e à H2(g, 1 atm)  Eorujukan = 0

H2(g, 1 atm) à 2H+(aq, 1 M) + 2e –Eorujukan = 0

Dengan nilai rujukan ini kita bisa menyusun sel volta yang menggunakan elektroda hidrogen
standar sebagai salah satu elektrodanya dan mengukur potensial sel dengan alat ukur, kemudian
kita dapat menentukan potensial elektroda standar banyak zat secara luas. Semua nilai adalah
relatif terhadap elektroda hidrogen standar (referensi)

2H+ (aq, 1 M) + 2e Û H2 (g, 1 atm)

Menurut konvensi semua setengah reaksi ditulis sebagai reaksi reduksi artinya semua reaktan
pengoksidasi dan semua produk pereduksi. Nilai Eo yang diberikan adalah setengah reaksi
tertulis, semakin positif nilainya semakin besar kecenderungan reaksi tersebut terjadi. Nilai Eo
memiliki nilai yang sama tetapi berbeda tanda jika reaksinya kita balik. Berdasarkan tabel
semakin keatas semakin oksidator dan semakin kebawah semakin reduktor.

SEL ELEKTROLISIS

Sel Elektrolisis adalah sel yang menggunakan arus listrik untuk menghasilkan reaksi redoks yang
diinginkan dan digunakan secara luas di dalam masyarakat kita. Baterai aki yang dapat diisi
ulang merupakan salah satu contoh aplikasi sel elektrolisis dalam kehidupan sehari-hari (lihat
Elektrokimia I : Penyetaraan Reaksi Redoks dan Sel Volta). Baterai aki yang sedang diisi
kembali (recharge) mengubah energi listrik yang diberikan menjadi produk berupa bahan kimia
yang diinginkan. Air, H2O, dapat diuraikan dengan menggunakan listrik dalam sel elektrolisis.
Proses ini akan mengurai air menjadi unsur-unsur pembentuknya. Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut : 2 H2O(l) ——> 2 H2(g) + O2(g)

Rangkaian sel elektrolisis hampir menyerupai sel volta. Yang membedakan sel


elektrolisisdari sel volta adalah, pada sel elektrolisis, komponen voltmeter diganti dengan sumber
arus (umumnya baterai). Larutan atau lelehan yang ingin dielektrolisis, ditempatkan dalam suatu
wadah. Selanjutnya, elektroda dicelupkan ke dalam larutan maupun lelehan elektrolit yang ingin
dielektrolisis. Elektroda yang digunakan umumnya merupakan elektroda inert, seperti Grafit (C),
Platina (Pt), dan Emas (Au). Elektroda berperan sebagai tempat berlangsungnya reaksi.
Reaksireduksi berlangsung di katoda, sedangkan reaksi oksidasi berlangsung di anoda. Kutub
negatif sumber arus mengarah pada katoda (sebab memerlukan elektron) dan kutub positif
sumber arus tentunya mengarah pada anoda. Akibatnya, katoda bermuatan negatif dan
menarik kation-kation yang akan tereduksi menjadi endapan logam. Sebaliknya,anoda bermuatan
positif dan menarik anion-anion yang akan teroksidasi menjadi gas. Terlihat jelas bahwa tujuan
elektrolisis adalah untuk mendapatkan endapan logam di katoda dan gas di anoda.

Ada dua tipe elektrolisis, yaitu elektrolisis lelehan (leburan) dan elektrolisis larutan. Pada


proses elektrolisis lelehan, kation pasti tereduksi di katoda dan anion pasti teroksidasi di anoda.
Sebagai contoh, berikut ini adalah reaksi elektrolisis lelehan garam NaCl (yang dikenal dengan
istilah sel Downs) :

Katoda (-) : 2 Na+(l) + 2 e– ——> 2 Na(s) ……………….. (1)

Anoda (+) : 2 Cl–(l) Cl2(g) + 2 e– ……………….. (2)

Reaksi sel : 2 Na+(l) + 2 Cl–(l) ——> 2 Na(s) + Cl2(g) ……………….. [(1) + (2)]

Reaksi elektrolisis lelehan garam NaCl menghasilkan endapan logam natrium di katoda dan


gelembung gas Cl2 di anoda. Bagaimana halnya jika lelehan garam NaCl diganti denganlarutan
garam NaCl? Apakah proses yang terjadi masih sama? Untuk mempelajari reaksielektrolisis
larutan garam NaCl, kita mengingat kembali Deret Volta (lihat Elektrokimia I : Penyetaraan
Reaksi Redoks dan Sel Volta).

Pada katoda, terjadi persaingan antara air dengan ion Na+. Berdasarkan Tabel Potensial Standar
Reduksi, air memiliki E°red yang lebih besar dibandingkan ion Na+. Ini berarti, air lebih
mudah tereduksi dibandingkan ion Na+. Oleh sebab itu, spesi yang bereaksi di katodaadalah air.
Sementara, berdasarkan Tabel Potensial Standar Reduksi, nilai E°red ion Cl– dan air hampir
sama. Oleh karena oksidasi air memerlukan potensial tambahan (overvoltage), makaoksidasi ion
Cl– lebih mudah dibandingkan oksidasi air. Oleh sebab itu, spesi yang bereaksi di anoda adalah
ion Cl–. Dengan demikian, reaksi yang terjadi pada elektrolisis larutan garam NaCl adalah
sebagai berikut :

Katoda (-) : 2 H2O(l) + 2 e– ——> H2(g) + 2 OH–(aq) ………… (1)


Anoda (+) : 2 Cl–(aq) ——> Cl2(g) + 2 e– ……………….. (2)

Reaksi sel : 2 H2O(l) + 2 Cl–(aq) ——> H2(g) + Cl2(g) + 2 OH–(aq) ……………………. [(1) +


(2)]

Reaksi elektrolisis larutan garam NaCl menghasilkan gelembung gas H2 dan ion OH- (basa) di


katoda serta gelembung gas Cl2 di anoda. Terbentuknya ion OH– pada katoda dapat dibuktikan
dengan perubahan warna larutan dari bening menjadi merah muda setelah diberi sejumlah
indikator fenolftalein (pp). Dengan demikian, terlihat bahwa produk elektrolisis lelehan
umumnya berbeda dengan produk elektrolisis larutan.

Selanjutnya kita mencoba mempelajari elektrolisis larutan Na2SO4. Pada katoda, terjadi


persaingan antara air dan ion Na+. Berdasarakan nilai E°red, maka air yang
akan tereduksi dikatoda. Di lain sisi, terjadi persaingan antara ion SO42- dengan air di anoda.
Oleh karena bilangan oksidasi S pada SO4-2 telah mencapai keadaan maksimumnya, yaitu +6,
maka spesi SO42- tidak dapat mengalami oksidasi. Akibatnya, spesi air yang
akan teroksidasi dianoda. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

Katoda (-) : 4 H2O(l) + 4 e– ——> 2 H2(g) + 4 OH–(aq) ……….. (1)

Anoda (+) : 2 H2O(l) ——> O2(g) + 4 H+(aq) + 4 e– ……………….. (2)

Reaksi sel : 6 H2O(l) ——> 2 H2(g) + O2(g) + 4 H+(aq) + 4 OH–(aq) …………………….. [(1)


+ (2)]

6 H2O(l) ——> 2 H2(g) + O2(g) + 4 H2O(l) …………………. [(1) + (2)]

2 H2O(l) ——> 2 H2(g) + O2(g) …………………….. [(1) + (2)]

Dengan demikian, baik ion Na+ maupun SO42-, tidak bereaksi. Yang terjadi justru adalah
peristiwa elektrolisis air menjadi unsur-unsur pembentuknya. Hal yang serupa juga ditemukan
pada proses elektrolisis larutan Mg(NO3)2 dan K2SO4.

Bagaimana halnya jika elektrolisis lelehan maupun larutan menggunakan elektroda yang tidak
inert, seperti Ni, Fe, dan Zn? Ternyata, elektroda yang tidak inert hanya dapat bereaksi di anoda,
sehingga produk yang dihasilkan di anoda adalah ion elektroda yang larut (sebab logam yang
tidak inert mudah teroksidasi). Sementara, jenis elektroda tidak mempengaruhi produk yang
dihasilkan di katoda. Sebagai contoh, berikut adalah proses elektrolisis larutan garam NaCl
dengan menggunakan elektroda Cu :

Katoda (-) : 2 H2O(l) + 2 e– ——> H2(g) + 2 OH–(aq) …………………….. (1)

Anoda (+) : Cu(s) ——> Cu2+(aq) + 2 e– …………………….. (2)

Reaksi sel : Cu(s) + 2 H2O(l) ——> Cu2+(aq) + H2(g) + 2 OH–(aq) …………………….. [(1) +


(2)]

Dari pembahasan di atas, kita dapat menarik beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan reaksi
elektrolisis :

1. Baik elektrolisis lelehan maupun larutan, elektroda inert tidak akan bereaksi; elektroda
tidak inert hanya dapat bereaksi di anoda
2. Pada elektrolisis lelehan, kation pasti bereaksi di katoda dan anion pasti bereaksi di anoda
3. Pada elektrolisis larutan, bila larutan mengandung ion alkali, alkali tanah, ion aluminium,
maupun ion mangan (II), maka air yang mengalami reduksi di katoda
4. Pada elektrolisis larutan, bila larutan mengandung ion sulfat, nitrat, dan ion sisa asam
oksi, maka air yang mengalami oksidasi di anoda

Salah satu aplikasi sel elektrolisis adalah pada proses yang disebut penyepuhan. Dalam
proses penyepuhan, logam yang lebih mahal dilapiskan (diendapkan sebagai lapisan tipis) pada
permukaan logam yang lebih murah dengan cara elektrolisis. Baterai umumnya digunakan
sebagai sumber listrik selama proses penyepuhanberlangsung. Logam yang ingin disepuh
berfungsi sebagai katoda dan lempeng perak (logam pelapis) yang merupakan logam penyepuh
berfungsi sebagai anoda. Larutan elektrolit yang digunakan harus mengandung spesi ion logam
yang sama dengan logam penyepuh (dalam hal ini, ion perak). Pada proses elektrolisis, lempeng
perak di anoda akan teroksidasi dan larut menjadi ion perak. Ion perak tersebut kemudian akan
diendapkan sebagai lapisan tipis pada permukaan katoda. Metode ini relatif mudah dan tanpa
biaya yang mahal, sehingga banyak digunakan pada industri perabot rumah tangga dan peralatan
dapur.
MACAM DAN JENIS ELEKTRODA CARA PEMAKAIANNYA

A. Elektroda Berselaput

Elektroda berselaput yang dipakai pada Ias busur listrik mempunyai perbedaan komposisi selaput
maupun kawat Inti. Pelapisan fluksi pada kawat inti dapat dengah cara destrusi, semprot atau celup.
Ukuran standar diameter kawat inti dari 1,5 mm sampai 7 mm dengan panjang antara 350 sampai 450
mm. Jenis-jenis selaput fluksi pada elektroda misalnya selulosa, kalsium karbonat (Ca C03), titanium
dioksida (rutil), kaolin, kalium oksida mangan, oksida besi, serbuk besi, besi silikon, besi mangan dan
sebagainya dengan persentase yang berbeda-beda, untuk tiap jenis elektroda.

Tebal selaput elektroda berkisar antara 70% sampai 50% dari diameter elektroda tergantung dari jenis
selaput. Pada waktu pengelasan, selaput elektroda ini akan turut mencair dan menghasilkan gas CO2
yang melindungi cairan las, busur listrik dan sebagian benda kerja terhadap udara luar. Udara luar yang
mengandung O2 dan N akan dapat mempengaruhi sifat mekanik dari logam Ias. Cairan selaput yang
disebut terak akan terapung dan membeku melapisi permukaan las yang masih panas.

B. Klasifikasi Elektroda

Elektroda baja lunak dan baja paduan rendah untuk las busur listrik manurut klasifikasi AWS (American
Welding Society) dinyatakan dengan tanda E XXXX yang artInya sebagai berikut :

 E     : menyatakan elaktroda busur listrik


 XX (dua angka)   : sesudah E menyatakan kekuatan tarik deposit las dalam ribuan Ib/in lihat
2

table.
 X (angka ketiga) : menyatakan posisi pangelasan.
 angka 1 untuk pengelasan segala posisi. angka 2 untuk pengelasan posisi datar di bawah tangan
 X (angka keempat) menyataken jenis selaput dan jenis arus yang cocok dipakai untuk
pengelasan lihat table.

Contoh : E 6013 Artinya:

 Kekuatan tarik minimum den deposit las adalah 60.000 Ib/in2 atau 42 kg/mm2
 Dapat dipakai untuk pengelasan segala posisi
 Jenis selaput elektroda Rutil-Kalium dan pengelasan dengan arus AC atau DC + atau DC –

C. Elektroda Baja Lunak


Dan bermacam-macam jenis elektroda baja lunak perbedaannya hanyalah pada jenis selaputnya.
Sedang kan kawat intinya sama.

     
  1. E 6010 dan E 6011

Elektroda ini adalah jenis elektroda selaput selulosa yang dapat dipakai untuk pengelesan dengan
penembusan yang dalam. Pengelasan dapat pada segala posisi dan terak yang tipis dapat dengan mudah
dibersihkan. Deposit las biasanya mempunyai sifat sifat mekanik yang baik dan dapat dipakai untuk
pekerjaan dengan pengujian Radiografi. Selaput selulosa dengan kebasahan 5% pada waktu pengelasan
akan menghasilkan gas pelindung. E 6011 mengandung Kalium untuk mambantu menstabilkan busur
listrik bila dipakai arus AC.

       2. E 6012 dan E 6013

Kedua elektroda ini termasuk jenis selaput rutil yang dapat manghasilkan penembusan sedang.
Keduanya dapat dipakai untuk pengelasan segala posisi, tetapi kebanyakan jenis E 6013 sangat baik
untuk posisi pengelesan tegak arah ke bawah. Jenis E 6012 umumnya dapat dipakai pada ampere yang
relatif lebih tinggi dari E 6013. E 6013 yang mengandung lebih benyak Kalium memudahkan pemakaian
pada voltage mesin yang rendah. Elektroda dengan diameter kecil kebanyakan dipakai untuk pangelasan
pelat tipis.

       3. E 6020

Elektroda jenis ini dapat menghasilkan penembusan las sedang dan teraknya mudah dilepas dari lapisan
las. Selaput elektroda terutama mengandung oksida besi dan mangan. Cairan terak yang terlalu cair dan
mudah mengalir menyulitkan pada pengelasan dengan posisi lain dari pada bawah tangan atau datar
pada las sudut.

       4. Elektroda dengan Selaput Serbuk Besi

Selaput elektroda jenis E 6027, E 7014. E 7018. E 7024 dan E 7028 mengandung serbuk besi untuk
meningkatkan efisiensi pengelasan. Umumnya selaput elektroda akan lebih tebal dengan bertambahnya
persentase serbuk besi. Dengan adanya serbuk besi dan bertambah tebalnya selaput akan memerlukan
ampere yang lebih tinggi.

       5. Elektroda Hydrogen Rendah

Selaput elektroda jenis ini mengandung hydrogen yang rendah (kurang dari 0,5 %), sehingga deposit las
juga dapat bebas dari porositas. Elektroda ini dipakai untuk pengelasan yang memerlukan mutu tinggi,
bebas porositas, misalnye untuk pengelasan bejana dan pipa yang akan mengalami tekanan. Jenis-jenis
elektroda hydrogen rendah misalnya E 7015, E 7016 dan E 7018.

C. Kondisi Pengelasan

Berikut ini diberikan daftar kondisi pengelasan untuk elektroda Philips baja lunak dan baja paduan
rendah.
  Elektroda Untuk Besi Tuang

Elektroda yang dipekai untuk mengelas besi tuang adalah elektroda Baja, elektroda nikel, elektrode
perunggu dan elektroda besi tuang

 Elektroda nikel

Elektroda jenis ini dipakai untuk mengelas besi tuang, bila hasil las masih dikerjakan lagi dengan
mesin. Elektroda nikel dapat dipakai dalam sagala posisi pengelasan. Rigi-rigi las yang
dihasilkan elektroda ini pada besi tuang adalah rata dan halus bila dipakai pada pesawat las DC
kutub terbalik. Karakteristik elektroda nikel dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

 Elektroda Baja

Elektroda jenis ini bila dipakai untuk mengelas besi tuang akan menghasilkan deposit las yang kuat se-
hingga tidak dapat dikerjakan dengan mesin. Dengan demikian elektroda ini dipakai bila hasil las tidak
dikerjakan lagi. Untuk mengelas besi tuang dengan elektroda baja dapat dipakai pesawat las AC atau DC
kutub terbalik.

 Elektroda perunggu

Hasil las dengan memakai elektroda ini tahan terhadap retak, sehingga panjang las dapat ditambah.
Kawat inti dari elektroda dibuat dari perunggu fosfor dan diberi selaput yang menghasilkan busur stabil.

 Elektroda dengan Hydrogen rendah

Elektroda jenis ini pada dasarnya dipakai untuk baja yang mengandung karbon kurang dari 1,5%. Tetapi
dapat juga dipakai pada pengelasan besi tuang dengan hasil yang baik. Hasil lasnya tidak dapat
dikerjakan dengan mesin.

  Elektroda Untuk Aluminium.

Aluminium dapat dilas listrik dengan elektroda yang dibuat dari logam yang sama. Pemilihan elektroda
aluminium yang sesuai dengan pekerjaan didasarkan pada tabel keterangan dari pabrik yang
membuatnya. Elektroda aluminium AWS-ASTM AI-43 untuk las busur listrik adalah dengan pasawat las
DC kutub terbalik dimana pemakaian arus dinyatakan dalam tabel berikut
D. Elektroda untuk palapis Keras

Tujuan pelapis keras dari segi kondisi pemakaian yaitu agar alat atau bahan tahan terhadap kikisan,
pukulan dan tahan aus. Untuk tujuan itu maka Elektroda untuk pelapis keras dapat diklasifikasikan
dalam tiga macam Yaitu elektroda tahan kikisan, elektroda tahan pukulan dan elektroda tahan aus.
 Elektroda tahan kikisan.

Elektroda jenis ini dibuat dari tabung chrom karbida yang diisi dengan serbuk-serbuk karbida. Elektroda
dengan diameter 3,25 mm – 6,5 mm dipakai peda pesawat las AC atau DC kutub terbalik. Elektroda ini
dapat dipakai untuk pelapis keras permukaan pada sisi potong yang tipis, peluas lubang dan beberapa
type pisau.

 Elektroda tahan pukulan.

Elektroda ini dapat dipakai pada pesawat las AC atau DC kutub terbalik. Dipakai untuk pelapis keras
bagian pemecah dan palu.

 Elektroda tahan keausan.

Elektroda ini dibuat dari paduan-paduan non ferro yang mengandung Cobalt, Wolfram dan Chrom.
Biasanya dipakai untuk pelapis keras permukaan katup buang dan dudukan katup dimana temperatur
dan keausan sangat tinggi.
E. MEMILIH BESARNYA ARUS LISTRIK

Besarnya arus listrik untuk pengelasan tergantung pada ukuran diameter dan macam elektroda. Pada
prakteknya dipilih ampere pertengahan. Sebagai contoh; untuk elektroda. E 6010 ampere minimum dan
maximum adalah 80 amp. sampai 120 amp. Sehingga dalam hal ini ampere pertengahan 100 amp.

a. Cara-cara Menyalakan Busur

Untuk mamperoleh busur yang baik di perlukan pangaturan arur (ampere) yang tepat sesuai dengan
type dan ukuran elektroda, Menyalahkan busurd apat dilakukan dengan 2 (dua) cara.

 Bila pesawat Ias yang dipakai pesewat Ias AC, menyalakan busur dilakukan dengan
menggoreskan elektroda pada benda kerja lihat Gbr.
 Untuk menyalakan busur pada pesawat Ias DC, elektroda disentuhkan seperti pada Gbr

Bila elektroda harus diganti sebelum pangelasan selesai, maka untuk melanjutkan pengelasan, busur
perlu dinyalakan lagi. Menyalakan busur kembali ini dilakukan pada tempat kurang lebih 26 mm dimuka
las berhenti seperti pada gambar. Jika busur berhenti di B, busur dinyalakan lagi di A dan kembali ke B
untuk melanjutkan pengelasan. Bilamana busur sudah terjadi, elektroda diangkat sedikit dari pekerjaan
hingga jaraknya ± sama dengan diameter elektroda. Untuk elektroda diameter 3,25 mm, jarak ujung
elektroda dengan permukaan bahan dasar ± 3,25 mm.
b. Pengaruh panjang busur pada hasil las. Panjang busur (L) Yang normal adalah kurang lebih sama
dengan diameter (D) kawat inti elektroda.

Bila panjang busur tepat (L = D), maka cairan elektroda akan mengalir dan mengendap dengan baik.
Hasilnya :

o rigi-rigi las yang halus dan baik.


o tembusan las yang baik
o perpaduan dengan bahan dasar baik
o percikan teraknya halus.

Bila busur terlalu panjang (L > D), maka timbul bagian-bagian yang berbentuk bola dari cairan elektroda.
Hasilnya :

o rigi-rigi las kasar


o tembusan las dangkal
o percikan teraknya kasar dan keluar dari jalur las.

Bila busur terlalu pendek, akan sukar memeliharanya, bisa terjadi pembekuan ujung elektroda pada
pengelasan (lihat gambar 158 c). Hasilnya :

o rigi las tidak merata


o tembusan las tidak baik
o percikan teraknya kasar dan berbentuk bola.

c. Pengaruh Besar Arus.


Besar arus pada pengelasan mempengaruhi hasil las. Bila arus terlalu rendah akan menyebabkan
sukarnya penyalaan busur listrik dan busur listrik yang terjadi tidak stabil. Panas yang terjadi tidak cukup
untuk melelehkan elektroda dan bahan dasar sehingga hasilnya merupakan rigi-rigi las yang kecil dan
tidak rata serta penembusan yang kurang dalam.

Sebaliknya bila arus terlalu besar maka elektroda akan mencair terlalu cepat dan menghasilkan
permukaan las yang lebih lebar dan penembusan yang dalam. Besar arus untuk pengelasan tergantung
pada jenis kawat las yang dipakai, posisi pengelasan serta tebal bahan dasar.

d. Gerakan Elektroda.

Gerakan elektroda pada saat pengelesan ada tiga macam yaitu :

1. Gerakan arah turun sepanjang sumbu elektroda. Gerakan ini dilakukan untuk mengatur jarak
busur listrik agar tetap.
2. Gerakan ayunan elektroda. Gerakan ini diperlukan untuk mengatur lebar jalur las yang
dikehendaki. Ayunan keatas menghasilkan alur las yang kecil, sedangkan ayunan kebawah
menghasilkan jalur las yang lebar. Penembusan las pada ayunan keatas lebih dangkal daripada
ayunan kehawah. Ayunan segitiga dipakai pada jenis elektroda Hydrogen rendah untuk
mendapatkan penembusan las yang baik diantara dua celah pelat.
Beberapa bentuk-bentuk ayunan diperlihatkan pada gambar dibawah ini. Titik-titik pada ujung ayunan
menyatakan agar gerakan las berhenti sejenak pada tempat tersebut untuk memberi kesempatan pada
cairan las untuk mengisi celah sambungan.
Tembusan las yang dihasilkan dengan gerekan ayun tidak sebaik dengan gerakan lurus elektroda. Waktu
yang diperlukan untuk gerakan ayun lebih lama, sehingga dapat menimbulkan pemuaian atau
perubahan bentuk dari bahan dasar. Dengan alasan ini maka penggunaan gerakan ayun harus
memperhatikan tebal bahan dasar.

Alur Spiral

Alur Zig-zag

Alur Segitiga

e. Pengaruh Kecepatan Elektroda Pada Hasil Las.

Kecepatan tangan menarik atau mendorong elektroda waktu mengelas harus stabil, sehingga menghasil-
kan rigi-rigi las yang rata dan halus. Tidak dibolehkan rigi-rigi las yang berbentuk gergaji. Jika elektroda
digerakkan tarlalu lambat, akan dihasilkan jalur yang kuat dan lebar. Hal ini dapat pula menimbulkan
kerusakan sisi las, terutama bila bahan dasar tipis. Bila elektroda digerakkan terlalu cepat, tembusan
lasnya dangkal oleh karena kurang waktu pemanasan bahan dasar dan kurang waktu untuk cairan
elektroda monembus bahan dasar. Bila kecepatan gerakan elektroda tepat, daerah perpaduan dengan
bahan dasar dan tembusan lasnya baik.
f. Las Catat (Las Ikat)

Las catat (tack weld) adalah las kecil (pendek) yang digunakan-untuk semua pakerjaan las permulaan
sebagai pengikat bagian-bagian yang akan dilas, untuk mempertahankan posisi benda kerja.

Panjang las catat :

 Untuk las catat pada ujung-ujung sambungan biasanya tiga sampai empat kali tebal pelat dan
maximum 35 mm.
 Untuk las catat yang berada diantara ujung ujung sambungan, biasanya dua sampai tiga kali
tebal pelat dan maximum 35 mm.

Jarak normal, las catat :

 Untuk pelat baja lunak (mild steel) dengan tebal 3,0 mm, jaraknye adalah 160 mm.
 Jarak ini bertambah 25 mm untuk setiap pertambahan tebal satu milimeter hingga jarak
maximum 800 mm untuk tebal pelat diatas 33,0 mm.

Bila panjang las kurang dari dua kali jarak normal diatas, cukup dibuat las catat pada kedua ujungnya.
Pada sambungan las T, jarak las catat dibuat dua kali jarak normal diatas.
POTENSIAL ELEKTRODA

Arus listrik yang terjadi pada sel volta disebabkan elektron mengalir dari elektroda
negatif ke elektroda positif. Hal ini disebabkan karena perbedaan potensial antara
kedua elektroda. Andaikan kita mengukur perbedaan potensial (∆V) antara dua
elektroda dengan menggunakan potensiometer ketika arus listrik yang dihasilkan
mengalir sampai habis. Maka akan diperoleh nilai limit atau perbedaan potensial saat
arus listriknya nol  yang disebut sebagai potensial sel (E°sel).

Perbedaan potensial yang diamati bervariasi dengan jenis bahan elektroda dan
konsentrasi serta temperatur larutan elektrolit. Sebagai contoh untuk sel Daniell, bila
diukur dengan potensiometer beda potensial pada  suhu 25°C saat konsentrasi ion Zn 2+
dan Cu2+ sama adalah 1,10 V. Bila elektroda Cu/Cu 2+ dalam sel Daniell diganti dengan
elektroda Ag/Ag+ , potensial sel adalah 1,56 V. Jadi dengan berbagai kombinasi
elektroda dapat menghasilkan nilai potensial sel yang sangat bervariasi. Jadi alat
potensiometer digunakan untuk mengukur perbedaan potensial antara dua elektroda
sedangkan untuk mengukur nilai potensial mutlak untuk suatu elektroda tidak bisa
dilakukan.

Oleh karena itu, diperlukan suatu elektroda yang dipakai sebagai standar atau
pembanding dengan elektroda-elektroda yang lainnya. Dan telah ditentukan yang
digunakan sebagai elektroda standar adalah elektroda Hidrogen. Elektroda Hidrogen
terdiri dari gas H2 dengan tekanan 1 atm yang dialirkan melalui sekeping logam platina
(Pt) yang dilapisi serbuk Pt halus pada suhu 25°C dalam larutan asam (H +) 1 M.
Berdasarkan perjanjian elektroda Hidrogen diberi nilai potensial 0,00 Volt.

Potensial sel yang terdiri atas pasangan elektroda hidrogen/standar (H/H +) dan
elektroda Zn/Zn2+ adalah -0,76 V. Bila elektroda Zn/Zn 2+ diganti dengan elektroda
Cu/Cu2+ maka besar potensial selnya menjadi +0,34 V.

H2 + Zn2+ → 2H+ + Zn       E° = -0,76 V


H2 + Cu2+ → 2H+ + Cu       E° = +0,34 V

karena besarnya potensial elektroda hidrogen = 0,00 V maka potensial reduksi (E° red)
Zn dan Cu dapat ditentukan :

Zn2+ + 2e → Zn       E° = -0,76 V  disingkat E°red Zn = -0,76 V

Cu2+ + 2e → Cu      E° = +0,34 V disingkat E° red Cu = +0,34 V

potensial reduksi (E°red) menunjukkan kecenderungan untuk menerima elektron. jadi


berdasarkan nilai potensial elektroda di atas, potensial elektroda Zn bernilai negatif (-)
menunjukkan bahwa  Zn/Zn2+ lebih sukar untuk menerima elektron/direduksi dibanding
dengan H/H+ dan Cu bernilai positif (+) menunjukkan bahwa  Cu/Cu2+ lebih mudah
untuk menerima elektron/direduksi dibanding dengan H/H+.

Semakin sukar untuk direduksi berarti semakin mudah untuk dioksidasi dan sebaliknya
semakin mudah direduksi berarti semakin sukar dioksidasi. karena besar potensial
oksidasi (E°oks) berlawanan dengan potensial reduksi (E° red).

Zn  → Zn2+ + 2e     E° = +0,76 V  disingkat E°oks Zn = +0,76 V

Cu → Cu2+ + 2e     E° = -0,34 V disingkat E°oks Cu = -0,34 V

Potensial Sel  Volta


potensial sel volta dapat ditentukan dengan percobaan dengan menggunakan
potemsiometer/voltmeter dan secara teoritis potensial sel dapat dihitung berdasarkan
perbedaan potensial reduksi (E°red) kedua elektroda atau penjumlahan potensial
oksidasi pada anoda dengan potensial reduksi pada katoda.

 sebagai contoh pada sel daniel :

Zn2+ + 2e → Zn       E° = -0,76 V 


Cu2+ + 2e → Cu      E° = +0,34 V

yang mempunyai harga potensial reduksi (E° red) lebih kecil akan di oksidasi dan yang
potensial reduksi (E°red) lebih besar akan direduksi.

Anoda (oksidasi)       :   Zn            → Zn2+ + 2e     E° = +0,76 V


Katoda (reduksi)       :  Cu2+ + 2e  → Cu               E° = +0,34 V
Reaksi total (redoks) :   Zn + Cu2+ → Zn2+ + Cu    E° = +1,10 V

secara singkat dapat dihitung :

nilai E°red yang lebih kecil akan dioksidasi dan yang lebih besar akan direduksi. maka Zn
akan dioksidasi dan Cu akan direduksi.

E°oks Zn = +0,76 V
E°red Cu = +0,34 V

E°sel  = E°oks + E°red = 0,76 + 0,34 = 1,10 V

nilai potensial sel (E°sel) yang positif menunjukkan bahwa reaksi tersebut dapat
berlangsung secara spontan.

maka sebaliknya reaksi :

Cu + Zn2+ → Cu2+ + Zn     E° = -1,10 V

nilai potensial sel (E°sel) nya negatif menunjukkan bahwa dalam keadaan normal tidak
akan terjadi reaksi. Reaksi dapat terjadi bila ada suplai elektron dari luar/dialiri listrik
yang akan dibahas pada bab sendiri yakni pada bab elektrolisis.

Tabel Potensial Elektroda Standar


Setengah Reaksi Reduksi ( pada Katoda ) E°red (volts)

Li+(aq) + e- → Li(s)
-3.04

K+(aq) + e- → K(s)
-2.92

Ca2+(aq) + 2e- → Ca(s)


-2.76

Na+(aq) + e- → Na(s)
-2.71

Mg2+(aq) + 2e- → Mg(s)


-2.38

Al3+(aq) + 3e- → Al(s)


-1.66

2H2O(l) + 2e- → H2(g) + 2OH-(aq)


-0.83

Zn2+(aq) + 2e- → Zn(s)


-0.76

Cr3+(aq) + 3e- → Cr(s)


-0.74

Fe2+(aq) + 2e- → Fe(s)


-0.41

Cd2+(aq) + 2e- → Cd(s)


-0.40
Ni2+(aq) + 2e- → Ni(s)

-0.23
Sn2+(aq) + 2e- → Sn(s)
-0.14
2+ -
Pb (aq) + 2e → Pb(s)

-0.13
Fe3+(aq) + 3e- → Fe(s)

-0.04
+ -
2H (aq) + 2e → H2(g)

0.00
Sn4+(aq) + 2e- → Sn2+(aq)

0.15
Cu2+(aq) + e- → Cu+(aq)

0.16
- - - -
ClO 4 (aq) + H2O(l) + 2e → ClO 3 (aq) + 2OH (aq)

0.17
AgCl(s) + e- → Ag(s) + Cl-(aq)

0.22
2+ -
Cu (aq) + 2e → Cu(s)

0.34
ClO3-(aq) + H2O(l) + 2e- → ClO2-(aq) + 2OH-(aq)

0.35
IO-(aq) + H2O(l) + 2e- → I-(aq) + 2OH-(aq)

0.49
+ -
Cu (aq) + e → Cu(s)

0.52
I2(s) + 2e- → 2I-(aq)

0.54
- - - -
ClO 2 (aq) + H2O(l) + 2e → ClO (aq) + 2OH (aq)
0.59
3+ - 2+
Fe (aq) + e → Fe (aq)

0.77
Hg22+(aq) + 2e- → 2Hg(l)

0.80
+ -
Ag (aq) + e → Ag(s)

0.80
Hg2+(aq) + 2e- → Hg(l)

0.85
ClO-(aq) + H2O(l) + 2e- → Cl-(aq) + 2OH-(aq)

0.90
2+ - 2+
2Hg (aq) + 2e → Hg 2 (aq)

0.90
NO3-(aq) + 4H+(aq) + 3e- → NO(g) + 2H2O(l)

0.96
- -
Br2(l) + 2e → 2Br (aq)

1.07
O2(g) + 4H+(aq) + 4e- → 2H2O(l)

1.23
Cr2O72-(aq) + 14H+(aq) + 6e- → 2Cr3+(aq) + 7H2O(l)

1.33
- -
Cl2(g) + 2e → 2Cl (aq)

1.36
Ce4+(aq) + e- → Ce3+(aq)

1.44
- + - 2+
MnO4 (aq) + 8H (aq) + 5e → Mn (aq) + 4H2O(l)
1.49
+ -
H2O2(aq) + 2H (aq) + 2e → 2H2O(l)

1.78
Co3+(aq) + e- → Co2+(aq)

1.82
2- - 2-
S2O8 (aq) + 2e → 2SO 4 (aq)

2.01
O3(g) + 2H+(aq) + 2e- → O2(g) + H2O(l)

2.07
F2(g) + 2e- → 2F-(aq)

2.87
tabel di atas lebih dikenal sebagai deret volt, adapun deret volta yang sering keluar
dalam materi SMA disusun dalam baris sebagai berikut :

K-Ba-Sr-Ca-Na-Mg-Al-Zn-Cr-Fe-Ni-Sn-Pb-H-Cu-Hg-Ag-Pt-Au

Semakin ke kanan semakin mudah direduksi yang berarti semakin mudah menerima
elektron dan merupakan oksidator (penyebab zat lain mengalami oksidasi).
Semakin ke kiri semakin mudah dioksidasi yang berarti semakin mudah melepas
elektron dan merupakan reduktor (penyebab zat lain mengalami reduksi).

Logam di sebelah kiri dapat bereaksi dengan ion logam di sebelah kanannya :

Zn + Cu2+ → Zn2+ + Cu

Logam di sebelah kanan tidak dapat bereaksi dengan ion logam di sebelah kirinya :

Cu + Zn2+ → tidak bereaksi


DAFTAR PUSTAKA
http://chemistisme.tumblr.com/post/70650065634/rangkuman-materi-redoks-elektrokimia. Di
akses pada tanggal 10 juni 2016 pukul 20.18 WIB
https://zhivinachem.wordpress.com/reaksi-redoks-dan-elektrokimia/. Di akses pada tanggal 10
juni 2016 pukul 21.05 WIB
http://wikikimia.blogspot.co.id/2015/03/pengertian-elektrokimia.html. Di akses pada tanggal 10
juni 2016 pukul 08.30 WIB
https://id.wikipedia.org/wiki/Elektrokimia. Di akses pada tanggal 10 juni 2016 pukul 19.55 WIB
http://hima-tl.ppns.ac.id/?p=704 Di akses pada tanggal 10 juni 2016 pukul 16.55 WIB
https://mediabelajaronline.blogspot.co.id/2011/09/potensial-elektroda.html Di akses pada tanggal
10 juni 2016 pukul 17.12 WIB

Anda mungkin juga menyukai