Anda di halaman 1dari 22

JURNAL PERKULAIAHAN KIMIA FISIKA II

PERTEMUAN 1 SAMPAI 5

Oleh : Susi Lestari Widiantika, NIM:E1M020063, Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas


Mataram.

Email : susilesatri3008@gamil.com

JURNAL PERTEMUAN 1

MATERI KESETIMBANGAN ELEKTROKIMIA

Sel elektrokimia merupakan pemanfaatan arus listrik yang dihasilkan dari sebuah reaksi kimia
ataupun arus listrik yang menyebabkan terjadinya suatu reaksi kimia. Pemanfaatan sel
elektrokimia banyak digunakan untuk menghasilkan teknologi terbarukan. Sel elektrolisis dan sel
Volta merupakan hasil terapan dari sel elektrokimia yang menggunakan media elektroda dan
larutan elektrolit.

Elektrokimia merupakan ilmu kimia yang mempelajari tentang perpindahan elektron yang
terjadi pada sebuah media pengantar listrik (elektroda). Elektroda terdiri dari elektroda positif
dan elektroda negatif. Hal ini disebabkan karena elektroda tersebut akan dialiri oleh arus listrik
sebagai sumber energi dalam pertukaran elektron. Konsep elektrokimia didasari oleh reaksi
reduksi-oksidasi (redoks) dan larutan elektrolit. Reaksi redoks merupakan gabungan dari
rekasi reduksi dan oksidasi yang berlangsung secara bersamaan. Pada reaksi reduksi terjadi
peristiwa penangkapan elektron sedangkan reaksi oksidasi merupakan peristiwa pelepasan
elektron yang terjadi pada media pengantar pada sel elektrokimia.

Proses elektrokimia membutuhkan media pengantar sebagai tempat terjadinya serah terima
elektron dalam suatu sistem reaksi yang dinamakan larutan. Larutan dapat dikategorikan
menjadi tiga bagian yaitu larutan elektrolit kuat, larutan elektrolit lemah dan larutan bukan
elektrolit . Larutan elektrolit kuat merupakan larutan yang mengandung ion-ion terlarut yang
dapat mengantarkan arus listrik sangat baik sehingga proses serah terima elektron berlangsung
cepat dan energi yang dihasilkan relatif besar. Sedangkan larutan elektrolit lemah merupakan
larutan yang mengandung ion-ion terlarut cenderung terionisasi sebagian sehingga dalam proses
serah terima elektron relatif lambat dan energi yang dihasilkan kecil. Namun demikian proses
elektrokimia tetap terjadi. Untuk larutan bukan elektrolit, proses serah terima elektron tidak
terjadi. Pada proses elektrokimia tidak terlepas dari logam yang dicelupkan pada larutan disebut
elektroda. Terdiri dari katoda dan anoda.

Sebagai contoh sebuah elektroda seng (Zn) yang sudah dimasukkan kedalam sebuah larutan
tembaga (Cu) maka akan mengalami reaksi reduksi dan reaksi oksidasi sebagai berikut:

 Reaksi oksidasi :

 Reaksi reduksi :

Pada proses ini zat yang mengalami oksidasi dinamakan reduktor, sedangkan zat yang

mengalami reduksi disebut oksidator.

Sel elektrokimia terdiri dari sel volta dan sel elektrolisis. Walaupun masing-masing sel

sama-sama akan mengalami proses kimia tetapi terdapat perbedaan yang sangat besar yang

akan dipaparkan sebagai berikut :

1. Sel Volta

Sel Volta merupakan sel elektrokimia yang menghasilkan energi listrik diperoleh dari

reaksi kimia yang berlangsung spontan. Beberapa literatur menyebutkan juga bahwa sel volta sama
dengan sel galvani. Diperoleh oleh gabungan ilmuan yang Bernama Alexander Volta dan Luigi
Galvani pada tahun 1786. Bermula dari penemuan baterai yang berasal dari caian garam.

Pada sel Volta anoda adalah kutub negatif dan katoda kutub positif. Anoda dan katoda akan
dicelupkan kedalam larutan elektrolit yang terhubung oleh jembatan garam.Jembatan garam
memiliki fungsi sebagai pemberi suasana netral (grounding) dari kedua larutan yang menghasilkan
listrik.

Dikarenakan listrik yang dihasilkan harus melalui reaksi kimia yang spontan maka
pemilihan dari larutan elektrolit harus mengikuti kaedah deret volta. Deret volta disusun
berdasarkan daya oksidasi dan reduksi dari masing-masing logam. Urutan deret tersebut sebagai
berikut :

Li, K, Ba, Ca, Na, Al, Mn, Zn, Cr, Fe, Cd, Co, Ni, Sn, Pb Cu, Hg, Pt, Au.

2. Sel Elektrolisis

Sel elektrolisis merupakan sel elektrokimia yang menggunakan sumber energi listrik untuk
mengubah reaksi kimia yang terjadi. Pada sel elektrolisis katoda memiliki muatan negatif
sedangkan anoda memiliki muatan positif. Sesuai dengan prinsip kerja arus listrik. Terdiri dari zat
yang dapat mengalami proses ionisasi, elektrode dan sumber listrik (baterai). Listrik dialirkan dari
kutub negatif dari baterai ke katoda yang bermuatan negatif. Larutan akan mengalami ionisasi
menjadi kation dan anion. Kation di katoda akan mengalami reduksi sedangkan di anoda akan
mengalami oksidasi. Salah satu aplikasi dari sel elektrolisis yaitu penyepuhan logam emas dengan
menggunakan larutan elektrolit yang mengandung unsur emas (Au).

Katoda nilai E0 sel nya lebih besar daripada anoda. Sehingga secara matematis dapat ditulis

Jika E0 sel bernilai (+) = reaksi spontan

Potensial elektroda standar, mengacu pada potensial reaksi reduksi dari suatu zat. Jika
unsur logam diurutkan berdasarkan potensial elektroda standarnya, maka akan didapatkan suatu
deret kereaktifan logam yang biasa disebut dengan deret volta.
Sel volta (sel galvani) adalah sel elektrokimia di mana energi kimia dari reaksi redoks
spontan diubah menjadi energi listrik. Prinsip kerja sel volta dalam menghasilkan arus listrik
adalah aliran transfer elektron dari reaksi oksidasi di anode ke reaksi reduksi di katode melalui
rangkaian luar.

Gambar diatas menunjukkan sel galvani yang terdiri dari elektron hidrogen standar dalam
1 gelas kimia dan zn dari gelas lain yang berisi larutan zn. Ketika ditutup, voltmeter menunjukkan
potensi 0,76. Elektroda seng mulai larut membentuk zn2+ dan ion H+, direduksi menjadi H.
Dengan demikian, elektroda H adalah Katoda, dan elektroda Zn adalah anoda. Diagram untuk sel
galvani ini adalah sebagai berikut :

Setengah reaksi yang benar benar terjadi di dalam sel dan potensial elektroda yang sesuai
adalah

1. Katoda

2. Reduksi

3. Keseluruhan

Atau secara lebih singkat sel elektrokimia terbagi menjadi dua, yaitu sel volta dan sel elektrolisis.
Sel volta: sel elektrokimia yang mengubah energi kimia dari reaksi redoks spontan menjadi energi
listrik. Penerapan sel volta dalam kehidupan sehari-hari, contohnya

 pembuatan baterai perak oksida dan


 pembuatan baterai nikel-kadmium

Sel elektrolisis: sel elektrokimia yang menggunakan energi listrik untuk menjalankan energi
redoks tidak spontan. Pemanfaatan sel elektrolisis dalam kehidupan sehari-hari, contohnya

 penyepuhan logam emas,


 pembuatan senyawa basa, dan
 pembuatan logam natrium.
 Energi Gibs

Energi gibbs adalah suatu potensial termodinamika yang dapat digunakan untuk menghitung
kerja reversibel maksimum yang dapat dilakukan oleh sistem termodinamika pada suhu dan
tekanan konstan.

Perubahan energi bebas (ΔG ) juga merupakan ukuran jumlah kerja maksimum yang dapat
dilakukan selama proses kimia ( ΔG = wmax). Ketika reaktan dan produk dalam keadaan standar,
hubungan antara ΔG° dan adalah sebagai berikut:

ΔG = −nF E∘Cell

NOTE :

 Hal Yang Difahami : kimia sangat penting untuk kita pelajari dan fahami karena tidak ada
Sesutu di dunia ini yang tidak melibatkan ilmu kimia.salah satunya yaitu tentang
kesetimbangan elektrokimia. Konsep elektrokimia didasari oleh reduksi dan oksidasi,serta
lautan elektrolit. Contoh kesetimbangan elektro kimia dalam kehidupan sehari-hari yaitu
Reaksi pengikatan oksigen dalam darah makhluk hidup oleh hemoglobin (Hb) adalah
reaksi kesetimbangan dinamin yang reversible. Hemoglobin dapat mengikat oksigen dan
dapat melepaskannya kembali. Reaksi pengikatan oksigen dalam darah inipun dapat
mengalami pergeseran kesetimbangan jika berada tekanan yang berbeda. emoglobin
mengikat CO lebih kuat dibandingkan saat mengikat O, sehingga tetapan kesetimbangan
reaksi pengikatan karbon monoksida dalam darah lebih tinggi daripada saat mengikat
oksigen. Karena hemoglobin mengikat CO lebih kuat, terlalu banyak menghirup CO akan
membahayakan tubuh karena darah akan terisi penuh CO dan tubuh kekurangan oksigen.
Oleh karena itu saya sangat bersyukur kepaa tuhan, karena telah diberikan kesempatan
untuk bisa belajar kimia.
 Hal Yang Tidak Difahami : puji syukur materi kesetimbangan elektrokimia bisa saya
fahami.

JURNAL PERTEMUAN 2

KESETIMBANGAN PERMUKAAN,KOLOID,BAHAN BAKAR, KOROSI

MATERI BATERAI DAN SEL BAHAN BAKAR


Baterai (sel penyimpanan) adalah sel galvanik (atau serangkaian sel galvanik) yang berisi
semua reaktan yang diperlukan untuk menghasilkan listrik. Baterai adalah perangkat yang
dirancang dengan cerdik yang didasarkan pada hukum dasar yang sama seperti sel
galvanik. Perbedaan utama antara baterai dan sel galvanik yang telah kami jelaskan
sebelumnya adalah bahwa baterai komersial menggunakan padatan atau pasta daripada
larutan sebagai reaktan untuk memaksimalkan keluaran listrik per satuan massa. Ada dua
jenis dasar baterai:
• Baterai sekali pakai (Baterai primer) • Baterai isi ulang (Baterai Sekunder)
Ada tiga Jenis Baterai Primer (Tidak Dapat diisi Ulang)
1) Sel kering Leclanché (Leclanché Dry Cell).
Sel kering Leclanché sebenarnya adalah “sel basah” dimana elektrolitnya adalah pasta
berbasis air asam yang mengandung MnO2, NH4Cl, ZnCl2, grafit, dan pati. Meskipun
murah untuk diproduksi, sel tidak terlalu efisien dalam menghasilkan energi listrik dan
memiliki umur simpan yang terbatas.
2) Baterai Kancing (Button Battery)
Anoda adalah amalgam seng-merkuri, dan katoda dapat berupa HgO (ditampilkan di sini)
atau Ag2O sebagai oksidan. Baterai kancing dapat diandalkan dan memiliki rasio outputke-
massa yang tinggi, yang memungkinkannya digunakan dalam aplikasi seperti kalkulator
dan jam tangan, dimana ukurannya yang kecil sangat penting.

3) Baterai lithium-iodine (Lithium-iodine Battery)


Baterai lithium-iodine terdiri dari dua sel yang dipisahkan oleh jaring nikel logam yang
mengumpulkan muatan dari anoda. Anoda adalah logam litium, dan katoda adalah
kompleks padat I2. Elektrolit adalah lapisan LiI padat yang memungkinkan ion Li+
berdifusi dari katoda ke anoda. Meskipun jenis baterai ini hanya menghasilkan arus yang
relatif kecil, baterai ini sangat andal dan berumur panjang.

MATERI SEL BAHAN BAKAR


Sel Bahan Bakar Sel bahan bakar adalah sel galvanik yang membutuhkan pasokan
reaktan eksternal yang konstan karena produk reaksi terus menerus dihilangkan.
Reaktan yang biasanya digunakan dalam sebuah sel bahan bakar adalah hidrogen di sisi
anode dan oksigen di sisi katode (sebuah sel hidrogen). Biasanya, aliran reaktan mengalir
masuk dan produk dari reaktan mengalir keluar. Sehingga operasi jangka panjang dapat
terus menerus dilakukan selama aliran tersebut dapat dijaga kelangsungannya.Sel bahan
bakar sering kali dianggap sangat menarik dalam aplikasi modern karena efisiensi tinggi
dan penggunaan bebas-emisi, berlawanan dengan bahan bakar umum seperti metana atau
gas alam yang menghasilkan karbon dioksida.

Satu unit fuel cell terdiri dari dua buah elektroda (anoda dan katoda) yang
dipisahkan oleh membran penukar proton (proton exchange membrane) sebagai elektrolit.
Pada anoda, gas hidrogen yang melewati asam dari elektrolit serta bantuan dari katalis
platina (Pt), akan terionisasi menghasilkan elektron dan ion hidrogen (proton). Reaksi ini
akan membebaskan energi. Sementara di katoda, oksigen bereaksi dengan elektron yang
diambil dari elektroda dan proton (ion hidrogen) membentuk air. Dengan demikian limbah
dari proses ini hanya air murni yang aman untuk dibuangBerdasarkan prinsip kerjanya,
hidrogen direaksikan dengan oksigen sehingga menghasilkan listrik, panas dan air. Pada
sisi anoda, hidrogen akan teroksidasi menghasilkan elektron dan ion hidrogen (proton).
Reaksi pada anoda akan membebaskan energi. Sedangkan pada sisi katoda, oksigen akan
tereduksi. Oksigen bereaksi dengan elektron dan ion hidrogen (proton).
MATERI KOROSI

Korosi adalah proses kimia yang membuat logam yang kuat dan mengkilap menjadi
berlubang, rapuh, dan berubah warna menjadi coklat kemerahan yang biasa disebut sebagai karat.
Korosi dapat digolongkan menjadi delapan, yaitu korosi umum, korosi galvanik, korosi celah,
korosi sumur, korosi batas butir, korosi selektif, korosi erosi, dan korosi tegangan.Dalam bahasa
sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Contoh korosi yang paling lazim adalah perkaratan besi.

Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara) mengalami
reduksi. Karat logam umumnya adalah berupa oksida atau karbonat. Rumus kimia karat besi
adalah Fe2O3.nH2O, suatu zat padat yang berwarna coklat-merah. Korosi merupakan proses
elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi itu berlaku sebagai anode, di mana besi
mengalami oksidasi.

Fe(s) <--> Fe2+(aq) + 2e

Elektron yang dibebaskan di anode mengalir ke bagian lain dari besi itu yang bertindak sebagai
katode, di mana oksigen tereduksi.

O2(g) + 4H+(aq) + 4e <--> 2H2O(l) atau O2(g) + 2H2O(l) + 4e <--> 4OH-(aq)

Ion besi(II) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi membentuk ion besi(III) yang
kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi, yaitu karat besi. Mengenai bagian mana dari besi
itu yang bertindak sebagai anode dan bagian mana yang bertindak sebagai katode, bergantung pada
berbagai faktor, misalnya zat pengotor, atau perbedaan rapatan logam itu.

Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena logam bereaksi
secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Ada definisi lain yang mengatakan bahwa
korosi adalah kebalikan dari proses ekstraksi logam dari bijih mineralnya. Contohnya, bijih
mineral logam besi di alam bebas ada dalam bentuk senyawa besi oksida atau Besi(II) sulfida,
setelah diekstraksi dan diolah, akan dihasilkan besi yang digunakan untuk pembuatan baja atau
baja paduan. Selama pemakaian, baja tersebut akan bereaksi dengan lingkungan yang
menyebabkan korosi (kembali menjadi senyawa besi oksida).

 Cara pencegahan korosi pada besi dapat dilakukan sebagai berikut:


1. Pengecatan
Pengecatan berfungsi untuk melindungi besi dari kontak dengan air dan udara. Cat yang
mengandung timbal dan seng akan lebih melindungi besi terhadap korosi. Pengecatan
harus sempurna karena jika terdapat bagian yang tidak tertutup oleh cat, maka besi di
bawah cat akan terkorosi. Pagar bangunan dan jembatan biasanya dilindungi dari korosi
dengan pengecatan.
2. Dibalut plastik
Plastik mencegah terjadinya kontak besi dengan air dan udara. Peralatan rumah tangga
biasanya dibalut plastik untuk menghindari korosi.
3. Pelapisan dengan krom (Cromium plating)
Krom memberi lapisan pelindung, sehingga besi yang dikrom akan menjadi mengkilap.
Cromium plating dilakukan dengan proses elektrolisis. Krom dapat memberikan
perlindungan meskipun lapisan krom tersebut ada yang rusak. Cara ini umumnya dilakukan
pada kendaraan bermotor, misalnya bumper mobil.
4. Pelapisan dengan timah (Tin plating )
Timah termasuk logam yang tahan karat. Kemasan kaleng dari besi umumnya dilapisi
dengan timah. Proses pelapisan dilakukan secara elektrolisis atau electroplating. Lapisan
timah akan melindungi besi selama lapisan itu masih utuh. Apabila terdapat goresan, maka
timah justru mempercepat proses korosi karena potensial elektrode besi lebih positif dari
timah.

5. Pelapisan dengan seng (Galvanisasi)


Seng dapat melindungi besi meskipun lapisannya ada yang rusak. Hal ini karena potensial
elektrode besi lebih negatif daripada seng, maka besi yang kontak dengan seng akan
membentuk sel elektrokimia dengan besi sebagai katode. Seng akan mengalami oksidasi
sehingga besi akan lebih awet.
6. Pengorbanan anode (Sacrificial Anode)
Perbaikan pipa bawah tanah yang terkorosi mungkin memerlukan perbaikan yang mahal
biayanya. Hal ini dapat diatasi dengan teknik sacrificial anode, yaitu dengan cara
menanamkan logam magnesium kemudian dihubungkan ke pipa besi melalui sebuah
kawat. Logam magnesium itu akan berkarat, sedangkan besi tidak karena magnesium
merupakan logam yang aktif .
NOTE:
 Puji syukur atas karunia tuhan saya bisa memahami materi kesetimbangan
permukaan,koloid,bahan bakar, korosi.

JURNAL PERTEMUAN 3
TEGANGAN PERMUKAAN
Materi Tegangan Permukaan

Tegangan permukaan adalah gaya atau tarikan ke bawah yang menyebabkan permukaan
cairan berkonstraksi dan benda dalam keadaan tegang. Hal ini terjadi, karena disebabkan oleh gaya
tarik yang tidak seimbang pada permukaan cairan. Selain itu, tekanan permukaan juga dapat
diartikan sebagai sifat dari cairan terhadap udara sehingga membuatnya bertindak seolah-olah
dilapisi oleh selaput tipis.

 Partikel zat cair dibagian dalam cairan : Akan mengalami gaya interaksi antar partikel
kesegala arah dan mengalami kesetimbangan gaya.
 Partikel zat cair dipermukaan : Akan mengalami gaya tarik / interaksi kebawah yang
lebih besar.
Sifat fisik yang berhubungan dengan gaya antar molekul dalam cairan dan didefinisikan
sebagai hambatan peningkatan luas permukaan cairan. Akibat gaya tarik yang lebih besar
ini yang cenderung membuat partikel zat cair sekecil mungkin

 Bagian dalam partikel zat cair akan mengalami gaya interaksi antar partikel ke segala arah
dan mengalami kesetimbangan gaya.
 Partikel zat cair pada bagian permukaan akan mengalami gaya tarik atau interaksi kebawah
yang lebih besar.

Cara – Cara Penentuan Tegangan Permukaan ( Γ ) Cairan Atau Larutan

A. Cara kenaikan kapiler


1. Untuk θ < 90ο (cairan membasahi dinding)

h = tinggi cairan
𝝆 = masa jenis cairan r = jari-jari kapiler
g = grafitasi 𝜽 = sudut kontak

2. Untuk θ > 90ο (cairan tidak membasahi dinding)


Dengan rumusan sebagai berikut:

B. Cara tekanan gelembung maksimum


C. Cara pelepasan
 Berat tetesan

D. Cara cincin Du Nouy Metode ini digunakan untuk mengukur tegangan permukaan atau
tegangan antarmuka, dimana yang diukur adalah tarikan maksimum cincin pada
permukaan cairan atau gaya yang dibutuhkan untuk mengangkut cincin dari permukaan
cairan.
E. Cara Pelat Wilhelmy Yang ditentukan adalah berat yang diperlukan untuk mengimbangi
berat pelat sewaktu keluar dari cairan.

Ket:
l = lebar pelat t = tebal pelat

F. Cara berdasarkan bentuk tetesan atau gelembung static


 Untuk tetes stesil

 Untuk tetes menggatung

G. Cara Dinamik (Metode Aliran) Cairan disemburkan lewat pipa yang berbentuk
sedemikian rupa sehingga cairan itu akan berosilasi.

𝝆 = rapat massa cairan r = jumlah jari-jari maksimum dan


𝒗 = kecepatan volume minimum
λ = panjang gelombang osilasi b = r max – r min

Rumus umum tegangan permukaan

γ = F / d atau γ = F / 2L
Keterangan:

F = Gaya yang bekerja (N)

d = panjang benda (m)

γ = Tegangan Permukaan (N/m)

L =panjang batas antara benda dengan permukaan zat cair (m)

Faktor yang mempengaruhi tekanan permukaan

1. Suhu

Semakin tinggi suhu, maka semakin rendah tekanan permukaannya.

2. Konsentrasi

Solut yang ditambahkan kedalam larutan, akan menurunkan tekanan muka. Karena
mempunyai konsentrasi di permukaan yang lebih besar daripada di dalam larutan.

3. Tekanan

Tegangan permukaan berbanding lurus dengan tekanan, sehingga jika tekanan naik maka
tegangan permukaan cairan tersebut juga meningkat dan sebaliknya. Jika tekanan menurun,
maka tegangan permukaan juga turun.

4. Jenis cairan

Cairan yang memiliki gaya tarik antar molekulnya besar ,seperti air,maka tegangan
permukaanya juga besar.maka sebaliknya seperti bensin karena gaya tarik antar molekulnya
kecil maka permukaanya juga kecil.

dibawah ini ada beberapa penerapan tegangan permukaan yang ada dalam kehidupan sehari –
hari, yaitu:

a. Sabun cuci sengaja dibuat untuk mengurangi tegangan permukaan air, jadi bisa
meningkatkan kemampuan air buat membersihkan kotoran yang melekat pada
pakaian.
b. Mencuci pakaian dengan air hangat atau air panas lebih bersih, karena dengan suhu
yang tinggi tegangan permukaan akan semakin kecil dan kemampuan air buat
membasahi pakaian yang kotor lebih meningkat lagi.
c. Alkohol dan antiseptik pada umumnya punya kemampuan buat membunuh kuman,
dan punya tegangan permukaan yang rendah, jadi bisa membasahi seluruh
permukaan kulit yang luka.
d. Itik dan angsa bisa berenang dan terapung di atas permukaan air karena bulu –
bulunya gak basah oleh air. Kalo air dicampur dengan detergen, maka tegangan
permukaan akan mengecil, itik dan angsa yang berenang bulu – bulunya akan basah.
Jadi, itik dan angsa tersebut bisa aja tenggelam.
e. Gelembung yang dihasilkan oleh air sabun merupakan salah satu contoh adanya
tegangan permukaan.

NOTE :

 Hal yang difahami : pada materi ini hal yang bisa saya fahami lebih ke konsep
dari tegangan permukaan itu baik itu dari pengertian,contoh dari tegangan
permukaan , factor-faktor yang mempengaruhi tegangan permukaan itu sendiri.
 Hal yang tidak difahami : pada materi tegangan permukaan ini saya bingung di
bagian perumusannya yaitu cara mmenetukan tegangan permukaan yang terdiri
dari 7 cara.
 Usaha : usaha yang saya lakukan untuk mengatsi masalah atau hal yang tidak
sya fahami pada materi ini yaitu dengan cara menonton youtube terutama di
bagian ,rumusnya dan membaca ulang keteranga dari setiap rumus.

JURNAL PERTEMUAN 4
ADSORPSI

Adsorpsi (penyerapan) adalah suatu proses pemisahan dimana komponen dari satu fase
fluida berpindah ke permukaan zat pada yang menyerap (adsorben). Adsorpsi juga adalah
peristiwa penyerapan / pengayaan (enrichment) suatu komponen di daerah antar fasa. Pada
peristiwa adsorpsi, komponen akan berada di daerah antar muka, tetapi tidak masuk ke dalam fasa
ruah.
Komponen yang terserap disebut adsorbat (adsorbate), sedangkan daerah tempat terjadinya

penyerapan disebut adsorben (adsorbent/ substrate). Berdasarkan sifatnya, adsorpsi dapat


digolongkan menjadi adsorpsi fisik dan kimia.

Adsorpsi Fisik

• Molekul terikat padaadsorben oleh gaya van der waals

• Mempunyai entalpi reaksi -4 sampai 40 kj/mol

• Dapat membentuk lapisan multilayer

• Adsorpsi hanya terjadi pada suhu dibawah titik didih adsorbat

• Tidak melibatkan enrgi aktifasi tertentu

• Bersifat tidak spesifik

Adsorpsi kimia

• Molekul terikat pada adsorben oleh ikatan kimia

• Mempunyai entalpi reaksi -40 sampai -800kj/mol

• Membentuk lapisan monolayer

• Jumlah adsorpsi pada permukaan merupakan karakteristik adsorben dan adsorbat

• Melibatkan energy aktifasi tertentu

• Bersifat sangat spesifik

ISOTERM ADSORPSI

Isoterm Adsorpsi Langmuir

Pendekatan Langmuir meliputi lima asumsi mutlak, yaitu

1. Gas yang teradsorpsi berkelakuan ideal dalam fasa uap

2. Gas yang teradsorpsi dibatasi sampai lapisan monolayer

3. Permukaan adsorbat homogen


4. Tidak ada antaraksi lateral antar molekul adsorbat

5. Molekul gas yang teradsorpsi terlokalisasi

2. Isotherm Adsorpsi BET.

Teori isoterm adsorpsi BET merupakan hasil kerja dari S. Brunauer, P.H. Emmet, dan E.

Teller. Teori ini menganggap bahwa adsorpsi juga dapat terjadi di atas lapisan adsorbat

monolayer. Sehingga, isoterm adsorpsi BET dapat diaplikasikan untuk adsorpsi multilayer.

• Keseluruhan proses adsorpsi dapat digambarkan sebagai

1. Penempelan molekul pada permukaan padatan (adsorben) membentuk lapisan

monolayer

2. Penempelan molekul pada lapisan monolayer membentuk lapisan multilayer

Pada pendekatan ini, perbandingan kekuatan ikatan pada permukaan adsorben dan pada lapisan
adsorbat monolayer didefinisikan sebagai konstanta c. Lapisan adsorbat akan terbentuk sampai
tekanan uapnya mendekati tekanan uap dari gas yang teradsorpsi. Pada tahap ini, permukaan dapat
dikatakan ”basah (wet)”.

3. Isoterm Adsorpsi Frendlich

Adsorpsi zat terlarut (dari suatu larutan) pada padatan adsorben merupakan hal yang penting.
Aplikasi penggunaan prinsip ini antara lain penghilangan warna larutan (decolorizing) dengan
menggunakan batu apung (charcoal?) dan proses pemisahan dengan menggunakan teknik
kromatografi. Pendekatan isoterm adsorpsi yang cukup memuaskan dijelaskan oleh H. Freundlich.
Menurut Freundlich, jika y adalah berat zat terlarut per gram adsorben dan c adalah konsentrasi
zat terlarut dalam larutan, maka

y = k c1/n ............................... (3)


log y = log k + 1/n log c ........... (4)

Dimana k dan n adalah konstanta empiris. Jika persamaan (3) diaplikasikan untuk gas,
maka y adalah jumlah gas yang teradsorpsi dan c digantikan dengan tekanan gas. Plot log y
terhadap log c atau log P menghasilkan kurva linier. Dengan menggunakan kurva tersebut, maka
nilai k dan n dapat ditentukan.

JURNAL PERTEMUAN 5
KOLOID

Istilah koloid berasal dari bahasa Yunani, yaitu “kolla” dan “oid”. Kolla berarti lem
sedangkan oid berarti seperti. Dalam hal ini yang dikaitkan dengan lem adalah sifat difusinya,
sebab sistem koloid mempunyai nilai difusi yang rendah seperti lem. Sistem koloid merupakan
suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi (campuran kasar).
Tiga jenis campuran yaitu campuran kopi dalam air (suspensi), campuran garam dalam air
(larutan) dan campuran susu dalam air (koloid).

Jadi, koloid adalah campuran heterogen dan merupakan sistem dua fase. Dua fase ini
meliputi zat terlarut sebagai partikel koloid atau yang sering dikenal dengan fase terdispersi serta
zat yang merupakan fase kontinu dimana partikel koloid terdispersi yang disebut medium
pendispersi. Ukuran partikel koloid berkisar antara 10-7 – 1—5 (1-100 nm). Ukuran inilah yang
membedakan koloid dengan larutan dan suspense.
Jenis Koloid Berdasarkan fase terdispersinya sistem koloid dapat dikelompokan menjadi tiga
yaitu :

1. SOL (Fasa terdispersi padat)


Sol Padat → sol dalam medium pendispersi padat → paduan logam, gelas berwarna dan
intan.
Sol cair → sol dalam medium pendispersi cair → cat, tinta, tepung dalam air, dan tanah
liat.
Sol gas → sol dalam medium pendiapeesi gas → debu di udara dan asap pembakaran.
2. EMULSI (Rasa terdispersi cair) • Emulsi padat (gel) → emulsi dalam medium pendispersi
padat → jeli, keju, mentega dan nasi. • Emulsi cair (emulsi) → emulsi dalam medium
pendispersi cair → susu, mayones, dan krim.
Emulsi gas (aerosol cair) → emulsi dalam medium pendispersi gas → awan, kabut,
hairspray, dan obat nyamuk semprot.
3. BUIH (Rasa terdispersi gas)
Buih padat → buih dalam medium pendispersi padat → batu apung, stayrofoam, dan karet.
Buih cair → buih dalam medium pendespersi cair → putih telur yang dikocok, busa sabun,
dan krim kopi.

Sifat Koloid

1. Efek Tyndall merupakan penghamburan cahaya oleh partikel koloid. Partikel dari larutan lebih
kecil dari partikel koloid, karena partikel koloid lebih besar dari larutan (partikel larutan < partikel
koloid), sehingga berkas cahaya bisa dihamburkan.

2. Gerak Brown merupakan gerak acak atau gerak tidak beraturan dari partikel koloid, hal ini dapat
kita lihat hanya dengan mikroskop ultra alias tidak bisa kita lihat dengan kasat mata. Partikel ini
bergerak acak karena adanya tumbukkan. Sedangkan pada suspensi tidak ditemukan gerak brown,
karena partikelnya terlalu besar, sedangkan pada larutan terjadi gerak brown karena partikelnya
kecil, namun tidak dapat teramati dengan mikroskop ultra.

3. Adsorpsi merupakan proses penyerapan, biasa yang diserap itu adalah ion-ion oleh partikel
koloid, hal ini terjadi karena luas partikel koloid itu cukup besar sehingga ion-ion itu bisa
menempel di permukaan, yaitu ada ion positif dan ion negatif. Karena koloid mampu menyerap
ion-ion maka koloid bisa bermuatan sesuai dengan muatan ion yang diserap. Selama koloid
bermuatan, maka koloid ini tidak akan menggumpal karena muatan ion-ion yang sejenis tersebut
akan saling tolak menolak.

4. Koagulasi Koloid adalah proses penggumpalan partikel koloid, karena koloid bermuatan jika
dihubungkan dengan muatan sejenis akan tolak menolak sehingga tidak akan menggumpal, namun
lain halnya, jika muatan koloid di netralkan, sehingga tidak ada lagi tolak menolak, sehingga
koloid bisa saling menyatu atau berkelompok sehingga terjadi koagulasi.

5. Dialisis adalah Proses pemurnian koloid dari ion-ion pengganggu. Dengan menggunakan
membran semipermeabel, ketika dialirkan air, koloid akan mendorong ion akan keluar, karena
ukuran ion-ion pengganggu tersebut memiliki ukuran yang lebih kecil, sedangkan koloid karena
ukurannya lebih besar sehingga tidak dapat menembus membran semipermeabel. Proses ini
diterapkan dalam dunia nyata yaitu cuci darah, itulah kenapa nama proses cuci darah namanya
hemodialisis.

Pembuatan Koloid

1. Cara Kondensasi

Kondensasi adalah proses pembuatan koloid dari larutan. Dimana dalam kondensasi ini,

dibagi menjadi 2 (dua) lagi prosesnya yaitu secara fisika, dan secara kimia. Secara fisika,

prosesnya berupa mengubah pelarut, sedangkan secara kimia, melibatkan reaksi kimia

seperti, reaksi hidrolisis, dan reaksi redoks.

2. Dispersi

Sebaliknya, dispersi adalah proses pembuatan koloid dari suspensi, dari partikel yang besar

diubah menjadi partikel yang kecil. Dispersi ini juga dibedakan menjadi 3 proses :

 Secara mekanik, prosesnya yaitu digerus atau ditumbuk untuk mengecilkan partikel dan

kemudian ditambahkan medium berupa zat cair yang panas.

 Secara peptisasi, menambahkan ion yang sejenis dalam suatu endapan.


 Secara busur berdia atau berdig, prinsipnya adalah mengalirkan arus bertegangan tinggi
kedua buah elektroda dimana elektroda tersebut harus logam dan tercelup pada suatu

medium yaitu air.

NOTE:

Pada pertemuan 4 dan 5 materi adsorbs 2 kali di bahas karena pada pertemuan 4 para mahasiswa
banyak yang belum memahami materi tentang adsorbs jadi materi ini di perdalam lagi pada
pertemuan ke 5, dan pada petemuan ke 5 ini saya mendapatkan kesempatan untuk presentasi
tentang teri adsorpsi, jadi alhamdulilah saya bisa memahami materi ini ,karena sudah belajar
sebelum presentasi.

Anda mungkin juga menyukai