Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM

ELEKTROLISIS

Disusun oleh :

Nama : Lilia Rahma Hasrang


Stambuk : 09320220139
Kelas/Kelompok : C4/4(Empat)

Asisten

(Nur Farhana)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sel elektrokimia adalah tempat terjadinya aliran elektron yang
ditimbulkan oleh konversi energi kimia, melalui pemisahan reaksi oksidasi
dan reaksi reduksi dari suatu redoks, menjadi energi listrik atau sebaliknya.
Sel elektrokimia dibedakan menjadi sel volta (sel gal gavina dan sel
elektrolisis). Sel elektrolisis merupakan kebalikan dari sel volta sel volta
melibatkan reaksi redoks spontan yang menghasilkan perubahan energi
kimia menjadi energi listrik, sedangkan sel elektrolisis melibatkan reaksi
redoks tidak spontan dan memerlukan arus listrik dari luar reaksi elektrolisis
terjadi ketika listrik dialirkan melalui elektrolit. Elektrolisis juga dapat
diartikan sebagai penguraian ion. Ion yang disebabkan arus listrik. Bila
elektrolitnya merupakan lelehan senyawa ion, maka kation akan direduksi di
katoda, sedangkan anion dioksidasi di anoda.
Elektrolisis adalah proses yang menggunakan energi listrik agar reaksi
kimia tidak spontan dapat terjadi. Reaksi elektrolisis mengubah energi
listrik menjadi energi kimia reaksi elektrolisis terjadi di sel elektrolisis. Sel
elektrolisis adalah sel elektro kimia atau tempat di mana energi listrik
digunakan untuk menghasilkan reaksi redoks tidak spontan. Prinsip dasar
elektrolisis adalah memanfaatkan reaksi oksidasi dan reduksi (redoks) dan
tidak memerlukan jembatan garam seperti sel volta. Elektrokimia
merupakan ilmu kimia yang mempelajari tentang perpindahan elektron yang
terjadi pada sebuah media pengantar listrik (elektroda).
Sel elektrolisis adalah sel yang menggunakan arus listrik untuk
menghasilkan reaksi redoks yang diinginkan dan digunakan secara luas di
masyarakat. Baterai aki yang dapat diisi ulang merupakan salah satu contoh
aplikasi sel elektrolisis dalam kehidupan sehari- hari. Baterai aki yang
sedang diisi kembali (recharge) mengubah energi listrik yang diberikan
menjadi produk berupa bahan kimia yang diinginkan. Ada dua tipe
elektrolisis, yaitu elektrolisis lelehan (leburan) dan elektrolisis larutan.
(Alponita et al. 2018).
1.2 Tujuan Percobaan
Mempelajari proses elektrolisis larutan KI dan FeCl3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Elektrolisis
Elektrolisis adalah peristiwa penguraian elektrolit oleh arus listrik
searah dengan menggunakan dua macam elektroda. Elektroda tersebut
adalah katoda (elektroda yang dihubungkan dengan kutub negatif) dan
anoda (elektroda yang dihubungkan dengan kutub positif). Pada anoda
terjadi reaksi oksidasi, yaitu anion (ion negatif) ditarik anoda sehingga
jumlah elektronnya berkurang atau bilangan oksidasinya bertambah.
Proses penyepuhan logam-logam merupakan proses elektrolisis. Untuk
terjadinya proses elektrolisis diperlukan energi listrik dari sumbernya.
Dengan demikian, pada elektrolisis terjadi perubahan energi dari energi
listrik menjadi energi kimia. Reaksi redoks yang mengakibatkan terjadinya
perubahan energi kimia menjadi energi listrik, atau sebaliknya merupakan
proses elektrokimia.
Sel Elektrolisis adalah sel yang menggunakan arus listrik untuk
menghasilkan reaksi redoks yang diinginkan dan digunakan secara luas di
masyarakat. Baterai aki yang dapat diisi ulang merupakan salah satu contoh
aplikasi sel elektrolisis dalam kehidupan sehari- hari. Baterai aki yang
sedang diisi kembali (recharge) mengubah energi listrik yang diberikan
menjadi produk berupa bahan kimia yang diinginkan. Sel elektrolisis adalah
penggunaan energi listrik untuk menjalankan reaksi kimia. Secara teoritis,
sel elektrolisis merupakan bagian dari sel elektrokimia, di mana energi
listrik digunakan untuk menjalankan reaksi redoks tidak spontan. Secara
umum, sel elektrolisis tersusun dari:
1. Elektrolit, yaitu zat yang dapat menghantarkan listrik.
2. Sumber listrik yang menyuplai arus searah (Direct Current =
DC), misalnya baterai.
3. Anode, yaitu elektrode tempat terjadinya reaksi oksidasi (kutub
positif).
4. Katode, yaitu elektrode tempat terjadinya reaksi reduksi
(kutub
negatif).
Air, H2O, dapat diuraikan dengan menggunakan listrik dalam sel
elektrolisis. Proses ini akan mengurai air menjadi unsur-unsur
pembentuknya.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
2 H2O(I) → 2 H2(g) + O2(g)
Pada reaksi elektrolisis terjadi peristiwa penguraian elektrolit oleh
arus listrik searah. Elektrolit yang digunakan dapat berupa lelehan atau
larutan. Bila arus listrik dialirkan ke dalam elektrolit, maka akan terjadi
pergerakan ion-ion. Ion-ion positif akan tertarik ke kutub negatif (katoda)
dan dibebaskan akan (direduksi) menjadi spesi yang netral. Ion negatif akan
bergerak ke kutub positif (anoda) dan teroksidasi menjadi spesi yang juga
bersifat netral. Reaksi ini akan terjadi di daerah sekitar elektroda. Secara
umum, elektrolisis lelehan senyawa ionik melibatkan reaksi redoks yang
lebih sederhana. Hal ini dikarenakan tanpa adanya air, kation akan direduksi
di katode dan anion akan dioksidasi di anoda. Sebagai contoh, pada
elektrolisis lelehan MgBr2, ion Mg2+ akan tereduksi di katode membentuk
logam Mg dan ion Br− akan teroksidasi di anode membentuk gas Br 2.
Namun, jika reaksi elektrolisis berlangsung dalam sistem larutan, ada
beberapa reaksi redoks yang bersaing sehingga reaksi cenderung agak
kompleks.
Elektrolisis adalah proses yang menggunakan energi listrik agar reaksi
kimia tidak spontan dapat terjadi. Reaksi elektrolisis mengubah energi
listrik menjadi energi kimia reaksi elektrolisis terjadi di sel elektrolisis. Sel
elektrolisis adalah sel elektro kimia atau tempat di mana energi listrik
digunakan untuk menghasilkan reaksi redoks tidak spontan. Prinsip dasar
elektrolisis adalah memanfaatkan reaksi oksidasi dan reduksi (redoks) dan
tidak memerlukan jembatan garam seperti sel volta.
Sel elektrokimia adalah tempat terjadinya aliran elektron yang
ditimbulkan oleh konversi energi kimia, melalui pemisahan reaksi oksidasi
dan reaksi reduksi dari suatu redoks, menjadi energi listrik atau sebaliknya.
Sel elektrokimia dibedakan menjadi sel volta (sel gal gavina dan sel
elektrolisis. Sel elektrolisis merupakan kebalikan dari sel volta sel volta
melibatkan reaksi redoks spontan yang menghasilkan perubahan energi
kimia menjadi energi listrik, sedangkan sel elektrolisis melibatkan reaksi
redoks tidak spontan dan memerlukan arus listrik dari luar reaksi elektrolisis
terjadi ketika listrik dialirkan melalui elektrolit. Bila elektrolitnya
merupakan lelehan senyawa ion, maka kation akan direduksi di katoda ,
sedangkan anion dioksidasi di anoda. Ada dua tipe elektrolisis, yaitu
elektrolisis lelehan (leburan) dan elektrolisis larutan. Pada proses elektrolisis
lelehan, kation pasti tereduksi di katoda dan anion pasti teroksidasi di anoda.
(Setiasih, 2014).
A. Faktor-faktor yang mempengaruhi elektrolisis
1. Overpotensial
Tegangan yang dihasilkan akan lebih tinggi dari yang
diharapkan. Overpotensial bisa menjadi penting untuk
mengendalikan interaksi antara elektroda.
2. Jenis elektroda
Jenis elektroda ada 2 yaitu inert (tidak mudah bereaksi,
ada 3 macam zat yaitu platina (Pt), emas (aurum atau au) dan
karbon (C) dan tak inert (mudah bereaksi), zat lainnya selain Pt,
C, dan AU. Elektroda inert berperan sebagai permukaan untuk
reaksi yang terjadi. Namun elektroda tidak ikut bereaksi dimana
elektroda aktif menjadi bagian dari setengah reaksi.
3. Reaksi elektroda yang bersamaan
Jika dua pasang setengah reaksi terjadi bersamaan, maka
salah satu setengah reaksi harus dihentikan untuk menentukan
pasangan tunggal reaksi yang dapat dielektrolisis.
4. Keadaan pereaksi
Jika pereaksi tak standar, maka tegangan setengah sel akan
berbeda dari nilai standar. Pada kasus ini, larutan untuk anoda
setengah sel mungkin akan mempunyai PH lebih tinggi atau
rendah dari PH standar (yaitu 4).
Elektrolisis juga dapat diartikan sebagai penguraian ion. Ion yang
disebabkan arus listrik. prinsip kerja sel elektrolisis adalah menghubungkan
kutub negatif dari sumber arus searah ke katode dan kutub positif ke anode
sehingga terjadi overpotensial yang menyebabkan reaksi reduksi dan
oksidasi tidak spontan dapat berlangsung. Elektron akan mengalir dari
katode ke anode. Ion-ion positif akan cenderung tertarik ke katode dan
tereduksi, sedangkan ionion negatif akan cenderung tertarik ke anode dan
teroksidasi. Secara umum, elektrolisis lelehan senyawa ionik melibatkan
reaksi redoks yang lebih sederhana. Hal ini dikarenakan tanpa adanya air,
kation akan direduksi di katode dan anion akan dioksidasi di anoda. Sebagai
contoh, pada elektrolisis lelehan NaCl, ion Na + akan tereduksi di katode
membentuk logam Na dan ion Cl− akan teroksidasi di anode membentuk gas
Cl2.
Namun, jika reaksi elektrolisis berlangsung dalam sistem larutan, ada
beberapa reaksi redoks yang bersaing sehingga reaksi cenderung agak
kompleks.
B. Ion-ion di sekitar elektrode
1. Ion-ion di sekitar anode yang memiliki E° lebih negatif yang
akan
mengalami oksidasi.
2. Ion-ion di sekitar katode yang memiliki E° lebih positif yang
akan
mengalami reduksi.
C. Bahan elektrode
1. Jika bahan elektrode terbuat dari grafit (C) atau logam inert
(misalnya Pt atau Au), elektrode tidak mengalami oksidasi atau
reduksi. Jadi yang mengalami oksidasi dan reduksi adalah spesi-
spesi yang ada di sekitar elektrode.
2. Jika elektrode (terutama anode) berasal dari logam aktif, anode
tersebut yang akan mengalami oksidasi.
2.1.1 Contoh Reaksi Elektrolisis
A. Elektrolisis larutan KI dengan elektrode grafit
KI(aq) → K+(aq) + I-(aq)
K termasuk logam golongan IA, sehingga air akan
tereduksi di katode. Oleh karena elektrode grafit termasuk
elektrode inert dan anion I− tidak termasuk sisa asam oksi, maka
anion I− akan
teroksidasi di anode.
Katode : 2H2O(l) + 2e− → H2(g) + 2OH−(aq)
Anode : 2I−(aq) → I2(g) + 2e−
Reaksi sel : 2H2O(l) + 2I−(aq) → H2(g) + 2OH−(aq) + I2(g)
B. Elektrolisis larutan CuSO4 dengan elektrode tembaga
CuSO4(aq) → Cu2+(aq) + SO42−(aq)
Cu tidak termasuk logam aktif, sehingga kation Cu 2+ akan
tereduksi di katode. Oleh karena elektrode tembaga (Cu) tidak
termasuk elektrode inert, maka anode Cu akan teroksidasi.
Katode : Cu2+(aq) + 2e− → Cu(s)
Anode : Cu(s) → Cu2+(aq) + 2e−
Reaksi sel : Cu(s)anode → Cu(s)katode
2.1.2 Kegunaan Elektrolisis
a) Elektrolisis digunakan sebagai metode untuk membuat gas
oksigen, hidrogen, atau gas klorin di laboratorium.
b) Digunakan pada proses penyepuhan logam menggunakan logam
mulia, seperti emas, perak, atau nikel.
c) Digunakan pada proses pemurnian logam kotor, di mana logam
yang kotor diletakkan di anoda, sedangkan logam murni
ditempatkan di katoda.
Secara umum, elektrolisis lelehan senyawa ionik melibatkan reaksi
redoks yang lebih sederhana. Hal ini dikarenakan tanpa adanya air, kation
akan direduksi di katode dan anion akan dioksidasi di anoda. Sebagai
contoh, pada elektrolisis lelehan MgBr2, ion Mg2+ akan tereduksi di katode
membentuk logam Mg dan ion Br− akan teroksidasi di anode membentuk
gas Br2. Namun, jika reaksi elektrolisis berlangsung dalam sistem larutan,
ada beberapa reaksi redoks yang bersaing sehingga reaksi cenderung agak
kompleks. Proses elektrolisis dimulai dengan dialirkan arus listrik searah
dari sumber tegangan listrik. Elektron dari kutub negatif akan mengalir
menuju ke katode. Akibatnya, ion-ion positif Na+ dalam lelehan NaCl akan
tertarik ke katode dan menyerap elektron untuk tereduksi menjadi Na yang
netral. Sementara itu, ion-ion negatif Cl− dalam lelehan akan tertarik ke
anode di kutub positif. Ion-ion Cl− akan teroksidasi menjadi gas Cl2 yang
netral dengan melepas elektron.
2.2 Larutan
Larutan KI adalah larutan elektrolit yang dapat diuji menggunakan
alat uji elektrolit. Keterangan pada hasil penelitian di atas menyatakan
bahwa pada anoda muncul gelembung gelembung gas. Gas yang muncul
pada anoda adalah gas I2 ada anoda larutan berubah kuning kecokelatan, hal
ini menandakan bahwa pada anoda, reaksi elektrolisis larutan KI membuat
elektroda menguraikan 2I menjadi I2(g) + 2e. Adapun bau yang muncul di
daerah anoda adalah seperti bau betadine (obat merah) sedangkan gas yang
muncul pada katoda adalah gas H2. Warna merah muda kuat yang muncul
menandakan adanya basa yaitu OH-.
Larutan CuSO4 dapat diuraikan menjadi Cu2+ + S042-. Pada anoda
muncul gelembung gelembung gas yaitu gas O2. Setelah ditetesi PP reaksi
elektrolisis larutan CuSO4 tidak mengubah warna karena mengandung asam
yaitu H+. Pada katoda muncul endapan warna coklat yaitu endapan logam
Cu.
Larutan NaCl atau yang biasa disebut larutan garam dapur merupakan
elektrolit kuat. Keterangan pada hasil penelitian di atas menyatakan bahwa
pada anoda muncul gelembung gelembung gas. Gas yang muncul pada
anoda adalah gas Cl2 Pada anoda terdapat warna samar biru hijau muda
yang menandakan bahwa di anoda terdapat gas Cl 2. Di sekitar daerah anoda
tercium bau seperti kaporit. Sedangkan gas yang muncul pada katoda adalah
gas H2. Warna merah muda kuat yang muncul menandakan adanya basa
yaitu OH larutan KBr merupakan larutan elektrolit sehingga dapat
dielektrolisis.
Menurut data penilitian yang telah diperoleh pada anoda muncul
gelembung gelembung gas yang muncul pada anoda adalah gas Br2. Pada
anoda terdapat kuning yang menandakan bahwa di anoda terdapat gas Br2
Pada katoda timbul gelembung gas yang lebih banyak daripada anoda, gas
tersebut adalah gas Br2. Warna merah muda kuat yang akan muncul
menandakan adanya basa yaitu OH-. Larutan didefinisikan sebagai
campuran homogen antara zat atau lebih zat yang terdispersi baik sebagai
molekul atom maupun ion yang komposisinya dapat bervariasi. Larutan
dapat berupa gas, cairan, atau padatan. Larutan encer adalah larutan yang
mengandung sebagian kecil solute, relative terhadap jumlah pelarut.
Sedangkan larutan perkata adalah larutan yang mengandung dari dan
sebagian besar solute. Solute adalah zat terlarut sedangkan solvent pelarut
adalah medium dalam mana solute terlarut. (Maharani et al. 2021).
Pada umumnya zat yang digunakan sebagai pelarut adalah air (H2O),
selain air yang berfungsi sebagai pelarut adalah alkohol, amoniak,
kloroform, benzene, minyak, asam asetat, akan tetapi kalau menggunakan
air biasanya tidak disebutkan. Larutan gas dibuat dengan mencampurkan
suatu gas dengan gas lainnya karena semua gas bercampur dalam semua
perbandingan maka setiap campuran gas adalah homogen ia merupakan
larutan.
Larutan cairan dibuat dengan melarutkan gas, cairan, atau padatan
dalam suatu cairan. jika sebagian cairan adalah air, maka larutan disebut
larutan berair. NaOH (Natrium Hidroksida). Natrium hidroksida atau NaOH
dikenal sebagai soda kaustik atau sodium hidroksida adalah sejenis basa
logam kaustik. Natrium hidroksida terbentuk dari oksida basa natrium
oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin
yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. NaOH digunakan di berbagai
macam bidang industri, kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses
produksi bubur kayu dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan detergen.
Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk
pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50% yang biasa disebut
larutan sorensen. NaOH sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas
ketika dilarutkan, karena pada proses pelarutannya dalam air bereaksi secara
eksotermis, yaitu pelepasan kalor dari sistem ke lingkungan karena titik
didih NaOH lebih besar dibandingkan titik didih air.
Dalam ilmu kimia pengertian larutan ini sangat penting karena hampir
semua reaksi kimia terjadi dalam larutan. Larutan dapat didefinisikan
sebagai campuran serba sama dan berdiri sendiri. Disebut campuran karena
terdapat molekul, atom, ion dari dua zat atau lebih. Larutan juga dapat
digunakan sebagai bahan industri baik industri nuklir maupun lain
sebagainya. Larutan sebagai bahan industri dapat dilakukan dengan
membuat umpan melalui metode re-ekstraksi, dimana hal ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh kecepatan waktu terhadap efisiensi dan
koefisien distribusi.
2.2.1 Cara Membuat Larutan
Hal yang terpenting dalam membuat larutan adalah takaran
jumlah zat harus dihitung dengan teliti dan akurat. Jika zatnya berupa
padatan, maka prosedur penimbangan harus benar sehingga massa zat
diperlukan sesuai dengan pengukuran pengukuran volume yang
diperlukan. Bukan hanya takaran jumlah yang harus sesuai, tetapi
pemindahan zat ke dalam labu ukur harus diperhatikan agar tidak ada
zat yang terjatuh.
Prosedur pembuatan larutan dalam bentuk padat. Simak
langkah- langkahnya:
1. Jumlah mol yang dibutuhkan harus dihitung terlebih dahulu agar
larutan sesuai dengan volume dan konsentrasinya.
2. Tentukan massa molar dari senyawa yang digunakan untuk
menghitung massa yang dibutuhkan.
3. Langkah selanjutnya adalah tempatkan kaca arloji pada
timbangan. Lalu, atur timbangan pada angka “0”. Timbanglah
secara hati-hati agar mendapatkan berat yang dibutuhkan dari
massa zat.
4. Setelah menimbang zat, pindahkan zat ke dalam gelas kimia.
Lalu, tambahkan air untuk melarutkan zat. Supaya tidak ada zat
yang tertinggal, bersihkan kaca arloji dengan cara membilasnya
dengan air bersih, kemudian pindahkan air bilasan ke dalam
gelas kimia. Lakukan pembilasan minimal dua kali.
5. Aduk dengan menggunakan batang pengaduk sampai semua zat
terlarut, kemudian pindahkan larutan ke dalam labu ukur. Untuk
membersihkan sisa di gelas kimia dan batang pengaduk,
sebaiknya menggunakan air dari botol cuci.
6. Langkah selanjutnya adalah tambahkan air ke dalam labu ukur
sampai tanda batas, kemudian tambahkan tetesan terakhir air
dengan pipet tetes yang berfungsi untuk memastikan bahwa
bagian dasar meniskus tepat pada garis batas.
7. Tutup labu ukur dan kocok labu ukur beberapa kali agar larutan
tercampur dengan rata.
8. Langkah terakhir yaitu memberikan label larutan dengan nama
larutan, dan tanggal pembuatan.
2.2.2 Macam-Macam Larutan
a.) Berdasarkan Tingkat Kelarutannya Jenis larutan berdasarkan
tingkat kelarutannya terbagi menjadi 3 jenis yaitu larutan tak
jenuh, larutan jenuh, dan larutan lewat jenuh. Masing-masing
tentu memiliki karakteristik yang berbeda.
1) Larutan Tak Jenuh: merupakan larutan yang bisa
melarutkan sempurna jika ditambahkan zat pelarut tanpa
melalui lebih sedikit dari yang diperlukan untuk membuat
larutan jenuh di suhu tertentu.
2) Larutan Jenuh: yaitu larutan yang pelarutnya tidak bisa
melarutkan zat terlarut kecuali harus dipanaskan. Pelarut
memiliki batas maksimal untuk bisa melarutkan di suhu
tertentu. Contohnya larutan garam jenuh, yakni air masih
bisa melarutkan asal dilakukan pemanasan.
3) Larutan Lewat Jenuh: merupakan larutan yang pelarutnya
sudah tidak mampu melarutkan meskipun sudah dilakukan
pemanasan. Jumlah zat terlarut lebih banyak jumlahnya
dari yang dimiliki larutan jenuh di suhu tertentu
b.) Berdasarkan Konsentrasinya
Jenis larutan berdasarkan konsentrasinya dibedakan
menjadi 2 jenis yaitu larutan encer dan larutan pekat. Berikut
perbedaannya.
1) Larutan Encer larutan yang memiliki pelarut lebih
banyak ketimbang zat terlarutnya. Contohnya face tonic,
air mawar, dan lain sebagainya.
2) Larutan Pekat larutan dengan zat terlarut yang jumlahnya
relatif lebih banyak namun tidak sampai melebihi
pelarutnya. Contohnya kopi hitam kental.
c.) Berdasarkan Wujud Pelarut & Zat Pelarutnya
Di kategori ini larutan dibedakan menjadi padat, cair, dan
gas. Larutan ini bisa dipadukan dari jenis yang sama maupun
berbeda. Sebagai contoh zat terlarut gas dengan pelarut gas
maka akan menghasilkan larutan gas. Zat terlarut gas yang
dipadukan pada pelarut padat maka akan menghasilkan larutan
padat.
d.) Berdasarkan Daya Hantar Listriknya
Jenis larutan yang satu ini dibedakan berdasarkan daya
hantar listriknya. Terbagi menjadi 2 yaitu sebagai berikut:
1) Larutan Elektrolit larutan yang bisa menghantarkan arus
listrik karena zat bisa terurai menjadi ion positif dan ion
negatif. Larutan ini dibagi menjadi larutan elektrolit kuat
dan lemah. Contoh larutan elektrolit kuat ialah HCI, KCI,
dll. Sedangkan larutan elektrolit lemah contohnya ialah
asam cuka dan amonium hidroksida.
2) Larutan Non-Elektrolit larutan yang tidak bisa
menghantarkan arus listrik karena zat tidak bisa terionisasi
atau menghasilkan ion. Contohnya larutan alkohol
maupun larutan gula.
e). Larutan Asam Lemah
Asam lemah adalah senyawa asam yang sulit melepaskan
ion H+ dalam air dan mengalami disosiasi sebagian dalam
larutannya. Asam lemah adalah asam yang tidak terionisasi
secara signifikan dalam larutan.
Contoh asam lemah:
1) asam sianida
2) asam bensoat
3) asam fluoride
4) asam karbonat
5) asam asetat
6) asam fasfat
7) hidrogen peroksida
8) asam sulfat
f). Larutan Basa Lemah
Basa lemah adalah senyawa basa yang sulit melepaskan
ion
OH- dalam air dan mengalami disosiasi sebagian dalam
larutannya.
Contoh basa lemah:
1) glukoasa
2) urea
3) nikel hidroksida
4) bismut
5) perak hidroksida
6) seng
7) timbal hidroksida
8) Aluminium hidroksida
g). Larutan Asam Kuat
Asam kuat adalah larutan dengan pH rendah yang
terionisasi secara sempurna dalam air. Asam kuat memiliki pH
di bawah tiga.
Dilansir dari Chemguide, asam kuat melepaskan ion
hidrogen ketika dilarutkan dalam air hingga terionisasi secara
sempurna.
Contoh asam kuat:
1) asam lodida
2) asam sulfat
3) asam bronida
4) asam lodit
5) asam nitrat
6) asam brodit
7) asam klorat
8) asam klorida
9) asam brodit
h). Larutan Basah Kuat
Basa kuat adalah larutan yang menghasilkan banyak ion
dan terurai secara sempurna saat dilarutkan dalam air. Karena
terionisasi sempurna, sehingga derajat ionisasinya (α=1).
Contoh basah kuat
1) kalium hidroksida
2) Magnesium hidroksida
3) barium hidroksida
4) Kalium hidroksida
5) caesium hidroksida
6) Litium hidroksida
7) natrium hidroksida
8) rubisium hidroksida
2.3 Hukum Faraday
Pada abad ke-19, Faraday meneliti hubungan antara besarnya kuat arus
yang mengalir di dalam sel dan hasil kimia yang berubah di elektroda saat
berlangsung proses elektrolisis. Penelitian tersebut membuktikan bahwa
elektron merupakan pereaksi pembatas dalam elektrolisis. Berdasarkan
hitungan matematis yang dilakukan Faraday, diperoleh bahwa 1 mol
elektron mengandung muatan sebesar 96.500 C atau sama dengan 1 F.
Persamaan ini, dikenal sebagai Hukum Faraday, di mana jumlah elektron
yang terlibat dalam reaksi memengaruhi hasil elektrolisis di bagian katoda.
Secara matematis, dirumuskan sebagai berikut.

Keterangan:
Q = Jumlah muatan listrik (C), I = Kuat arus listrik (A), T = Waktu (s).
Keterkaitan antara muatan listrik dan mol elektron ini merupakan
pondasi dasar untuk menyelesaikan permasalahan terkait elektrolisis. Hal itu
karena jumlah reaktan yang bereaksi maupun produk yang dihasilkan
dipengaruhi oleh jumlah mol elektron yang mengalir dalam rangkaian sel
elektrolisis. Hubungan antara massa logam yang dihasilkan di katoda dan
jumlah mol elektron dirumuskan sebagai berikut.

Keterangan:
G = Massa logam yang terbentuk di katoda (gram), Ar = Massa atom relatif
logam, PBO = Perubahan biloks logam.
Berdasarkan persamaan di atas, hubungan antara massa logam yang
terbentuk di katoda, kuat arus listrik, dan waktu dirumuskan sebagai berikut.

Lalu, bagaimana jika ada dua buah sel elektrolisis dirangkai secara
seri? Bila kedua sel menghasilkan endapan logam di masing-masing katoda
dengan massa salah satu logam diketahui, maka gunakan persamaan berikut.

Persamaan di atas disebut Hukum Faraday ke-2.

2.4 Katoda Anoda


Anoda merupakan elektroda yang terjadi saat reaksi oksidasi,
terjadinya reaksi reduksi elektroda disebut dengan katoda. Elektroda adalah
benda yang digunakan sebagai penghantar arus listrik (konduktor).
Tembaga, seng, timah hitam, besi, nikel perak, platinum, emas, rodium, dan
karbon merupakan beberapa contoh elektroda yang umum digunakan.
Prinsip kerja dari sel volta adalah dengan pemisahan dua bagian reaksi
redoks, yakni setengah reaksi oksidasi di anoda dan setengah reaksi reduksi
di katoda. Elektroda yang mengalami oksidasi akan menjadi Zn 2+ yang
masuk ke dalam larutan. Reduksi elektron yang terlepas ditangkap Cu2+ dari
larutan, sehingga terbentuk endapan.
Oksidasi (a) Zn(s) → Zn2+(aq) + 2e
Reduksi (b) Cu2+(aq) + 2e- → Cu(s)
Anoda dan katoda akan dicelupkan dalam suatu zat yang larut/terurai
ke dalam bentuk ion-ion, hingga menjadi konduktor elektrik (elektrolit),
kemudian dihubungkan dengan peralatan laboratorium. Berikut adalah
gambaran proses terjadinya reaksi:
Elektron mengalir dari anoda ke katoda.
Anoda Zn(s) → Zn2 + (aq) + 2e
Katoda Cu2+(aq) + 2e- → Cu(s) reaksi sel Zn(s) + Cu2+(aq) → Zn2+(aq) + Cu(s), E°
sel = 1,10 Volt
Susunan sel volta di atas dinyatakan sebagai notasi singkat atau notasi sel.
Zn(s) / Zn2+(aq) = Reaksi di anoda
Cu2+(aq) / Cu(s) = Reaksi di katoda
E° adalah potensial elektroda dibandingkan dengan elektroda hidrogen
yang diukur pada suhu 25°C dan tekanan 1 atm. Potensial sel volta dapat
ditentukan menggunakan voltmeter atau dihitung berdasarkan data potensial
elektroda standar (E° reduksi). Unsur E° akan lebih besar pada reaksi
reduksi di katoda, sedangkan pada reaksi oksidasi di anoda, unsur E°
reduksi akan lebih kecil. Selain itu, ternyata sel volta juga dapat dibuat dari
bahan-bahan yang sederhana yang terdapat seperti baterai garam dapur
(NaCl), atau disebut juga baterai seng udara. Dua jenis logam berbeda, yang
dimasukkan ke dalam larutan elektrolit akan didapatkan sebuah baterai.
Katoda (kutub negatif) terjadi reaksi reduksi. Anoda (kutub positif) terjadi
reaksi oksidasi
“KNAP (katoda negatif anoda positif)”.
Pada katoda terjadi reaksi reduksi dan pada anoda terjadi reaksi
oksidasi “Ka-red” “An-oks” Arus listrik dari sumber arus searah mengalir
ke dalam larutan melalui katoda atau elektroda negatif. Pada katoda ini
terjadi reaksi reduksi dari spesi tertentu yang ada dalam larutan. Spesi
tertentu yang lain mengalami oksidasi di anoda/elektroda positif.
Katoda : Xn+(aq) + n é X (reduksi)
Anoda : Y(s) Ym + m é (oksidasi) atau
: Zm-(aq) Z + m é (oksidasi)
2.4.1 Katoda
Saat larutan elektrolit dielektrolisis, kation akan mengalami
reaksi reduksi di katoda. Reaksi yang terjadi bergantung pada wujud
zat dan jenis kationnya. Untuk lebih jelasnya, simak diagram berikut.

Gambar 2.1 Reaksi di Katoda


Diagram di atas menunjukkan bahwa sesuatu wujud zat sangat
memengaruhi dari suatu hasil reduksi yang ada di katoda. Misalnya
atau contohnya saja pada suatu larutan, jika ada sebuah kation yang
dimana kation tersebut direduksi berasal dari golongan IA, IIA, Al,
dan Mn, maka zat yang direduksi oleh kation tersebut adalah air. Dan
jika sebuah kation yang direduksi selain dari golongan IA, IIA, Al,
dan Mn, maka zat yang direduksi kation itu sendiri.
2.4.2 Anoda
Anoda merupakan suatu tempat terjadinya reaksi oksidasi.
Anoda ini adalah merupakan elektroda yang sering terjadi saat reaksi
oksidasi, terjadinya reaksi reduksi elektroda disebut dengan katoda zat
yang teroksidasi bergantung pada jenis anoda dan jenis anion.
Perhatikan diagram berikut.

Gambar 2.2 Reaksi di Anoda


Diagram di atas menunjukkan bahwa jenis anoda dan anion
berpengaruh pada hasil oksidasi. Misalnya saja untuk anion oksi zat
yang teroksidasi adalah air, sedangkan non-oksi zat yang teroksidasi
adalah anion itu sendiri.
Elektrolisis artinya penguraian suatu zat akibat arus listrik. Zat yang
terurai dapat berupa cairan atau larutan. Arus listrik yang digunakan adalah
arus searah (direct current = DC). Tempat berlangsungnya reaksi reduksi
dan oksidasi dalam sel elektrolisis sama seperti pada sel volta, yaitu anode
(reaksi oksidasi) dan katode (reaksi reduksi). Perbedaan sel elektrolisis dan
sel volta terletak pada kutub elektrode. Pada sel volta, anoda (–) dan katoda
(+), sedangkan pada sel elektrolisis sebaliknya, anode (+) dan katode (–).
Pada sel elektrolisis anode dihubungkan dengan kutub positif sumber energi
listrik, sedangkan katode dihubungkan dengan kutub negatif. Oleh karena
itu pada sel elektrolisis di anode akan terjadi reaksi oksidasi dan di katode
akan terjadi reaksi reduksi. Elektroda adalah benda yang digunakan sebagai
penghantar arus listrik (konduktor). Tembaga, seng, timah hitam, besi, nikel
perak, platinum, emas, rodium, dan karbon merupakan beberapa contoh
elektroda yang umum digunakan. Prinsip kerja dari sel volta adalah dengan
pemisahan dua bagian reaksi redoks, yakni setengah reaksi oksidasi di
anoda dan setengah reaksi reduksi di katoda. Elektroda yang mengalami
oksidasi akan menjadi Zn2+ yang masuk ke dalam larutan. Reduksi elektron
yang terlepas ditangkap Cu2+ dari larutan, sehingga terbentuk endapan.
Potensial sel volta dapat ditentukan menggunakan volt meter atau
dihitung berdasarkan data
potensial elektroda standar (E° reduksi).
2.5 Air
Air adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang
diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi
hampir 71% permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta
mil³) tersedia di bumi. Air sebagian besar terdapat di laut (air asin) dan pada
lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung) akan tetapi juga
dapat hadir sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar, danau, uap air, dan
lautan es. Air dalam obyek-obyek tersebut bergerak mengikuti suatu siklus
air, yaitu: melalui penguapan, hujan, dan aliran air di atas permukaan tanah
(runoff, meliputi mata air, sungai, muara) menuju laut. Air bersih penting
bagi kehidupan manusia.
Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H 2O satu molekul air
tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom
oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada
kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) dan temperatur 273,15
K (0 °C). Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang
memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti
garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul
organik.
2.6 Hidrogen
Hidrogen (bahasa Latin: hydrogenium dari bahasa Yunani: hydro: air,
genes: membentuk) adalah unsur kimia pada tabel periodik yang memiliki
simbol H dan nomor atom 1. Pada suhu dan tekanan standar, hidrogen tidak
berwarna, tidak berbau, bersifat non-logam, bervalensi tunggal, dan
merupakan gas diatomik yang sangat mudah terbakar.
Hidrogen adalah unsur yang terbanyak dari semua unsur di alam
semesta. Elemen-elemen yang berat pada awalnya dibentuk dari atom-atom
hidrogen atau dari elemen-elemen yang mulanya terbuat dari atom-atom
hidrogen. Hidrogen diperkirakan membentuk komposisi lebih dari 90%
atom-atom di alam semesta (sama dengan tiga perempat massa alam
semesta).
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat
Gambar 3.1 Pipa U Gambar 3.2 Gelas Piala Gambar 3.3 Tabung
Reaksi

Gambar 3.4 Stopwatch Gambar 3.5 Rak tabung Gambar 3.6 Elektroda

Gambar 3.7 Sumber arus searah

3.2 Bahan
1. Larutan KI (Kalium iodida) 0,25 M
2. Larutan FeCl3 (Feri klorida)
3. Indikator PP
4. NH4OH (Amonium hidroksida)
5. CHCl3 (Kloroform)
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Elektrolisis Larutan KI
Menyiapkan alat dan bahan. Lalu, memasukkan larutan KI 0,25
M ke dalam tabung U. Selanjutnya, memasang elektroda dan
dihubungkan dengan sumber arus searah 6 volt selamat 5 menit, lalu
diputuskan arusnya. Mencatat perubahan yang terjadi di dalam
ruangan anoda dan katoda. Lalu siapkan 3 buah tabung reaksi. Tabung
reaksi (1) dan (2) diisi 2 mL larutan dalam ruang katoda dan tabung
reaksi (3) diisi 2 mL larutan dalam anoda. Tabung reaksi (1)
ditambahkan 1 mL larutan FeCl3 dan tabung reaksi (3) Menambahkan
1 mL larutan CHCL3. Dikocok dan diamati perubahan yang terjadi.
3.3.2 Elektrolisis Larutan FeCl3
Menyiapkan alat dan bahan. Lalu masukkan larutan FeCl3 0,25
M ke dalam tabung U. Selanjutnya memasang elektroda dan
dihubungkan dengan sumber arus searah 6volt selamat 5 menit, lalu
diputuskan arusnya. Mencatat perubahan yang terjadi di dalam
ruangan anoda dan katoda. Lalu menyiapkan 4 buah tabung reaksi.
Tabung reaksi (1) dan (2) di isi 2 mL larutan dalam ruang katoda, dan
tabung reaksi (3) dan (4) diisi 2 mL larutan dalam anoda. Tabung
reaksi (1) dan (3) ditambahkan 1 tetes indikator PP, tabung reaksi (2)
dan (4) ditambahkan 2 mL larutan NH4OH. Diamati dan dicatat
perubahan yang terjadi. Bandingkan larutan aslinya (FeCl 3 yang
belum dielektrolisasi).

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Elektrolisis adalah penguraian suatu elektrolit oleh suatu arus listrik.
Pada sel elektrolisis, reaksi kimia akan terjadi jika arus listrik dialirkan
melalui larutan elektrolit, yaitu dari energi listrik diubah menjadi energi
kimia (reaksi redoks). Berdasarkan percobaan di atas dapat disimpulkan
bahwa larutan KI mengalami reaksi redoks saat dielektrolisis dan terjadi
oksidasi pada saat elektrolisis di larutan KI yaitu ion I- dimana ion I- tersebut
lebih mudah teroksidasi dibandingkan dengan air dan pada katoda terjadi
reduksi H2O menjadi ion OH dan gas H2. Larutan tersebut juga mengalami
perubahan warna pada katoda yaitu warna orange dan pada anoda berwarna
kuning.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk Laboratorium
Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk praktikum sebaiknya
ditambah/dilengkapi agar praktikan tidak kesusahan saat melakukan
praktikum, seperti meminjam bahan atau alat dari kelompok lain saat
praktikum berlangsung karena kekurangan bahan dan alat yang
dibutuhkan. Menurut saya, hal tersebut mengakibatkan kurangnya
efektivitas berlangsungnya praktikum.
5.2.2 Saran Untuk Asisten
Untuk kakak asisten, saat praktikum berlangsung agar kiranya
tetap fokus dan tetap berada di kelompok kami untuk mengarahkan
kami melakukan praktikum.
AYAT YANG BERHUBUNGAN
“Dia-lah Tuhan yang memperlihatkan kilat kepadamu yang menimbulkan
ketakutan dan harapan, dan Dia mengadakan awan mendung”. (QS. Ar-Rad’d :
12)
DAFTAR PUSTAKA
Alponita et al. 2018). Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Laboratorium
Virtual Menggunakan Macromedia Flash Pada Praktikum Reaksi.
Maharani et al. (2021). MAKALAH ALKALI DAN ALKALI TANAH.
Penyusun, tim (2013) ‘Elektrokimia’, in Elektrolisis, pp. 1–8. Penuntun
laboratorium Kimia dasar universitas muslim Indonesia.
Setiasih, S. (2014) Sel Elektrolisis. Penuntun laboratorium Kimia dasar
universitas muslim Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai