Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM IPA 3

KEGIATAN 2
ELEMEN VOLTA DARI ASAM JAWA

Disusun oleh :
Kelompok 8
1. Hikmatun Nafisah (14312241010)
2. Vitria Oktavia Ningrum (14312241011)
3. Wa Ode Zara S. (14312241016)
Pendidikan IPA A 2014

JURUSAN PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016
KEGIATAN 2
ELEMEN VOLTA DARI ASAM JAWA

A. Tujuan
1. Membuat susunan sel volta dari asam jawa
2. Mengukur besarnya tegangan listrik yang dihasilkan oleh asam jawa

B. Dasar Teori
Sel elektrolisis terdiri dari sebuah wadah, elektroda, elektrolit, dan sumber arus
searah. Elektron memasuki kutub negatif (katoda). Spesi tertentu dalam larutan menyerap
elektron dari katoda dan mengalami reduksi. Sementara itu, spesi lain akan melepas
elektron di anoda dan mengalami oksidasi. Jadi sama seperti pada sel volta, reaksi di
katoda adalah reduksi, dan reaksi di anoda adalah oksidasi. Akan tetapi muatan
elektrodanya berbeda. Pada sel volta, katoda bermuatan positif, dan anoda bermuatan
negatif. Pada sel elektrolisis, katoda bermuatan negatif dan anoda bermuatan positif.
Deret volta diurutkan berdasarkan urutan potensial reduksi semakin ke kiri, semakin kecil
sehingga sifat pereduksi semakin kuat (logam semakin reaktif atau semakin mudah
meengalami oksidasi).
Potensial elektroda standar suatu elektroda adalah daya gerak listrik yang timbul
karena pelepasan elektron dari reaksi reduksi. Karena itu, potensial elektroda standar
sering juga disebut potensial reduksi standar. Potensial ini relatif karena dibandingkan
dengan elektroda hidrogen sebagai standar. Nilai potensial elektroda standar dinyatakan
dalam satuan Volt (V). Untuk elektroda hidrogen, E0 nya adalah 0,00V.
1. Bila Eo > 0 cenderung mengalami reduksi (bersifat oksidator)
2. Bila Eo < 0 cenderung mengalami oksidasi (bersifat reduktor)

Potensial standar sel adalah nilai daya gerak listrik sel yang besarnya sama dengan
selisih potensial reduksi standar elektroda yang mengalami reduksi dengan potensial
reduksi standar elektroda yang mengalami oksidasi.
Reaksi elektrokimia dapat dibagi dalam dua kelas: yang menghasilkan arus listrik
(proses yang terjadi dalam baterai) dan yang dihasilkan oleh arus listrik elektrolisis. Tipe
pertama reaksi bersifat serta merta, dan energy bebas system kimianya berkurang; system
itu dapat melakukan kerja, misalnya menjalankan motor. Tipe kedua harus dipaksa agar
terjadi (oleh kerja yang dilakukan terhadap system kimia), dan energy bebas system
kimia bertambah (Keenan: 1980).
Sel Volta
Peralatan percobaan untuk menghasilkan listrik dengan memanfaatkan energy
redoks spontan disebut sel galvanic atau sel volta, diambil dari nama ilmuwan Italia Luigi
Galvani dan Alessandro Volta yang membuat versi awal dari alat ini (Chang, 2005: 197).
Sel volta adalah penataan bahan kimia dan penghantar listrik yang memberikan
aliran electron lewat rangkaian luar dari suatu zat kimia yang teroksidasi ke zat kimia
yang direduksi (Keenan: 1980).
Suatu sel galvani menghasilkan listrik karena adanya perbedaan daya Tarik dua
elektroda terhadap electron, sehingga electron mengalir dari yang lemah ke yang kuat
daya tariknya. Jika daya Tarik itu disebut potensial elektroda, maka perbedaan potensial
kedua elektroda disebut potensial sel atau daya gerak listrik (DGL) sel dalam satuan volt
(V) (Syukri, 1999: 527).
Prinsip-prinsip sel volta:
1. Di dalam sel volta reaksi kimianya mengandung arus listrik, reaksi terjadi secara
spontan.
2. Terjadi perubahan dari energi kimia menjadi energi listrik.
3. Pada anode, terjadi reaksi oksidasi dan bermuatan negatif (-).
4. Pada katode, terjadi reaksi reduksi dan bermuatan positif (+).
5. Elektron mengalir dari anode menuju katode.

Elektroda (Anoda dan Katoda)


Mengikuti apa yang dikatakan Michael Faraday, para ahli kimia menyebut sisi
berlangsungnya oksidasi dalam sel elektrokimia sebagai anoda dan sisi berlangsungnya
reduksi sebagai katoda (Oxtoby, 2001: 378).
Hubungan listrik antara dua setengah sel harus dilakukan dengan cara tertentu.
Kedua electrode logam dan larutannya harus berhubungan, dengan demikian lingkar arus
yang sinambung terbentuk dan merupakan jalan agar partikel bermuatan mengalir. Secara
sederhana electrode saling dihubungkan dengan kawat logam yang memungkinkan aliran
electron (Petrucci: 1985).
Perlu diingat bahwa:

1. Anode adalah elektrode tempat terjadinya reaksi oksidasi.


2. Katode adalah elektrode tempat terjadinya reaksi reduksi.

3. Katode positif, Anode negatif


4. Arah gerak arus elektron adalah dari anode menuju katode.

5. Arah gerak arus listrik adalah dari katode menuju anode.

Potensial Sel
Potensial elektroda merupakan ukuran besarnya kecenderungan suatu unsur untuk
melepas atau menyerap elektron. Potensial yang dihasilkan oleh suatu elektroda yang
dihubungkan dengan elektroda hidrogen disebut potensial elektroda.
Ada dua kemungkinan:
1. Jika potensial electrode bertanda (+) maka electrode lebih mudah mengalami reduksi.
2. Jika potensial electrode bertanda (-) maka electrode lebih mudah mengalami oksidasi.
(Nugrahawati, 2009: 140)

Potensial sel (Esel) adalah potensial listrik yang dihasilkan oleh suatu sel volta.
Besarnya potensial sel dari suatu reaksi redoks dalam sel volta dapat ditentukan melalui:
1. Percobaan dengan menggunakan voltmeter atau potensiometer.
2. Perhitungan berdasarkan data potensial elektroda unsur-unsur sesuai dengan reaksinya.

Prinsip kerja sel listrik dari buah


Alessandro Volta (1745-1827) menemukan bahwa pasangan logam tertentu dapat
membangkitkan GGL, gaya gerak listrik ini menyebabkan arus listrik mengalir dalam
suatu rangkaian. Pasangan logam tersebut adalah Cu (tembaga) dan Zn (seng). Sumber
tegangan pertama yang dapat mengalirkan arus listrik cukup besar adalah elemen Volta.
Energi yang diperlukan untuk menggerakkan elektron-elektron dari elektroda Zn ke
elektroda Cu dan jumlah energi per satuan muatan yang tersedia dari elemen Volta
dinyatakan dalam satuan volt atau joule per coulomb. Sebagai kutub positif (anoda)
dalam elemen Volta adalah Cu sedangkan Zn sebagai kutub negatif (katoda) (Fitriyah,
2008: 135).
Sel listrik adalah perangkat yang menyimpan energi listrik dalam bentuk energi
kimia dan akan memberikan energi listrik tersebut bila diperlukan. Energi listrik ini
dilepaskan ketika sebuah konduktor dihubungkan ke terminal sel. Setiap sel terdiri dari
elektrolit, yaitu larutan yang digunakan pada baterai yang mengandung ion, elektroda
positif dan negatif. Selama tahap pelepasan energi, elektroda negatif (katoda) bereaksi
dengan elektrolit untuk melepaskan elektron dan elektroda positif (anoda), sehingga
listrik dihasilkan (Gambar 1). Ketika sel tidak memiliki tenaga untuk melepaskan listrik,
atau dengan kata lain elektrolit telah bereaksi penuh, maka sel dikatakan mati atau habis.

Gambar 1. Sel sederhana


Sumber : www.rumushitung.com

Asam Jawa (Tamarindus indica) sabagai bahan ramah lingkungan pengganti isi
baterai. Elektrolit adalah bahan penghantar listrik. Zat yang termasuk elektrolit ialah:
asam, basa, dan garam. Buah asam mempunyai sifat asam yang ditunjukkan dengan nilai
pH 2.1 - 2.3. Hal tersebut menunjukkan bahwa buah asam dapat digunakan sebagai
pengganti zat elektrolit.
Prinsip dasar dari sel listrik berbahan dasar buah ini sama seperti sel volta. Sel
listrik berbahan dasar buah ini terdiri dari pelat tembaga (Katoda), seng (Anoda) dan
cairan dari buah lemon, belimbing wuluh dan mangga sebagai larutan elektrolit. Susunan
dasar sel volta terdiri dari pelat tembaga sebagai elektoda positif (Katoda), seng sebagai
elektroda negatif (Anoda), dan larutan asam sulfat encer sebagai elektrolit. Prinsip kerja
sel sederhana (volta) ketika kedua kutub dihubungkan dengan kawat, terjadi reaksi kimia.
Seng dari pelat seng melarut dalam asam, sehingga ion-ion seng positif pergi kedalam
larutan dan mengakibatkan seng menjadi bermuatan negatif. Elektron dari pelat seng
bergerak melalui kawat penghubung menuju pelat tembaga. Pada pelat tembaga ini
elektron dapat ditangkap oleh ion-ion positif hidrogen yang terdapat larutan asam,
sehingga ion hidrogen berubah menjadi gas hidrogen (Kanginan, 2002: 93).

C. Alat dan Bahan


Alat
1. Multimeter
2. Lempengan tembaga (Cu)
3. Lempengan seng (Zn)
4. Kabel penghubung
5. Gelas plastik
6. Pengaduk
7. Mangkuk
8. Blender

Bahan
1. Asam jawa
2. Air
3. Pasir
D. Langkah Kerja

E. Data Hasil Percobaan


Pengulangan
No. Gelas
I II III
1. 1 0,01 0,01 0,01
2. 2 0,01 0,01 0,01
3. 3 0,02 0,02 0,01
4. 1 dan 2 0,03 0,04 0,03
5. 1, 2, dan 3 0,10 0,11 0,11

F. Pembahasan
Percobaan yang berjudul Elemen Volta dari Asam Jawa di lakukan oleh praktikan
pada hari Senin, tanggal 26 September 2016 di Laboratorium IPA-2. Pada percobaan ini
bertujuan agar mahasiswa dapat membuat susunan sel volta dari asam jawa dan dapat
mengukur besarnya tegangan listrik yang dihasilkan oleh asam jawa.
Elektrokimia adalah cabang ilmu kimia yang berkenaan dengan interkonversi
energi listrik dan energi kimia. Proses elektrokimia adalah reaksi redoks (oksidasi-
reduksi) yang mana dalam reaksi ini, energi akan dilepaskan oleh reaksi spontan dan
kemudian diubah menjadi listrik atau dapat pula terjadi pada reaksi nonspontan (Chang,
2005: 194).
Reaksi setengah sel yang melibatkan hilangnya elektron disebut reaksi oksidasi.
Sedangkan reaksi setengah sel yang melibatkan penangkapan elektron disebut reaksi
reduksi. Suatu jenis reaksi redoks yang umum adalah reaksi antara logam dengan asam,
yaitu dituliskan sebagai berikut:

logam + asam garam + molekul hidrogen


(Chang, 2005: 100).

Percobaan ini menggunakan beberapa alat dan bahan. Alat-alat yang digunakan
yaitu berupa multimeter, lempengan tembaga (Cu), lempengan seng (Zn), kabel
penghubung, gelas plastik, pengaduk, mangkuk, dan blender. Sedangkan bahan yang
digunakan yaitu air, pasir, dan asam jawa.
Multimeter disebut juga sebagai avometer karena digunakan untuk mengukur
besaran arus listrik (Ampere atau A), tegangan listrik (Volt atau V), dan tahanan listrik
(Ohm atau ). Multimeter dapat mengukur tegangan DC maupun AC. Macam-macam
mutimeter yaitu terdiri dari multimeter analog yang mana tampilan hasil pengukuran
berupa jarum penunjuk, dan multimeter digital yang mana tampilan hasil pengukurannya
berupa tampilan digital (terdiri dari angka dan satuan) (Winarno dan Deni Arifianto,
2012: 29).
Multimeter dapat mengukur tegangan, arus, dan hambatan. Kadang-kadang disebut
VOM (Volt-Ohm-Meter) (Giancoli, 2001: 119). Pada percobaan ini, praktikan
menggunakan multimeter digital untuk mengukur tegangan dari bahan yang akan diuji.
Bahan yang akan diuji tersebut adalah larutan asam jawa.
1. Pembuatan Sel Volta dari Asam Jawa
Percobaan ini menggunakan bahan air dan asam jawa. Sebelum melakukan
pembuatan rangkaian sel volta, praktikan membuat larutan dari asam jawa tersebut.
Pembuatan dimulai dari memasukkan asam jawa ke dalam mangkuk dan memberikan
sedikit air. Kemudian praktikan melumatkan dengan tangan dan memisahkan daging
asam jawa dengan bijinya. Setelah semua terpisah, praktikan menggunakan daging asam
jawa tersebut sedangkan tidak untuk bijinya.
Menambahkan beberapa mili liter air ke dalam mangkuk berisi daging asam jawa
yang telah dipisahkan dari bijinya. Kemudian praktikan melumatkan kembali dengan
tangan, selanjutnya praktikan menggunakan blender untuk mencampur air dan daging
asam jawa hingga menjadi larutan asam jawa.
Asam jawa, asam atau asem adalah sejenis buah yang masam rasanya. Asam jawa
dihasilkan oleh pohon yang bernama ilmiah Tamarindus indica, termasuk ke dalam suku
Fabaceae (Leguminosae). Spesies ini adalah satu-satunya anggota marga Tamarindus.
Klasifikasi asam jawa yaitu sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh)
Superdivisio : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisio : Magnoliophyta (berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub-kelas : Rosidae
Ordo : Fabales
Familia : Fabaceae (suku polong-polongan)
Genus : Tamarindus
Spesies : Tamarindus indica L
Praktikan menggunakan asam jawa karena dapat larut dalam air dan sifatnya yang
bersifat asam. Sifat asam yang dimiliki asam jawa ditandai dengan rasanya yang masam
dan pH yang berkisar dari 3,2 sampai 3,4. Menurut Chang (2005: 96), ciri-ciri larutan
asam yaitu memiliki rasa yang masam dan memiliki pH dibawah 7. Hal ini menunjukkan
bahwa asam jawa merupakan larutan yang bersifat asam karena memiliki pH dibawah 7.
Semua zat terlarut yang larut dalam air termasuk ke dalam salah satu dari dua
golongan elektrolit dan nonelektrolit. Elektrolit adalah zat yang apabila dilarutkan dalam
air akan menghasilkan larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Sedangkan
nonelektrolit merupakan zat yang tidak dapat menghantarkan arus listrik ketika dilarutkan
dengan air (Chang, 2005: 90).
Air merupakan pelarut yang sangat efektif untuk senyawa-senyawa ionik, walaupun
air merupakan molekul yang bermuatan netral, namun memiliki ujung positif (atom H)
dan ujung negatif (atom O) atau dengan kata lain air memiliki kutub positif dan kutub
negatif. Maka dari itu air merupakan pelarut polar (Chang, 2005: 91).
Berdasarkan penjelasan literatur di atas, larutan asam jawa yang praktikan uji
merupakan larutan yang bersifat asam dan termasuk kedalam golongan larutan elektrolit
yang mana dapat menghasilkan suatu tegangan listrik ketika diukur menggunakan
multimeter. Sehingga praktikan dapat mengukur besarnya tegangan listrik yang
dihasilkan oleh asam jawa.
Praktikan kemudian menyiapkan tiga gelas plastik yang kemudian diisikan dengan
pasir, kira-kira tebal pasir 2 cm. Gelas plastik tersebut diisi dengan larutan asam jawa
yang telah di blender hingga menutupi permukaan pasir.
Plastik merupakan bahan yang mengandung silikon (Si) dan termasuk bahan
semikonduktor elemental yang mana konduktivitas panasnya yang tinggi sehingga dapat
digunakan dengan efektif untuk mengurangi efek panas. Akan tetapi, tidak menutup
kemungkinan bahwa pasir juga dapat melepaskan ikatan elektronnya. Namun hanya
beberapa jumlah kecil yang dapat terlepas, sehingga tidak memungkinkan untuk menjadi
konduktor yang baik. Pada percobaan ini pasir merupakan perantara pada percobaan
elemen volta.
Pada percobaan ini, praktikan menyiapkan multimeter, lempengan seng (Zn),
lempengan tembaga (Cu), dan kabel penghubung dalam pembuatan sel volta dari asam
jawa.

Gambar 2. Multimeter digital


Sumber: https://simplekomputer.wordpress.com/2012/06/05/petunjuk-penggunaan-
multitester-digital/
Peralatan percobaan untuk menghasilkan listrik dengan memanfaatkan energy
redoks spontan disebut sel galvanic atau sel volta, diambil dari nama ilmuwan Italia Luigi
Galvani dan Alessandro Volta yang membuat versi awal dari alat ini (Chang, 2005: 197).
Sel volta adalah penataan bahan kimia dan penghantar listrik yang memberikan
aliran elektron lewat rangkaian luar dari suatu zat kimia yang teroksidasi ke zat kimia
yang direduksi. Dalam sel volta, oksidasi berarti dilepaskannya elektron oleh atom,
molekul atau ion; dan reduksi berarti diperolehnya elektron oleh partikel-partikel ini
(Keenan, 1984: 29).
Pada multimeter, terdapat dua kabel penghubung terminator positif dan negatif.
Terminator positif ditandai dengan kabel warna merah dan terminator negatif ditandai
dengan warna merah. Kemudian, kedua terminator tersebut dihubungkan dengan penjepit
kabel penghubung sesuai dengan warnanya. Terminator positif dihubungkan dengan
penghubung kabel warna merah dan terminator negatif dihubungkan dengan penghubung
kabel berwarna hitam.
Praktikan mengkalibrasi multimeter dengan cara memutar saklar selektor ke arah
pengukur tegangan dan menyatukan terminator positif dan negatif hingga menghasikan
angka nol pada display. Setelah pengkalibrasian selesai, kabel penghubung terhubung
dengan multimeter, maka praktikan menghubungkan lempengan seng (Zn) pada
terminator negatif, dan menghubungkan lempengan tembaga (Cu) pada terminator positif.
Kemudian praktikan mengukur tegangan yang ada di setiap gelas plastik yang berisikan
oleh larutan asam dan pasir dengan cara mencelupkan lempengan-lempengan tembaga
dan seng pada gelas plastik tersebut, kemudian merangkainya seperti Gambar 3.
Selanjutnya praktikan memperhatikan pada angka pada display yang menunjukkan besar
tegangan dalam satuan Volt (V).

Gambar 3. Rangkaian elemen volta dari asam jawa


Sumber: dokumen pribadi
Pada percobaan ini, praktikan menggunakan beberapa variabel. Variabel bebas pada
percobaan ini adalah jumlah gelas plastik; variabel terikat adalah tegangan yang
dihasilkan; dan variabel kontrolnya adalah jumlah pasir dan larutan asam.

2. Pengukuran Tegangan Listrik yang Dihasilkan oleh Asam Jawa


Setelah alat, bahan, dan rangkaian multimeter siap maka praktikan akan melakukan
pengukuran tegangan listrik yang dihasilkan oleh larutan asam jawa. Pada pengukuran
ini, praktikan melakan pengulangan sebanyak tiga kali dan mengambil rata-rata dari
pengulangan tersebut.
Praktikan mengukur tegangan setiap gelas plastik yang mana setiap gelas plastik
memiliki rata-rata tegangan 0,01 Volt. Hal ini berarti, setiap gelas plastik memiliki rata-
rata tegangan yang sama. Selanjutnya praktikan mengukur tegangan gelas plastik 1 dan 2,
hasil rata-rata yang diperoleh dari pengukuran tegangan kedua gelas plastik tersebut
adalah sebesar 0,03 Volt. Pengukuran rata-rata yang dihasilkan dari dari ketiga gelas
plastik (1, 2, dan 3) tersebut adalah sebesar 0,11 Volt.
Besaran yang ditunjukkaan pada display multimeter terhadap larutan asam jawa,
membuktikan bahwa adanya muatan listrik yang dihasilkan.

Berikut adalah grafik pengukuran tegangan pada larutan asam.

Keterangan grafik dari Hubungan Jumlah Larutan Asam terhadap Tegangan yang
Dihasilkan yaitu A merupakan gelas plastik 1; B merupakan gelas plastik 1 dan 2; dan C
merupakan gelas plastik 1, 2, dan 3.
Berdasarkan grafik di atas, maka didapatkan hasil baahwa setiap penambahan
jumlah larutan asam maka tegangan yang dihasilkan semakin bertambah. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa jumlah larutan atau konsentrasi pada larutan asam berbanding lurus
dengan tegangan yang dihasilkan.
3. Prinsip Kerja Sel Volta
Sel volta adalah penataan bahan kimia dan penghantar listrik yang memberikan
aliran elektron lewat rangkaian luar daru suatu zat kimia yang teroksidari ke zat kimia
yang direduksi (Keenan, 1984: 29). Sel Volta terdiri atas elektroda (logam seng dan
tembaga) larutan elektrolit yang berupa larutan asam jawa dan jembatan garam atau
penghantarnya adalah pasir. Logam seng dan tembaga bertindak sebagai elektroda.
Keduanya dihubungkan melalui sebuah voltmeter atau multimeter. Elektroda tempat
berlangsungnya oksidasi disebut Anoda (elektroda negatif), sedangkan elektroda tempat
berlangsungnya reduksi disebut Katoda (elektroda positif).

Gambar 4. Sel Volta


Sumber: https://zhivinachem.wordpress.com/reaksi-redoks-dan-elektrokimia/

Percobaan ini menunjukkan bahwa hasil oksidasi dan reduksi yaitu ketika lembar
tipis seng (Zn) dibenamkan dalam larutan asam jawa (atau misalnya pada larutan
tembaga sulfat) maka akan terbentuk reaksi spontan (sertamerta). Tembaga (Cu) dalam
percobaan ini akan menyepuh pada lembaran seng (Zn), sehingga lembaran seng (Zn)
lambat laun melarut, dan dibebaskan energi panas. Reaksi keseluruhan adalah:

Zn + CuSO4 ZnCuSO4 + Cu

Maka terjadi reaksi antara ion Zn dan Cu, seperti ditunjukkan oleh persamaan berikut:

Zn + Cu2+ Zn2+ + Cu

Tiap atom Zn kehilangan dua elektron untuk menjadi sebuah ion Zn, dan tiap ion Cu akan
memperoleh dua elektron untuk menjadi sebuah atom Cu:
Oksidasi: Zn Zn2+ + 2e-

Reduksi : Cu2+ + 2e- Cu

(Keenan, 1984: 30).

Elektron yang dilepaskan oleh atom Zn memasuki kabel penghubung dan


menyebabkan elektron-elektron pada ujung yang lain berkumpul pada permukaan
elektrode Cu. Ion yang terdapat pada larutan asam jawa yang ditinggalkan oleh ion
tembaga akan berdifusi menjauhi elektrode Cu. Dari jembatan penghubung yaitu pasir,
ion yang terdapat pada pasir akan berdifusi keluar menuju Cu. Selama reaksi berjalan,
terdapat gerakan keseluruhan dari ion negatif menuju elektrode Zn dan gerakan
keseluruhan ion positif menuju elektrode Cu. Jalan untuk aliran ion secara terarah lewat
larutan ini dapat dibayangan sebagai rangkaian dalam, dan jalan untuk elektron lewat
kawat yang terdapat pada kabel penghubung yang dibayangkan sebagai rangkaian luar
(Keenan, 1984: 32).
Elektrode yang disebut katode ataupun anode didasarkan pada tipe reaksi kimia
yang berlangsung pada permukaan elektrode itu. Elektrode pada reaksi oksidasi disebut
anode, dan elektrode pada reaksi redusi disebut katode. Dalam percobaan ini seng (Zn)
merupakan anode, dan tembaga (Cu) merupakan katode (Keenan, 1984: 32).

G. Kesimpulan
1. Pembuatan sel volta dari asam jawa yaitu sebagai berikut:
a. Menyiapkan alat dan bahan
b. Memisahkan daging asam jawa dengan bijinya
c. Mem-blender daging asam jawa dengan penambahan air beberapa mili liter
d. Memasukkan larutan asam jawa ke dalam tiga gelas plastik yang berisikan pasir
hingga menutupi permukaan pasir
e. Merangkai multimeter, kabel penghubung, lempengan seng, dan lempengan
tembaga. Lempengan seng pada terminator negatif (sebagai anode) dan lempengan
tembaga pada lempengan positif (sebagai katode)
f. Mengukur tegangan listrik dengan mencelupkan anode dan katode pada gelas
plastik yang berisi larutan asam jawa dan pasir
g. Mengamati angka atau besar tegangan listrik pada display multimeter
h. Mencatat hasil perngukuran
2. Pengukuran besar tegangan listrik yang dihasilkan oleh asam jawa yaitu sebagai
berikut:
a. Pada gelas 1, tegangan rata-rata yang dihasilkan adalah sebesar 0,01 Volt
b. Pada gelas 1 dan 2, tegangan rata-rata yang dihasilkan adalah sebesar 0,03 Volt
c. Pada gelas 1, 2, dan 3, tegangan rata-rata yang dihasilkan adalah sebesar 0,11 Volt
H. Jawaban Pertanyaan
1. Mengapa belimbing wuluh digunakan dalam percobaan ini? Apa fungsinya?
Jawaban:
Asam jawa digunakan dalam percobaan ini karena asam jawa berisifat asam dan
merupakan elektrolit yang mana dapat menghasilkan suatu tegangan listrik ketika diuji
menggunakan multimeter. Sehingga praktikan dapat mengukur besarnya tegangan
listrik yang dihasilkan oleh asam jawa. Fungsi asam jawa adalah sebagai objek
pengukuran tegangan listrik.
2. Dapatkah diganti dengan bahan lain? Mengapa?
Jawaban:
Dapat digantikan. Karena masih ada bahan lain yang bersifat asam dan bersifat
elektrolit sehingga dapat menghantarkan arus listrik.
3. Mengapa digunakan seng (Zn) dan tembaga (Cu) dalam percobaan ini? Apa
fungsinya?
Jawaban:
Untuk penghubung pada terminator pada multimeter. Pelat tembaga sebagai elektroda
positif (Katoda), seng sebagai elektroda negatif (Anoda). Fungsinya ialah seng dari
pelat seng melarut dalam asam, sehingga ion-ion seng positif pergi kedalam larutan
dan mengakibatkan seng menjadi bermuatan negatif. Elektron dari pelat seng bergerak
melalui kawat penghubung menuju pelat tembaga. Pada pelat tembaga ini elektron
dapat ditangkap oleh ion-ion positif hidrogen yang terdapat larutan asam, sehingga ion
hidrogen berubah menjadi gas hidrogen
4. Jelaskan bagaimana energi listrik dapat dihasilkan melalui rangkaian yang sudah
dibuat?
Jawaban:
Elektron yang dilepaskan oleh atom Zn memasuki kabel penghubung dan
menyebabkan elektron-elektron pada ujung yang lain berkumpul pada permukaan
elektrode Cu. Ion yang terdapat pada larutan asam jawa yang ditinggalkan oleh ion
tembaga akan berdifusi menjauhi elektrode Cu. Dari jembatan penghubung yaitu pasir,
ion yang terdapat pada pasir akan berdifusi keluar menuju Cu. Selama reaksi berjalan,
terdapat gerakan keseluruhan dari ion negatif menuju elektrode Zn dan gerakan
keseluruhan ion positif menuju elektrode Cu. Jalan untuk aliran ion secara terarah
lewat larutan ini dapat dibayangan sebagai rangkaian dalam, dan jalan untuk elektron
lewat kawat yang terdapat pada kabel penghubung yang dibayangkan sebagai
rangkaian luar

I. Daftar Pustaka
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti. Edisi Ketiga,Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti. Edisi Ketiga,Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
Fitriyah, Ida Lailatul. 2008. Sumber Ggl Arus Searah Dari Ekstrak Buah Sebagai Media
Pembelajaran Fisika. UIN Sunan Kalijaga.
Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Edisi Kelima, Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Kanginan, Martin. 2002. IPA FISIKA. Jakarta. Erlangga.
Keenan. 1984. Kimia untuk Universutas Edisi Keenam, Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Nugrahawati, dewi dkk. 2009. Pemanfaatan Buah Asam Jawa Sebagai Cairan
Akumulator Secara Alami dan Ramah Lingkungan. Universitas Sebelas Maret.
Oxtoby, David.W. 2001. Kimia Modern. Jakarta: Erlangga.
Petrucci, Ralp. H.1985.Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
S.Syukri.1999.Kimia Dasar 3. Bandung: ITB.
Winarno dan Deni Arifianto. 2012. Bikin Robot itu Gampang. Jakarta: Kawan Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai