Anda di halaman 1dari 24

I.

JUDUL PERCOBAAN: Pemisahan Secara Elektrogravimetri


II. TANGGAL PERCOBAAN: Rabu, 29 November 2023
III. WAKTU PERCOBAAN: 09.00 – Selesai WIB
IV. TUJUAN PERCOBAAN: Pemisahan Cu dari campuran CuSO4 dan
K2SO4
V. DASAR TEORI
1.1 Elektrokimia
Elektrokimia merupakan ilmu kimia yang mempelajari tentang
perpindahanelektron yang terjadi pada sebuah media pengantar listrik
(elektroda). Elektrodaterdiri dari elektroda positif dan elektroda negatif.
Hal ini disebabkan karenaelektroda tersebut akan dialiri oleh arus listrik
sebagai sumber energi dalam pertukaran elektron. Konsep elektrokimia
didasari oleh reaksi reduksi-oksidasi(redoks) dan larutan elektrolit. Reaksi
redoks merupakan gabungan dari reaksireduksi dan oksidasi yang
berlangsung secara bersamaan. Proses elektrokimia membutuhkan media
pengantar sebagai tempat terjadinya serah terima elektrondalam suatu
sistem reaksi yang dinamakan larutan. Larutan dapat dikategorikanmenjadi
tiga bagian yaitu larutan elektrolit kuat, larutan elektrolit lemah dan larutan
bukan elektrolit. Larutan elektrolit kuat merupakan larutan yang
mengandung ion-ion terlarut yang dapat mengantarkan arus listrik sangat
baik sehingga proses serahterima elektron berlangsung cepat dan energi
yang dihasilkan relatif besar.Sedangkan larutan elektrolit lemah
merupakan larutan yang mengandung ion-ionterlarut cenderung terionisasi
sebagian sehingga dalam proses serah terima electron relatif lambat dan
energi yang dihasilkan kecil. Namun demikian proseselektrokimia tetap
terjadi. Untuk larutan bukan elektrolit, proses serah terima elektron tidak
terjadi (Underwood, 1993).
Elektrokimia adalah ilmu yang mempelajari aspek elektronik dari
reaksikimia. Elemen yang digunakan dalam reaksi elektrokimia
dikarakterisasikandengan banyaknya elektron yang dimiliki. Reaksi kimia
dapat menghasilkan energiatau menyerap energi. Pertukaran energi yang
terjadi biasanya dalam bentuk panas,tetapi kadang-kadang dengan suatu
modifikasi, energi yang dipertukarkan tersebut bisa diubah dalam bentuk
energi listrik. Sel elektrokimia adalah alat yang digunakan untuk
melangsungkan perubahan bentuk energi kimia jadi energi listrik.Sel
elektrokimia baik yang melepas atau menyerap energi selalu melibatkan
perpindahan elektron-elektron dari satu senyawa ke senyawa yang lain
dalam suatureaksi oksidasi reduksi. Oksidasi adalah hilangnya elektron
sedangkan reduksidiperolehnya elektron. Zat pengoksidasi adalah spesies
yang melakukan oksidasi, mengambil elektron dari zat yang teroksidasi.
Zat pereduksi adalah spesies yangmelakukan reduksi memberikan elektron
kepada zat yang tereduksi. Setelah reaksizat teroksidasi memiliki bilangan
oksidasi lebih tinggi sedangkan zat tereduksimemiliki bilangan oksidasi
lebih rendah (Skoog, 1994).
Elektrolit adalah suatu zat yang larut atau terurai ke dalam bentuk
ion – ionnya. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut
(zat) terlarut atausolut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak
daripada zat – zat lain dalamlarutan disebut pelarut atau solven. Komposisi
zat terlarut dan pelarut dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi
larutan, sedangkan proses pencampuran zat terlarutdan pelarut membentuk
larutan disebut pelarutan atau solvasi (Retno, 2010).
Elektrolit dapat berupa senyawa garam, asam, atau amfoter.
Beberapa gastertentu dapat berfungsi sebagai elektrolit, hal ini terjadi pada
kondisi tertentumisalnya pada suhu tinggi atau tekanan rendah. Elektrolit
kuat identik dengan asam, basa, dan garam. Elektrolit merupakan senyawa
yang berikatan ion dan kovalen polar. Sebagian besar senyawa yang
berikatan ion merupakan elektrolit sebagaicontoh adalah garam dapur atau
NaCl. NaCl dapat menjadi elektrolit dalam bentuklarutan dalam sistem
aqueous dan lelehan, sedangkan dalam bentuk padatansenyawa ion tidak
dapat berfungsi sebagai elektrolit (Dasli, 1977).
Peralatan elektrokimia minimal terdiri dari tiga komponen penting
yaituanoda, katoda dan elektrolit. Anoda adalah elektroda tempat
berlangsungnya reaksioksidasi, elektroda adalah konduktor yang
digunakan untuk bersentuhan dengan bagian atau media non – logam dari
sebuah sirkuit (misal semikonduktor, elektrolit).Anoda berupa logam
penghantar listrik, pada sel elektrokimia anoda akanterpolarisasi jika arus
listrik mengalir ke dalamnya. Arus listrik mengalir berlawanan dengan
arah pergerakan elektron. Pada sel galvani (baterai) maupun selelektrolisis,
anoda merupakan tempat berlangsung reaksi oksidasi. Katodamerupakan
elektroda yang terpolarisasi jika arus listrik mengalir keluar darinya.Pada
baterai biasa (baterai karbon – seng), yang menjadi katoda adalah seng,
yang juga menjadi pembungkus baterai. Sedangkan, pada baterai alkalin,
yang menjadi katoda adalah mangan dioksida (MnO2) (Retno, 2010).
Reaksi elektrokimia melibatkan perpindahan elektron-elektron
bebas darisuatu logam kepada komponen di dalam larutan. Kesetimbangan
reaksi elektrokimia sangat penting dalam sel galvani (sel yang
menghasilkan arus listrik)dan sel elektrolisis (sel yang menggunakan atau
memerlukan arus listrik). Dalam bidang elektrokimia antara sel galvani
dan sel elektrolisis terdapat perbedaan yangnyata. Perbedaannya yaitu
berhubungan dengan reaksi spontan dan tidak spontan.Sel galvani secara
umum terjadi reaksi spontan, sedangkan sel elektrolisis terjadireaksi tidak
spontan.
Reaksi elektrokimia dapat dibagi dalam dua kelas: yang
menghasilkan aruslistrik (proses yang terjadi dalam baterai) dan yang
dihasilkan oleh arus listrikelektrolisis. Tipe pertama reaksi bersifat serta
merta, dan energi bebas systemkimianya berkurang; system itu dapat
melakukan kerja, misalnya menjalankanmotor. Tipe kedua harus dipaksa
agar terjadi (oleh kerja yang dilakukan terhadapsistem kimia), dan energi
bebas sistem kimia bertambah. Elektrokimia adalahdisiplin ilmu kimia
yang memperlajari tentang perubahan zat yang menghasilkanarus listrik
atau perubahan kimia yang disebabkan oleh arus listrik (Skoog, 1994).
Dalam sebuah sel, energi listrik di hasilkan dengan jalan pelepasan
elektron pada suatu elektroda (oksidasi) dan penerima elektron pada
elektroda lainnya(reduksi). Elektroda yang melepaskan elektron
dinamakan anoda, sedangkanelektroda yang menerima elektron dinamakan
katoda. Suatu sel elektrokimia, keduasel setengah reaksi dipisahkan
dengan maksud agar aliran listrik (elektron) yangditimbulkan dapat
digunakan. Salah satu faktor yang mencirikan sebuah selelektrokimia
adalah gaya gerak listrik (GGL) atau beda potensial listrik antaraanoda dan
katoda.
Elektron mengalir dari anoda seng ke katoda tembaga. Hal ini
akanmenimbulkan perbedaan potensial antara ke-2 elektroda. Perbedaan
potensial akanmencapai maksimum ketika tidak ada arus yang mengalir.
Perbedaan maksimumini dinamakan GGL sel atau Esel. Nilai Esel
tergantung pada berbagai faktor. Bilakonsentrasi larutan seng dan tembaga
1,0 M dan suhu sistem 298 K (25℃), Esel berada dalam keadaan standar
dan diberi simbol E⁰sel.
Keadaan standar didefinisikan sebagai keadaan pada 25⁰C (298.15
K), padakeaktifan satu untuk semua zat dalam sel elektrokimia pada sel
dengan arus nol pada tekanan 1 bar (105 Pa).
1. Sel Volta
Sel volta adalah penataan bahan kimia dan penghantar listrik
yangmemberikan aliran elektron lewat rangkaian luar dari suatu zat
kimia yangteroksidasi ke zat kimia yang direduksi. Dalam
menyetarakan reaksi redoks, kitadapat memecahkan reaksi itu
menjadi dua bagiannya itu setengah reaksi oksidasidan setengah
reaksi reduksi. Pada reaksi reduksi, zat-zat yang direaksikan
dicanpurdalam satu wadah sehingga terjadi reaksi yang disertai
pelepasan dan penyerapan kalor.
2. Sel Elektrokimia
Sebuah sel elektrokimia yang beroperasi secara spontan disebut sel
galvani(atau sel volta). Sel seperti ini mengubah energi kimia menjadi
energi listrik yangdapat digunakan untuk melakukan kerja.
Elektrolisis adalah peristiwa elektrolitdalam sel elektrolisis oleh arus
listrik. Arus listrik berasal dari sumber arus baterai/aki yang
menghasilkan arus searah. Pada anoda terjadi reaksi oksidasi,
yaituanion (ion negatif) ditarik oleh anoda dan jumlah elektronnya
berkurang sehingga bilangan oksidasinya bertambah. Pada katoda
terjadi reaksi reduksi, yaitu kationditarik oleh katoda dan menerima
tambahan elektron sehinggan bilanganoksidasinya berkurang
(Kennedy, 1990).
Hubungan listrik antara dua setengah sel harus dilakukan dengan
caratertentu. Kedua elektroda logam dan larutannya harus
berhubungan, dengandemikian lingkar arus yang sinambung terbentuk
dan merupakan jalan agar partikel bermuatan mengalir. Secara
sederhana elektroda saling dihubungkan dengan kawatlogam yang
memungkinkan aliran electron.
Sel terdiri dari dua setengah sel yang elektrodanya dihubungkan
dengankawat dan larutannya dengan jembatan garam. (Ujung
jembatan garam disumbat dengan bahan berpori yang memungkinkan
ion bermigrasi, tetapi mencegah alirancairan dalam jumlah besar).
Potensiometer mengukur perbedaan potensial antaradua elektroda
yaitu sebesar 0.463 Volt (V).
Aliran listrik antara dua larutan harus berbentuk migrasi ion. Hal
ini hanyadapat dilakukan melalui larutan lain yang "menjembatani"
kedua setengah sel dantak dapat dengan kawat biasa: hubungan ini
disebut jembatan garam (salt bridge). Elektroda Zn akan mengalami
reaksi oksidasi, sedangkan elektroda Cu akanmengalami reduksi.
Elektron mengalir dari atom Zn ke kawat penghantar, dandengan
terbentuknya ion-ion Zn2+ ini memasuki larutan dan berdifusi
menjauhilembatan.
Ion negatif berdifusi lewat jembatan garam menuju ke elektroda
Zn. Elektron yang dilepaskan oleh atom Zn memasuki kawat
penyambung danmenyebabkan elektron-elektron pada ujung lain
berkumpul pada permukaanelektroda Cu. Elektron-elektron ini
bereaksi dengan ion Cu2+ untuk membentukatom Cu yang melekat
pada elektroda (Hiskia Ahmad, 1992).
Ion SO42- yang ditinggalkan oleh ion Cu 2+ akan berdifusi
menjauhielektroda Cu. Dari jembatan garam NaCl, ion Na + akan
berdifusi keluar menuju keCu. Jadi, sementara reaksi itu berjalan;
terdapat gerakan keseluruhan dari ionnegatif menuju elektroda Zn dan
gerakan keseluruhan ion positif menuju elektrodaCu. Jalan untuk
aliran ion secara terarah lewat larutan ini dapat dibayangkansebagai
rangkaian dalam, dan jalan untuk aliran elektron lewat kawat
penghantardibayangkan sebagai rangkaian luar.
1.2 Pemisahan dengan Elektrokimia
Pemisahan secara elektrokimia adalah proses pemisahan senyawa
atau ion dengan menggunakan arus listrik. Beberapa teknik pemisahan
secara elektrokimia antara lain elektrolisis, elektrogravimetri,
elektroforesis, polarografi, dan voltametri. Pada elektrolisis, senyawa atau
ion dipisahkan dengan menggunakan arus listrik yang mengalir melalui
larutan elektrolit. Proses ini melibatkan elektroda yang terdiri dari anoda
dan katoda, dan senyawa atau ion yang akan dipisahkan ditempatkan di
antara kedua elektroda tersebut. Elektrogravimetri adalah teknik
pemisahan yang memanfaatkan perbedaan massa dari senyawa atau ion
yang terendapkan pada elektroda selama elektrolisis. Polarografi dan
voltametri adalah teknik pemisahan yang memanfaatkan perbedaan
potensial listrik pada elektroda untuk memisahkan senyawa atau ion.
Elektroforesis adalah teknik pemisahan yang memanfaatkan perbedaan
muatan listrik pada senyawa atau ion untuk memisahkan mereka dalam
suatu medium.
1.3 Elektroda
Elektroda adalah suatu benda yang digunakan dalam proses
elektrokimia, seperti elektrolisis, elektrogravimetri, elektroforesis,
polarografi, dan voltametri. Elektroda terdiri dari dua jenis, yaitu anoda
dan katoda. Anoda adalah elektroda yang teroksidasi, sedangkan katoda
adalah elektroda yang tereduksi.
1.4 Elektrolisis
Elektrolisis adalah peristiwa penguraian elektrolit dalam sel
elektrolisisoleh arus listrik. Dalam sel volta/galvani, reaksi oksidasi
reduksi berlangsungdengan spontan, dan energi kimia yang menyertai
reaksi kimia diubahmenjadi energi listrik. Sedangkan elektrolisis
merupakan reaksi kebalikandari sel volta/galvani yang potensial selnya
negatif atau dengan kata lain,dalam keadaan normal tidak akan terjadi
reaksi dan reaksi dapat terjadi biladiinduksi dengan energi listrik dari luar.
Elektrolisis merupakan proses kimiayang mengubah energi listrik menjadi
energi kimia. Reaksi elektrolisistergolong reaksi redoks tidak spontan,
reaksi itu dapat berlangsung karena pengaruh energi listrik (Syawalian,
2019).
Elektrolisis adalah sebuah proses penguraian elektrolit
denganmenggunakan tenaga listrik, dimana arus listrik dialirkan melalui
cairanelektrolit dan akan menimbulkan reaksi kimia. Ciri-ciri Elektrolisis
antara lain:
 Adanya ion bebas yang terkandug didalam cairan elektrolit, dimana
iontersebut dapat menerima atau memberikan elektron sehingga
elektrondapat mengalir melalui larutan.
 Memanfaatkan arus DC yang bersumber dari luar seperti pada baterai.
 Memiliki 2 elektroda.
Elektroda yang ada pada elektrolisis adalah katoda dan anoda,
katoda adalahelektroda yang menerima arus listrik dari luar sedangkan
anoda adalahelektroda yang mengalirkan kembali elektron ke sumber arus
listrik. Ada beberapa komponen yang ada pada proses elektrolisis yaitu
katoda, anoda, larutan elektrolit dan sumber daya.
 Katoda yaitu elektroda negatif yang mengalami reaksi reduksi, dimana
pada katoda akan terjadi penempelan ion yang tereduksi dari anoda.
 Anoda yaitu elektroda positif yang mengalami reaksi oksidasi,
dimanaelektroda ini mempunyai fungsi sebaliknya dibanding katoda,
anoda berfungsi sebagai penghantar listrik.
 Larutan elektrolit adalah larutan kimia yang didalamnya
mengandungunsur logam pelapis, larutan elektrolit adalah larutan yang
dapatmenghantarkan arus listrik. Didalam larutan elektrolit molekul-
molekulnya terurai (terdisosiasi) menjadi partikel bermuatan positif
dannegatif yang disebut 13 dengan ion. Ion positif disebut dengan
kation danion negatif disebut dengan anion.
 Sumber daya adalah sumber arus listrik DC yang dibutuhkan selama
proses elektrolisis berlangsung dimana arus listrik ini nanti
akanmengalir melalui larutan elektrolit.
1.5 Prinsip Kerja dan Reaksi Elektrolisis
Sel elektrolisis merupakan sel elektrokimia yang mana energi
listrik digunakan untuk menjalankan reaksi redoks itu tidak spontan.
Elektrolisis dapat didefinisikan sebagai reaksi peruraian zat menggunakan
arus listrik.Prinsip kerja dari sebuah sel elektrolisis adalah
menghubungkan kutub negatifdari sumber arus searah dengan katoda dan
kutub positif ke anoda, sehinggaterjadi overpotensial yang menyebabkan
suatu reaksi reduksi serta oksidasiyang tidak spontan bisa berlangsung.
Elektron akan mengalir dari katode keanode. Ion-ion positif akan
cenderung tertarik ke katode dan juga tereduksi, sedangkan untuk ion-ion
negatif akan cenderung tertarik ke anode dan teroksidasi (Kennedy, 1990).
Sel elektrolisis merupakan sel elektrokimia yang menggunakan
sumberenergi listrik untuk mengubah reaksi kimia yang terjadi. Pada sel
elektrolisiskatoda memiliki muatan negatif sedangkan anoda memiliki
muatan positif.Apabila dalam suatu elektrolit ditempatkan dua elektroda
dan dialiri aruslistrik searah maka akan terjadi peristiwa elektrokimia yaitu
gejaladekomposisi elektrolit, dimana ion positif (kation) bergerak ke
katoda danmenerima elektron yang direduksi dan ion negatif (anion)
bergerak ke anoda dan menyerahkan elektron yang dioksidasi. Pengaliran
arus listrik menggunakan suatu medium sebagai penghantar arus listrik ke
dalamelektrolit, juga menjadi tempat berlangsungnya reaksi redoks,
mediumtersebut disebut elektroda. Reaksi reduksi berlangsung di katoda,
sedangkanreaksi oksidasi berlangsung pada anoda. Melalui elektrolisis,
kation dan aniondalam larutan dapat bergerak dan disisihkan dengan
melibatkan prosesoksidasi dan reduksi, misalnya anion terutama ion
klorida akan teroksidasi menjadi klorin (Underwood, 1993).
1.6 Tembaga(II) Sulfat
Pemisahan tembaga (Cu) dari larutan CuSO4 dapat dilakukan
dengan elektrogravimetri. Pada proses elektrogravimetri, tembaga akan
mengendap pada katoda atau elektroda yang mengalami reaksi reduksi.
Logam tembaga akan bergerak menuju katoda karena membentuk ion
positif (Cu2+) dan katoda bermuatan negatif yang menarik kation-kation
yang akan tereduksi menjadi endapan logam. Anoda bermuatan positif
akan menarik anion-anion yang teroksidasi menjadi gas. Proses ini
memanfaatkan arus listrik untuk mengendapkan logam tembaga dari
larutan CuSO4. Misalnya, dalam sebuah percobaan, larutan CuSO 4 (0,1M
dan 0,05M) dimasukkan ke dalam gelas kimia, kemudian kedua elektroda
dicelupkan. Ketika arus listrik dialirkan, terjadi pengendapan tembaga
pada elektroda. Oleh karena itu, elektrogravimetri dapat digunakan untuk
menentukan kadar ion tembaga dalam larutan CuSO4 secara kuantitatif.
1.7 Kalium Sulfat
Senyawa kalium sulfat (K2SO4) merupakan garam kristal putih
yang larut dalam air dan tidak mudah terbakar. Berikut adalah beberapa
informasi penting tentang senyawa K2SO4:
- Nama: Kalium sulfat, juga dikenal sebagai garam abu sulfur.
- Massa molar: 174.259 g/mol.
- Warna: Senyawa ini tidak berwarna.
- Densitas: 2.66 g/cm3.
- Titik lebur: 1.069 °C (1.956 °F; 1.962 K).
- Titik didih: 1.689 °C (3.072 °F; 1.962 K).
- Kelarutan: Slightly soluble in glycerol, insoluble in acetone, alcohol,
CS2.
- Struktur: Orthorhombic.
- Sifat fisika dan kimia: K2SO4 merupakan garam yang awalnya dikenal
pada abad ke-14 dan dipelajari oleh Glauber, Boyle, dan Tachenius pada
abad ke-17.
- Kegunaan: Bahan kimia ini umumnya digunakan dalam pupuk,
menyediakan potasium, dan sulfur. K2SO4 juga merupakan biproduk
pada produksi asam sendawa.
Dalam elektrokimia, K2SO4 dapat digunakan sebagai pengendap dalam
gravimetri untuk mengendapkan senyawa tertentu dari larutan, seperti
tembaga (Cu). Misalnya, dalam sebuah percobaan, K 2SO4 digunakan
sebagai pengendap untuk mengendapkan arsenik dalam bentuk
MgNH4AsO4 dan Mg2As2O7.
1.8 Hukum Faraday
1. Jumlah zat yang terjadi pada elektroda berbanding lurus dengan
jumlah coulomb yang mengalir
2. Dalam elektrolisis jumlah listrik yang sama akan menghasilkan
berbagai macam zat dengan jumlah yang sebanding dengan jumlah
berat ekuivalen zat-zat tersebut.

Rumus hukum faraday dapat dituliskan sebagai berikut:

e . i. t
W=
F

Dimana, 1<F ialah factor perbandingan. Bila F : i.t maka w : e, Jadi


F menunjukan Jumlah coulomb yang diperlukanuntuk menghasilkan
sebanyak satu ekuivalen zat pada elektroda. Jumlah inni yangdisebut
dengan 1 Faraday. Hukum Faraday dapat dipergunakan untuk beberapa
penerapan sepertielektrogravimetri (mencari Jumlah zat yang diendapkan
pada elektroda) dan coulometri (mencari Jumlah total arus yang
dibutuhkan untuk mengelektrolisase jumlah senyawa dengan sempurna);
juga dapat dipergunakan untuk mencari jumlah elektron yang berpengaruh
dalam suatu proses elektrolisa
VI. ALAT DAN BAHAN

Alat Bahan
Elektroda dari Isi Pensil Larutan CuSO4
Adaptor DC Larutan K2SO4
Neraca Analitik Aquades
Labu Ukur HNO3 Pekat
Gelas Beaker
Batang Pengaduk
Cawan Petri
Oven
Stopwatch

VII. ALUR PERCOBAAN


Elektroda

-Dicuci menggunakan HNO3 pekat dengan merendam ±1 menit


-Dicuci menggunakan aquades hingga bersih
-Dikeringkan dalam oven selama 10 menit dengan temperature 110oC
-Ditimbang

W1

-Dicampurkan larutan CuSO4 dan K2SO4 masing-masing 40 ml


-Dimasukkan ke gelas piala
-Dimasukkan elektroda dan dihubungkan dengan arus DC 25 V,
selama 1 menit, dan dicatat arus yang dihasilkan
-Ditimbang

W2

-Ditentukan berat endapan


-Dibandingkan dengan perhitungan menggunakan persamaan Faraday

Hasil
Reaksi:

Larutan CuSO4 dengan elektroda karbon

CuSO4(aq) → Cu2+(aq) + SO4-(aq)

Katoda : Cu2+ + 2e → Cu(s)

Anoda :2H2O(l) → O2(g) + 4H+(aq) + 2e

Cu2+(aq) + 2H2O(l) → Cu(s) + O2(g) + 4H+(aq)

Rumus:

e it
W= g
F

Ar
e=
n

Keterangan:

w : berat endapan dari logam yang diendapkan

i : arus listrik dalam ampere

t : waktu dalam detik

e : berat ekuivalent dari logam yang diendapkan

n : jumlah electron yang terlibat dalam reaksi


VIII. HASIL PENGAMATAN

No. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan


Perc Sebelum Sesudah
1 Elektroda

-Dicuci menggunakan HNO3 pekat


dengan merendam ±1 menit
-Dicuci menggunakan aquades
hingga bersih
-Dikeringkan dalam oven selama 10
menit dengan temperature 110oC
-Ditimbang
W1

-Dicampurkan larutan CuSO4 dan


NiSO4 masing-masing 100 ml
-Dimasukkan ke gelas Beaker
-Dimasukkan elektroda dan
dihubungkan dengan arus DC 25 V,
waktu 1 menit, dan dicatat arus yang
dihasilkan
-Ditimbang

W2
W2

-Ditentukan berat endapan


-Dibandingkan dengan perhitungan
menggunakan persamaan Faraday
IX. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Telah dilakukan praktikum Dasar-Dasar Pemisahan Kimia yang


berjudul “Pemisahan secara Elektrogravimetri” pada tanggal 2
November 2022 yang bertujuan untuk pemisahan Cu dan campuran
larutan CuSO4 dan K2SO4. Pada percobaan alat yang dibutuhkan
adalah elektroda Pt keranjang, elektroda Ag kawat, oven, timbangan
neraca analitik, alat elektroanalisis, baterai 9 volt, gelas kimia 100
mL, gelas kimia 250 mL, stopwatch, dan tisu. Sedangkan bahan yang
digunakan pada percobaan ini adalah larutan CuSO 4 0,5 M, Larutan
HNO3 pekat, dan aquades. Elektrogravimetri adalah metode
penentuan kadar ion unsur berdasarkan penimbangan berat zat pada
salah satu elektrode pada reaksi elektrolisis terhadap larutan cuplikan
atau metode yang menggunakan pemisahan pengukuran ion dari
sampel. Elektrogravimetri merupakan suatu metode analitik dengan
analisis kuantitatif berdasarkan pengendapan atau pendepositan
logam dengan menggunakan reaksi redoks dengan bantuan arus
listrik. Prinsip dasar dari elektrogravimetri adalah melibatkan adanya
katoda dan anoda serta terjadi proses elektolisis pada percobaan
tersebut, dimana pada elektodenya bisa menggunakan sebagian dari
iner karbon. Arus listrik yang digunakan adalah arus DC (Direct
Current). Digunakan arus searah dikarenakan magnet yang stabil
yang ada di sepanjang kawat dan di sepanjang arus listriknya hanya
dalam satu arah. Selain itu, digunakan arus searah untuk mendorong
agar terjadinya reaksi elektrokimia di dalam sel atau bisa juga untuk
memompa elektron tersebut ke katodanya, dan pada katoda elektron
tersebut akan ditarik oleh ion bermuatan positif, sehingga terjadi
reaksi reduksi. Pada percobaan ini terjadi reaksi tidak spontan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi elektrolisis antara lain adalah
penggunaan katalisator, luas permukaan logam yang tercelup, sifat
logam bahan dari elektroda, konsentrasi pereaksi, dan besar tegangan
eksternal. Konsentrasi pereaksi, semakin besar konsentrasi suatu
larutan, maka akan semakin besar laju reaksinya. Semakin besar luas
pemukaan suatu elektrolit maka akan semakin mudah elelektrolit
untuk menransfer elektronnya, sehingga terjadi hubungan berpelurus.
Kemudian, jika luasan yang tercelup sedikit, maka akan semakin
mempersulit elektrolit untuk melepaskan elektron, dikarenakan
sedikitnya luas penampang pengantar yang menyentuh elektrolit,
sehingga transfer elektron bekerja lambat dalam mengelektrolisis
elektron. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah/berat elektrolisis
adalah arus, waktu yang digunakan, dan berat ekivalen. Semakin
besar arus yang digunakan, semakin lama waktu yang digunakan, dan
semakin besar nilai ekivalennya maka berat endapan elektrolisis akan
semakin besar.
Pada percobaan kali ini digunakan elektroda katoda Pt, dan
elektroda anoda Ag. Elektroda katoda Pt berupa keranjang spiral
berwarna coklat tembaga, mulanya dicuci dengan merendam
menggunakan HNO3 pekat tidak berwarna selama ± 1 menit.
Pencucian menggunakan asama nitrat ini bertujuan untuk
menghilangkan sisa endapan tembaga atau kotoran-kotoran lain yang
mungkin masih menempel pada elektroda. Elektroda ini dicuci
dengan asam nitrat 1 : 1 sehingga dapat digunakan untuk menentukan
berat tembaga yang mengendap secara tepat. Ketika dicuci dengan
asam nitrat, Cu yang mengendap akan turun dengan asam nitrat yang
akan membentuk warna larutan biru Cu(NO3)2(aq). Pada elektroda Pt
setelah dicuci dengan HNO3 akan berubah menjadi mengkilap (putih
metal) dan menjadi bersih.
Cu(s) + NO3-(aq) + 2e-  Cu(NO3)2(aq) + H+(aq)
Hal yang selanjutnya dilakukan adala membilas elektroda dngan
aquades. Hal ini bertujuan untuk membersihkan elektroda dari
larutan Cu(NO3)2 yang masih menempel pada elektroda. Langkah
berikutnya, elektroda dikeringkan dalam oven dengan suhu 110°C
selama 10 menit. Pemilihan suhu 110°C adalah karena titik didih
daari aquades sendiri minimal adalah 100°C dan HNO3 minimal
85°C maka dari itu dipilih suhu 110°C agar elektroda dapat kering.
Proses ini juga bertujuan untuk mengeringkan elektroda sampai
elektroda memiliki massa konstan yaitu sebesar 19,66 gr. Bila saat
ditimbang sudah konstan artinya pelarut-pelarut yang tadi digunakan
sebelum pengeringan telah menguap seluruhnya dan elektroda telah
benar- benar kering. Pada percobaan tersebut, didapatkan W1 sebesar
19,6635 gram. Langkah berikutnya adalah dibilas 1 elektroda Ag
berbentuk kawat dengan aquades. Kemudian dilap dengan tisu
hingga kering sempurna. Kemudian disiapkan 200 mL CuSO4
berwarna larutan biru,
Selanjutnya dituangkan dalam gelas kimia 250 mL. Elektroda Pt
yang sudah kering dan berwarna putih metal dan elektroda Ag yang
berwarma hitam dimasukkan ke dalam gelas kkimia dengan posisi
yang berkebalikan. Pada percobaan kali ini disebut dengan
elektroanalisis. Larutan dan katoda dielektroanalisis dengan
menggunakan potensial 9 volt dengan arus listrik 0,6 A selama 1
menit. Saat setelah dimasukkan muncul gelembung oksigen dari
anoda Ag. Gelembung- gelembung tersebut menandakan adanya gas
oksigen yang berasal dari oksidasi air. Reaksi katoda dan anoda yang
terjadi adalah sebagai berikut.
Katoda : Cu2+ (aq) + 2e-  Cu (s)
Anoda : 2H2O(l)  O2 (g) +4H+ +
4e
Setelah 1 menit, maka elektroda dapat dikeluarkan. Setelah diangkat
sebagian besar elektroda Pt menjadi tidak mengkilap seperti
sebelumnya dengan beberapa bagian berwarna coklat tembaga dan
mengkilap. Kemudian pada elektroda Ag setelah dikeluarkan
didapatkan warna hitam. Langkah selanjutnya elektroda dikeringkan
kembali ke dalam oven dalam suhu 110°C dengan waktu 15 menit.
Kemudian ditambang berat katodanya dan dicatat sebagai W2.
Diperoleh W2 sebesar 19,6735 gram. Dari percobaan ini diperoleh
efisiensi elektroda sebesar 84,74%.
X. KESIMPULAN
XI. SARAN
XII. DAFTAR PUSTAKA

Dasli, d. (1977). Diktat Kimia Analitik. Padang: Universitas Andalas.

Hiskia Ahmad. (1992). Elektrokimia dan Kinetika Kimia ,. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.

Kennedy, J. H. (1990). Analytical Chemistry : An Introduction, 2nd Edition. New York:


Saunders College Publishing.

Retno, D. d. (2010). KImia Analisis Kuantitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Skoog, D. A. (1994). Analytical Chemistry : An Introduction, 6th Edition. Philadelphia:


Saunders College Publishing.

Syawalian, M. A. (2019). Pengaruh Kuat Arus dan Tegangan Terhadap Perubahan


Kandungan LogamPada Lindi TPA Sampah Dengan Metode Elektrolisis. Jurnal
Chemurgy, 3(1): 6-10.

Underwood, A. L. (1993). Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.


XIII. LAMPIRAN
Jawaban Pertanyaan

1. Jelaskan apa yang terjadi bila digunakan potensial


yang dihitung sesuai dengan persamaan Nernst ?
Jawab:
a. Ion dengan muatan yang berlawanan cenderung
bergabung menjadi pasangan ion yang terikat longgar
dalam larutan yang lebih pekat, sehingga mengurangi
jumlah ion yang bebas untuk mendonorkan atau menerima
elektron pada elektroda. Untuk alasan ini, persamaan
Nernst tidak dapat secara akurat memprediksi potensial
setengah sel untuk larutan, karena estimasi aktivitas ion
yang tidak ideal umumnya memerlukan pengukuran
eksperimental.
b. Persamaan Nernst hanya berlaku jika tidak ada arus yang
mengalir melalui elektroda. Ketika terdapat aliran arus,
aktivitas ion pada permukaan elektroda berubah dan ada
tambahan di atas potensial dan kerugian resistif yang
berkontribusi pada potensial yang diukur.
c. Pada konsentrasi ion, penentu potensial sangat rendah. Ini
secara fisik tidak berarti, karena dalam kondisi seperti itu,
kerapatan arus pertukaran menjadi sangat rendah dan
daripada efek lain cenderung mengendalikan perilaku
elektrokimia sistem.
d. Jika digunakan potensial yang dihitung sesuai dengan
persamaan Nernst, nilainya yaitu sebesar 0,927 Volt, maka
nilai perbedaan potensial elektroda sesuai persamaan
Nernst lebih besar daripada nilai perbedaan potensial
elektroda sesuai nilai potensial reduksi standar yang
nilainya sebesar 0,889.
2. Mengapa endapan yang dihasilkan pada umumnya tidak
sesuai dengan perhitungan?
Jawab:
Hal ini karena tidak semua arus listrik digunakan untuk
penguraian suatu elektrolit. Sebagian kecil dari arus
tersebut ada yang berubah menjadi energi panas. Pada
kabel listrik juga memiliki hambatan yang bervariasi.
Sehingga pada umumnya, arus listrik yang digunakan
tidak 100% untuk penguraian suatu elektrolit.
3. Selain itu, ada kemungkinan endapannya sifatnya rapuh,
maka ketika elektroda diangkat, endapan dapat rontok dan
masuk ke dalam larutan kembali sehingga endapan
berkurang.Mengapa pada prakteknya potensial yang
diterapkan menggunakan potensial dekomposisi ditambah
over voltase?
Jawab:
Karena jika tegangan bernilai kecil, maka tidak timbul
arus listrik yang menyebabkan reaksi dapat berjalan. Oleh
karena itu, pada prakteknya potensial yang diterapkan
menggunakan potensial dekomposisi ditambah over
voltase agar reaksi dapat berjalan.
Perhitungan
Dokumentasi

Gambar Keterangan
Elektroda (Katoda dan Anoda) Dicuci
dengan HNO3 Pekat selama 1 Menit

Setelah itu Dicuci lagi dengan aquades


selama 1 menit

Setelah dicuci di masukkan kedalamm


oven untuk menguapkan sisa HNO3
Pekat dan Aquades

Menimbang Cawan Petri dan Cawan


Petri + Elektroda (Katoda Saja)

Mengencerkan 24 mL CuSO4 dengan


16 mL Aquades untuk mendapatkan
konsentrasi 0,3 M
Diukur 50 mL K2SO4 dengan
konsentrasi 0,5 M lalu dicampurkan
dengan CuSO4 0,3 M

Dimasukkan elektroda dan


dihubungkan dengan arus DC 25 V,
waktu 1 menit,

Dan dicatat arus yang dihasilkan

Ditimbang lagi untuk mengetahui


Berat W2, lalu dihitung berat endapan
dan dibandingkan dengan perhitungan
teori berdasarkan hukum faraday

Anda mungkin juga menyukai